Anda di halaman 1dari 16

MODUL KETERAMPILAN KLINIK

BLOK 6.6

NYERI DADA

Tim Penyusun:
Dr. dr. Eman Sutrisna, M.Kes
Dr. dr. Dwi Utami Anjarwati, M.Kes
dr. Afifah, M.Sc

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2018
NYERI DADA

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan klinik untuk
menentukan diagnosis dan penatalaksanaan kasus nyeri dada secara terstruktur dan
komprehensif.
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan klinik untuk
menentukan diagnosis dan penatalaksanaan masalah pasien (simulasi) secara
terstruktur dan komprehensif untuk kasus:
1) Angina stabis
2) Angina pectoris tak stabil
3) Sindrom koroner akut
4) IMA ST elevasi
5) IMA Non ST elevasi

2. PENDAHULUAN
Nyeri dada merupakan salah satu masalah medis yang sering membuat pasien mencari
pertolongan. Nyeri dada dapat disebabkan karena kelaian pada jantung (kardiak) atau selain
jantung (non kardiak). Nyeri dada kardiak dapat terjadi akibat iskemik maupun non iskemik.
Nyeri dada iskemik antara lain yaitu seperti pada angina pektoris stabil, angina pektoris non
stabil, dan infark miokard. Nyeri dada non iskemik antara lain yaitu pericarditis, diseksi aorta,
prolaps katub mitral. Sedangkan nyeri dada non kardiak dapat disebabkan oleh pneumotoraks,
pleuritis, gastritis, muskuloskeletal, atau emboli paru. Nyeri dada dapat juga menjadi tanda
kegawatan yang harus segera dikenali dan diatasi oleh dokter. Untuk dapat menegakkan
diagnosis pasien dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang.
Modul ini disusun sebagai panduan bagi mahasiswa belajar mengintegrasikan berbagai
keterampilan klinis secara sistematis. Penyakit dengan keluhan utama nyeri dada yang menjadi
pemicu dalam modul ini adalah angina pektoris, infark miokard akut. Mahasiswa diharapkan
dapat memecahkan masalah yang dihadapi saat menemui kasus nyeri dada.
3. DASAR TEORI
Nyeri dada merupakan keluhan yang dapat disebabkan karena kelalaian pada jantung
(kardiak) atau selain jantung (non kardiak). Nyeri dada kardiak dapat terjadi akibat iskemik
maupun non iskemik. Nyeri dada iskemik antara lain yaitu seperti pada angina pektoris stabil,
angina pektoris non stabil, dan infark miokard. Nyeri dada non iskemik antara lain yaitu
pericarditis, diseksi aorta, prolaps katub mitral. Sedangkan nyeri dada non kardiak dapat
disebabkan oleh pneumotoraks, pleuritis, gastritis, muskuloskeletal, atau emboli paru. Untuk
dapat menegakkan diagnosis pasien dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
ALGORITME NYERI DADA

NYERI DADA

Sifat Nyeri Dada:


Intensitas
Durasi Anamnesis
Lokasi
Penjalaran
Perubahan
dengan posisi
gerak Pemeriksaan fisik
Pengaruh intake
makanan/cairan
Reaksi terhadap
niterogliserida

Nyeri Muskuloskletal Nyeri Viseral

Otot Kardiak Non Kardiak


Skeletal
Kulit
EKG
Paru (Pneumonia,
Tuberculosis,
Pleuritis,
Bronchiektasis,
Iskemia Non Iskemia
Pneumothorax,
Emboli paru
Gastrointestinal
(Reflux esofagitis,
Angina stabis esophageal
Angina pectoris tak stabil Miokarditis
Perikarditis spasm, Ulkus
Sindrom koroner akut peptikum,
IMA ST elevasi Miokarditis
Cholesistitis,
IMA Non ST elevasi Pankreatitis)
Aorta
Mediastinum
Psikogenik
Penyakit di tulang
belakang
a. ANAMNESIS
Anamnesis atau wawancara merupakan langkah pertama dalam tata cara kerja yang
harus ditempuh untuk membuat diagnosis. Mengumpulkan riwayat penyakit yang lengkap
merupakan langkah penting untuk mengerti dan memahami penderita yang sedang dihadapi.
Anamnesis dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Auto anamnesis yang berasal dari penderita sendiri
2. Allo anamnesis yang berasal dari orang lain seperti keluarga, polisi, penduduk lain. Allo
anamnesis dilakukan pada keadaan pasien dengan penurunan atau perubahan kesadaran, pasien
bayi, anak-anak atau orang sangat tua, atau untuk konfirmasi auto anamnesis
Sebelum melakukan anamensis, yang perlu ditanyakan adalah identitas pasien secara lengkap,
yaitu meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal, status pernikahan, agama dan ras.
Seperti prosedur pemeriksaan klinis pada umumnya, anamnesis menggunakan Fundamental
Four dan Sacred Seven. Pertanyaan pada Foundamenal Four yaitu menggali :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Riwayat penyakit sekarang (RPS) meliputi keluhan utama dan anamensis lanjutan. Keluhan
utama adalah keluhan yang membuat pasien datang ke tempat pelayanan kesehatan
untuk mencari pertolongan. Setelah menanyakan keluhan utama dilanjutkan dengan
anamnesis untuk menanyakan 7 hal (Sacred Seven), yaitu :
1. Lokasi
Dimanakah lokasi nyerinya? Dimanakah tempat awal nyeri ? Apakah nyerinya dijalarkan ?
Jika iya, dijalarkan kemana ?
2. Onset/awitan dan kronologis: Kapan nyeri dimulai? Adakah pemicu nyeri? Jika ya,
jelaskan pemicunya? Bagaimana kronologis nyeri dari mulai awal muncul hingga saat
ini?
3. Kuantitas keluhan: Seberapa sering rasa nyeri itu muncul? Berapa kali dalam sehari?
Apakah menetap dan terus menerus ataukah hilang timbul?
4. Kualitas keluhan: Bagaimana rasa nyeri yang dirasakan? Apakah terasa berat,
menekan, menusuk, seperti rasa terbakar, berdenyut?
5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan: adakah hal-hal yang menyebabkan
nyerinya menjadi bertambah berat?
6. Faktor-faktor yang memperingan keluhan: adakah hal-hal yang menyebabkan
nyerinya menjadi lebih ringan atau berkurang? Upaya apakah yang telah dilakukan
oleh pasien untuk mengurangi nyeri?
7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama: adakah keluhan penyerta lain selain
keluhan utama? Adakah nafas pendek? Mual? Muntah? Batuk? Demam?
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Menanyakan kepada pasien apakah pernah sakit serupa sebelumnya. Mencari penyakit
yang relevan dengan penyakit sekarang dan riwayat penyakit kronik.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menanyakan untuk mencari adakah penyakit yang sekarang diderita berkaitan dengan
riwayat sakit pada keluarga, baik itu yang bersifat diturunkan maupun ditularkan.
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Menanyakan status sosial pasien seperti pendidikan, pekerjaan, pernikahan, kebiasaan
pasien, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan.

b. PEMERIKSAAN FISIK
Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan langkah awal yang teramat penting
dalam proses penegakan diagnosis. Anamnesis yang terarah dan mendalam serta
pemeriksaan fisik yang teliti dan cermat akan memberikan arah diagnosis yang tepat.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dengan nyeri dada adalah:
1. Pemeriksaan fisik umum (tanda vital: tekanan darah, denyut nadi, laju pernapasan,
suhu, kesadaran, TB, BB)
2. Pemeriksaan Thorax (Jantung dan Paru-paru)
Prinsip umum:
- Inform konsent
- Persiapan pasien: pasien diminta membuka baju sampai pinggang.
- Menjaga privasi
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan.
- Melakukan pemeriksaan secara legeartis.
a. Pemeriksaan fisik jantung
Pemeriksaan fisik jantung meliputi:
1. Inspeksi
 Meminta pasien untuk berbaring terlentang dan membuka baju daerah
dada sd pusar untuk pasien pria.(Pasien Wanita dengan perlakuan
khusus/ payudara tetap tertutup bra) Melakukan inspeksi dada pasien
dari sisi kanan pasien. (bentuk dada, orthopneu, mencari ictus cordis,
scars)
*didahului inspeksi keselurahan untuk mendeteksi adanya kelainan pada
jantung (adanya sianosis, edem tungkai, jari tabuh)
2. Palpasi
Meraba ictus cordis dengan ke-4 jari tangan kanan pada SIC 4 dan 5, linea
midclavicula sinistra. Untuk mengetahui kuat angkat : letakkan pencil di atas
pungtum maximum denyut Ictus Cordis, kemudian perhatikan gerakan nya.
Jika kuat angkat pencil tersebut akan bergerak2 naik turun. Laporkan hasilnya
(teraba tidaknya, lokasi, kuat angkat, diameter (Normal <2cm), “Thrill”
penjalaran, amplitudo  jarang)
3. Perkusi
Right border : tentukan batas paru-hepar. Perkusi dari SIC 2 Linea
midclavicula dextra ke bawah sampai tedengar bunyi pekak (biasanya di SIC 5
linea midclavicula dextra). Setelah ditemukan, naik 1 SIC (SIC 4), kemudian
perkusi ke medial sampai terdengar redup, kemudian lanjutkan perkusi secara
pararel ke atas, di tiap SIC lakukan tekhnik yang sama sampai terdengar
perubahan bunyi.
Upper Border : Perkusi dari SIC 1 linea parasternal sinistra ke bawah sampai
terdengar perubahan bunyi. (Normal : SIC 3 linea parasternal dextra).
Left Border : Perkusi dilakukan di SIC dimana denyut Apex terpalpasi, jika
tidak terdeteksi dapat dimulai dari SIC 5 Linea axillaris anterior. Perkusi ke
arah medial sampai terdengar perubahan bunyi. Batas kiri relative biasanya
ditemukan di SIC 5 (1,5 cm medial dari linea midclavicularis sinistra).
Waist of the Heart : setelah ditemukan batas kiri jantung lakukan perkusi ke
atas di SIC 4-3 linea midclavicula sinistra ke arah medial. (Normal : SIC 4 atau
3 linea parasternal sinistra)
4. Auskultasi
 Meminta pasien untuk bernafas biasa dalam suasana rileks, untuk
memperjelas suara bisa dengan posisi left lateral decubitus (LLD)
 Melakukan auskultasi bersamaan dengan mempalpasi a.carotis untuk
membedakan S1 dan S2 (Normal nya bunyi S1 bersamaan dengan denyut
a.carotis)
 Melakukan auskultasi jantung pada SIC II parasternal dextra
 Melakukan auskultasi jantung pada SIC II parasternal sinistra
 Melakukan auskultasi jantung pada SIC III-IV sepanjang garis parasternal
sinistra
 Melakukan auskultasi apex jantung pada SIC IV-V liniea midclavicula
sinistra
 Pusatkan perhatian pertama pada suara dasar jantung (S1 dan S2), baru
perhatian pada suara tambahan jantung
b. Pemeriksaan fisik paru
Pemeriksaan fisik paru anterior meliputi:
1. Inspeksi
 Melakukan inspeksi dari sisi anterior, untuk melihat: bentuk toraks, mata
anemis napas cuping hidung, sianosis hidung/bibir, pembesaran KGB
leher: colli, submandibula, supraclavicula, deviasi trakea, clubbing finger,
pelebaran pembuluh vena cava di dada (vena cava syndrome), tumor,
retraksi supraclavicula dan intercostal, Perubahan pola nafas.
2. Palpasi
 Melakukan palpasi, untuk mengamati: tumor, benjolan, rasa nyeri di
tempat tertentu, limfonodi, fraktur iga, gerakan, excursion dinding dada,
deviasi trakea, pembesaran limfonodi supraclavicula, para tracheal, dan
aksilaris
 Emfisema subkutis.
 Membandingkan fremitus paru kanan dan kiri dengan meletakkan kedua
telapak tangan pada punggung penderita dan meminta penderita untuk
mengucapkan kata atau kalimat yang menimbulkan penjalaran getaran
suara pada dinding toraks, seperti “sembilan puluh sembilan” (atas,
tengah, bawah)
3. Perkusi
 Melakukan perkusi pada isthmus Kronig, untuk mengetahui apex
pulmonum. Perkusi dilakukan pada supraclavicula, dimulai dari sisi lateral
(pundak) ke medial sampai terdengar suara sonor (diberi tanda),
kemudian dari medial (leher) ke lateral sampai terdengar suara sonor
(diberi tanda). Isthmus Kronig adalah area yang berada di antara ke-2
tanda tersebut.
 Melakukan perkusi secara sistematis dari atas ke bawah,
membandingkan kiri dan kanan
 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru – jantung
 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru – hepar
 Melakukan perkusi untuk menentukan peranjakan paru
4. Auskultasi
 Melakukan auskultasi secara sistematis dari atas ke bawah, depan dan
belakang, membandingkan kanan dan kiri. Auskultasi dilakukan masing-
masing pada satu siklus pernafasan (inspirasi-ekspirasi).

Pemeriksaan fisik paru posterior meliputi:


1. Inspeksi
 Sebelumnya meminta pasien untuk duduk
 Melakukan inspeksi dari sisi posterior, untuk melihat: bentuk toraks,
tumor
2. Palpasi
 Melakukan palpasi, untuk menilai: tumor, benjolan rasa nyeri di tempat
tertentu fraktur iga, gerakan, excursion dinding dada, Emfisema subkutis,
Perkusi.
 Membandingkan fremitus paru kanan dan kiri dengan meletakkan kedua
telapak tangan pada punggung penderita dan meminta penderita untuk
mengucapkan kata atau kalimat yang menimbulkan penjalaran getaran
suara pada dinding toraks, seperti “sembilan puluh sembilan” (atas,
tengah, bawah)
3. Perkusi
 Melakukan perkusi secara sistematis dari atas ke bawah,
membandingkan kiri dan kanan. Perkusi dilakukan di paravertebra, pada
sela iga yang tertutup os scapula.
 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru – hepar
 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru – ginjal
4. Auskultasi
 Melakukan auskultasi secara sistematis dari atas ke bawah, depan dan
belakang, membandingkan kanan dan kiri. Auskultasi dilakukan masing-
masing pada satu siklus pernafasan (inspirasi-ekspirasi).

Setelah melalui tahap anamnesis, dan pemeriksaan fisik. Dapat diketahui apakah
nyeri dada berasal dari organ viseral atau muskuloskeletal. Apabila nyeri dada berasal
dari muskuloskeletal, letak nyeri dapat ditunjuk. Apabila nyeri dada akibat organ
viseral maka sifat nyerinya adalah difus. Apabila kita curiga nyeri berasal dari organ
viseral maka langkah selanjutnya kita berpikir apakah nyeri dada berasal dari jantung
(kardiak) atau selain jantung (non kardiak). Tipe-tipe nyeri dada baik kardiak maupun
non kardiak dapat dilihat pada Tabel 1, dan penyakit yang berkaitan dengan nyeri
dada baik kardiak maupun non kardiak dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Tipe-tipe Nyeri Dada Pada Berbagai Kelainan


No Penyebab nyeri Tipe nyeri Nyeri alih Respon Respon Tendemes Respon
dada terhadap terhadap s terhadap
sikap/perge makanan/ nitrogliserin
rakan cairan
1 Kardiak Nyeri Viseral Ya Tidak Tidak Tidak Ya
jantung
iskemik
2 Nyeri Viseral Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
jantung
non-
iskemik
3 Non Pulmon Viseral/ Biasanya Tidak Tidak Tidak Tidak
kardiak ary kutaneus tidak
disease
4 Pneumo Viseral/ Tidak Ya Tidak Biasanya Tidak
thorax kutaneus tidak
5 Muskulo Kutaneus Tidak Ya Tidak Ya Tidak
skeletal
6 Gastroin Viseral Kadang- Tidak Ya Tidak Tidak
testinal kadang
7 Aneuris Viseral Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
ma
aorta
8 Psikiatri Viseral/ Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
k kutaneus

Tabel 2. Penyakit yang berkaitan dengan nyeri dada Kardiak dan non Kardiak
Jantung Paru-paru Esofagus Aorta Abdomen Dinding dada Psikiatrik
Stable Pulmonary Esofagitis Aneurisma Biliary Kostokondritis Ansietas
angina embolus disease
Non stable Pneumotorak GERD Aortitis Pankreatitis Muscle strain Somatisasi
angina
Acute Pneumonia Ulkus Kontusio
coronary duodenal
syndrome
IMA ST Empiema Penyakit Fraktur kosta
elevasi hepar
IMA non ST Hematotorak Zooster post
elevasi herpes
Perikarditis COPD Muscle strain
Miokarditis TB paru
Endokarditis
Valvular
disease

Tabel 3. Nyeri Dada Non Iskemik


No Penyakit Perbedaan tanda dan gejala
1 Refluks esofagitis, spasme - Tidak ada perubahan EKG
esofagus - Rasa terbakar di dada
- Memburuk dengan posisi terlentang, dan
ketika teregang
- Penyebab umum nyeri dada
2 Emboli paru - Takipneu, hipoksemia, hipokarbia
- Tidak ditemukan kongesti paru pada foto
rontgen thorak
- Mirip dengan infark inferior ST elevasi dinding
bagian dalam (II, III, aVF)
- Hiperventilasi
- PaO2 dan PaCO2 menurun
3 Hiperventilasi - Gejala utamanya adalah dispnea, seperti
pada emboli paru
- Sering pada orang muda
- Kesemutan pada anggota badan, dizziness
- PaCO2 menurun, PaO2 meningkat atau
normal
4 Pneumothorax - Gejala utama: dispnea
- Auskultasi dan foto rontgen thorax
- Nyeri pada satu sisi dan dipengaruhi
pergerakan napas
5 Diseksi aorta - Nyeri memberat dengan perubahan lokalisasi
6 Perikarditis - Perubahan sikap dan pernafasan
mempengaruhi nyeri
- Dapat terdengar suara gesekan
- ST-elevasi tapi tidak ada reciprocal ST depresi
7 Pleuritis - Rasa sakit menusuk saat bernafas
- Batuk merupakan gejala utama
- Foto rontgen thorax
8 Costochondral - Nyeri pada palpasi
- Nyeri dipengaruhi oleh pergerakan
9 Early Herpes zoster - Tidak ada perubahan EKG
- Rash
- Parestesia yang terlokalisasi sebelum muncul
rash
10 Ectopic beats - Transient, pada daerah apeks
11 Ulkus peptikum, kolesistitis, - Pemeriksaan fisik (Iskemia dinding inferior
pankreatitis bisa menyerupai acute abdomen)
12 Depresi - Rasa berat di dada terus-menerus
- Tidak berhubungan dengan exercise
- EKG normal
13 Alkohol related - Laki-laki muda di ruang IGD, mabuk

c. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Setelah mengetahui bahwa berdasarkan tipe nyeri dada kita curiga bahwa nyeri dada
adalah berasal dari jantung, selanjutnya kita berpikir apakah nyeri dada disebabkan karena
iskemia atau non iskemia. Untuk mengetahui hal itu maka perlu dilakukan pemasangan
elektrokardiografi (EKG) dan menginterpretasikannya.
Langkah-langkah pemeriksaan EKG:
 Persiapan alat dan menjaga privasi pasien
 Mencuci tangan secara WHO
 Cek kaliberasi
 Persiapan penderita
 Oleskan jelly pada tempat pemasangan elektrda
 Pasang elektrode pada kulit extremitas
 Pasang elektrode precordial
 Lakukan perekaman di semua lead
 Menulis identitas penderita, waktu perekaman pada elektrokardiogram
 Memberikan tanda pemisah pada tiap lead
 Lepaskan eletroda, rapikan peralatan
 Menentukan Ritme
 Menentukan Rate
 Menentukan gelombang P
 Menentukan QRS Aksis
 Menentukan gelombang QRS
 Menentukan QT interval
 Apakah ada atau tidak gelombang U
 Menentukan ST segmen
 Menentukan gelombang T
 Menentukan Kesimpulan hasil bacaan EKG

4. RUBRIK PENILAIAN
No Kompetensi 0 1 2 3 Bobo
. t
1 Anamnesis Peserta ujian Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu 2
tidak memfasilitasi memfasilitasi pasien memfasilitasi pasien memfasilitasi pasien
pasien untuk untuk menceritakan untuk menceritakan untuk menceritakan
menceritakan kesakitannya dengan kesakitannya dengan kesakitannya dengan
kesakitannya. menggali 1-3 dari 7 menggali 4-6 dari 7 menggali seluruh
pertanyaan berikut: pertanyaan berikut: pertanyaan berikut:
1. Keluhan utama 1. Keluhan utama 1. Keluhan utama
dan riwayat dan riwayat dan riwayat
penyakit sekarang penyakit sekarang penyakit sekarang
2. Faktor pemicu 2. Faktor pemicu 2. Faktor pemicu
3. Faktor yang 3. Faktor yang 3. Faktor yang
memperberat memperberat memperberat
4. Faktor yang 4. Faktor yang 4. Faktor yang
memperingan memperingan memperingan
5. Riwayat 5. Riwayat 5. Riwayat
penyakit dahulu penyakit dahulu penyakit dahulu
6. Riwayat 6. Riwayat 6. Riwayat
pengobatan pengobatan pengobatan
7. Riwayat 7. Riwayat 7. Riwayat
keluarga dan sosial keluarga dan sosial keluarga dan sosial
2 Pemeriksaan Peserta ujian Peserta ujian melakukan Peserta ujian melakukan Peserta ujian melakukan 2
Fisik tidak melakukan pemeriksaan fisik sesuai cuci tangan sebelum dan cuci tangan sebelum dan
pemeriksaan fisik masalah klinik pasien, setelah pemeriksaan, setelah pemeriksaan,
yang sesuai namun tidak melakukan melakukan pemeriksaan melakukan pemeriksaan
dengan masalah cuci tangan sebelum dan fisik sesuai masalah fisik sesuai masalah
klinik pasien atau setelah pelakukan klinik pasien dengan klinik pasien dengan
pemeriksaan fisik menggunakan teknik menerapkan prinsip
Atau pemeriksaan yang benar sebagai berikut:
Peserta ujian melakukan tetapi tidak runut ● Menggunakan teknik
cuci tangan sebelum dan pemeriksaan yang
setelah pemeriksaan, benar
melakukan pemeriksaan ● Sistematik/runut
fisik sesuai masalah
klinik pasien dengan
menggunakan teknik
pemeriksaan yang tidak
benar
3 Interpretasi Peserta ujian Peserta ujian dapat Peserta ujian dapat Peserta ujian dapat 2
Pemeriksaan tidak dapat menentukan sebagian menentukan sebagian menentukan seluruh
Penunjang menentukan atau seluruh pemeriksaan penunjang pemeriksaan penunjang
pemeriksaan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dan yang dibutuhkan dan
penunjang yang yang dibutuhkan tetapi melakukan interpretasi melakukan interpretasi
diperlukan tidak dapat melakukan yang tepat yang tepat
interpretasi yang tepat
4 Menentukan Peserta ujian Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu 2
diagnosis dan tidak dapat menentukan diagnosis, menentukan diagnosis menentukan diagnosis
diagnosis menentukan tetapi tidak dapat dan satu diagnosis dan dua diagnosis
banding diagnosis dan menentukan diagnosis banding banding dengan tepat
diagnosis banding bandingnya
5 Tatalaksana Peserta ujian Peserta ujian memilih Peserta ujian memilih Peserta ujian memilih 2
Farmakoterap memilih obat yang obat dengan obat dengan tepat sesuai obat dengan tepat sesuai
i tidak tepat menerapkan beberapa seluruh prinsip berikut: seluruh prinsip berikut:
Atau prinsip berikut: 1. Tepat indikasi 1. Tepat indikasi
Peserta ujian 1. Tepat indikasi 2. Tepat dosis 2. Tepat dosis
tidak dapat 2. Tepat dosis 3. Tepat sediaan 3. Tepat sediaan
memilih obat 3. Tepat sediaan 4. Tepat cara 4. Tepat cara
4. Tepat cara pemberian pemberian
pemberian 5. Tepat waktu 5. Tepat waktu
5. Tepat waktu pemberian pemberian
pemberian TETAPI tidak DAN
menuliskan resep ● menuliskan resep
dengan lengkap dengan lengkap dan
benar.
6 Komunikasi Peserta ujian Peserta ujian Peserta ujian Peserta ujian 2
dan Edukasi sama sekali tidak menunjukkan menunjukkan menunjukkan
melakukan 4 kemampuan kemampuan kemampuan
prinsip berkomunikasi dengan berkomunikasi dengan berkomunikasi dengan
komunikasi menerapkan salah satu menerapkan 2-3 dari 4 menerapkan seluruh
prinsip berikut: prinsip berikut: prinsip berikut:
1. mampu membina 1. mampu membina 1. mampu membina
hubungan baik hubungan baik hubungan baik
dengan pasien dengan pasien dengan pasien
secara verbal non secara verbal non secara verbal
verbal (ramah, verbal (ramah, non verbal
terbuka, kontak terbuka, kontak (ramah, terbuka,
mata, salam, mata, salam, empati kontak mata,
empati dan dan hubungan salam, empati
hubungan komunikasi dua dan hubungan
komunikasi dua arah, respon) komunikasi dua
arah, respon) 2. mampu arah, respon)
2. mampu memberikan 2. mampu
memberikan kesempatan pasien memberikan
kesempatan untuk bercerita dan kesempatan
pasien untuk mengarahkan cerita pasien untuk
bercerita dan 3. mampu untuk bercerita dan
mengarahkan melibatkan pasien mengarahkan
cerita dalam membuat cerita
3. mampu untuk keputusan klinik, 3. mampu untuk
melibatkan pasien pemeriksaan klinik. melibatkan
dalam membuat 4. mampu pasien dalam
keputusan klinik, memberikan membuat
pemeriksaan penyuluhan yang keputusan klinik,
klinik. isinya sesuai pemeriksaan
4. mampu dengan masalah klinik.
memberikan pasien 4. mampu
penyuluhan yang memberikan
isinya sesuai penyuluhan yang
dengan masalah isinya sesuai
pasien dengan masalah
pasien
7 Perilaku Peserta ujian Meminta izin secara lisan Meminta izin secara lisan Meminta izin secara lisan 2
profesional tidak meminta izin dan 1-2 poin berikut : dan 3 poin berikut: dan melakukan di bawah
secara lisan dan 1. melakukan 1. melakukan ini secara lengkap:
sama sekali tidak setiap tindakan setiap tindakan 1. melakukan
melakukan poin dengan dengan setiap tindakan
berikut: berhati-hati berhati-hati dengan
1. melakukan dan teliti dan teliti berhati-hati
setiap tindakan sehingga tidak sehingga tidak dan teliti
dengan membahayaka membahayaka sehingga tidak
berhati-hati n pasien dan n pasien dan membahayaka
dan teliti diri sendiri diri sendiri n pasien dan
sehingga tidak 2. memperhatika 2. memperhatika diri sendiri
membahayaka n kenyamanan n kenyamanan 2. memperhatika
n pasien dan pasien pasien n kenyamanan
diri sendiri 3. melakukan 3. melakukan pasien
2. memperhatikan tindakan tindakan 3. melakukan
kenyamanan sesuai prioritas sesuai prioritas tindakan
pasien 4. menunjukan 4. menunjukan sesuai prioritas
3. melakukan rasa hormat rasa hormat 4. menunjukan
tindakan kepada pasien kepada pasien rasa hormat
sesuai prioritas 5. mengetahui 5. mengetahui kepada pasien
4. menunjukan keterbatasan keterbatasan 5. mengetahui
rasa hormat dengan dengan keterbatasan
kepada pasien merujuk atau merujuk atau dengan
5. mengetahui melakukan melakukan merujuk atau
keterbatasan konsultasi bila konsultasi bila melakukan
dengan diperlukan diperlukan konsultasi bila
merujuk atau diperlukan
melakukan
konsultasi bila
diperlukan

5. CONTOH KASUS

6. INSTRUKSI UNTUK LABORAN


 Menyiapkan manekin untuk pemeriksaan thorax
 Menyiapkan alat EKG
7. REFERENSI
Bickley L. 2012. Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking 11 th edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Sya’bani M, A.H Asdie, Siti Nurjanah, Wasilah Rochmah, Bambang Irawan, Barmawi Hisyam,
et all., 2009. Panduan Belajar Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas
Gajah Mada Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai