Anda di halaman 1dari 19

Tujuan analisis 1 “Menjelaskan analisis bisnis dan hubungannya dengan analisis laporan

keuangan.”

Analisis laporan keuangan merupakan bagian dari analisis bisnis. Analisis bisnis
merupakan analisis atas prospek dan resiko perusahaan untuk kepentingan pengambilan
keputusan bisnis. Keputusan bisnis tersebut dan keputusan-keputusan lain tidak terhitung
bnyaknya. Analisis bisnis membantu pengambilan keputusan dengan menstrukturkan tugas
analisis melalui evaluasi atas lingkungan bisnis perusahaan. Analisa laporan
keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi
posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan
tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan
kinerja perusahaan pada masa mendatang Dasar dari pengambilan keputusan analisis bisnis
salah satunya adalah analisis laporan keuangan karena analisis laporan keuangan
mengevaluasi posisi keuangan dimana keuangan memiliki arti penting dalam sebuah
perusahaan.

Tujuan analisis 2 “Mengidentifikasi dan menilai karakteristik dasar kewajiban dan ekuitas”

Aktivitas bisnis didanai dengan kewajiban atau ekuitas, atau keduanya. Kewajiban
merupakan utang untuk mendapatkan pendanaan yang membutuhkan pembayaran di masa
depan dalam bentuk uang, jasa, atau aset lainnya. Kewajiban merupakan klaim pihak luar atas
aset dan sumber daya perusahaan kini dan masa depan. Kewajiban dapat berupa pendanaan
atau operasi dan biasanya didahulukan daripada pemegang ekuitas.

Kewajiban pendanaan merupakan seluruh bentuk pendanaan kredit seperti wesel


bayar jangka panjang dan obligasi, pinjaman jengka pendel, dan sewa. Kewajiban operasi
merupakan kewajiban yang timbul dari operasi seperti kreditor perdagangan, kredit yang
ditangguhkan, dan kewajiban pensiun. Kewajiban umumnya dilaporkan sebagai lancar atau
tidak lancar biasanya didasrkan pada kapan kewajiban tersebut jatuh tempo, dalam waktu
satu tahun.

Ekuitas merupakan klaim pemilik atas aset bersih perusahaan. Klaim pemilik di
bawah kreditor, yang berarti klaimnya dipenuhi setelah klaim pemilik di bawah kreditor,
yang berarti klaimnya dipenuhi setelah klaim kreditor diselesaikan. Pemegang ekuitas
dihadapkan pada risiko maksimum perusahaan, tetapi juga berhak atas seluruh pengembalian
residu perusahaan. Sekuritas tertentu lainnya, seperti obligasi konversi, berada di tengah garis
yang memisahkan kewajiban dan ekuitas, dan merupakan bentuk pendanaan hasil
penyilangan. Bab ini menjelaskan berbagai bentuk pendanaan, bagaimana perusahaan
mencatat dan melaporkannya, berikut implikasinya bagi analisis laporan keuangan.

Kewajiban Lancar

Kewajiban lancar (atau jangka pendek) merupakan kewajiban yang pelunasannya


memerlukan penggunaan aset lancar atau munculnya kewajiban lancar lainnya antara satu
tahun periode dan satu siklus operasi perusahaan.

Terdapat dua jenis kewajiban lancar. Jenis pertama timbul dari aktivitas operasi,
meliputi utang pajak, pendapatan diterima di muka, uang muka, utang usaha, dan utang gaji.
Jenis kedua timbul dari aktivitas pendanaan , meliputi pinjaman jangka pendek, bagian utang
jangka panjang yang jatuh tempo dan utang bunga.

Kewajiban Tak Lancar

Kewajiban tak lancar (atau jangka panjang) merupakan kewajiban jatuh temponya
tidak dalam waktu satu tahun atau siklus operasi, tergantung mana yang lebih panjang.
Kewajiban ini meliputi pinjaman, obligasi, utang dan wesel bayar. Kewajiban tak lancar
beragam bentuknya, penilaian serta pengukurannya memerlukan pengungkapan atas seluruh
batasan dan ketentuan.

Obligasi merupakan bentuk kewajiban tak lancar yang umum. Nilai nominal obligasi
bersama tingkat kuponnya menentukan bunga yang dibayarkan atas obligasi tersebut.
Penerbit obligasi kadang kala menjual obligasi pada harga dibawah nilai nominal (diskon)
atau di atas nilai nominal (premium)

Analisis Kewajiban

Auditor merupakan satu sumber keyakinan dalam identifikasi dan pengukuran


kewajiban. Auditor menggunakan teknik seperti konfirmasi langsung, melakukan telaah atas
notulen rapat, membaca kontrak perjanjian, serta bertanya pada pihak-pihak yang memahami
kewajiban perusahaan untuk meyakinkan diri mereka bahwa perusahaan mencatat seluruh
kewajibannya.
Jika kewajiban dinyatakan lebih rendah dari seharusnya, kita harus mewaspadai penyajian
laba lebih tinggi dari yang seharusnya karena beban yang lebih rendah atau ditangguhkan.

Fitur Penting dalam Analisis Kewajiban

 Ketentuan utang (seperti tanggal jatuh tempo, tingkat bunga, pola pembayaran, dan
jumlah)
 Pembatasan pemakaian sumber daya dan pelaksanaan aktivitas bisnis
 Kemampuan dan fleksibilitas untuk memperoleh pendanaan selanjutnya
 Kewajiban untuk modal kerja, perbandingan utang terhadap ekuitas
 Fitur konversi kewajiban yang bersifat difusi
 Larangan atas pembayaran-pembayaran seperti dividen

Karakteristik Kewajiban dan Ekuitas

Kewajiban

 Kontrak hukum formal


 Tanggal jatuh tempo yang tetap
 Pembayaran bunga secara tetap dan berkala
 Mendapat prioritas dalam hal terjadi kebangkrutan
 Tidak memiliki suara dalam manajemen
 Beban bunga menjadi pengurang pajak

Ekuitas

 Tidak memiliki tanggal jatuh tempo


 Mendapat deviden
 Hak atas aset bersifat residual
 Saham biasa memiliki hak suara
 Pembayaran deviden tidak mengurangi pajak
 Pajak dikenakan atas penghasilan dan deviden
Tujuan analisis 3 “Menganalisis dan menginterpretasikan pengungkapan sewa dan
menjelaskan implikasi serta penyesuaiannya terhadap laporan keuangan.”

SEWA (lease)
Merupakan perjanjian yang kontraktual antara pemilik (lessor) dan penyewa (lesse)
a. Sewa Pendanaan (capital lease)
Sewa yang mengalihkan manfaat dan resiko kepemilikan secara subtansial dicatat
sebagai perolehan aset dan menimbulkan kewajiban bagi lessse. Sama halnya dengan
lessor yang mencatat sewa tersebut sebagai penjualan dan transaksi pendanaan.
b. Sewa Operasi (operating lease)
Dalam sewa operasi, lease dan lessor mencatat MLP sebagai beban (pendapatan)
sewa dan tidak ada aset atau kewajiban yang diakui secara neraca.
AKUNTANSI dan PELAPORAN SEWA
Klasifikasi dan Pelaporan Sewa
Lease mengklasifikasikan dan mencatat sewa sebagai capital lease jika pada saat terjadinya
transaksi tersebut memenuhi minimal satu dari empat kriteria sebagai berikut :
a. Terdapat transfer kepemilikan aset kepada lesse pada akhir masa sewa.
b. Terdapat opsi untuk membeli aset pada harga murah
c. Masa sewa 75% atau lebih dari estimasi umur ekonomis aset
d. Nilai sekaran pembayaran sewa dan minimum lainnya sebesar 90% atau lebih dari
nilai wajar aset dikurangi dengan kredit pajak investasi yang ditahan oleh lessor
Aturan akuntansi mensyaratkan lesse untuk mengungkapkan, biasanya dalam catatan atas
laporan keuangan, sebagai berikut :
a. MLP dimasa depan secara terpisah untuk capital lease dan operating lease untuk
masing – masing tahun lima tahun mendatang dan total setelahnya
b. Beban sewa untuk masing – masing periode yang dilaporkan di laporan laba rugi.

Pengungkapan Sewa
Aturan akuntansi mensyaratkan perusahaan dengan capital lease untuk melaporkan aset
sewa maupun kewajiban sewa dalam neraca. Terlebih lagi, perusahaan harus
mengungkapkan komitmen sewa dimasa depan untuk capital lease dan operating lease
yang tidak dapat dibatalkan

ANALISIS SEWA
Dampak Operating Lease
a. Operating lease menyajikan kewajiban lebih rendah dari sehrusnya dengan tidak
menyajikan pendanaan sewa dalam neraca.
b. Operating lease menyajikan aset lebih rendah dari seharusnya. Hal ini dapat
meningkatkan rasio tingkat pengembalian investasi, terutama rasio perputaran aset
c. Operating lease menunda pengakuan beban dibandingkan dengan capital lease.
Artinya, operating lease melaporkan laba lebih tinggi diawal masa sewa dan
melaporkan laba lebih rendah diakhir masa sewa
d. Operating lease menyajikan kewajiban lancar lebih rendah dari seharusnya dengan
tidak menyajikan porsi pembayaran pokok yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun
dalan neraca. Hal tersebut meningkatkan rasio lancar dan pengukuran likuiditas
lainnya.
e. Operating lease memasukkan bunga dalam beban sewa. Dengan demikian, operating
lease menyajikan lebih rendak dari yang seharusnya laba operasi dan beban bunga.
Hal tersebut menaikkan coverage ratio seperti times interest earned

Konversi Operating Lease menjadi Capital Lease


Langkah pertama menilai apakah menilai apakah klasifikasi operating lease best buy
dapat diterima. Untuk melakukan hal tersebut, kita harus memperkirakan periode setelah
lima tahun, yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Untuk mengkorversi operating lease menjadi capital lease kita memerlukan estimasi nilai
sekarang kewajiban operating lease best buy. Proses ini dilakukan dengan estimasi tingkat
bunga yang akan kita gunakan untuk mendiskontokan proyeksi pembayaran sewa.
Tersapat dua masalah saat mencari tingkat bunga capital lease dari pengungkapan.
1. Tidaklah mungkin untuk menggunakan cara ini untuk perusahaan yang tidak
melaporkan rincian capital lease.
2. Jika tingkat bunga capital lease dan operating lease berbeda ( dapat terjadi saat
operating lease dan capital lease disepakati pada waktu yang berbeda saat tingkat
bunga berbeda)
Langkah selanjutnya dalam analisis sewa adalah menghitung nilai aset sewa. Ingat bahwa
nilai aset capital lease selalu lebih rendah dari kewajibannya, tetapi seberapa lebih rendah
sulit diperkirakan karena hal tersebut bergantung pada lamanya masa sewa, umur ekonomis
aset, dan kebijakan penyusutan lesse. Dengan demikian, untuk analisis operating lease, kita
asumsikan bahwa nilai aset sewa sama dengan estimasi kewajiban sewa.
PENYAJIAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN untuk REKLASIFIKASI SEWA
Disajikan berupa tampilan yang menujukkan neraca dan laporan laba rugi yang disajikan
kembali sebelum dan sesudah reklasifikasi operating lease. Reklasifikasi operating lease
memiliki dampak yang terbatas dalam pelaporan laba rugi. Sehingga dapat pula menyajikan
dampak konversi operating lease menjadi capital lease terhadap rasio utang

Tujuan analisis 4 “Menganalisis pengungkapan pensiun dan menilai konsekuensinya terhadap


penilaian dan risiko perusahaan.”

MANFAAT PASCAPENSIUN

Terdapat dua bentuk manfaat pascapensiun (postretirement benefit) sebagai berikut:

1. Manfaat pensiun (pension benefit) pemberi kerja menjanjikan manfaat moneter


kepada pekerja pascapensiun. Akuntansi pensiun mensyaratkan pemahaman ekonomi
yang mendasari transaksi dan peristiwa pensiun.
2. Manfaat lain pascapensiun pekerja (OPEB) pemberi kerja menyediakan manfaat lain
(biasanya nonmoneter) pascapnesiun, terutama pemeliharaan kesehatan dan asuransi
jiwa.
Manfaat masa pensiun dan OPEB menjadi bagian besar dalam kewajiban banyak perusahaan.
Selain itu, pensiun menjadi bagian besar dalam tabungan dan investasi ekonomi. Kewajiban
pensiun dan OPEB besar kemungkinan akan berkembang karena perubahan demografis dan
meningkatnya harapan hidup. Program pensium masih menjadi berita beberapa tahun terakhir
ini. Selama decade awal, turunnya tingkat bunga dan melesunya pasar modal telah
melibatkan badai yang hebat bagi program pensiun, yang dikenal dengan istilah krisis
pensiun. Program pensiun pada banyak perusahaan menjadi kekurangan dana, dan pada
beberapa kasus (misalnya, United Airlines), beberapa perusahaan menyatakan dirinya
bangkrut sehingga tidak mampu memenuhi kewajiban pensiunnya.

Sifat Kewajiban Pensiun

Perusahaan memformalkan komitmen pensiun dalam bentuk:

 Program Pensiun, merupakan janji pemberi kerja untuk menyediakan manfaat pensiun
bagi pekerja, dan perjanjian tesebut melibatkan tiga pihak: pemberi kerja, yang
memberikan kontribusi pada program pensiun; pekerja yang menerima manfaat; dan dana
pensiun. Program pensiun dapat dibagi dalam dua kategori utama:
 Program pensiun manfaat pasti, menentukan jumlah pensiun yang dijanjikan oleh
pemberi kerja untuk disediakan bagi pensiunan. Dalam program ini, pemberi kerja
menanggung risiko kinerja dana pensiun.
 Program pensiun iuran pasti, menentukan jumlah kontribusi pemberi kerja pada
program pensiun. Jumlah manfaat pensiun yang diterima pensiunan bergantung pada
kinerja dan pensiun. Dalam program ini, pekerja menanggung risiko kinerja dana
pensiun
 Dana Pensiun, terpisah dari pemberi kerja dan diadministrasikan oleh pihak yang
ditunjuk. Dana pensiun menerima kontribusi, menginvestasikan kontribusi tersebut
dengan cara yang tepat, dan membagikan manfaat pensiun kepada pekerja.

Pembayaran pensiun juga dipengaruhi oleh provisi perolehan hak (vesting). Vesting
merupakan hak pekerja atas manfaat pensiun terlepas dari apakah pekerja masih berada
dalam perusahaan atau tidak. Hak ini biasanya diberikan setelah pekerja memberikan jasa
kepada pemberi kerja selama periode minimum tertentu. Setelah kewajiban ditentukan, beban
pendanaan menjadi keputusan manajemen untuk program pensiun manfaat pasti, yang
dipengaruhi oleh pertimbangan legal dan pertimbangan pajak.

Ekonomi dari Akuntansi Pensiun

Tantangan akuntansi dalam mendefinisikan program pensiun adalah bahwa akuntansi


membuat perkiraan kewajiban dan beban yang dibutuhkan untuk menciptakan pembayaran
kas yang mungkin terjadi di tahun-tahun yang akan datang. Dari sudut pandang ekonomi
murni, definisi yang membentuk kewajiban pensiun adalah nilai sekarang dari pembayaran
manfaat diharapkan karyawan didasarkan pada layanan saat ini. Biaya pensiun ekonomis
adalah sama dengan perusahaan (kenaikan) kewajiban pensiun dikurangi dari aktiva. Ini
disebut status pendanaan. Biasanya, perusahaan kewajiban pensiun karena layanan tambahan
karyawan (biaya jasa) dan efek nilai sekarang.

Persyaratan Akuntansi Pensiun

 Status yang Diakui dalam Neraca. Dua penjelasan mendetail harus diperhatikan
sehubungan dengan status yang dilaporkan dalam neraca. Pertama, jumlah aset dan
kewajiban penisun digabungkan satu sama lain (dan disebut dengan; status pendanaan).
Kedua, perusahaan tidak melaporkan status pendanaan dari program pensiun dalam baris
yang terpisah dalam neraca.
 Biaya Pensiun yang Diakui. Pengakuan biaya pensiun yang dimasukkan dalam laba
bersih (yaitu biaya periodik pensiun bersih-net periodic pensiun cost) adalah versi rata
dari biaya pensiun ekonomi aktual untuk periode tersebut. Jumlah yang ditangguhkan ini
sedikit demi sedikit diakui dalam laba melalui proses amortisasi. Oleh karena itu,biaya
periodik pensiun bersih meliputi biaya jasa, biaya bunga, tingkat ekpektasi pengembalian
aset target dan amortisasi pos-pos yang ditangguhkan.
 Artikukasi Sekuritas Neraca dan Laporan Laba Rugi. Untuk mengartikulasi kedua
sekuritas, penangguhan bersih untuk periode tersebut (yaitu selisih antara jumlah yang
ditangguhkan dengan jumlah yang diamortisasi) dimasukkan dalam laba komprehensif
lainnya untuk periode yang bersangkutan, sementara kumilatif penangguhan bersih
dimasukkan dalam akumulasi laba komprehensif lainnya, yaitu merupakan komponen
ekuitas pemegang saham.
 Akuntansi dalam SFAS 87. SFAS 87 hanya mengakui akumulasi biaya periodik pensiun
bersih dalam neraca sebagai akrual atau biaya pensiun dibayar dimuka. Dengan perkataan
lain, penangguhan bersih yang dalam SFAS 158 dimasukkan ke dalam akumulasi laba
komprehensif lainnya, tetapi dalam SFAS 58 dikeluarkan dari neraca.
Manfaat Karyawan Pascapensiun Lainnya

Manfaat pascapensiun selain pensiun atau manfaat lain pascapensiun karyawan (OPEB)
merupakan manfaat yang diberikan oleh pemberi kerja kepada pensiunan dan anggota
keluarganya. Perlakuan akuntansi dan ekonomi yang mendasari OPEB sangat mirip dengan
perlakuan untuk pensiun-SFAS 158 mengatur akuntansi baik bagi pensiun maupun OPEB.
Terutama, dengan pensiun, (1) biaya OPEB diakui saat terjadi, bukan saat dibayarkan; (2)
aset OPEB di-saling-hapus dengan kewajiban OPEB, dan pengambilan dari aset ini dengan
OPEB; dan (3) keuntungan dan kerugian aktuaria, biaya jasa lalu, dan kelebihan tingkat
pengembalian atas pengembalian yang diharapkan ditangguhkan dan kemudian diamortisasi.

Pelaporan Manfaat Pascapensiun

Ketentuan laporan manfaat pascapensiun (manfaat pensiun dan OPEB) diatur dalam SFAS
132, yang mengharuskan format pengungkapan yang sama bagi OPEB dan manfaat pensiun.
Perusahaan jarang melaporkan secara terpisah baik antara status pendanaan dalam neraca
maupun biaya manfaat pascapensiun di dalam laporan laba rugi. Namun, standar SFAS 132
ini meminta pengungkapan catatan kaki yang panjang lebar, meliputi rincian tentang ekonomi
dan jumlah yang dilaporkan terkait dengan status pendanaan dan biaya manfaat pascapensiun,
rincian asumsi aktuaria dan informasi yang relevan lainnya.

Analisis Manfaat Pascapensiun

Terdapat prosedur lima langkah untuk analisis manfaat pascapensiun:

1. Menentukan dan merekonsiliasikan biaya dan kewajiban (atau aset) manfaat


ekonomis dan yang dilaporkan;
2. Membuat penyesuaian yang diperlukan atas laporan keuangan;
3. Mengevaluasi asumsi aktuaria dan dampaknya pada laporan keuangan;
4. Memeriksa paparan risiko pensiun; dan
5. Mempertimbangkan implikasi asrus kas program manfaat pascapensiun.

 Rekonsiliasi Angka Ekonomis dan Angka yang Dilaporkan


Analisis mengenai pergerakan penangguhan bersih mempunyai sekuritas cermin yang
diharapkan diperoleh dari SFAS 158 atas akumulasi laba komprehensif lainnya. Saldo
awal dan akhir dalam penangguhan bersih akan dimasukkan dalam akumulasi
komprehensif lainnya dalam neraca secara berurutan, dan jumlah penangguhan bersih
tahun tersebut akan dimasukkan dalam laba komprehensif lainnya pada tahun yang sama.

 Menyesuaikan Laporan Laba Rugi dan Neraca


Seorang analisis harus menilai neraca mana yang lebih tepat, apakah aset program
disajikan bersih setelah dikurangi kewajiban atau aset program dan kewajiban disajikan
terpisah di neraca. Perlu diperhatikan bahwa mengakui posisi ekonomi (status pendanaan)
pada neraca dan biaya manfaat ekonomi dalam laba yang konsisten dengan akuntansi
penilaian wajar. FSAB mempertimbangkan untuk memisahkan komponen operasi dan
non-operasi dari biaya pensiun serta turut memperdebatkan apakah aset dan kewajiban
pensiun harus dijumlahkan menjadi satu atau dilaporkan terpisah.
 Asumsi Aktuaria dan Analisis Sensitivitas
Asumsi pentingnya adalah estimasi tingkat diskonto. Perubahan tingkat diskonto
memengaruhi besaran kewajiban pensiun maupun biaya manfaat ekonomi. Tingkat
diskonto yang lebih rendah meningkatkan kewajiban pensiun dan karenanya menurunkan
status pendanaan dari neraca. Tingkat diskonto rendah juga meningkatkan biaya manfaat
ekonomi selama tahun tersebut. Asumsi tingkat pengembalian yang diharapkan
memengaruhi biaya manfaat yang dilaporkan dan merupakan teknik favorit dalam
manajemen laba.
 Paparan Risiko Pensiun
Paparan risiko pensiun merupakan topic penting selama awal tahun 2000-an yang
diistilahkan dengan “krisis pensiun”. Selama periode ini, tingkat bunga menurun tajam,
sehingga meningkatkan nilai kewajiban pensiun secara signifikan. Namun, nilai aset
program turun selama periode yang sama, yang disebabkan oleh keadaan pasar modal
yang sangat buruk. Pensiun bergantung pada status pendaan darri program; semakin suatu
program kekurangan dana, semakin tinggi risiko pensiunnya. Namun, status pendanaan
saja tidak dapat memberikan informasi mengenai dua faktor lain yang kritikal dalam
menentukan risiko pensiun suatu perusahaan yaitu: (1) intensitas pensiun, yaitu besar
kewajiban pensiun (atau aset program) sehubungan dengan ukuran pos aset lainnya dalam
perusahaan tersebut, dan (2) sejauh mana profil risiko dari aset program salah dikaitkan
dengan kewajiban pensiunnya. Seorang analis harus menilai masing-masing faktor di atas
dalam rangka mengevaluasi paparan risiko pensiun perusahaan.

 Implikasi Arus Kas atas Manfaat Pascapensiun


Angka arus kas periode sekarang berguna baik dalam mengevaluasi profitabilitas dari
posisi keuangan perusahaan maupun dalam meramalkan arus kas masa depan. Hal ini
disebabkan karena perusahaan akan mengontribusi suatu program hanya jika diperlukan.

Tujuan analisis 5 “Menganalisis pengungkapan kewajiban kontinjen dan menjelaskan


risikonya.”

Kerugian kontinjensi yang disebut kewajiban kontinjen/bersyarat (contingent liability)


merupakan klaim potensial atas sumber daya perusahaan. Kewajiban kontinjen timbul dari
perkara hukum, ancaman pengambilalihhan, penagihan piutang, klaim atas garansi produk
atau kerusakan produk, garansi kinerja, perhitungan pajak, risiko yang diasuransikan sendiri
(self insured risk), dan kerugian properti akibat bencana.

Kerugian konjensi harus memenuhi dua kondisi agar dapat dicatat sebagai kerugian.

1. “Besar kemungkinan” (probable) bahwa aset akan turun nilainya atau kewajiban akan
timbul. Secara implicit kondisi ini mensyaratkan besar kemungkinan terjadinya
peristiwa kerugian di masa depan.
2. Jumlah kerugian harus “dapat diestimasikan dengan memadai” (reasonably
estimable).

Kewajiban kontinjen yang dilaporkan seperti garansi jasa dan jaminan (warranties)
merupakan estimasi. Keakuratan analisis kita atas kewajiban ini bergantung pada keakuratan
estimasi tersebut, yang sering kali didasarkan pada pengalaman masa lalu perusahaan atau
harapan di masa depan.

Analisis pengungkapan harus dilakukan atas seluruh kerugian (keuntungan)


kontinjensi. Pengungkapan kontinjensi pada umumnya meliputi:

 Deskripsi kewajiban kontinjen dan tingkat risiko.


 Jumlah kontinjen potensial dan bagaimana partisipasi pihak lain diperlakukan dalam
penentuan risiko.
 Pembebanan estimasi kerugian kontinjen, jika ada.

Analisis yang dilakukan harus mengakui bahwa perusahaan terkadang kurang


mengestimasi (underestimate) atau tidak mengakui kewajiban tersebut.

Cadangan untuk kerugian di masa depan merupakan jenis kontinjensi lainnya yang
perlu diperiksa. Konservatisme dalam akuntansi meminta perusahaan untuk mengakui
kerugian saat perusahaan dapat menentukannya atau dapat meramalkannya. Namun
demikian, perusahaan cenderung mengestimasi lebih besar (overestimate) kontinjen mereka,
khususnya di tahun dengan kinerja buruk. Perilaku ini disebut sebagai ‘mandi besar’ (big
bath) dan sering meliputi pencatatan kerugian pelepasan aset, relokasi, dan penutupan pabrik.
Overestimating kerugian ini menarik biaya masa depan ke periode sekarang dan dapat
digunakan oleh manajemen sebagai alat untuk mengatur atau meratakan laba. Rincian
estimasi kerugian ini terkadang diungkapkan dalam laporan yang diserahkan pada SEC,
namun tidak terdapat ketentuan untuk pengungkapan rinci. Meskipun begitu, kita harus
berusaha untuk memperoleh rincian cadangan kerugian per kategori dan jumlahnya untuk
kepentingan analisis kita.

Tujuan analisis 6 “Mengidentifikasi pendanaan di luar neraca dan konsekuensinya terhadap


analisis risiko.”

Pendanaan Diluar Neraca

Pendanaan diluar neraca (off-balance-sheet financing) adalah tidak tercatatnya kewaj


ban pendanaan tertentu. Selain sewa, terdapat rancangan pendanaan diluar neraca lainnya,
dimulai dari yang sederhana sampai yang sangat kompleks. Rancangan ini merupakan bagian
dari tatanan yang selalu berubah, dimana saat ketentuan akuntansi atas transaksi pendanaan
diluar neraca diterapkan untuk lebih mencerminkan kewajiban, diciptakan transaksi baru
yang inovatif untuk menggantikannya.

Salah satu cara untuk mendanai properti, pabrik, dan peralatan adalah meminta pihak
luar untuk mendapatkannya, dan perusahaan sepakat untuk menggunakan aset tersebut serta
menyediakan dana yang cukup untuk melunasi utang. Contoh rancangan ini adalah purchase
agreements dan through-put agreement dimana perusahaan sepakat untuk membeli barang
sejumlah tertentu melalui fasilitas pemrosesan, atau take or pay arrangements dimana
perusahaan memberikan jaminan untuk membayar sejumlah tertentu barang, diperlukan atau
tidak. Perusahaan menempatkan transaksi ini sebagai investasi dalam ekuitas dan tidak
mengonsolidasikannya dalam laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian pendanaan
tersebut tidak masuk dalam kewajiban.

Dari penjelasan diatas dapat penyusun simpulkan bahwa pendanaan diluar neraca adalah
pendanaan tertentu yang tidak tercatat. Terdapat rancangan pendanaan diluar neraca lainnya,
dimulai dari yang sederhana sampai yang sangat kompleks.

Tujuan analisis 8 “Menjelaskan modal saham dan menganalisis serta menginterpretasikan


fitur-fitur yang membedakannya.”

EKUITAS PEMEGANG SAHAM


Ekuitas mengacu pada pendanaan oleh pemilik (pemegang saham) perusahaan.
Ekuitas di pandang klaim pemilik atas aset bersih perusahaan, klaim pemegang ekuritas
ekuitas umumnya berada di bawah kreditor ,yang berarti klaim kreditor di penuhi terlebih
dahulu. Analisis atas ekuitas harus mempertimbangkan pengukuran dan pelaporan standard
ekuitas pemegang saham. Analisi tersebut meliputi:
a) Mengkalsifikasikan dan memisahkan sumber utama pendanaan ekuitas
b) Pempelajari hak untuk kelompok-kelompok pemegang sahamdan prioritas mereka dalam
likuidasi
c) Mengevaluasi pembatasan hukum untuk distribusi ekuitas
d) Menelaah kontrak ,ketentuan hukum,dan pembatasan-pembatasan lainnya atas distribusi
saldo laba.
e) Menilai ketentuan dan provisi sekuritas yang dapat di konversi ,opsi saham,dan
kesepakatan lainnya yang berpotensi menerbitkan saham

Penting bagi kita untuk membedakan antara instrumen kewajiaban dan instrument
ekuitas mengingat perbedaan resio dan pengembalian kedua instrument tersebut. Perbedaan
inni penting terutama jika instrumen keuangan memiliki karakteristik kewajiban dan
karakteristik ekuitas.

1. Modal Saham
a. Pelaporan Modal Saham
Pelaporan modal saham meliputi penjelassn atas perubahan jumlah lembar modal.
Alasan perubahan modal saham terpisah menurut kenaikan dan penurunan.

Sumber kenaikan modal saham yang beredar:


- Penerbitan saham
- Konversi hutang dan saaham preferen
- Penerbitan deviden saham dan pemecahhan saham
- Penerbiatan saham dalam akuisisi merger
- Penerbitan untuk akuisisi dan waran.

Sumber penurunan saham yang beredar:


- Pembelian dan penghentian saham
- Pembelian kembali saham
- Pemecahan saham terbalik

Modal disetor merupakan total pendanaan yang diterima dari pemegang saham
sebagai pembayaran modal saham.modal di setor di bagi mejadi dua bagian yaitu untuk
modal saham nominal dan sisanyadilaporkan sebagai kelebihan modal di setor /modal di setor
atas nilai nominal.saham diperoleh kembali merupakan saham saham perusahaan yang dibeli
kembali setelah sebelumnya di terbitkan dan di bayar penuh.

b. Klasifikasi Modal Saham


Modal saham (capital stock) merupakan saham yang diterbitkan kepada pemegang
ekuitas sebagai pembayaraan aset dan jasa. Saham preferen merupakan kelompok khusus
saham yang memiliki fitur yang tidak dimikili oleh saham biasa,ciri-ciri umum saham
preferen yaitu:
- Perioritas atas distribusi devidentermasuk hak partisipasi dan deviden komulatif.
- Prioritas atas likuidasi terutama pentinga karena selisih antara nilai nominal dan nilai
likuidasi saham preferen bisa besar.
- Tidak memiliki hak suara yang dapat berubah karena perubahanhal-hhal seperti deviden
yang tidak dibayarkan.
- Harga pembelin kembali-biasanya untuk melindungi pemegang saham preferen dari
pembelian kembali yang terlau awal.

Saham biasa (common stock) merupakan kelompok saham yang mencerminkan hak
kepemilikan serta memiliki resiko tinggi dan pemgembalian tinggi atas kinerja perusahaan.

c. Analisis Modal Saham


Akun-akun dalam ekuitass pemengang saham umunya tidak mempengaruhi
penentuan laba, sehingga tidak banyak mempengaruhi analisis laba. Informasi yang lebih
relevan bagi analisis adalah komposisi pos modal dan pembatasan- pembatsaan yang berlaku.
Komposisi ekuitas penting karena dapat mempengaruhi hak sisa atass saham biasa, serta hak
dn resiko ataspengembalian bagi investor ekuitas.

2. Saldo Laba
Saldo laba (retained earning) merupakan modal yang dihasilkan sebuah perusahaan.
Akun saldo laba mencerminakan akumulasi laba atau rugi yang tidak dibagikan sejak
berdirinya perusahaan.

3. Deviden Tunai Dan Deviden Saham


Deviden tunai (cash deviden) merupakan distribusi kas kepada pemegang saham.
Deviden ini merupaka deviden umum dan saat di umumkan menjadi kewajiban bagi
perusahaan. Jenis deviden yang lain ialah deviden no-tunai atau deviden properti, deviden ini
terutang dalam bentuk barang atau bentuk saham perusahaan lain. Deviden saham (stock
deviden) adalah distribusi saham perusahaan itu sendiri kepada pemegang saham secara
proposional. Dividen ini menggambarkan kapitalisasi saham secara permanen.pemegang
saham menerima saldo laba ke akun modal.

4. Pembatasan Saldo Laba

Pembatasan saldol laba dapat dibatasi pada pembayaraan deviden sebagai akibat
kontrak perjanjian, seperti perjanjian pinjaman atau melalui tindakan dewan direksi.
Pembatasan atau persyaratan saldo laba (restriction or convenant of retained earning)
merupakan pembatasan atau ketentuan saldo laba sejumlah tertentu. Pembatasan penting
meliputi pembatasan distribusi deviden.

5. Spin-off dan Split-off


Pembagian anak perusahaan kepada pemegang saham dapat mengambil satu dari dua
bentuk berikut:

 Spin-off yaitu distribusi saham anak perusahaan kepada pemegang saham sebagai deviden
aset(investasi dalam anak perusahaan ) dikurangi sebagai saldo laba
 Split-off yaitu pertukaran saham anak perusahaan yang dimiliki oleh para pemegang
saham ;aset(investasi anak perusahaan) dikurangi dan saham yang diterima dari pemegang
saham di perlakukan sebagia saham yang di tarik kembali.

6. Penyesuaian Periode Lalu


Penyesuaian periode lalu (prior period adjustment) terutama merupakan koreksi
kesalahan di periode laporan keuangan lalu. Perusahaan tidak melaporkan dalam laporan laba
rugi, melainkan melaporkan sebagai penesuaian (setelah pajak) atas saldo awal saldo laba.

Nilai Buku Perlembar Saham

1. Perhitungan Nilai Buku Perlembar Saham


Nilai buku perlembar saham adalah angka perlembar yang bersal dari likuidasi
perusahaan pada jumlah yang dilaporkan dalan neraca .”nilai buku” merupakan istilah
konvensional yang mengacu pada nilai aset bersih – yaitu total asset dikurangi klaim
terhadapnya.”Nilai buku saham biasa” (book value of common stock) sama dengan total
aset dikurangi kewajiban dan klaim sekuritas yang di prioritaskan (seperti saham priferen)
pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca (tetati dapat pula meliputi klaim sekuritas yang
di rioritaskan yang tidak tercatat. Cara sederhana untuk menghitung nilai buku ialah
menjumlahkan akun-akun ekuitas sahm biasa dan menguranginya dengan klaim yang
didahulukan yang tidak tercermin dalam neraca (termasuk deviden terhutang saham
preferen, premium likuidasi,atau hak prioritas saham priferen lainnya).

2. Relevansi Nilai Buku per Lembar Saham


Nilai buku memiliki peranan penting dalam analisis keuangan, aplikasinyameliputi:
 Nilai buku, dengan potensial penyesuiaan, sering sekali digunakan dalam penilaian
kesepakatan merger
 Analisis perusahaan dengan komposisi besar aset likuid (ilustrasi keuangan, investasi,
asuransi, dan bank ) sangat bergantung pada nilai buku
 Analisis obligasi kualitas utama dan saham preferen sangat memerlukan penutupan aset
(asset coverge) Aplikasi tersebut harus mengakui pertimbangan akuntansi dalam
perhitungan nilai
buku perlembar saham sbb:
 Nilai tercatat aset, khususnya aset jangka panjang seperti property, pabrik, dan peralatan
biasanya di sajikan pada harga perolehan yang dapat sangat berbeda dengan nialai pasar
 Aset tak berwujud yang dihasilakan secara internal dan aset kontijen dengan
kemungkinan terjadi yang tinggi seringkali tidak tercermin dalam nilai buku.
3. Kewajiban pada “Ujung”Ekuitas
Bagian ini menjelaskan dua akun yang memiliki berada di antara kewajiab dan ekuitas
– “saham preferen yang dapat ditarik kembali” (redeemable preferred stock) dan
kepentingan minoritas.

4. Saham Preferen yang Dapat Ditarik Kembali


Analis harus mewaspadai sekuritas ekuitas (umumnya saham preferen) yang memiliki
provisi penarikan kembali wajib, yang membuatnya lebih mirip utang daripada ekuitas.
Sekuritas tersebut mengharuskan perusahaan untuk membayar dana pada tanggal tertentu,
namun sekuritas sesungguhnya tidak memiliki ketentuan yang demikian.

Tujuan analisis 9 “Menjelaskan laba ditahan dan distribusinya melalui dividen.”

 Saldo Laba

Merupakan modal yang dihasilkan sebuah perusahaan yang mencerminkan


akumulasilaba atau rugi yang tidak dibagikan sejak berdirinya perusahaan

 Dividen Tunai & Dividen Saham

Dividen tunai merupakan distribusi kas kepada pemegang saham. Dividen ini terutang
dalam bentuk aset perusahaan, dalam bentuk barang atau dalam bentuk saham lain.

Dividen saham adalah distribusi saham perusahaan itu sendiri kepada pemegang
saham secara proporsional dan mencerminkan kapitalisasi laba secara permanen.

 Pembatasan Saldo Laba

ketentuan untuk membatasi saldo laba dengan nilai tertentu. Ketentuan obligasi dan
pinjaman merupakan sumber utama pembatasan saldo laba.

 Spin-off&Split-off

Spin-off : distribusi saham anak perusahaan kepada pemegang saham sebagai


dividen
Split-off : pertukaran saham anak perusahaan yang dimiliki perusahaan dengan
saham yang dimiliki oleh para pemegang saham.

 Penyesuaian periode lalu

koreksi atas kesalahan di periode laporan keuangan sebelumnya. Perusahaan tidak


melaporkan dalam laporan laba rugi melainkan melaporkannya sebagai penyesuaian atas
saldo awal saldo laba

 Relevansi Nilai Buku per Lembar Saham

Nilai buku memiliki peranan penting dalam analisis laporan keuangan yang aplikasinya
meliputi

• Nilai buku dengan potensi penyesuaian

• Analisis perusahaan dengan komposisi besar aset likuid (institusi


keuangan, investasi, asuransi, dan bank) sangat bergantung pada nilai
buku

• Analisis obligasi kualitas utama dan saham preferen sangat


memerlukan penutupan aset

Aplikasi tersebut harus mengakui pertimbangan akuntansi dalam perhitungan nilai


sebagai berikut

• Nilai tercatat aset, khususnya aset jangka panjang

• Aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal dan aset kontinjen
dengan kemungkinan terjadi yang tinggi sering tidak tercermin dalam
nilai buku
TUGAS ALK

ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN

Disusun Oleh :

1. Hendrawan S 14.G1.0078
2. Ferdian S 14.G1. 0116
3. Setiawan S 14.G1.0143
4. Ign, Tyas Bagas 15.G1.0036
5. Margaret Wita 15.G1.0037
6. Ariani Yuniar 15.G1.0088
7. Nidya Nonita 15.G1.0104
8. Rianingtyas M 15.G1.0108
9. Novinta S. H 15.G1.0116

Kelompok : 2

Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 - Bendan Dhuwur, Semarang 50234


Telp. 024-8441555, 8505003 (hunting) Fax. 024-8415429, 8445265
e-mail: kontak@unika.ac.id
www.unika.ac.id

Anda mungkin juga menyukai