2.2. TUJUAN
Dapat memahami dan dapat melakukan identifikasi Flavonoid dari alga merah pada
Skrining Fitokimia dan Analisis Kualitatif dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
2.2. METODOLOGI
2.2.1. Alat dan Bahan
Alat :
1. Blender 8. Beaker glass
2. Ayakan 80-100mesh 9. Tabung reaksi
3. Oven 10. Gelas ukur
4. Kertas saring 11. Rotary evaporator
5. Timbangan analitik 12. Penyaring buchner
6. Cawan porselin 13. Aluminium foil
7. Sendok tanduk
Bahan :
1. alga merah (Eucheuma 4. n- heksana
spinosum) 5. asam asetat anhidrat
2. etanol 6. akuades
3. etil asetat
Sampel
serbuk alga
merah
serbuk alga
merah
Ekstrak pekat
Ekstrak Alga
merah
n- heksana –
etil asetat –
etanol +
KLT
• Praktikan menotolkan ekstrak pada plat KLT yang telah diberi batas
atas 0,5 cm dan batas bawa 1 cm. Batas atas dan batas bawah pelat
harus diberi tanda dengan pensil
• Kemudian praktikan memasukan plat KLT kedalam chamber yang
berisikan pelarut yang telah jenuh menggunakan pinset dengan posisi
berdiri dan tempat penotolan tidak terendam dengan eluen
• Kemudian plat KLT yang telah dielusi selanjutnya dikeringkan dan
diamati noda – noda yangtampak pada sinar UV 254 nm dilanjutkan
dengan sinar UV 366 nm.
2.3.1 Hasil
Ekstraksi Alga Merah (Eucheuma spinosum)
2.3.1 Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui senyawa yang terdapat pada ekstrak Alga
Merah (Eucheuma spinosum) dengan berbagai macam pelarut berdasarkan tingkat
kepolarannya. Sampel pada penelitian ini berupa Alga Merah (Eucheuma spinosum) yang
berasal dari Pulau Poteran Madura dan selanjutnya dilakukan determinasi tanaman.
Determinasi dari suatu tumbuhan bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas tumbuhan
yang akan digunakan dalam penelitian, apakah tumbuhan tersebut benar-benar tumbuhan
yang diinginkan. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian yaitu melakukan
preparasi sampel. Pertama-tama Alga Merah dicuci menggunakan air yang ditampung pada
ember pencucian dengan cara dicelupkan dalam ember kemudian diremas- remas. Kemudian
setelah dicuci tanaman diangin–anginkan selama ± 4 hari hinggakering dan dipastikan apakah
masih terdapat kandungan garamnya, jika masih terdapat garam dilakukan pencucian ulang
dan diangin–anginkan kembalihingga tidak terdapat garam pada tanaman tersebut.
Kemudian hasil sampel yang telah kering dimasukan kedalam oven pengering selama 1
hari dengan suhu 50C hingga sampel kering sempurna, kemudian dihaluskan menggunakan
blender lalu di ayak dan akan menghasilkan 2 bagian yaitu bagian kasar dan bagian halus.
Kemudian dilakukan proses ekstraksi dengan metode maserasi bertingkat untuk memperoleh
ekstrak yang akan dilakukan pengujian skrining fitokimia dan standarisasi ekstrak alga merah
Eucheuma spinosum, serta identifikasi secara kualitatif menggunakan KLT (Retnowati
2006). Metode maserasi tersebut dipilih karena merupakan metode yang paling sederhana dan
lebih mudah dalam pelaksanaannya dengan peralatan yang relatif mudah untuk didapatkan.
Selain itu maserasi dilakukan tanpa adanya tahap pemanasan sehingga dapat menghindari
terjadinya kerusakan komponen senyawa-senyawa pada tanaman yang tidak tahan panas.
Prinsip utama dalam maserasi ini adalah mengekstrak senyawa aktif yang dapat larut dalam
pelarut berdasarkan tingkan kepolaran masing – masing pelarutnya atau yang lebih dikenal
dengan istilah like dissolve like(Sudarmadji et al., 2007).
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk sampel selama 24 jam ke dalam
pelarutnya. Selama proses maserasi dibantu dengan pengadukan untuk mempercepat proses
ekstraksinya. Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung senyawa aktif. Senyawa aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan senyawa aktif di dalam dan di luar sel, maka cairan hipertonis akan masuk ke
cairan yang hipertonis sehingga terjadi keseimbangan. Pengadukan diperlukan untuk
meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk sampel sehingga tetap terjaga adanya derajat
perbedaan konsentrasi yang sekecil – kecilnya antara larutan di dalam dan di luar sel (Baraja,
2008).
Perendaman sampel sebanyak 1 kg dengan pelarut N-Heksan sebanyak 3L dilakukan
dalam waktu 3 hari, karena semakin lama proses maserasi, maka diharapkan semakin banyak
zat aktif yang terekstrak kedalam pelarut. Perlu dilakukan pengadukan dengan menggunakan
sendok selama 30 detik setiap hari pada proses maserasi agar pelarut yang digunakan tidak
jenuh yang diharapkan agar zat aktif yang ditarik lebih banyak atau untuk mempercepat
kelarutan senyawa ke dalam pelarutnya. Tahap selanjutnya dilakukan penyaringan dengan
penyaring buchner, lalu pisahkan antara filtrat dengan residu, residu yang di dapat kemudian
di maserasi dengan menggunakan pelarut yang berbeda kepolarannyayaitu Etil Asetat dan
selanjutnya dengan pelarut Etanol96%. Hingga menghasilkan ekstrak N-Heksan, Etil Asetat
dan Etanol dari Alga Merah Filtrat (Eucheuma spinosum) (Baraja, 2008).
Hasil dari maserasi menggunakan pelarut N-Heksan, Etil Asetat dan Etanol 96% yang
diperoleh selanjutnya diuapkan pelarutnya dengan alat rotary evaporator vaccum untuk
mendapatkan ekstrak pekat yang akan digunakan untuk pengujian selanjutnya. Suhu
penguapan dari pelarut sendiri yaitu bedasarkan suhu titik didih etanol 96% sebesar 78,37ºC,
etil asetat sebesar 77,1ºC dan N-heksan sebesar 68ºC. Adanya tekanan yang diberikan oleh
pompa vakum yang berada pada rangkaian alat rotary evaporator vaccum maka pelarutnya
dapat menguap lebih dahulu dibawah titik didihnya. Penguapan pelarut dengan mesin rotary
evaporator vaccum dihentikan sampai diperoleh ekstrak yang cukup pekat, selanjutnya
ekstrak dikeluarkan dari labu rotary evaporator vaccum yang kemudian dipindahkan ke
dalam cawan porselin yang sudah diketahui bobotnya untuk selanjutnya diuapkan di dalam
oven dengan suhu 50ºC sampai diperoleh ekstrak yang kering bebas dari pelarut. Dari proses
ekstraksi Alga Merah (Eucheuma spinosum) menggunakan pelarut N-Heksan, Etil Asetat dan
Etanol 96% didapatkan hasil ekstrak yang dilihat secara organoleptik yaitu ekstrak yang
berwarna coklat kehitaman, bau yang spesifik, rasa pahit, dan juga bentuk ekstrak yang kasar.
Setelah didapatkan ekstrak kemudian ditimbang untuk diketahui berat ekstrak yang didapat,
berat ekstrak n- Heksan sebesar 3,70 gram, ekstrak Etil Asetat sebesar 3,54 gram dan ekstrak
Etanol 96% sebesar 67,68 gram.
Hasil rendemen yang didapatkan dari ekstraksi Alga Merah (Eucheuma spinosum)
dengan pelarut Etanol 96% sebesar 6,76%, dengan pelarut Etil Asetat sebesar 0,35% dan
dengan pelarut N- Heksan sebesar 0,37%. Hasil rendemen yang didapatkan dari ekstrak
Etanol 96% lebih besar, dan diperoleh ekstrak pekat lebih banyak. Ketiga ekstrak Eucheuma
spinosum menunjukan karakter yang berbeda. Ekstrak etil asetat tampak berwana coklat
muda, lebih jernih dan tidak terlalu pekat, ekstrak n-heksan berwarna coklat dan pekat
sedangkan ekstrak etanol tampak coklat kehitaman dan sangat pekat dan sedikit lengket. Hal
ini disebabkan karena senyawa-senyawa yang terkandung didalam tumbuhan laut seperti
makro alga atau alga merah Eucheuma spinosum ini cenderung bersifat polar, senyawa-
senyawa polar akan ikut larut dengan pelarut yang polar. Sehingga pada pelarut non polar
senyawa tidak dapat larut (Marliana et al., 2005). Pelarut Etanol menghasilkan rendemen
yang tinggi karena Etanol memiliki polaritas yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
senyawa dalam ekstrak Eucheuma spinosum memiliki kepolaran yang mendekati Etanol,
karena perolehan senyawa didasarkan pada kesamaan kepolaran dengan pelarut yang
digunakan. Senyawa- senyawa polar akan larut pada pelarut polar (Gillespie et al., 2001).
Hasil positif didapat pada senyawa golongan flavonoid ditandai dengan terbentuknya
warna merah. Warna merah pada uji flavonoid dikarenakan terbentuknya garam flavilium
(Achmad, 2006). Hasil positif tanin ditandai dengan adanya warna hijau kehitaman.
Penambahan ekstrak dengan FeCl31% dalam air menimbulkan warna hijau, merah, ungu atau
hitam yang kuat. Terbentuknya warna hijau kehitaman pada ekstrak setelah ditambahkan
FeCl3 1% karena tanin akan bereaksi dengan ion Fe³⁺ membentuk senyawa kompleks
(Harbone,1987).
Uji KLT senyawa golongan flavonoid dilakukan dengan fase gerak BAA (1:4:5) dan
penampak noda uap ammonia. Eluen ini menghasilkan satu spot noda berwarna coklat pada
ekstrak etanol dengan nilai Rf 0,56. Dari hasil KLT terlihat adanya noda berwarna kuning
cokelat pada UV 366 nm pada Rf 0,56 yang diduga adalah senyawa golongan flavonoid.
Menurut Markham (1998), terdapat penafsiran warna bercak dari segi struktur flavonoid,
yang dimana pada sinar UV 366 nm sebelum diuapkan dengan ammonia terdapat noda
berwarna coklat dan setelah diuapkan dengan ammonia yang terjadi perubahan wama atau
tanpa perubahan atau menjadi fluoresensi murup biru muda maka jenis flavonoid yang
mungkin terkait yaitu Isoflavon yang tak mengandung 5-OH bebas, Penelitian lain yang telah
dilakukan juga menunjukkan hasil positif flavonoid yang terkandung dalam Alga merah
(Nafisah et al., 2014; Karim et al., 2015).
2.4. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil skrining
fitokimia dan analisis kualitatif kromatografi lapis tipis ekstrak Eucheuma spinosum dari
pulau Poteran Sumenep Madura dengan pelarut N-hekesan mengandung senyawa steroid,
dengan pelarut Etil asetat mengandung senyawa steroid, dengan pelarut etanol 96%
mengandung senyawa flavonoid.
2.5. LAMPIRAN
Hasil ekstrak Alga Merah (Eucheuma spinosum)
1. Apa jenis fase gerak yang digunakan dalam analisis tersebut (sesuai dengan
senyawa yang dipilih pada Landasan Teori)?
2. Hitung berapakah Indeks polaritas campuran fase gerak yang digunakan dalam
analisis KLT (sesuai dengan senyawa yang dipilih pada Landasan Teori)?
3. Sebutkan reagen yang digunakan sebagai penampak noda (pewarna)?
4. Jelaskan bagaimana prinsip pemisahan senyawa yang dianalisis (sesuai dengan
senyawa yang dipilih pada Landasan Teori) dengan KLT silika gel 60 terhadap?
Jawaban :
1. Asam asetat glacial : Butanol : Air (1:4:5)
= 0,728
3. Uap amoniak
4. - plat KLT kedalam chamber yang berisikan pelarut yang telah jenuh menggunakan
pinset dengan posisi berdiri
- dan tempat penotolan tidak terendam dengan eluen
- Kemudian plat KLT yang telah dielusi selanjutnya dikeringkan
- dan diamati noda – noda yangtampak pada sinar UV