Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
NIM: 180109010
Kelas: A
MATARAM
2020
SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
I. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Tujuan : Untuk menentukan penetapan kadar paracetamol dengan
spektrofotometer UV-Vis
B. Hari, Tanggal : Selasa, 17 November 2020
C. Tempat : Laboratorium Tadris Kimia UIN Mataram
II. LANDASAN TEORI
Spektrofotometri Ultra Violet dan cahaya tampak berguna pada penentuan struktur
molekul organic dan pada analisa kuantitatif. Spectrum elektron suatu molekul adalah
hasil transmisi antara dua tingkat energy elektron pada molekul tersebut. Molekul-
molekul yang memerlukan lebih banyak energy untuk promosi elektron akan menyerap
pada panjang gelombang yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang
yang lebih panjang (Creswell, 2015).
Panjang gelombang cahaya UV-Vis jauh lebih pedek darpada panjang gelombang
inframerah. Satuan yang digunakan untuk menentukan panjang gelombang ini adalah
monokromator (1 nm = 10-7 cm). Spectrum tampak kisaran 400 nm (ungu) sampai 750
nm (merah) sedangkan spectrum UV adalah 100-400 nm (Day and Underwood, 2012).
Radiasi UV-Vis berenergi lebih tinggi daripada radiasi inframerah. Absorbs
cahaya UV atau Visile mengakibatkan transmisi elektromagnetik yaitu promosi
elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan
yang berenergi lebih tinggi, transisi ini memerlukan energy 40-330 kkal/mol. Energy
yang terserap selanjutnya terbang sebagai cahaya atau tersalurkan melalui reaksi kimia
isomerasi atau reaksi kimia lainnya (Day and Underwood, 2012).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-Vis
senyawa terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis
dengan spektrofotometri UV-Vis senyawa tersebut harus diubah menjadi senyawa
yang berwarna. Karena pembentukan molekul yang dianalisis tidak menyerap pada
daerah tersebut. Sepktrofotometri yang sesuai dengan pengukuran daerah spectrum UV
dan Visible terdiri atas sesuatu system optic dengan kemampuan menghasilkan sinar
monoktromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm. Dengan komponen-
komponen meliputi sumber sinar, monokromator dan system optic (Gandjar, 2012).
Kurva baku adalah kurva yang diperoleh dengan memplotkan nilai absorban
dengan kosentrasi larutan standar yang bervariasi menggunakan panjang gelombang
maksimum. Kurva ini merupakan hubungan antara absorbansi dengan kosentrasi. Bila
hukum Lambert- Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi berupa garis lurus. Pada
pembuatan kurva baku ini digunakan persamaan garis yang diperoleh dari metode
kuadrat terkecil yaitu y = bx +a, Persamaan ini akan menghasilkan koefisien korelasi
(r) (Tulandi, 2015).
Selanjutnya dibuat larutan standar dengan berbagai konsentrasi yaitu 5, 10, 15, 20
dan 25 ppm. Setelah itu diukur absorban masing-masing larutan pada spektrofotometer
pada panjang gelombang maksimal yang diperoleh yaitu 243 nm. Hal tersebut
dilakukan untuk memperoleh kurva baku dan kesamaan regresi linier. Dari larutan
standar ini diperoleh kurva baku. Kurva baku yaitu kurva yang diperoleh dengan
memplotkan nilai absorban dengan konsentrasi larutan standar yang bervariasi
menggunakan panjang gelombang maksimum. Sebelum melakukan pengukuran
absorbansi, spektrofotometer harus dikalibrasi dulu sehingga larutan blangko menjadi
100% atau absorbansinya sama dengan 0% dengan mengatur celah-celah keluar
monokromator dan kepekaan dari amplifator.
Dari hasil percobaan, diperoleh nilai absorban (A) dengan panjang gelombang
maksimum 243 nm. Pada konsentrasi 5 ppm nilai absorbannya pada konsentrasi 5 ppm
adsorbansi yang diperoleh 0,434, konsentrasi 10 ppm adsorbansi yang diperoleh 0,747,
konsentrasi 15 ppm adsorbansi yang diperoleh 1,064, konsentrasi 20 ppm adsorbansi
yang diperoleh 1,415 dan pada konsentrasi 25 ppm adsorbansi yang diperoleh 1,655.
VI. KESIMPULAN
A. Kesimpulan