Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ETIKA DAN UNDANG-UNDANG KESEHATAN

PSIKOTROPIKA

Oleh :
Siti Nur Asiyah
NIM 52019050110

Dosen Pengampu :

apt. Kharisma Aprilita R., M.Pharm.Sc.

JURUSAN S1 KEFARMASIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Menurut Undang-Undang No 15 Tahun 1997, Psikotropika adalah
suatu zat atau obat alamiah maupun narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika bisa menurunkan kinerja otak ataau merangsang
susunan system syaraf pusat sehingga akan menimbulkan kelainan
perilaku yang disertai dengan timbulnuya halusinasi, ilusi, gangguan cara
berfikirdan mengakibatkan ketergantungan. Penyalahgunaan psikotropika
di Indonesia merupakan perbuatan tindak pidana yang ketentuan
pidananya telah diatur secara tegas dalam peraturan perundang-undangan
tentang psikotropika yaitu UU No. 5 Tahun 1997. .
Beberapa upaya sudah dilakukan pemerintah Indonesia dalam
menanggulangi penyebaran psikotropika yang peredarannya tanpa izin.
Salah satunya adalah dengan lahirnya Undang-Undang No. 5 Tahun 1997
tentang Psikotropika yang bertujuan untuk mengatur dan menjamin
ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu
pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan
memberantas peredaran gelap psikotropika (pasal 4 UU No. 5 Tahun
1997). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika adalah
salah satu undang-undang yang mengatur tindak pidana di luar KUHP.
Pengaturan pidana di luar KUHP terjadi karena kemajuan masyarakat itu
sendiri. Dalam UU Psikotropika lingkup pengaturannya juga dibatasi pada
psikotropika yang berpotensi menimbulkan sindrom ketergantungan.
Sementara jenis-jenis psikotropika yang tidak menimbulkan sindrom
ketergantungan, digolongkan sebagai obat keras dan pengaturannya
tunduk pada ketentuan yang mengatur obat keras.
Penyalahgunaan psikotropika dapat menimbulkan ketergantungan apabila
penggunaannya tidak dibawah pengawasan dan petunjuk tenaga kesehatan
yang berkompeten. Hal merugikan bagi penyalahguna, dan memiliki
berdampak sosial, ekonomi, dan keamanan nasional, sehingga menjadi
ancaman nasional. Penyalahgunaan psikotropika mendorong adanya
peredaran gelap, dan ini adalah kejahatan.

UU 5 tahun 1997 tentang Psikotropika juga mengatur tentang Rehabilitasi.


Rehabilitasi bagi pengguna psikotropika yang menderita sindroma
ketergantungan dimaksudkan untuk memulihkan dan/atau
mengembangkan kemampuan fisik, mental dan sosialnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan psikotropika?
2. Apa saja penggolongan jenis psikotropika?
3. Bagaimana cara mencegah penyalahgunaan psikotropika?
4. Bagaimana cara memberantas peredaran gelap psikotropika?
5. Bagaimana cara penyerahan, penyaluran dan produksi
psikotropika?
C. Tujuan
Tujuan psikotropika adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari psikotropika.
2. Untuk mengetahui penggolongan dari psikotropika
3. mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika;
4. memberantas peredaran gelap psikotropika.
5. Untuk mengetahui cara penyerahan, penyaluran dan produksi
psikotropika
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikotropika
Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasia psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.
B. Macam – Macam Psikotropika

Pada umumnya, terdapat tiga jenis psikotropika antara lain yaitu:

1. Halusinogen

Merupakan obat yang bisa membuat timbulnya halusinasi, pemakai


bisa melhat atau mendengar sesuatu yang tidak terlihat, misalnya
berkhayal. Contoh obat yang membuat halusinasi antara lain Licercik
Acid Dhietilamide (LAD), Psylocibine, Micraline, dan Mariyauana.

2. Depresan

Merupakan obat yang menimbulkan efek seolah kerja sistem saraf


berkurang, kesadaran menjadi turun, dan membuat ngantuk. Zat yang
masuk dalam depresan antara lain alkohol, sedatin atau pil KB,
magadon, valium, dan mandrak (MX), Cannabis dan barbiturat.

3. Stimulan

Merupakan obat yang menimbulkan rangsangan terhadap saraf yang


menyebabkan pengguna lebih percaya diri. Yang termasuk obat
stimulan yaitu kafein, kokain, ganja, dan amgetamin. Amfetamin
merupakan obat yang terkandung pada pil ekstasi.
C. Penggolongan Psikotropika

1. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat


digunakan untuk ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dapam terapi,
serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
3. Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Banyaknya penyalahgunaan psikotropika menyebabkan tingginya angka


kriminalitas. Pengguna obat-obatan psikotropika akan mengalami hidup
susah, hancur, dan juga mengalami gangguan kesehatan yang bisa merusak
masa depannya.

Lingkungan sekitar biasanya tidak mau menerima pengguna untuk


bercampur dalam lingkungna itu sendiri. Hal ini bisa jadi karena takut
membuat konsumen Psikotropika menyebar dengan luas.

D. Produksi Psikotropika

1. Psikotropika hanya dapat diproduksi oleh pabrik obat yang telah


memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Psikotropika golongan I dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam
proses produksi.
3. Psikotropika, yang diproduksi untuk diedarkan berupa obat, harus
memenuhi standar dan/atau persyaratan farmakope Indonesia atau
buku standar lainnya.
E. Penyaluran
1. Penyaluran psikotropika dalam rangka peredaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat,
pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi
Pemerintah.
2. Penyaluran psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat dilakukan oleh :
a. Pabrik obat kepada pedagang besar farmasi, apotek, sarana
penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah, rumah sakit, dan
lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan.
b. Pedagang besar farmasi kepada pedagang besar farmasi
lainnya, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi
Pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan/atau
lembaga pendidikan.
c. Sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah kepada rumah
sakit Pemerintah, puskesmas dan balai pengobatan Pemerintah.
3. Psikotropika golongan I hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan
pedagang besar farmasi kepada lembaga penelitian dan/atau lembaga
pendidikan guna kepentingan ilmu pengetahuan.

F. Penyerahan
1. Penyerahan psikottropika dalam rangka peredaran sebagaimana
dimaksud dalam hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan, dan dokter.
2. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada
apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan
kepada pengguna/pasien.
3. Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan,
puskesmas dilakukan kepada pengguna/pasien.
4. Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, dan
balai pengobatan dilaksanakan berdasarkan resep dokter.
5. Penyerahan psikotropika oleh dokter, dilaksanakan dalam hal :
a. menjalankan praktek terapi dan diberikan melalui suntikan;
b. menolong orang sakit dalam keadaan darurat.
c. menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
6. Psikotropika yang diserahkan dokter hanya dapat diperoleh dari
apotek.
BAB III
KESIMPULAN
Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasia psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.
Undang-undang Psikotropika ini mengatur : produksi, peredaran,
penyerahan, ekspor dan impor, pengangkutan, transito, pemeriksaan, label
dan iklan, kebutuhan tahunan dan pelaporan, pengguna psikotropika dan
rehabilatasi, pemantauan prekursor, pembinaan dan pengawasan,
pemusnahan, peran serta masyarakat dan penyidik dan ketentuan pidana.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
LAMPIRAN

Lemari Psikotropika

Sp Psikotropika

Anda mungkin juga menyukai