Anda di halaman 1dari 29

HUKUM JAMINAN

PROSEDUR PEMBUATAN GADAI DALAM PEGADAIAN

Nama Kelompok:

Arifin Bima Panuntun 8111415110

Yulius kartiko 8111415307

Abdullah azzam 8111415309

Setya Okta wijaya 8111415321

Beni Anjar Siswanto 8111415322

Satria wiradhika 8111415325

Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang

2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik serta
Hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Hasil Observasi disuatu lembaga
BUMN yang menangani permasalahan gadai yaitu Pegadaian yang berjudul tentang
“Penerapan Gadai dalam pegadaian” ini dengan baik, sebagai syarat untuk memenuhi tugas
dalam mata kuliah Hukum Jaminan

Makalah ini kami susun dari berbagai macam referensi dan bantuan dari berbagai pihak yang
sangat kooperatif ketika melakukan observasi serta membimbing kami dalam mengerjakan
makalah ini , dan kami juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
mengalami kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik serta saran dari semua
pembaca agar terciptanya makalah ini lebih baik lagi.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu
kami dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk, mauapun pedoman bagi pembaca dalam bidang Hukum Jaminan
terutama mengenai suatu prosedur gadai pada suatu lembaga pegadaian

Semarang,23 April 2017

(Penyusun).

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... ......................I

KATA PENGANTAR..................................................................................... .....................II

DAFTAR ISI................................................................................................... ......................III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................................2

C. Tujuan Pembuatan Makalah..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pembahasan Mengenai Gadai.............................................................................................3

2.2 Pembahasan Mengenai


Pegadaian.......................................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................................23

DAFAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Dalam kegiatan sehari- hari, uang selalu saja dibutuhkan untuk membeli atau
membayar berbagai keperluan. Dan yang menjadi masalah terkadang kebutuhan yang ingin
dibeli tidak dapat dicukupi dengan uang yang dimilikinya. Kalau sudah demikian, mau tidak
mau kita mengurangi untuk membeli berbagai keperluan yang dianggap tidak penting, namun
untuk keperluan yang sangat penting terpaksa harus dipenuhi dengan berbagai cara seperti
meminjam dari berbagai sumber dana yang ada seperti gadai.

Gadai merupakan suatu yang diperoleh seseorang piutang atas suatu barang bergerak
yang diserahkan kepadanya oleh seorang berhutang, atau oleh seorang lain atas namanya.
Dan yang memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan
dari barang tersebut secara didahulukan dan pada orang-orang berpiutang lainnya, dengan
kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan.

Yang dimaksud dengan benda bergerak termasuk baik benda berwujud maupun tidak
berwujud, misalnya surat-surat berharga atas tunjuk, yakni pembayaran dapat dilakukan
kepada orang yang disebut dalam surat itu atau kepada orang yang ditunjuk oleh orang itu
(untuk surat-surat berharga, apabila diadakan gadai masih diperlukan penyumbatan dalam
surat itu bahwa haknya dialihkan kepada pemegang gadai)
disamping endossement diperlukan juga penyerahan surat-surat berharga.1 

Dalam makalah ini kelompok kami akan membahas mengenai prosedur terjadinya
gadai dalam salah satu lembaga penerima gadai yang salah satunya adalah Pegadaian. Yang
akan kita bahas dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 1997), h. 65 

1
1. Apa yang dimaksud dengan gadai?

2. Apa yang dimaksud dengan Pegadaian?

3. Bagaimana prosedur gadai di Pegadaian ?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah

1. Untuk mengetahui apa itu gadai

2. Untuk mengetahui apa itu lembaga pegadaian

3. Untuk mengetahui prosedur gadai dipegadaian

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Mengenai Gadai

A. Pengertian Gadai

Gadai atau yang disebut juga dengan Pand, merupakan salah satu kebendaan yang termasuk
suatu lembaga jaminan yang di atur dalam buku ke II KUH Perdata. Menurut pasal 1150 KUH
Perdata gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang
diserahkannya kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya dan yang
memberikan kepuasan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut
secara di dahulukan dari pada orang. Orang berpiutang lainnya dengan kekecualian biaya untuk
menyelamatkannya setelah barang itu di gadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan.

Pandrecht adalah suatu hak kebendaan atas suatu barang bergerak kepunyaan orang lain, hak
mana semata-mata diperjanjikan menyerahkan benit atas benda bergerak bertujuan untuk mengambil
pelunasan suatu barang dari pendapatan penjualan benda itu lebih dahulu dari penagih-penagih
lainnya.2

Menurut peraturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 /Pojk.05/2016 Tentang Usaha
Pergadaian, pasal 1 angka 10, yang dimaksud dengan Gadai adalah suatu hak yang diperoleh
Perusahaan Pergadaian atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh nasabah atau oleh
kuasanya, sebagai jaminan atas pinjamannya, dan yang memberi wewenang kepada Perusahaan
Pergadaian untuk mengambil pelunasan pinjaman dari barang itu dengan mendahului kreditur-
kreditur lain, dengan pengecualian biaya untuk melelang atau menjual barang tersebut dan biaya
untuk menyelamatkan barang tersebut yang dikeluarkan setelah barang itu diserahkan sebagai gadai,
biayabiaya mana harus didahulukan.

Sedangkan menurut pendapat R. Wiyono Prodjodikoro yaitu:

“Gadai adalah suatu hak yang didapat oleh seorang berpiutang suatu benda bergerak yang padanya
diserahkan oleh si berutang atau oleh seorang lain atau namanya untuk menjamin pembayaran hutang
dan yang memberikan hak kepada si berutang untuk dibayar lebih dahulu dari berpiutang lainnya,
yang diambil dari uang pendapatan penjualan barang itu”. 3

Sedangkan menurut R. Subekti, gadai adalah sebagai berikut :

2 Ibid
3 R. Wiryono, Prodjodikoro, Hukum Perdata Hak Atas Benda, (Jakarta: Pembimbing Massa, 1993), h.
180 

3
“Perjanjian yang menyebabkan bahwa tanahnya di serahkan untuk menerima tunai ke sejumlah uang,
dengan permufakatan bahwa si penyerah akan berhak mengembalikan tanah itu ke dirinya sendiri
dengan jalan membayar sejumlah uang yang sama maka perjanjian (transactie) dinamakan gadai tanah
(Ground Verpanding).”4

B. Ciri-ciri Gadai Menurut KUH Perdata

Gadai adalah hak yang tidak dapat dibagi-bagi, dimana sebagian pembayaran tidak
membebaskan sebagian benda yang digadaikan diatur dalam pasai 1160 KUH Perdata. Maksudnya
hak gadai sebagai jaminan kebendaan haruslah dibayar atau dilunasi secara keseluruhan. Sedangkan
yang menjadi ciri-ciri dari gadai yang diatur menurut KUH Perdata adalah sebagai berikut.

1. Benda yang menjadi objek gadai adalah benda bergerak baik berwujud maupun tidak
berwujud.
2. Benda gadai harus diserahkan oleh pemberi gadai kepada pemegang gadai.
3. Perjanjian gadai merupakan perjanjian yang bersifat Accesoir yaitu adanya hak dari gadai
sebagai hak kebendaan tergantung dari adanya perjanjian pokok misalnya perjanjian kredit.
4. Tujuan adanya benda jaminan, adalah untuk memberikan jaminan bagi pememegan gadai
bahwa di kemudian hari piutangnya pasti dibayar.
5. Pelunasan tersebut di dahulukan dari kreditur-kreditur lainnya.
6. Biaya-biaya lelang dan pemeliharaan barang.jaminan di lunasi terlebih dahulu dari hasil
lelang sebelum pelunasan piutang.

Barang yang dapat dijadikan jaminan berupa :

1) Perhiasan yang, terdiri dari emas, perak, permata dan lain-lain yang tidak terbatas baik bentuk
maupun jumlah beratnya.
2) Barang yang digolongkan tekstil seperti batik/kain, sarung tenun, permadani dan lain lain.
3) Jam-jam seperti jam tangan, jam kantong, jam lonceng dan lain-lain.
4) Barang elektronika seperti TV, Komputer (Laptop), Radio, Tape Recorder, Hand Phone, dan
lain sebagainya.
5) Barang bermotor seperti sepeda motor dan mobil berupa STNK, BPKB

C. Sifat-sifat Gadai

1. Gadai adalah hak kebendaan

4 R. Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, (Jakarta: PT.


intermassa), h. 112 

4
Dalam Pasal 1150 KUH Perdata tidak disebutkan sifat gadai, namun demikian sifat
kebendaan ini dapat diketahui dari Pasal 1152 ayat (3) KUH Perdata yang menyatakan
bahwa: “Pemegang gadai mempunyai hak revindikasi dari Pasal 1977 ayat (2) KUH Perdata
apabila barang gadai hilang atau dicuri”. Oleh karena hak gadai mengandung hak revindikasi,
maka hak gadai merupakan hak kebendaan sebab revindikasi merupakan ciri khas dari hak
kebendaan. 

Hak kebendaan dari hak gadai bukanlah hak untuk menikmati suatu benda seperti
eigendom, hak bezit, hak pakai dan sebagainya. Benda gadai memang harus diserahkan
kepada kreditor tetapi tidak untuk dinikmati, melainkan untuk menjamin piutangnya dengan
mengambil, penggantian dari benda tersebut guna membayar piutangnya.

2. Hak gadai bersifat accesoir

Hak gadai hanya merupakan tambahan saja dari perjanjian pokoknya, yang berupa
perjanjian pinjam uang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa seseorang akan mempunyai
hak gadai apabila ia mempunyai piutang, dan tidak mungkin seseorang dapat mempunyai hak
gadai tanpa mempunyai piutang. Jadi hak gadai merupakan hak tambahan atau accesoir, yang
ada dan tidaknya tergantung dari ada dan tidaknya piutang yang merupakan perjanjian
pokoknya.

Dengan demikian hak gadai akan hapus jika perjanjian pokoknya hapus. Beralihnya
piutang membawa serta beralihnya hak gadai, hak gadai berpindah kepada orang lain
bersamasama dengan piutang yang dijamin dengan hak gadai tersebut, sehingga hak gadai
tidak mempunyai kedudukan yang berdiri sendiri melainkan accesoir terhadap perjanjian
pokoknya.

3. Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi

Karena hak gadai tidak dapat dibagi-bagi, maka dengan dibayarnya sebagian hutang
tidak akan membebaskan sebagian dari benda gadai. Hak gadai tetap membebani benda gadai
secara keseluruhan. Dalam Pasal 1160 KUH Perdata disebutkan bahwa :

5
“Tak dapatnya hak gadai dan bagi-bagi dalam hal kreditor, atau debitur meninggal dunia
dengan meninggalkan beberapa ahli waris.“

Ketentuan ini tidak merupakan ketentuan hukum memaksa, sehingga para pihak dapat
menentukan sebaliknya atau dengan perkataan lain sifat tidak dapat dibagi-bagi dalam gadai
ini dapat disimpangi apabila telah diperjanjikan lebih dahulu oleh para pihak.

4. Hak gadai adalah hak yang didahulukan

Hak gadai adalah hak yang didahulukan. Ini dapat diketahui dari ketentuan Pasal 1133
dan 1150 KUHPerdata. Karena piutang dengan hak gadai mempunyai hak untuk didahulukan
daripada piutang-piutang lainnya, maka kreditor pemegang gadai mempunyai hak mendahulu
(droit de preference). Benda yang menjadi obyek gadai adalah benda bergerak baik yang
bertubuh maupun tidak bertubuh. 

5. Hak gadai 

Adalah hak yang kuat dan mudah penyitaannya. Menurut Pasal 1134 ayat (2) KUH
Perdata dinyatakan bahwa: “Hak gadai dan hipotik lebih diutamakan daripada privilege,
kecuali jika undang-undang menentukan sebaliknya“. Dari bunyi pasal tersebut jelas bahwa
hak gadai mempunyai kedudukan yang kuat. Di samping itu kreditor pemegang gadai adalah
termasuk kreditor separatis. Selaku separatis, pemegang gadai tidak terpengaruh oleh adanya
kepailitan si debitor.

Kemudian apabila si debitor wanprestasi, pemegang gadai dapat dengan mudah


menjual benda gadai tanpa memerlukan perantaraan hakim, asalkan penjualan benda gadai
dilakukan di muka umum dengan lelang dan menurut kebiasaan setempat dan harus
memberitahukan secara tertulis lebih dahulu akan maksud-maksud yang akan dilakukan oleh
pemegang gadai apabila tidak ditebus (Pasal 1155 ayat (2) KUH Perdata). Jadi di sini acara
penyitaan lewat juru sita dengan ketentuan-ketentuan menurut Hukum Acara Perdata tidak
berlaku bagi gadai.

D. Hapusnya Gadai Menurut KUH Perdata


6
Setiap ada awal pasti ada akhir setiap permasalahan pasti ada penyelesaian. Begitu juga
dengan gadai pasti akan ada pula hapus atau berakhirnya hak gadai. Berakhirnya persetujuan
gadai adalah merupakan rentetan, setelah terlaksananya persetujuan.  

Mengenai cara berakhirnya atau hapusnya suatu gadai menurut KUH Perdata adalah
sebagai berikut:

1. Hak gadai hapus apabila hutang telah dibayar oleh si berutang.


2. Hak gadai hapus apabila barang yang di gadaikan keluar dari kekuasaan si penerima gadai.
3. Apabila sudah dilepaskan oleh penerima gadai melunasi atas dasar atau kemauan sendiri
dari penerima gadai maka penerima gadai mengembalikan barang yang digadai pada pemberi
gadai.
4. Karena persetujuan gadai bersifat accessoir yang jika perjanjian pokok berakhir maka
dengan sendirinya gadaipun berakhir.
5. Bila barang yang digadaikan musnah atau terbakar diluar kehendak atau kemampuan
pemegang gadai. Dimana penerima dan pemberi gadai sama-sama mengalami.
6. Barang gadai menjadi milik dari si pemegang gadai atas kesepakatan atau persetujuan dari si
pemberi gadai (pengalihan hak milik atas kesepakatan).

Berakhirnya gadai dapat juga berakhir apabila objek gadai musnah karena bencana
alam atau lainnya, maka perjanjian gadai berakhir dan pemegang gadai tidak berhak untuk
meminta uang gadainya kembali dari penggadai jika tidak ada asuransi.

E. Ruang Lingkup Objek Gadai

Didalam perjanjian gadai objek-objek gadai menurut hukum perdata tersebut selalu
mengikuti dari perjanjian gadai. Objek tersebut memiliki kekuatan hukum sesuai dengan hak
kebendaan yang selalu mengikat dalam suatu perjanjian gadai. Hak kebendaan tersebut di
dalam hukum perdata mengandung ciri-ciri sebagai berikut :

a. Benda yang dijadikan sebagai benda jaminan senantiasa dibebani hak tanggungan.
Hal ini dapat kita lihat dengan jelas sebagaimana diatur dalam pasal 1150 KUH
Perdata.

7
b. Si berpiutang yang memegang gadai menuntut haknya untuk menerima pelunasan
pembayaran hutang dengan satu pembuktian pokok sebagaimana diatur dalam Pasal
1151 KUH Perdata yang berbunyi sebagai berikut "Persetujuan gadai dibuktikan
dengan segala alat yang diperbolehkan bagi pembuktian persetujuan pokok".
c. Objeknya adalah benda bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud.
d. Hak gadai merupakan hak yang dilakukan atas pembayaran dari pada orang-orang
berpiutang lainnya.
e. Benda yang dijadikan objek gadai merupakan benda yang tidak dalam sengketa dan
bermasalah.
f. Benda gadai harus diserahkan oleh pemberi gadai kepada pemegang gadai
g. Semua barang bergerak dapat diterima sebagai jaminan sesuai dengan kriteria-kriteria
pihak Pegadaian.5

F. Pelunasan dari Hasil yang digadaikan

Pasal 1200-1206 berhubungan dengan hak-hak dan wajib-wajib dari pemegang gadai
yang dapat dibela dalam hak-hak dan kewajiban yang ada selama adanya hak gadai dan hak-
hak beserta kewajiban yang berhubungan dengan pengambilan pelunasan yang dapat
dilakukan oleh pemegang gadai atas benda yang digadaikan dalam wanprestasi dari debitur.
Arti dari hak gadai terdiri antara lain dari hal bahwa kreditur atau pemegang gadai adalah
wewenang untuk melakukan penjualan atas kuasa sendiri benda yang digadaikan. Apabila
debitur atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajibannya. Dalam umumnya kreditur dapat
menguatkan benda yang digadaikan tersebut untuk mengambil pelunasan uang pokok, bunga
dan biaya-biaya tanpa diharuskan pertama-tama memancing suatu penghukuman debitur oleh
pengadilan. Dalam pada itu, ia terikat pada ketentuan untuk memperhatikan beberapa aturan
yang dicantumkan dalam pasal 1201.

Dari hal tersebut perlu kita ketahui bahwa bagaimanapun juga tidak boleh terjadi
dalam hal debitur melakukan wanprestasi. Dari pihak pemberi gadai dapatlah si pemegang
gadai, berdasarkan pasal 1201 dan dengan mengindahkan formalitas-formalitas yang harus
ada dalam pasal-pasal tersebut menyuruh agar benda tersebut dijual tetapi disamping itu pasal
1201 memberikan kepadanya hak untuk berhubungan dengan hakim dan untuk menuntut agar
hakim menemukan suatu cara tertentu bagi penjualan benda yang digadaikan tersebut. Agar

5  Hilman Hadi Kusuma, Hukum Perjanjian Adat, (Bandung: Alumni Bandung, 1992), hlm. 19 

8
hakim menyetujui benda-benda yang digadaikan diterima oleh si pemegang gadai sebagai
pembayar untuk sejumlah uang tertentu, jumlah mana akan ditetapkan oleh hakim.
Jika para pihak pada saat mengadakan perjanjian gadai sudah menghendaki untuk
mengadakan peraturan tentang cara memperjuangkan benda yang digadaikan dalam hal
demikianlah Hoge Raad ( 1 April 1927), tidak dibenarkan pemberian wewenang untuk
pengambilan pelunasan dengan penjualan dibawah tangan, tetapi tidak dibolehkan ialah
menentukan bahwa si pemegang gadai hanya atau dapat menempuh cara bertindak
sebagaimana ditentukan dalam pasa 1203.

Sesudah perjanjian benda yang digadaikan, kreditur wajib untuk


mempertanggungjawabkan hasil (pengurangan) kepada debitur dan untuk membayar
kepadanya sisa lebihnya. Dalam hal kepailitan sesuai pemegang gadai berkedudukan  ebagai
yang disebut separatis. Hogd Raad mengemukakan bahwa suatu penetapan expasal 1202
belum membuktikan adanya hak gadai, sebab piutang yang bersangkutan tidak ditujukan
pada sebuah penetapan pengadilan mengenai adanya hak gadai (Ares. H. R. 25 Januari 1934).
Dan selanjutnya mengenai cell-cell atas tunjuk, bahwa orang yang menerbitkan “cell cell” itu
wajib kepada setiap pemegang yang jujur jadi c.q juga kepada si pemegang gadai yang
sesudah penyerahan barang harus berbuat menurut pasal 1201 dengan barang-barang itu.

2.2 Pembahasan Mengenai Pegadaian

A. Pengertian Pegadaian

Pegadaian adalah sebuah BUMN di Indonesia yang usaha intinya adalah bidang jasa


penyaluran kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadai.

Gadai. Menurut kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150, gadai adalah hak
yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang
bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai
utang atau oleh seorang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Seorang yang berutang
tersebut memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang untuk menggunakan barang
bergerak yang telah diserahkan untung melunasi utang apabila pihak yang berutang tidak
dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.

Dalam ketentuan umum pasal 1 angka 1 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31
/Pojk.05/2016 Tentang Usaha Pergadaian usaha Pergadaian adalah segala usaha menyangkut

9
pemberian pinjaman dengan jaminan barang bergerak, jasa titipan, jasa taksiran, dan/atau jasa
lainnya, termasuk yang diselenggarakan berdasarkan prinsip syariah.

pegadaian adalah satu-satunya badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai
izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk
penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai seperti dimaksud dalam Kitab
Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150 di atas.

Pegadaian menurut Susilo (1999) adalah suatu hak yang diperoleh oleh seorang yang
mempunyai piutang atas suatu barang bergerak.

Pegadaian adalah suau badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai ijin
untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk
penyaluran dana masyarakat atas dasar hukum gadai.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa gadai adalah suatu hak yang diperoleh
oleh orang yang orang yang berpiutang atas suatu barang yang bergerak yang diserahkan oleh
orang yang berpiutang sebagai jaminan utangnya dan barang tersebut dapat dijual oleh yang
berpiutang bila yang berutang tidak dapat melunasi kewajibannyapada saat jatuh tempo.

B. Usaha pegadaian

a. Kegiatan Usaha Pegadaian

Pegadaian tentunya memiliki kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan keuangan yaitu :

1.         Penghimpunan Dana

            Dana yang diperlukan oleh Pegadaian untuk melakukan kegiatan usahanya berasal
dari :

a. Pinjaman jangka pendek dari perbankan


b. Dana jangka pendek sebagian besar adalah dalam bentuk ini (sekitar 80% dari total
dana jangka pendek yang dihimpun)
b) Pinjaman jangka pendek dari pihak lainnya (utang kepada rekanan, utang kepada
nasabah, utang pajak, biaya yang masih harus dibayar, pendapatan diterioma dimuka,
dan lain-lain)
c) Penerbitan obligasi

10
d) Sampai dengan tahun 1994, Perum Pegadaian sudah 2 (dua) kali menerbitkan obligasi
yang jangka waktunya masing-masing 5 tahun. Penerbitan pertama adalah pada tahun
1993 sebesar Rp 25 miliardan penerbitan yang kedua kalinya adalh pada tahun 1994
juga sebesar Rp 25 miliar, sehingga sampai tahun 1994 total nilai obligasi yang telah
diterbitkan adalah Rp 50 miliar.
e) Modal sendiri

Modal sendiri yang dimiliki oleh Pegadaian terdiri dari:

1. Modal awal: kekayaan Negara diluar APBN sebesar Rp 205 miliar


2. Penyertaan modal pemerintah
3. Laba ditahan: laba ditahan ini merupakan akumulasi laba sejak perusahaan pegadaian
inio berdiri pada masa Hindia Belanda.

2.   Penggunaan Dana

   Dana yang telah berhasil dihimpun kemudian digunakan untuk mendanai kegiatan usaha
Pegadaian. Dana tersebut antara lain digunakan untuk hal-hal berikut:

a.         Uang kas dan dana likuid lain

Pegadaian memerlukan dana likuid untuk berbagai kebutuhan seperti:kewajiban yang jatuh
tempo, penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan atas dasar hukum gadai, pembayaran
pajak, dan lain-lain.

b.        Pembelian dan pengadaan berbagai bentuk aktiva tetap dan inventaris

Aktiva tetap berupa tanah dan bangunan serta inventaris ini tidak secara langsung dapat
menghasilkan penerimaan bagi pegadaian namun sangat penting agar kegiatan usahanya
dapat dijalankan dengan baik. Aktiva tetap dan peralatan ini antara lain adalah berupa tanah,
kantor atau bangunan, computer, kendaraan, meubel, brankas, dan lain-lain.

c.         Pendanaan kegiatan operasional

Kegiatan operasional Pegadaian memerlukan dana yang tidak kecil. Dana ini antara lain
digunakan untuk: gaji pegawai, honor, perawatan peralatan, dan lain-lain.

d.        Penyaluran dana

11
Pengunaan dana yang utama adalah untuk disalurkan dalam bentuk pembiayaan datas dasar
hukum gadai. Lebih dari 50% dana yang telah dihimpun oleh Pegadaian tertanam dalam
bentuk aktiva ini, karena memang ini merupakan kegiatan utamanya. Penyaluran dana ini
diharapkan akan dapat menghasilkan keuntungan, meskipun tetap dimungkinkan untuk
mendapatkan penerimaan dari bunga yang dibayarkan oleh nasabah. Penerimaan inilah yang
merupakan penerimaan utama bagi Pegadaian dalam menghasilkan keuntungan, meskipun 
tetap ,dimungkinkan untuk mendapatkan penerimaan dari sumber yang lain seperti investasi
surat berharga dan pelelangan jaminan gadai.

e.         Investasi lain

Kelebihan dana (idle fund) yang belum diperlukan untuk mendanai kegiatan operasional
maupun belum dapat disalurkan kepada masyarakat, dapat ditanamkan dalam berbagai
macam bentuk investasi jangka pendek dan menengah. Investasi ini dapat menghasilkan
penerimaan bagi Pegadaian, namun penerimaan ini bukan merupakan penerimaan utama
yang diharapkan oleh Pegadaian. Sebagai contoh, Pegadaian dapat memanfaatkan dananya
untuk investasi dibidang property, seperti kantor dan took. Pelaksanaan investasi ini biasanya
bekerja sama dengan pihak ketiga seperti pengembang (developer), kontraktor, dan lain-lain.

B. Ketentuan-Ketentuan Pegadaian

Siamat (2005: 744) mengatakan bahwa, status Pegadaian awalnya merupakan Perusahaan
Negara (PN) Pegadaian berdasarkan UU No. 19 Prp. 1960 jo. Peraturan Pemerintah RI No.
178 Tahun 1961 tanggal 3 Mei 1961 tentang pendirian Perusahaan Pegadaian (PN
Pegadaian). Kemudian, status badan hukum PN Pegadaian berubah menjadi Perusahaan
Jawatan (Perjan) berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1969 tanggal 11 Maret
1969 tentang perubahan kedudukan PN Pegadaian menjadi jawatan Pegadaian jo. UU No. 9
Tahun 1969 tanggal 1 Agustus 1969 dan penjelasannya mengenai bentuk-bentuk usaha
negara dalam Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan
Perseroan (Persero). Selanjutnya, untuk meningkatkan efektivitas dan produktivitasnya,
bentuk Perjan Pegadaian kemudian berubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 tanggal 10 April 1990.

Dengan perubahan status dari Perjan menjadi Perum, pegadaian diharapkan akan lebih
mampu mengelola usahanya dengan lebih profesional dan business oriented tanpa
meninggalkan tujuan awalnya, yaitu penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai,
dengan pasar sasaran adalah masyarakat golongan ekonomi lemah, dan dengan cara mudah,

12
cepat, aman, dan hemat sesuai dengan motonya menyelesaikan masalah
tanpa masalah.Perum Pegadaian sampai saat ini merupakan satu-satunya lembaga formal di
Indonesia yang berdasarkan hukum, diperbolehkan melakukan pembiayaan dalam bentuk
penyaluran kredit atas dasar hukum gadai.

Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2011, mulai
tanggal 1 April 2012 status hukum Perum Pegadaian berubah menjadi Persero. Menurut
BUMN (2006) langkah ini diambil Pegadaian sebagai konsekuensi logis dari dinamika
internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan. Secara internal Pegadaian dipicu oleh
semakin meningkatnya rasio antara hutang dan ekuitas, semakin beragamnya produk,
meningkatnya kebutuhan modal kerja, serta meningkatnya tuntutan produktivitas pegawai
dan kompensasi upah yang memadai. Sementara secara eksternal, didorong oleh semakin
meningkatnya persaingan bisnis gadai. Kemudian pada tahun 2016 dikeluarkanlah Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 /Pojk.05/2016 Tentang Usaha Pergadaian, yang isinya
mengatur mengenai usaha pegadaian.

C. Proses Pinjaman atas Dasar Hukum gadai


1. Barang yang dapat digadaikan

Pada dasarnya, hampir semua barang bergerak dapat digadaikan di pegadaian dengan
pengecualian untuk barang-barang tertentu. Barang-barang yng dapat digadaikan meliputi:

a. Barang perhiasan

b. Perhiasan yang terbuat dari emas, perak, platina, intan, mutiara, dan batu
mulia.

c. Kendaraan

d. Mobil, sepeda motor, sepeda,dan lain-lain

e. Barang elektronik

f. Kamera, refrigerator, freezer, radio, tape recorder, video player, televise, dan
lain-lain

g. Barang rumah tangga

h. Perlengkapan dapur, perlengkapan makan, dan lain-lain

i. Mesin-mesin

13
j. Tekstil

k. Barang lain yang dianggap bernilai oleh pegadaian.

2. Penaksiran

Pinjaman atas dasar hukum gadai mensyaratkan penyerahan barang bergerak sebagai jaminan
pada loket yang telah ditentukan pada kantor.pegadaian setempat. Mengingat besarnya
jumlah pinjamna sangat tergantung pada nilai barang yang akan digadaikan, maka barang
yang diterima dari calon peminjam terlebih dahulu harus ditaksir nilainya oleh petugas
penaksir. Petugas penaksir adalah orang-orang yang sudah mendapatkan pelatihan khusus
dan berpengalaman dalam melakukan penaksiran barang-barang yang akan digadaikan.
Pedoman dasar penaksiran telah ditetapkan oleh Pegadaian agar penaksiran atas suatu barang
bergerak dapat sesuai dengan nilai sebenarnya. Pedoman penaksiran yang dikelompokkan
atas dasar jenis barang adalah sebagai berikut :

1) Emas

a) Petugas menaksir melihat Harga Pasar Pusat (HPP) dan standar


taksiran logam yang telah ditetapkan oleh kantor pusat. Harga
pedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan dengan
perkembangan harga yang terjadi.

b) Petugas penaksir melakukan pengujian karatase dan berat.

c) Petugas penaksir menentukan nilai taksiran

2) Permata

a) Petugas penaksir melihat standar taksiran permata yang telah


ditetapkan oleh kantor pusat. Standar ini selalu disesuaikan dengan
perkembangan pasar permata yang ada.

b) Petugas penaksir melakukan pengujian kualitas dan berat permata

c) Petugas penaksir menentukan nilai taksiran

3) Barang gudang (mobil, mesin, barang elektronik, tekstil, dan lain-lain)

a) Petugas penaksir melihat Harga Pasar Setempat (HPS) dari barang.


Harga pedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan
dengan perkembangan harga yang terjadi.
14
b) Petugas penaksir menentukan nilai taksiran

Nilai taksiran terhadap suatu objek barang yang akan digadaikan tidak ditentukan sebesar
harga pasar, melainkan setelah dikalikan dengan presentase tertentu. Sebagai contoh, emas
yang menurut harga pasar adalah senilai Rp 100.00, nilai taksirannya tidak sebesar Rp
100.000. Nilai taksiran emas tersebut adalah sebesar Rp 88.000. angka pengali sebesar 88%
ditentukan oleh Pegadaian, dan angka ini bukanlah angka baku yang tetap sepanjang masa,
dengan kata lain angka ini bisa mengalami perubahan. pegadaian sudah menetapkan pengali
untuk berlian adalah 45%, angka pengali untuk tekstil adalah 83%, dan seterusnya. Nilai
taksiran inilah yang dijadikan acuan untuk menentukan besarnya pinjaman yang akan
diberikan kepada nasabah.

3. Pemberian Pinjaman

Nilai taksiran atas barang yang akan digadaikan tidak sama dengan besarnya pinjaman yang
diberikan. Setelah itu ditentukan, maka petugas menentukan jumlah uang pinjaman yang
dapat diberikan. Penentuan jumlah uang pinjaman ini juga berdasarkan persentase tertentu
terhadap nilai taksiran, dan presentase ini juga telah ditentukan oleh Pegadaian berdasarkan
golongan yang besarnya berkisar antara 80-90%.

4. Pelunasan

Sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan pada waktu pemberian pinjaman, nasabah
mempunyai kewajiban melakukan pelunasan pinjaman yang telah diterima. Pada dasarnya
nasabah dapat melunasi kewajibannya setiap saat tanpa harus menunggu waktu jatuh tempo.
Pelunasan pinjaman beserta sewa modalnya (bunga) dibayarkan langsung ke kasir disertai
surat gadai. Setelah adanya pelunasan atau penebusan yang disertai dengan pemenuhan
kewajiban nasabah yang lain, nasabah dapat mengambil kembali barang yang digadaikan.

5. Pelelangan

Penjualan barang yang digadaikan melalui suatu pelelangan akan dilakukan oleh
Pegadaian pada saat yang telah ditentukan dimuka apabila terjadi hal-hal berikut:

15
1) Pada saat masa habis atau jatuh tempo, nasabah tidak bisa menebus barang
yang digadaikan dan membayar kewajiban lainnya karena berbagai alasan, dan

2) Pada saat masa pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak
memperpanjang batas waktu pinjamannya karena berbagai alasan

Hasil pelelangan barang yang digadaikan akan digunakan untuk melunasi seluruh kewajiban
nasabah kepada pegadaian yang terdiri dari :

1) Pokok pinjaman

2) Sewa modal atau bunga

3) Biaya lelang

Apabila barang yang digadaikan tidak laku dilelang atau terjual dengan harga yang
lebih rendah daripada nilai taksiran yang telah dilakukan pada wal pemberian pinjaman
kepada nasabah yang bersangkutan, maka barang yang tidak laku dilelang tersebut dibeli oleh
negara dan kerugian yang timbul ditanggung oleh pegadaian

C. Manfaat Pegadaian

a. Bagi nasabah

Manfaat utamanya yang diperoleh oleh nasabah yang meminjam dari Pegadaian adalah
ketersediaan dana dengan prosedur yang relatif lebih sederhana dalam waktu yang lebih cepat
terutama apabila dibandingkan dengan kredit perbankan. Di samping itu, mengingat jasa
yang ditawarkan oleh Pegadaian tidak hanya jasa pegadaian, maka nasabah juga dapat
memperoleh manfaat antara lain :

a. Penaksiran nilai suatu barang bergerak dari pihak atau institusi yang telah
berpengalaman dan dapat dipercaya.penaksiran atas suatu barang antara penjual dan
pembeli sering sulit sampai pada suatu kesepakatan yang sama.

b. Penitipan suatu barang bergerak pada tempat yang aman dan dapat dipercaya.
Nasabah yang akan berpergian, merasa kurang aman menempatkan barang
bergeraknya ditempat sendiri, atau tidak mempunyai sarana penyimpanan suatu
barang bergerak dapat menempatkan barang bergeraknya di pegadaian.

b. Manfaat Bagi Pegadaian


16
Manfaat yang diharapkan dari Pegadaian sesuai jasa yang diberikan kepada nasabahnya
adalah :

a. Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh peminjam dana

b. Penghasilan yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh nasabah memperoleh
jasa tertentu dari pegadaian.

c. Pelaksanaan misi Pegadaian sebagai suatu Badan Usaha Milik Negarayang bergerak
dlam bidang pembiayaan berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang
memerlukan dana dengan prosedur dan cara yang relatif sederhana.

d. Berdasarkan peraturan pemerintah No. 10 Tahun 1990, laba yang diperoleh oleh
Pegadaian digunakan untuk :

1) Dana pembangunan semesta (55%)

2) Cadangan umum (20%)

3) Cadangan tujuan (5%)

4) Dana sosial (20%)

2.3 Prosedur Gadai di Pegadaian

Sebenarnya gadai tak hanya dapat dilakukan dikantor pegadaian. Gadai juga dapat
dilakukan di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Koperasi. Barang yang digadaikan berupa
gadai BPKB, emas, Handphone, laptop atau peralatan elektronik lainnya, yang merupakan
benda berwujud dan bergerak. Misalnya saja Bank perkreditan Rakyat (BPR), Nasabah dapat
menggadaikan kendaraan bermotornya. Dengan keuntungan nasabah tetap dapat
menggunakan kendaraan bermotor yang BPKBNya sudah digadaikan, pada barang berupa
emas, keamanan emas milik nasabah sangat terjamin, karna jika terjadi suatu hal yang tidak
diinginkan misalnya emas tersebut hilang maka nasabah akan mendapatkan ganti rugi penuh,
senilai dengan emas nasabah yang hilang.

Dari hasil observasi kemarin kami mendapat informasi mengenai tahap-tahap prosedur
gadai di pegadaian. Dalam hal ini pegadaian memiliki 11 produk seperti KCA (Kredit Cepat
Aman), GAdai Fleksi dll.namun dalam makalah ini kami memfokuskan pada salah satu

17
produk pegadaian yang namanya krasida, KRASIDA adalah kredit (pinjaman) yang
diperuntukkan untuk Masyarakat Luas dari segala profesi dan umur dengan sistem gadai yang
pembayarannya dilakukan secara angsuran (bulanan) dengan bunga yang relatif murah
dengan anggunan berupa emas dan kendaraan bermotor, fitur atau keunggulan yang
didapatkan dalam produk kresida yaitu berupa:
 Diperuntukkan bagi masyarakat luas (PNS, karyawan, pedagang, nelayan, industri,
dll)
 Proses mudah & persyaratan sederhana
 Agunan berupa emas lantakan ,perhiasan atau berupa kendaraan
 Pelayanan di lebih dari 4400 outlet Pegadaian di seluruh Indonesia.
 Pinjaman mulai dari Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 250.000.000,-.
 Pinjaman maksimal 95% dari nilai transaksi agunan.
 Pinjaman dengan sewa modal relatif murah dengan angsuran tetap per bulan.
 Pinjaman berjangka waktu fleksibel dengan pilihan 6, 12, 24 dan 36 bulan.
 Pelunasan dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan pemberian diskon untuk sewa
modal.
Untuk persyaratan mengajukan gadai krasida ini yaitu:
 Fotocopy KTP dan Kartu Keluarga
 Menyerahkan dokumen yang sah
 Menyerahkan Barang jaminan berupa emas, perhiasan atau kendaraan bermotor
 Untuk agunan berupa kendaraan bermotor dilingkapi dengan dokumen asli kendaraan
seperti BPKB , STNK yang di foto copy, serta dengan foto copy faktur pembelian
Sedangkan untuk proses Prosedur Pemberian Kredit yaitu :
1. Nasabah mengisi formulir aplikasi kredit KRASIDA
2. Nasabah menyerahkan dokumen-dokumen usaha, perhiasan emas, atau
kendaraan bermotor serta persyaratan lainnya
3. Petugas Pegadaian memeriksa keabsahan dokumen-dokumen yang
diserahkan
4. Petugas Pegadaian menaksir agunan yang diserahkan
5. Bersama Suami/Istri untuk menandatangani surat perjanjian kredit
6. Pencairan kredit

2.4. Penyelesaian Hukum Nasabah Akibat Wanprestasi atau Cidera Janji Terhadap
Perjanjian Kredit

18
Dalam rangka mengatasi hambatan-hambatan yang ada dalam penyelesaian perjanjian
kredit dengan anggunan berupa emas atau kendaraan bermotor menempuh beberapa jalan.
Sesuai dengan isi perjanjian pihak nasabah atau disebut debitur mempunyai kewajiban untuk
melakukan pembayaran pembelian logam emasatau kendaraan secara mengangsur sesuai
dengan harga jenis emas/ kendaraan yang dipilih dengan jangka waktu yang ditentukan dan
menyerahkan obyek jual beli berupa emasatau kendaraan sebagai jaminan pelunasan utang
kepada pihak Pegadaian atau disebut kreditur.

Ketentuan Pasal 1763 dan Pasal 1764 memberikan penegasan bahwa kewajiban
debitur untuk melakukan pembayaran pelunasan atas apa yang telah diperjanjikan. Sehingga
debitur tidak melakukan kesewenang-wenangan terhadap suatu perjanjian meskipun
perjanjian itu dibuat dengan syarat yang memudahkan untuk dipenuhi debitur. Selain itu
debitur mempunyai hak untuk menerima obyek jual beli yang telah dijaminkan jika telah
terjadi pelunasan angsuran kredit logam mulia. Sementara itu pihak Pegadaian atau disebut
kreditur mempunyai kewajiban untuk menyimpan obyek jaminan jual beli berupa emas atau
kendaraan dan menyerahkan obyek jaminan ketika telah terjadi pelunasan pembayaran oleh
pihak debitur.

Pasal 1238 KUHPerdata menyatakan bahwa seorang debitur dapat dikatakan


wanprestasi apabila sudah diperingatkan akan tetapi tidak dilaksanakan sampai melebihi
jangka waktu perjanjian. Jika melakukan pembayaran tidak tepat waktunya dapat dikatakan
wanprestasi dikarenakan debitur melaksanakan prestasi namun tidak tepat waktunya. Pasal 7
tentang cidera janji pada perjanjian (kredit) logam mulia atau kendaraan Pegadaian jika
nasabah dinyatakan cidera janji apabila ayat (1) jika nasabah lalai atau sengaja tidak
melaksanakan kewajibannya kepada Pegadaian maka berdasarkan perjanjian, ayat (2) jika
menunggak angsuran kali berturut-turut atau berselang. Pasal 2 ayat (5) pada perjanjian kredit
logam mulia atau kendaraan Pegadaian menyatakan apabila jika nasabah membayar
angsuran melewati tanggal yang telah ditetapkan maka nasabah dikenakan denda

Berkaitan dengan penerapan denda maka pihak nasabah akan kesulitan


memperkirakan denda yang harus dibayar ketika akan melakukan pelunasan utangnnya.
Melihat ketentuan Pasal 1243 KUHPerdata maka sesuai dengan isi perjanjian pihak nasabah
atau debitur wajib untuk membayar angsuran pokok dan denda sesuai dengan yang telah
diperjanjikan sebelumnya. Pasal 4 ayat (3) pada perjanjian (kredit) logam mulia atau

19
kendaraan Pegadaian menegaskan bahwa denda yang belum dibayarkan oleh pihak nasabah
merupakan utang nasabah kepada Pegadaian.

Pembayaran denda merupakan pemenuhan hak atas kelalaian pihak nasabah kepada
Pegadaian. Tidak ada penggantian bilamana lalainya itu disebabkan karena keadaan memaksa
atau disebabkan suatu kejadian tak disengaja. 6 Keterlambatan pembayaran angsuran kredit
logam mulia yang dilakukan nasabah dikarenakan lupa akan kewajibannya, uang yang
digunakan untuk pembayaran tidak mencukupin dan adanya kebutuhan mendadak dalam
rumah tangga. Pasal 1244 KUHPerdata menyatakan jika ada alasan untuk itu, si berutang
harus dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga apabila ia tak dapat membuktikan, bahwa
hal tidak atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan suatu
hal yang tak terduga, pun tak dapat dipertanggungjawabkan padanya, kesemuanya itupun jika
itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya.

Ketentuan Pasal 1245 KUHPerdata juga menyatakan tidaklah biaya rugi dan bunga,
harus digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tak
disengaja si berutang beralangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau
lantaran hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang. maka akan diterapkan
pemberian somasi dari pihak Pegadaian kepada nasabah. Somasi yaitu surat teguran kepada
debitur untuk memenuhi kewajibannya. Menurut Wawan Muhwan Hariri somasi berupa surat
teguran dari Pengadilan Negeri atau ingebreke steling, yaitu surat teguran dari kreditur tidak
melalui Pengadilan Negeri. Somasi Pegadaian terhadap nasabah kredit logam mulia atau
kendaraan diberikan sebanyak 2 kali yaitu pada bulan ke tiga penunggakan setelah tanggal
jatuh tempo pada bulan ketiga diberikan setelah 7 hari, somasi pertama tidak ditanggapi 7
hari berikutnya somasi kedua, jika somasi kedua tidak ditanggapi maka pada 7 hari setelah
somasi kedua dilakukan eksekusi yaitu berupa pelelangan.

Nasabah yang tidak menanggapi surat somasi dan tidak melakukan pelunasan maka
selanjutnya akan diberikan surat pemberitahuan dari Pegadaian akan jadwal pelelangan atas
benda jaminan berupa emasatau kendaraan. Setelah dilakukan pelelangan maka hasil lelang
emasatau kendaraan yang didapat diakumulasikan dulu dengan jumlah angsuran yang belum
dibayar oleh pihak nasabah, selanjutnya hasil lelang keseluruhan dikurangkan dengan jumlah
angsuran yang belum dibayar beserta bunganya, jika hasil lelang yang sudah dikurangkan
masih terdapat kelebihan atau disebut sisa uang maka sisa uang menjadi milik pihak nasabah,

6 Elise T. Sulistini dan Rudy T. Erwin, 1987, Petunjuk Praktis Menyelesaikan Perkara-Perkara Perdata, Jakarta:
Bina Aksara, hal. 31.

20
akan tetapi jika hasil lelang masih belum mencukupi untuk melakukan pembayaran angsuran
maka kekurangan hasil lelang merupakan utang pihak nasabah kepada Pegadaian dan wajib
untuk melakukan pembayaran atas utang tersebut.

Apabila dalam proses penjumlahan hasil lelang terdapat perselisihan antara nasabah
dengan pihak Pegadaian maka sesuai dengan ketentuan dari perjanjian pokok dan perjanjian
jaminan akan diselesaikan melalui musyawarah dan mufakat oleh para pihak dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari, akan tetapi apabila tidak ditemukan kata mufakat maka akan
diselesaikan melalui Pengadilan Agama setempat

BAB III

21
PENUTUP

3.1 kesimpulan

Dari apa yang telah dijelaskan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa gadai adalah suatu hak
yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitur atau
seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada kreditur itu untuk mengambil
pelunasan dari barang-barang tersebut secara didahulukan daripada kreditur-kreditur lainnya. Hak dan
kewajiban pemegang gadai yaitu ia berhak untuk menahan barang-barang yang dipertanggungkan
selama hutang-hutang dan bertanggung jawab kepada kerugian apabila karena kesalahannya barang
yang dipertanggungkan menjadi hilang.

Dalam pelunasan dari hasil yang digadaikan disini dapat dijelaskan bahwa hak gadai kreditur
atau pemegang gadai memiliki wewenang untuk melakukan penjualan atas kuasa sendiri benda-benda
yang digadaikan. Apabila debitur atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajibannya. Dalam
umumnya kreditur dapat menguangkan benda yang digadaikan tersebut untuk mengambil pelunasan
uang pokok, bunga dan biaya-biaya, tanpa diharuskan pertama-tama memancing suatu penghukuman
debitur oleh pengadilan

.Pegadaian adalah satu-satunya badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin
untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana
ke masyarakat atas dasar hukum gadai seperti dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Pasal 1150 di atas . Tugas Pokoknya adalah memberi pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum
gadai agar masyarakat tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan informal yang cenderung
memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat.Hal ini didasari pada fakta yang terjadi di
lapangan bahwa terdapat lembaga keuangan yang seperti lintah darat dan pengijon yang dengan
melambungkan tingkat suku bunga setinggi-tingginya. Kegiatan usaha Pegadaian dipimpin sebuah
dewan direksi yang terdiri dari seorang direktur utama dan beberapa direktur.

Dana yang diperlukan oleh Pegadaian untuk melakukan kegiatan usahanya berasal dari :

a) Pinjaman jangka pendek dari perbankan

b) Dana jangka pendek

c) Pinjaman jangka pendek dari pihak lainnya Penerbitan obligasi

d) Penerbitan obligasi

e) Modal sendiri

22
Modal sendiri yang dimiliki oleh Pegadaian terdiri dari:

1) Modal awal: kekayaan Negara diluar APBN sebesar Rp 205 miliar

2) Penyertaan modal pemerintah

3) Laba ditahan: laba ditahan ini merupakan akumulasi laba sejak perusahaan pegadaian
inio berdiri pada masa Hindia Belanda.

Dana yang berhasil dihimpun kemudian digunakan untuk mendanai kegiatan usaha
Pegadaian. Dana tersebutantara lain digunakan untuk hal-hal berikut :

a) Uang kas dan dana likuid lain

b) Pembelian dan pengadaan berbagai bbentuk aktiva tetap dan inventaris

c) Pendanaan kegiatan operasional

d) Penyaluran dana

e) Investasi lain

Barang-barang yng dapat digadaikan meliputi:

a) Barang perhiasan

b) Perhiasan yang terbuat dari emas, perak, platina, intan, mutiara, dan batu mulia.

c) Kendaraan

d) Mobil, sepeda motor, sepeda,dan lain-lain

e) Barang elektronik

f) Kamera, refrigerator, freezer, radio, tape recorder, video player, televise, dan lain-
lain

g) Barang rumah tangga

h) Perlengkapan dapur, perlengkapan makan, dan lain-lain

i) Mesin-mesin

j) Tekstil

k) Barang lain yang dianggap bernilai oleh pegadaian.

23
Barang yang diterima dari calon peminjam terlebih dahulu harus ditaksir nilainya oleh
petugas penaksir. Pedoman dasar penaksiran telah ditetapkan oleh pihak Pegadaian agar penaksiran
atas suatu barang bergerak dapat sesuai dengan nilai sebenarnya.

Penjualan barang yang digadaikan melalui suatu pelelangan akan dilakukan oleh pihak
Pegadaian pada saat yang telah ditentukan dimuka apabila terjadi hal-hal berikut:

3) Pada saat masa habis atau jatuh tempo, nasabah tidak bisa menebus barang yang
digadaikan dan membayar kewajiban lainnya karena berbagai alasan, dan

4) Pada saat masa pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak memperpanjang batas
waktu pinjamannya karena berbagai alasan.

Manfaat utamanya yang diperoleh oleh nasabah yang meminjam dari Pegadaian adalah
ketersediaan dana dengan prosedur yang relatif lebih sederhana dalam waktu yang lebih cepat
terutama apabila dibandingkan dengan kredit perbankan. Dari hasil observasi dengan melakukan
wawancara dari berbagai kantor pegadaian semarang serta Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Serta
Kantor pusat Bank BNI Wilayah Jawatengah, kami menyimpulkan bahwa dalam pengimplementasian
gadai dalam prosedur pembentukan gadai telah memenuhi point point sesuai dengan pengertian gadai
dalam KUHPer yang menjadi pembeda yaitu, dengan terdapatnya modifikasi dalam mengenai
pengaturan gadai yang disesuaikan dengan hokum positif yang berlaku di Indonesia.

24
DAFTAR PUSTAKA

R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 1997.

R. Wiryono, Prodjodikoro, Hukum Perdata Hak Atas Benda, Jakarta: Pembimbing Massa,


1993.

Hilman Hadi Kusuma, Hukum Perjanjian Adat, Bandung: Alumni Bandung, 1992

H.Riduan  Syahrani,  S.H.,  Seluk-Beluk  Dan  Asas-Asas Hukum Perdata, Cet. 1-Bandung :


Alumni, 2006

Prof.  R.  Subekti,  S.H.  dan   R.  Tjitrosudibio,  Kitab  Undang- Undang Hukum Perdata
(KUHPerd), - Cet. 38-Jakarta : Pradnya Paramita, 2007

http://pegadaian.co.id

http://id.wikipedia.org/wiki /Pegadaian

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 /Pojk.05/2016 Tentang Usaha Pergadaian

Dokumentasi Hasil Observasi di Kantor Pegadaian Semarang

25
26

Anda mungkin juga menyukai