Anda di halaman 1dari 12

METODE PEMBELAJARAN BERBICARA

Mata Kuliah : Analisis Wacana


Dosen Pengampu : Dr. Sulastriningsi Djumingin, M.Hum.

Disusun Oleh :

Anggreni (1851041028)
Suci Awaliah (1851042018)
Mar’in Suwardi (1851041022)
Zhafira Usamadilla (1851041032)
Nurhikma (1851041023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSSAR
2020
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat berbicara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 196) tertulis
bahwa berbicara adalah “berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan
perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding”.Berbicara secara umum dapat
diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isihati) seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami
oleh orang lain (Depdikbud, 1984:3/1985:7). Pengertiannya secara khusus banyak
dikemukakan oleh para pakar. Henry Guntur Tarigan (2008:16),
mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut
sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan serta dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Sty Slamet (2007:12) menjelaskan bahwa berbicara adalah kegiatan
mengekspresikan gagasan, perasaan, dan kehendak pembicara yang perlu
diungkapkan kepada orang lain dalam bentuk ujaran. Sedangkan menurut
SabartiAhdiah (1992:3) berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan
melalui bahasa lisan. Selanjutnya Nurhatim (2009:1) berbicara adalah bentuk
komunikasi verbal yang dilakukan manusia dalam rangka pengungkapan
gagasan dan ide yang telah disusun dalam pikiran. Menurut Suharyanti (1996:5),
berbicara adalah suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) yang dapat
dilihat (visualble) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia
demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan yang dikomunikasikan.

B. Metode Berbicara

“Menurut Prof. Dr. Iskandarwassid Metode adalah cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Metode lebih bersifat prosedural dan sistemik karena tujuannya untuk mempermudah
pengerjaan suatu pekerjaan.”
Ada empat cara atau tehnik yang bisa digunakan dalam menyampaikan
pembicaraan seperti, impromtu/spontan, esktemporan, naskah dan menghafal. Metode-
metode tersebut kita pilih untuk menyampaikan suatu pembicaraan. Salah satu metode
yang empat tersebut yaitu :
1) Metode impromptu ‘serta merta’
Dalam hal ini pembicara tidak melakukan persiapan lebih dulu sebelum
berbicara, tetapi secara serta merta atau mendadak berbicara berdasarkan pengetahuan
dan pengalamannya. Pembicara menyampaikan pengetahuannya yang ada
dihubungkan dengan situasi dan kepentingan saat itu.
 Kelebihan dari metode ini :
a) Tidak memerlukan waktu yang panjang untuk mempersiapkan pembicaraan
b) Bagi yang berpengalaman tampil berbicara, cara ini cukup efektif
c) Tidak memerlukan waktu untuk mengumpulkan bahan
Kekurangan dari metode ini :
a) Cenderung berbicara tidak efektif dan berbelit-belit
b) Pembicaraan kaku dan kurang sistematis
c) Penggunaan bahasa juga cenderung tidak efektif

2) Metode ekstemporan
“Dalam hal ini pembicara sebelum melakukan kegiatan berbicara terlebih
dahulu mempersiapkan diri dengan cermat dan membuat catatan penting. Catatan itu
digunakan sebagai pedoman pembicara dalam melakukan pembicaraannya. Dengan
pedoman itu pembicara dapat mengembangkannya secara bebas.
Setiap teknik berpidato mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk itu,
setiap orang mungkin berbeda pilihannya dengan yang lain karena sangat bergantung
pada kesiapan dan kemahiran dalam mempraktikkannya.
Keunggulannya antara lain:
a) pokok-pokok isi pidato tak ada yang terlupakan
b) penyampaian isi pidato runtut
c) kemungkinan salah dan lupa kecil;
d) dan interaksi dengan pendengar sangat komunikaif.
Kelemahannya antara lain:
a) tangan cenderung kurang bebas bergerak karena memegang kertas jika tidak
hafal
b) terkesan kurang siap karena sering melihat catatan jika tidak hafal
c) pemakaian bahasa kurang baik.

C. Metode Pembelajaran Berbicara


Metode pembelajaran berbicara yang baik selalu memenuhi kriteria. Kriteria itu
berkaitan dengan tujuan, bahan, pembinaan keterampilan proses, dan pengalanan belajar.
Kriteria yang harus dipenuhi oleh metode pembelajaran berbicara antara lain, adalah:
1. Relevan dengan tujuan pembelajaran
2. mengetahui memudahkan siswa memahami materi pengajaran
3. Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang
4. meransang siswa untuk belajar
5. mengembangkan siswa untuk belajar
6. mengembangkan kreativitas siswa
7. tidak menuntut peralatan yang rumit
8. mudah dilaksanakan
9. menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan.
Cara guru mengajar sangat berpengaruh kepada cara siswa belajar. Bila guru
mengajar hanya melalui metode ceramah saja, maka dapat diduga hasil berupa
pemahaman materi yang bersifat teoritis. Taraf kesiapan siswa dalam belajar di kelas
rendah kadar CBSA-nya. Mengajar keterampilan berbicara hendaknya jangan sampai
tenggelam dalam penyakit lama, penyakit secara rutin, menonton, tanpa variasi,
Budinuryanta dan kawan-kawan (1997:10. 25).
Penulis menyajikan sejumlah metode pembelajaran berbicara, setiap metode
akan diuraikan, sehingga mudah dipahami, dan di menghayati serta dapat dipraktekkan
dalam pembelajaran berbicara di sekolah.
a. Ulang ucap

Metode ucapan adalah suara guru atau rekaman suara guru, model pengucapan yang
diperdengarkan kepada siswa harus dipersiapkan dengan teliti. Suara guru harus jelas,
intonasi cepat, dan kecepatan berbicara normal. Model ucapan diperdengarkan di
depan kelas, siswa mengajarkan dengan teliti lalu mengucapkan kembali sesuai
dengan model.
b. Lihat dan ucapkan
Guru memperlihatkan kepada siswa benda tertentu kemudian siswa menyebutkan
nama benda tersebut, benda-benda yang diperlihatkan dipilih dengan cermat
disesuaikan dengan lingkungan siswa, bila bendanya tidak ada atau tidak
memungkinkan di bawah kelas, benda tersebut5 dapat diganti oleh tiruannya atau
gambarnya.
c. Memeriksa/mendeskripsikan
Siswa disuruh memperlihatkan suatu benda atau gambar benda, kesibukan lalu lintas,
melihat pemadangan atau gambaran di teliti, kemudian siswa diminta memeriksa apa
yang dilihatnya secara lisan.
d. Pertanyaan Menggali

Salah satu cara membuat banyak berbicara adalah pertanyaan menggali, disamping
memancing siswa berbicara, pertanyaan menggali juga digunakan untuk menilai
kedalaman dan keluasan pemahaman siswa terhadap sesuatu masalah.
e. Melanjutkan cerita
Dua, tiga atau empat siswa bersama-sama menyusun cerita secara spontan, kadang-
kadang guru boleh juga terlibat dalam kegiatan tersebut, misalnya guru menguasai
cerita dan cerita itu dilanjutkan siswa pertama, kedua, dan diakhiri dengan siswa
berikutnya.
f. Menceritakan kembali
Guru menyediakan bahan yang agak panjang. Bahan itu diberikan kepada siswa
untuk dibaca dan dipahami. Kemudian siswa disuruh menceriterakan kembali isi
bacaan yang dibacanya.
g. Percakapan
Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai sesuatu topik antara
dua atau lebih pembina Greene & patty dalam Budinuryanta (1997: 10.32). dalam
percakapan ada dua kegiatan, yakni menyimak dan berbicara silih berganti, suasana
dalam percakapan biasanya akrab, spontan, dan wajar. Topik pembicaraan adalah hal
yang diminati bersama. Percakapan merupakan suasan pengembangan keterampilan
berbicara.
h. Parafrase
Paraphrase berarti alih bentuk, misalnya memproseskan isi atau sebaliknya
mempuisikan prosa, bila seorang siswa dapat memprosakan suatu puisi dengan baik
berarti siswa tersebut dapat mengekspresikan isi puisi tersebut, secara lisan. Puisi
yang akan diperafrasekan dapat dipilih oleh guru agar sesuai dengan kemampuan
siswanya.
i. Reka cerita Gambar
Siswa dapat dipancing berbicara melalui stumulus gambar, guru mempersiakan
gambar benda tertentu seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, mobil, kereta api, kapal,
dan sebagainya, gambar itu dapat pula sketsa di pasar, stasion, di sawah, pertokoan,
dan sebagainya. Siswa diinstruksikan mengamati dan memperhatikan gambar
tersebut. hasil pengamatan itu kemudian diungkapkan secara lisan.
j. Berceritera
Berceritera atau menceritakan suatu ceritera tertentu di depan umum menuntut
keterampilan berbicara, gaya berceritera yang menarik, intonasi yang tepat,
pengurutan cerita yang cocok harus dikuasai benar-benar.
Pertama-tama siswa disuruh memilih cerita yang menarik bagi dirinya dan bagi
pendengarnya. Kemudian siswa menguasai isi dan jalan cerita atau menghafalkan
cerita itu, setelah itu baru siswa berceritera di depan pendidikan dengarnya. Melalui
kegiatan berceritera siswa mengembangkan keterampilan berbicara.
k. Bermain peran
Teknik bermain peran sangat baik dalam mendidik siswa dalam menggunakan
ragam-ragam bahasa, cara berbicara orang tua tentu berbeda dengan cara anak-anak
berbicara. Cara penjual berbicara berbeda pula dengan cara berbicara pembeli.
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa sesuai dengan peran
orang yang diperankannya. Misalnya sebagai guru, orang tua, polisi, hakim, dokter,
dan sebagainya. Setiap tokoh yang diperankan karakteristik tertentu pula.
l. Wawancara
Wawancara atau intervieu adalah percakapan dalam bentuk tanya-jawab. Wawancara
dapat digunakan sebagai metode pembelajaran berbicara. pada hakekatnya wawancara
adalah bentuk kelanjutan dari percakapan. Percakapan dan tanya jawab sudah biasa
digunakan sebagai metode pembelajaran berbicara.
m. Diskusi
Diskusi ialah proses pelibatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal
tetap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui cara tukar menukar informasi
untuk memcehkan masalah. Kim dalam Budinuryanta, dan kawan-kawan
(1997:10.40). pada hakikatnya diskusi adalah percakapan dalam bentuk lanjut, cara,
isi, dan bobot pembicaraan lebih tinggi atau lebih kompleks dari percakapan biasa,
berdiskusi berjenis-jenis, misalnya diskusi meja bundar, diskusi kelompok, diskusi
panel, simposium, kolom debat, dan lain-lain.
n. Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah mentaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita
yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa harus mempersiapkan
naskah atau scenario, perilaku, perlengkapan, seperti pakaian, ruangan, dan peralatan
lainnya yang diperlukan. Melalui teknik dramatisasi siswa dilatih mengekspresikan
dan pikirannya dalam bentuk lisan.

D. Teknik Pembelajaran Berbicara


Dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara, guru harus cermat dalam
memilih metode atau teknik dalam pengajaran berbicara.  Metode atau teknik berbicara
yang baik harus memenuhi berbagai kriteria yang berkaitan dengan tujuan, bahan,
pembinaan keterampilan proses, dan pengalaman belajar.
Kriteria – kriteria itu antara lain:
a. Relevan dengan tujuan pengajaran dan jenjang pendidikan
b. Memudahkan siswa memahami materi pengajaran
c. Mengembangkan butir – butir keterampilan proses
d. Dapat merealisasikan pengalaman belajar
e. Merangsang siswa untuk belajar
f. Mengembangkan penampilan siswa
g. Menggunakan sarana yang mudah
h. Mudah dilaksanakan, serta
i. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Selain teknik pengajaran, guru juga harus memenuhi syarat untuk menjadi guru
keterampilan bebicara. Dalam pengajaran keterampilan berbicara, syarat yang harus
dipenuhi oleh seorang guru adalah:
a. Penguasaan materi tentang keterampilan mengajar, serta mampu mengajarkannya
kepada siswa.
b. Memiliki banyak pengalaman yang beraneka ragam.
c. Mengetahui seluk – beluk tentang berbicara.
d. Mengetahui aneka teknik  berbicara.
e. Mampu mempraktikkannya dalam pengajaran berbicara.
Pengetahuan guru keterampilan tentang teknik – teknik pengajaran berbicara yang
banyak serta pemilihan metode pengajaran yan tepat memberikan keuntungan –
keuntungan , antara lain:
a. Guru dapat membuat pengajaran yang lebih bervariasi.
b. Dengan metode pengajaran yang tepat, problematika belajar mengajar dapat
dipecahkan.
c. Dengan banyaknya  pengetahuan teknik pengajaran berbicara yang bervariasi, seorang
guru akan menjadi lebih percaya diri, sehingga mampu mengajarkan keterampilan
berbicara.
d. Guru dapat menggalakkan CBSA, dengan memilih metode yang tepat dalam
pengajaran.
e. Dengan memilih dan menggunakan metode yang tepat akan menciptakan suasana
belajar yang kondusif, serta
f. Dapat mencapai tujuan belajar.

Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbicara,


diantaranya:
a) Wawancara
Melalui teknik ini siswa dapat melakukan wawancara dengan orang lain dengan
bahasa yang logis, runtut, dan tepat. Siswa disuruh mewawancarai orang lain. Lalu
siswa tersebut menuliskan hasil wawancara itu.
b) Cerita Berpasangan
Siswa dapat bercerita dengan lugas dan lancer tentang penglamannya kepada teman
lain. Siswa secara berpasangan menceeritakan pengalaman masing-masing dalam
waktu yang ditentukan.
c) Pidato Tanpa Teks
Melalui teknik ini siswa mampu berpidato dengan lancer tanpa menggunakan teks
(secara merata). Siswa secara bergantian melakukan pidato didepan kelompok lain
dngan tema sesuai ide mereka. Tugas siswa yang sudah atau yang belum berpidato
melakukan pengamatan dn penilaian pada setiap siswa yang sedang berpidato
mengenai kelebihan dan kekurangannya.
d) Pidato Dengan Teks
Siswa mampberpidato dengan menggunakan teks. Siswa secara bergantian melakukan
pidato dengan teks didepan kelompok lain. Tugas siswa yang sudah atau yang belum
berpidato melakukan pengamatan dn penilaian pada setiap siswa yang sedang
berpidato mengenai kelebihan dan kekurangannya.
e) Mengomentari Film/Sinetron/Cerpen
Untuk meningkatkan keterampilan berbicara, siswa dapat menomentari
film/sinetron/cerpen/novel yang telah dinikmatinya dengan lancer, logis, dan runtut
f) Debat
Melalui teknik ini siswa berani mengungkapkan dn mempertahankan pendapat serta
gagasan yang dimilkinya dengan benar dan logis melalui debat.
g) Menjadi Pembawa Acara
Siswa dapat menjadi pembawa acara dengan baik, lancer, dan runtut dalam resepsi,
upacara, atau pergelaran. Siswa memilih acara yang ingin dibawakannya. Dalam
membawakan acara, siswa dpat pula berpasangan.
h) Memimpin Rapat
Melalui teknik ini siswa dapat memimpin sebuah pertemuan dengan berani dan benar.
siswa dibagi menjadi beberapa kelompok , tiap kelompok masing-masing
beranggotakan maksimal 5 orang. Guru memberikan tugas masing-masing kelompok
untuk membuat sebuah kegiatan, misalnya pentas seni, kegiatan bakti, kemah, wisata
dan seterusnya.
i) Menerangkan Obat/Makanan/ Minuman dan Benda lainnya
Siswa dapat menjelaskan sesuatu secara runtut dan benar. siswa menerangkan sebuah
benda yang sudah mereka kenal. Dalam waktu singkat mereka menerangkan
mengenai karakter benda tersebut.
j) Bermain Peran
Siswa mampu memerankan tokoh tertentu dengan ucapan yang tepat. Siswa
menirukan gaya tokoh yang diidentifikasikan dengan ucapan yang mirip atau sama.
k) Info Berantai
Siswa dapat mentransfer sebuah informasi dengan benar dan jelas. Siswa dibentuk
menjadi beberapa kelompok, yang masing-masing kelompok posisinya berbaris saling
membelakangi. Barisan paling belakang diberi sebuah amplop yang berisi informasi.
Dengan cukup membaca dan menghafal, secara berantai informasi dibisikkan ke
barisan depannya, begitu seterusnya. Barisan terdepan mempresentasikan informasi
yang diperolehnya.
l) Cerita Berangkai
Siswa dapat melanjutkan cerita yang disampaikan temannya dengan tepat dan dalam
lingkup topik yang sama.satu kelompok (5 orang) berdiri di depan kelas kemudian
bercerita tentang topik tertentu yang diawali dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri.

E. Strategi Pembelajaran Berbicara

Penerapan Model Ellis dan Sinclair (Tarigan, 2009: 192) pada  pembelajaran
berbicara, yaitu:
a)  Personal Strategies  yang digunakan adalah menemukan kesempatan  praktik latihan
dan memimpin atau mengarahkan percakapan mental imajineri.
a. Risk Taking yang digunakan adalah penggunaan teknik – teknik keraguan untuk
menyediakan waktu berpikir dalam suatu percakapan, latihan, dan bertahan pada
kosakata sendiri.
b. Getting Organized  yang dipakai adalah pengorganisasian sumber, materi dan waktu.
Sedangkan, strategi yang diajarkan bagi kegiatan berbicara adalah :
a. Subtitution  : dalan strategi ini teknik yang digunakan adalah menggunakan sinonim,
parafrase, dan gerak – gerik mengkomunikasikan makna.
b. Cooperation : teknik dalam strategi ini adalah bekerja pasangan atau kelompok untuk
menyelesaikan tugas.
c. Self – Evaluation  : tekniknya adalah mengecek kemampuan sendi komunikasi sukses. 
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan

Strategi atau metode merupakan faktor menentukan dalam keberhasilan sebuah


program kerja. Kata strategi dipandang memiliki makna yang luas dan variatif.
Keberadaan makna kata ini tersebar di semua bidang, termasuk dalam dalam bidang
pengajaran bahasa.
Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI, 1995). Metode lebih bersifat
prosedural dan sistemik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu
pekerjaan.
.
B. Saran

Dengan makalah ini diharapkan mahasiswa khususnya kita sendiri sebagai generasi muda
penerus bangsa agar dapat meningkatkan mutu pendidikan dan mengembangkan krakter serta
mengatahui bagaimana berbicara dengan baik dengan metode-metode bahasa yang baik
terutama dalam metode berbicara khususnya ketika kita berbicara dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin Yunus. pembelajaran bahasa berbasis pendidikan karakter. Bandung: PT Refika


Aditama, 2013
Iskandarwassid dan Sunendar Dadang. Strategi pembelajaran bahasa. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2013
Diakses dari:
http://syaifulnewblog.blogspot.com/2015/12/makalah-metode-berbicara.html
file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/812-1492-1-SM.pdf
http://anwarwan43-anwar.blogspot.com/2016/03/pengajaran-berbicara.html
http://asrinuriyah.blogspot.com/2012/11/teknik-pembelajaran-berbicara.html
https://www.academia.edu/37291611/Makalah_Metode_dan_Teknik_Pembelajaran_Be
rbicara?auto=download

Anda mungkin juga menyukai