Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

BUDIDAYA TANAMAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF

“Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Sumber Energi Alternatif”

Oleh :

Nama : Abdul Wahab

\ Nim : D1B117033

Kelas : AGT_C

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jascq) merupakan tumbuhan tropis golongan
plasma yang termasuk tanaman tahunan. Tanaman kelapa sawit berasal dari Negara Afrika Barat.
Tanaman kelapa sawit saat ini merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki
posisi penting di sektor pertanian umumnya (Sastrosayono 2003). Tanaman ini dapat
dimanfaatkan sebgaai salah satu sumber bahan bakar alternatif biodisel, bahan pupuk kompos,
dan bahan dasar industri lainnya. Nilai jual kelapa sawit sangat menjanjikan karena permintaan
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar. Oleh sebab itu, sebagian negara
tropis memiliki cukup lahan untuk budidaya tanaman kelapa sawit (Lubis, 1992).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi
andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit
memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan
kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara.
Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah
propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi
167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3
juta ton CPO (Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan
primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap
bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain mampu
menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa
terbesar bagi Indonesia.
Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi
7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami
peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas.
Produktivitas kelapa sawit adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17
ton/ha pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan.
Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang tepat
dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) adalah pengendalian hama dan
penyakit.
1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses budidaya tanaman kelapa sawit?
2. Apa sumber energi alternatif yang diambil dari tanaman kelapa sawit?
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah teknologi budidaya tanaman perkebunan dan industri
ini adalah sbb :
1. Untuk mengetahui proses budidaya tanaman kelapa sawit
2. Untuk mengetahui sumber energi alternatif yang berasal dari tanaman kelapa sawit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit


Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder, tertier dan
kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar skunder, tertier
dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur
hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas
sampai kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Setyamidjaja, 2006).
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada
pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa
terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk
batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang
melekat kukuh (Sunarko, 2008).
Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut. Daun pupus yang tumbuh
keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas
dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar
(Setyamidjaja, 2006).
Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan
bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga
betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination).
Artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya
dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008).
Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan
daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun. Hal ini disebabkan
semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang
dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa
ons hingga 30 kg (Setyamidjaja, 2006).
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah
antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara
2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran
matahari yang optimum antara 5- 7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 24º -38º C.
Ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Setyamidjaja, 2006).
Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif
kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah.
Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan
metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi menyebabkan
meningkatnya produksi buah. Suhu 200C disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan
vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C diperlukan untuk berlangsungnya produksi
buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika.
Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan faktor iklim. Hal yang
perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk menjamin ketersediaan air dan
ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit
karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat kelancaran
penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan
unsur nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa
sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko, 2008).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Syarat Tumbuh


Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi
lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara
maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain
keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa
sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi.
Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus : Elaeis
Spesies :Elaeis guineensis Jacq.

3.2 Budidaya Tanaman Kelapa Sawit


3.2.1 Persiapan Lahan
Pembukaan lahan merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya Kelapa Sawit
yang sudah ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan dilakukan sesuai
dengan jenis lahannya (areal) hutan, areal alang-alang, areal gambut. Supaya areal tersebut dapat
ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih dari vegetasi atau semak belukar yang
akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok. Sedangkan untuk
memudahkan dalam pengelolaan tanaman Kelapa sawit dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang
kebun yang direncanakan pada saat pembukaan lahan dan sebelum penanaman Kelapa sawit
(Setyamidjaja, 2003).
3.2.2 Pembibitan
Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman
yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Pembibitan
merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit.
Melalui tahap pembibitan sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan
berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan
tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan pada
saat pelaksanaan penanaman (transplanting).
3.2.3 Pemilihan Lokasi
Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan sebagai berikut:
 Areal pembibitan harus terletak sedekat mungkin dengan daerah yang direncanakan
untuk ditanami dengan memperhitungkan biaya pengangkutan bibit
 Areal diusahakan mempunyai topografi datar dan berada di tengah-tengah Kebun Dekat
dengan sumber air dan air tersedia cukup untuk penyiraman, dengan kualitas yang
memenuhi syarat.
 Dekat dengan tempat pengambilan media tanam untuk pembibitan. Drainase baik,
sehingga pada musim hujan tidak tergenang air. Lokasi Pembibitan mempunyai jalan
yang mudah dijangkau dan mempunyai kondisi baik.
 Dekat dengan tenaga kerja lapangan sehingga memudahkan dalam pengawasan. Areal
harus jauh dari sumber hama dan penyakit, serta mempunyai sanitasi yang baik.
3.2.4 Luas Pembibitan
Kebutuhan areal pembibitan umumnya 1,0–1,5% dari luas areal pertanaman yang
direncanakan. Luas areal pembibitan yang dibutuhkan bergantung pada jumlah bibit dan jarak
tanam yang digunakan. Dalam menentukan luasan pembibitan perlu diperhitungkan pemakaian
jalan, yang untuk setiap hektar pembibitan diperlukan jalan pengawasan sepanjang 200 m
dengan lebar 5 m.
3.2.5 Sistem Pembibitan
Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan
pekerjaan, tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi
pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti penanaman
kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (Main Nursery). Sedangkan
pada sistem pembibitan dua tahap (double stage), dilakukan pembibitan awal (Pre Nursery)
terlebih dahulu selama ± 3 bulan pada polybag berukuran kecil dan selanjutnya dipindah ke
pembibitan utama (Main Nursery) dengan polybag berukuran lebih besar.
3.2.6 Media Tanam
Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya
tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah yang digunakan harus memiliki
struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan
bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan
perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke
dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 2 cm.
3.2.7 Polybag
Ukuran polybag tergantung pada lamanya bibit di pembibitan. Pada tahap pembibitan
awal (Pre-Nursery), polybag yang digunakan berwarna putih atau hitam dengan ukuran panjang
22 cm, lebar 14 cm, dan tebal 0,07 mm. Setiap polybag dibuat lubang diameter 0,3 cm sebanyak
12-20 buah. Pada tahap pembibitan utama (Main-Nursery) digunakan polybag berwarna hitam
dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 37-40 cm dan tebal 0,2 mm. Pada setiap polybag dibuat
lubang diameter 0,5 cm sebanyak 12 buah pada ketinggian 10 cm dari bawah polybag.
3.2.8 Pembibitan Awal
Benih yang sudah berkecambah dideder dalam polybag kecil, kemudian diletakkan pada
bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya. Ukuran polybag
yang digunakan adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm ( lay flat ). Polybag diisi dengan 1,5 – 2,0 kg
tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase. Kecambah ditanam
sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm. Setelah bibit dederan yang berada di
prenursery telah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai, bibit dederan sudah dapat
dipindahkan ke pembibitan utama (main-nursery). Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga
agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapt menjaga
kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit. Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat
membantu dalam usaha memperoleh kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit
terhadap kerusakan karena siraman.
3.2.9 Pembibitan Utama
Penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran
40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi lubang pada bagian
bawahnya untuk drainase. Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30
kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan)
di pesemaian bibit (Setyamidjaja, 2006). Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher
akar berada pada permukaan tanah polybag besar dan tanah sekitar bibit di padatkan agar bibit
berdiri tegak. Bibit pada polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan,
dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm
x 100 cm x 100 cm (Setyamidjaja, 2006).
3.2.10 Pemeliharaan
Bibit yang yang telah ditanam di prenursery atau nursery perlu dipelihara dengan baik
agar pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai
dengan umur dan saat tanam yang tepat. Pemeliharaan bibit meliputi :
 Penyiraman
 Penyiangan
 Pengawasan dan seleksi
 Pemupukan
3.2.11 Panen
Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat
dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5
pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5
buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah
yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.
3.3 Tanaman Kelapa Sawit Sebgai Sumber energi Alternatif
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi
andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit
memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Produk utama kelapa sawit yaitu
minyak sawit (CPO) kini sudah mulai dikembangkan sebagai sumber energi terbarukan dengan
memprosesnya menjadi biodiesel, seperti yang sudah dikembangkan di Malaysia.
Produk samping kelapa sawit seperti cangkang dan limbah pabrik CPO juga potensial
sebagai sumber biomassa yang dapat dikonversi menjadi energi terbarukan. Alternatif ini
memiliki beberapa kelebihan seperti sumber energi bersifat renewable sehinggabsia menjamin
kesinambungan produksi, pengembanganya ramah lingkungan dan optimasi pemanfaatan
sumberdaya dan meningkatkan nilai tambah.
Disamping menghasilkan minyak sawit, kelapa sawit juga menghasilkan biomas sawit
seperti tandan kosong, cangkang, pelepah, batang dan lumpur sawit. Dari 11 juta hektar kebun
kelapa sawit bisa mengahasilkan 182 juta ton biomas kering. Dengan adanya teknologi
fermentasi dari biomas tersebut bisa dihasilkan 27 juta tonbioetanol atau biopremium. Selain itu
juga dengan teknologi biogas bisa memanfaatkan kolam lumpur sawit menjadi biogas pengganti
gas alam dan menghasilkan biolistrik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan dan industri yang sangat besar
dalam sektor pertanian. Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang
dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia.
Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Produk utama kelapa
sawit yaitu minyak sawit (CPO) kini sudah mulai dikembangkan sebagai sumber energi
terbarukan dengan memprosesnya menjadi biodiesel.
3.2 Saran
Pentingnya tanaman kelapa sawit dimasa yang akan datang seiring dengan meningkatnya
kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dibuat teknologi produksi sebagai
usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit sebagai sumber energi alternatif.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Portal Makalah. https://makalahnegeri.blogspot.com/2016/09/mka lah-tentang-


budidaya-kelapa.htm. diakses pada tanggal 8 November 2020
F.F.S.B. 2006. Manajemen Pengendalian Hama dan penyakit pada Tanaman Belum Ibrahim.
2015. Menanam dan Budidaya Kelapa. https://satujam.com/menanamdan-
budidaya-Jakarta.
Kawan Batu Estate, PT. Teguh Sempurna, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah. Zaman,
kelapa/. Diakses pada tanggal 8 November 2020.
Lubis, A,U. 1992. Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian
Mengahasilkan di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Sumatera
barat.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Perangin-angin, S.A. 2006. Pengendalian Gulma di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.)
Perkebunan,Marihat-Bandar Kuala. 435 hal
Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta
Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal.
Sulesman. 2014. Makalah budidaya tanaman kelapa sawit. http://.blogspot.co.id/.html (diakses, 8
November 2020)
Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka,

Anda mungkin juga menyukai