Tugas Akhir: Diajukan Sebagai Tugas Akhir Dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana Departemen Teknik Lingkungan
Tugas Akhir: Diajukan Sebagai Tugas Akhir Dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana Departemen Teknik Lingkungan
DISUSUN OLEH
D121 12 280
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
i
TUGAS AKHIR
DISUSUN OLEH
D121 12 280
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
i
ii
Efisisensi Penyerapan Logam Pb2+ dengan menggunakan campuran Bentonit
dan Eceng Gondok
Andi Syarifah Sumayya1, Achmad Zubair2, Roslinda Ibrahim3
1
Mahasiswa Program Studi Teknik Departemen Teknik Sipil, Universitas
Hasanuddin
Email: ipahmaya@gmail.com
2
Dosen Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Hasanuddin
Email: achmad.zubair@gmail.com
3
Dosen Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Hasanuddin
Email: linda_lingk09@yahoo.co.id
ABSTRAK
iii
Absorption Efficiency of Lead Metal Pb2+ by Using Mixed Adsorbent
Bentonite and Water Hyacinth
Andi Syarifah Sumayya1, Achmad Zubair2, Roslinda Ibrahim3
1
Mahasiswa Program Studi Teknik Departemen Teknik Sipil, Universitas
Hasanuddin
Email: ipahmaya@gmail.com
2
Dosen Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Hasanuddin
Email: achmad.zubair@gmail.com
3
Dosen Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Hasanuddin
Email: linda_lingk09@yahoo.co.id
ABSTRACT
This research was conducted by experimental method in laboratory, which
aims to (1) Determine the Optimum Weight and Composition of a mixture of
adsorbents which can absorb lead solution (Pb). (2) To know the optimum
absorption efficiency of lead metal (Pb) by using mixed adsorbent. (3) To know the
effect of adsorbent activation on absorption of lead solution. Adsorbents used are
Water hyacinth and Bentonit. Then activated with 250ml H3PO4 1,2M for 24 hours.
Mixing between Adsorbent with lead concentration solution 10 mg / l through
stirring process with Floculator tool. Variation of total weight of adsorbent are 4, 6
and 8gram. The composition of water hyacinth and bentonite used include 25:75;
50:50; and 75:25 with interaction time of 30 and 60 minutes, stirring speed of 150
and 200 rpm. Analysis of Pb metal content using Atomic Adsorption
Spectrofotometry (AAS) instrument. The results of the research have shown that:
(1) The best composition is 50:50 with the best total weight is 8gr. (2) At the 75:25
composition the best absorption efficiency is 99.820%. At 50:50 composition the
best absorption efficiency is 99.992%. And at 25:75 composition the best
absorption efficiency is 98,83%. Thus the best absorption efficiency is 99.990%
with a rate of allowance of 0.001 mg/l at a composition ratio of 50:50 interaction
time of 60 minutes 200 rpm stirring rate. (3) The best efficiency value of the
unabsorbed mixture Adsorbent was 82.050% at a weight of 8 grams less than the
activated adsorbent that reaching 99.990%.
Keywords: Adsorbent, Water hyacinth, Bentonite, Lead, efficiency
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya yang
suci, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Efisiensi
Penulisan tugas akhir ini dimaksudkan guna memenuhi salah satu syarat
dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga tugas
akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Mengingat tanpa bantuan mereka, penulis
merasa kesulitan dalam penyusunan tugas akhir ini. Untuk itu, pada kesempatan ini
1. Orang Tua saya, Ahmad Hidayat Aidid dan A. Fatmawati yang tak henti
mendoakan dan selalu memberikan yang terbaik kepada saya yang tak ternilai
2. Bapak Dr. Eng. Ir. Wahyu H. Piarah, MS,. ME, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Dr. Ir. Muhammad Arsyad Thaha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik
v
4. Ibu Dr. Ir. Hj. Sumarni Hamid Aly, MT., selaku Ketua Program Studi Teknik
5. Bapak Dr. Ir. Achmad Zubair, MSc., selaku dosen pembimbing I dan Ibu
Roslinda, S.P., M.T. selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih atas waktu
penulis.
telah mengajarkan dan membagi ilmunya. Dan Seluruh staf dan karyawan
telah diberikan.
8. Teman, Sahabat, Saudara, Saudari Teknik Sipil 2012, terima kasih atas
9. Hidraulic assistant yang selalu berjaya dibawah bimbingan ibu Rita, terima
10. Saudara (i) ku yang tidak sempat disebutkan satu persatu namanya yang
vi
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Ibu, Bapak dan Teman –
teman dengan pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari masih terdapat
kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan semua
Penulis,
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................4
B. Bentonit .................................................................................................13
E. Adsorpsi .................................................................................................23
viii
G. Studi Yang Relevan dengan Penelitian .................................................33
(Pb) ........................................................................................................65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................68
B. Saran ......................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Campuran Adsorben Bentonit dan Eceng Gondok
Teraktivasi ................................................................................................ 44
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian Campuran Adsorben Bentonit dan Eceng Gondok
Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Adsorpsi Ion Timbal (Pb) .................................... 54
Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Adsorpsi Ion Timbal (Pb) ........................................ 55
Tabel 4.3 Efisiensi dan Kapasitas Penyerapan Ion Timbal (Pb) pada Rasio
Tabel 4.4 Efisiensi dan Kapasitas Penyerapan Ion Timbal (Pb) pada Rasio
Tabel 4.5 Efisiensi dan Kapasitas Penyerapan Ion Timbal (Pb) pada Rasio
Tabel 4.6 Perbandingan Efisiensi Penyerapan Ion Timbal (Pb) pada Rasio
teraktivasi ................................................................................................... 65
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.5 Proses Adsorpsi Timbal menggunakan alat Flokulator dan Analisa
Gambar 4.1 Hubungan Efisiensi Penyerapan Ion Timbal (Pb) terhadap Berat Total
Gambar 4.2 Hubungan Kapasitas Penyerapan Ion Timbal (Pb) terhadap Berat Total
Gambar 4.3 Hubungan Efisiensi Penyerapan Ion Timbal (Pb) terhadap Berat Total
Gambar 4.4 Hubungan Kapasitas Penyerapan Ion Timbal (Pb) terhadap Berat Total
Gambar 4.5 Hubungan Efisiensi Penyerapan Ion Timbal (Pb) terhadap Berat Total
xi
Gambar 4.6 Hubungan Kapasitas Penyerapan Ion Timbal (Pb) terhadap Berat Total
Gambar 4.7 Hubungan Efisiensi Penyerapan Ion Timbal (Pb) terhadap Berat Total
Gambar 4.8 Hubungan Kapasitas Penyerapan Ion Timbal (Pb) terhadap Berat Total
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3 Standar Baku Mutu Kualitas Air Minum dan Air Limbah Berdasarkan
Peraturan Nasional dan Internasional
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pesat. Hal ini selain meningkatkan kualitas hidup manusia juga menimbulkan
dampak sampingan berupa buangan atau limbah industri yang akan menyebabkan
pencemaran lingkungan. Salah satu zat buangan industri yang dapat menyebabkan
melebihi ambang batas merupakan salah satu dari bagian pencemaran lingkungan,
karena sifat toksisitas nya tersebut dapat mengancam makhluk hidup. Umumnya
logam berat ini lebih tahan dibandingkan polusi zat organik, karena logam
merupakan material yang tidak terdegradasi secara mudah dan sangat beracun bagi
Limbah timbal (Pb) merupakan salah satu sumber pencemaran yang sangat
ini dapat berasal dari limbah industri, rumah tangga (domestic wastewater), baterei
tidak terpakai maupun dari hasil penambangan. Logam timbal (Pb) sebagai logam
berat merupakan unsur terbanyak di alam. Logam ini mempunyai densitas yang
sangat tinggi, jauh melebihi densitas tertinggi logam transisi pertama. Logam ini
merupakan satu dari tiga senyawa yang paling beracun yang menarik perhatian para
1
Batas yang diizinkan adanya kandungan timbal dalam keluaran limbah
industri berbeda untuk setiap negara namun tidak lebih dari 0,1 mg/L sedangkan
dalam air minum menurut Permenkes no. 492 tahun 2010 adalah 0,01 mg/L. Jika
kesehatan. Logam ini akan terakumulasi di dalam tubuh manusia seumur hidup dan
secara normal dikeluarkan dengan cara yang lambat. Dengan demikian limbah
timbal harus diolah agar tidak mencemari kesehatan individu dan lingkungan.
Salah satu cara untuk mereduksi kandungan logam Pb dalam air adalah
dengan proses adsorpsi. Proses ini menggunakan bahan penyerap (adsorben) untuk
tambang yang banyak terdapat di Indonesia. Mineral ini banyak digunakan sebagai
struktur antar lapis yang dapat dengan mudah dimodifikasi sehingga akan
yang dapat digunakan sebagai adsorben, salah satunya sebagai adsorben ion Pb 2+
(Widihati, 2009).
Saat ini pemanfaatan adsorben alami (alternatif) yang berasal dari alam
mulai di kembangkan karena kemampuan adsorpsi yang cukup baik dan juga sangat
ekonomis. Salah satu jenis tumbuhan yang sering digunakan adalah enceng gondok.
2
Tumbuhan ini mampu menyerap timbunan logam-logam berbahaya seperti Pb2+.
seluruh substan dalam larutan pada badan air tanpa seleksi seperti layaknya spons
menyerap cairan dan semua yang terkandung di dalamnya (Lubis dan Sofyan, 1986
untuk menyerap timbal (Pb) pada air limbah. Campuran yang berukuran 200 mesh
diaktivasi dengan H2SO4 1,2M dengan variasi waktu pengadukan (30, 60 dan 90
menit). Campuran adsorben seberat 4 gram dengan perbandingan 1:1 ini mampu
memvariasikan campuran berat antara lempung dan eceng gondok, sehingga belum
diketahui apakah campuran berat yang dipakai merupakan campuran yang paling
campuran adsorben bentonit dan eceng gondok. Sehingga penelitian ini diharapkan
atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Efisiensi Penyerapan Logam Pb2+
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji
bentonit dan eceng gondok yang dapat meyerap larutan timbal (Pb)?
C. Tujuan Penelitian
bentonit dan eceng gondok yang dapat meyerap larutan timbal (Pb).
D. Batasan Masalah
4
2. Bentonit yang digunakan merupakan bentonit alam dengan tipe Ca-
Bentonit yang diperoleh dari daerah Jawa Barat yang dikirim langusng ke
3. Dalam penelitian ini dibatasi pada lingkup analisis adsorpsi hanya untuk
campuran eceng gondok dan bentonit terhadap logam timbal (Pb), dengan
E. Manfaat Penelitian
penelitian selanjutnya.
F. Sistematika penulisan
tanaman eceng gondok dan lempung bentonit sebagai bahan yang ekonomis dan
5
pengertian adsorben dan adsorpsi beserta jenisnya, gangguan yang disebabkan
Bab III Metode Penelitian, terdiri dari jenis penelitian, waktu dan lokasi
menggunakan metode Bacth dengan variasi komposisi dan berat adsorben serta
Bab V Penutup, terdiri dari kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Eceng Gondok
Enceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang
ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani
Sungai Amazon Brasil. Enceng Gondok lebih banyak dikenal sebagai tanaman
cepat. Awalnya didatangkan ke Indonesia pada tahun 1894 dari Brazil untuk
koleksi Kebun Raya Bogor. Ternyata dengan cepat menyebar ke beberapa perairan
justru mendatangkan manfaat lain, yaitu sebagai biofilter cemaran logam berat,
terbuka, mengapung di air jika tempat tumbuhnya cukup dalam dan berakar di
dasar jika air dangkal. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter, tidak mempunyai batang,
daunnya tunggal dan berbentuk oval, ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal
Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bijinya berbentuk bulat dan
berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau, akarnya
secara generatif. Perkembangan terjadi jika tunas baru tumbuh pada ketiak daun
7
lalu membesar dan akhirnya menjadi tumbuhan baru. Enceng gondok dapat
masak, terbebas lalu pecah dan bijinya masuk ke perairan untuk kemudian menjadi
tanaman baru. Satu tanaman dapat menghasilkan 5 sampai 6 ribu biji tiap musim.
air. Lapisan terluar petiole adalah lapisan epidermis, kemudian di bagian bawahnya
terdapat jaringan tipis sklerenkim dengan bentuk sel yang tebal disebut lapisan
parenkim, kemudian di dalam jaringan ini terdapat jaringan pengangkut (xylem dan
floem). Rongga-rongga udara dibatasi oleh dinding penyekat berupa selaput tipis
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Suku : Pontederiaceae
Marga : Eichhornia
8
Gambar 2.1. Eceng Gondok
dari berat total adalah 36,59 % bahan organik, 21,23% C organik, 0,28% N, 0011%
kimia eceng gondok yang tidak digiling ternyata mengandung kadar abu 12% dan
penurunan setelah digiling. Kandungan kimia pada tangkai eceng gondok segar
adalah air 92,6%, abu 0,44%, serat kasar 2,09%, karbohidrat 0,17%, lemak 0,35%,
protein 0,16%, fosfor 0,52%, kalium 0,42%, klorida 0,26%, alkanoid 2,22%. Dan
pentosa 15,61%, silika 5,56%, abu 12% dan lignin 7,69%. Tingginya kandungan
selulosa dan lignin pada eceng gondok menyebabkan bahan tersebut sulit
tempatnya tumbuh, dan sifat daya serap tanaman tersebut. Pada Tabel 2.1, menurut
9
Tabel 2.1 Komposisi kimia Eceng Gondok
Air 92,6
Abu 0,44
Serat kasar 2,09
Karbohidrat 0,17
Lemak 0,35
Protein 0,16
Fosfor sebagai P2O5 0,52
Kalium sebagai K2O 0,42
Klorida 0,26
Alkanoid 2,22
Eceng Gondok memiliki daya adaptasi yang besar terhadap berbagai hal
yang ada di sekelilingnya dan dapat berkembang biak dengan cepat. Eceng
gondok dapat hidup di tanah yang selalu tertutup oleh air yang banyak
mengandung makanan. Selain itu daya tahan eceng gondok juga dapat hidup di
berikut :
a. Transpirasi
memerlukan sebagian kecil jumlah air yang diadsorbsi atau sebagian besar
dari air yang masuk ke dalam tumbuhan dan keluar meninggalkan daun dan
batang sebagai uap air disebut sebagai proses transpirasi. Laju hilangnya
air dari tumbuhan dipengaruhi oleh kuantitas sinar matahari dan musim
10
penanaman. Laju transpirasi akan ditentukan oleh struktur daun eceng
gondok yang terbuka lebar yang memiliki stomata yang banyak sehingga
proses transpirasi akan besar dan beberapa faktor lingkungan seperti suhu,
b. Fotosintesis
CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari akan mengahsilkan glukosa
c. Respirasi
Dalam respirasi molekul gula atau glukosa (C6H12O6) diubah menjadi zat-
11
b. Sebagai bahan penutup tanah dan kompos dalam kegiatan pertanian dan
perkebunan
c. Sebagai sumber gas anara lain berupa gas ammonium sulfat, gas
fermentasi
e. Sebagai bahan industri kertas dan papan buatan dan bahan baku karbon
aktif
(Dissolved Oxygens)
c. Timbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan
12
f. Menurunnya nilai estetika lingkungan perairan
B. Bentonit
Bentonit adalah clay yang sebagian besar terdiri dari montmorilonit dengan
secara umum (Mg, Ca)O.Al2O3.5 .nH2O. Nama montmorilonit sendiri berasal dari
prancis pada tahun 1847 untuk penamaan sejenis lempung yang terdapat di
merupakan salah satu komponen tanah yang tersusun atas senyawa alumina silikat
dengan ukuran partikel yang lebih kecil dari 2nm, struktur dasar merupakan
filoslikat atau lapisan silikat yang terdiri dari lembaran tetrahedral silisium-
yang terdiri dari kation alkali dan alkali tanah dari senyawa yang dikandungnya.
Bentonit berarti tanah liat yang mengandung senyawa hidrat alumino silikat
denngan unsur – unsur utama alkali tanah dan mempunyai sifat penukaran ion serta
kemampuan absorpsi yang tinggi. Sehingga mineral bentonit terdiri dari beberapa
jenis mineral, berstruktur tiga dimensi dan mempunyai pori yang dapat diisi oleh
molekul air.
13
Bentonit mempunyai potensi untuk di kembangkan pemanfaatannya
menjadi bahan unggulan yang bernilai komunitas tinggi, baik dalam bidang
yang rendah.
daya serap terhadap zat warna pada minyak, lemak, dan pelumas.
1. Na-bentonit
dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air.
Dalam keadaan kering berwarna putih atau krem, pada keadaan basah dan
14
pH: 8,5 – 9,8, posisi pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium (Na+)
2. Ca-bentonit
tetapi secara alami setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang baik.
sesuai sifatnya mampu membentuk suspensi koloidal setelah barcampur dengan air.
sebagai bahan lumpur bor setelah melalui pertukaran ion, sehingga terjadi
dari suspensi mineral tersebut. (Putri, 2013) Perbedaan Na-bentonit dan Ca-betonit
15
Bentonit merupakan suatu kelompok mineral yang di hasilkan dari proses
hidrotermal pada batuan baku basa, mineral ini biasanya dijumpai mengisi celah-
celah ataupun rekatan dari batuan tersebut, selain itu bentonit juga merupakan
1. Struktur Bentonit
Sedangkan kedua sisi lapisan oktahedral ini diapit oleh 2 (dua) lapisan
Untuk mengimbangi muatan negatif ini, bahan ini mengikat kation-kation lain
pada jenis dan kuantitas dari kation-kation pengimbang ini, faktor lain seperti
Dengan rumus kimia bentonit adalah (Mg, Ca) xAl2O3 . ySiO2 . n H2O
dengan nilai n sekitar 8, x,y adalah nilai perbandingan antara Al2O3 . dan SiO2,
16
dan ( Mg, Ca ) adalah M,. Fragmen sisa bentonit umumnya terdiri dari
oktahedral dari alumunium dan oksigen yang terletak antara dua lapisan
tetrahedral dari silikon dan oksigen. Penyusun terbesar bentonit adalah silikat
dengan oksida utama SiO 2 (silika) dan Al2O3 (aluminat) yang terikat pada
molekul air. Penggabungan pada satu lapisan tetrahedral silika dengan satu
lapisan. Akibatnya kisi akan membesar pada arah vertikal. Selain itu karena
Bagian inilah yang disebut sisi aktif (active site) dari bentonit dimana
bagian ini dapat menyerap kation dari senyawa-senyawa organik atau dari ion-
17
2. Sifat Fisik Bentonit
Sifat fisik bentonit yang sangat penting adalah sebagai Kapasitas Tukar
Ion (KTK), daya luas permukaan, Reologi sifat mengikat dan melapas serta
palstisitas.
Sifat ini menentukan jumlah kadar air yang terserap dalam bentonit
kristal mineral monmollonit serta adanya unsur (ion atau kation) yang
mudah terbuka dan menarik air, kation atau ion Na mempunyai daya seraf
air yang lebih baik dari ion lainya seperti: Mg,Ca, K dan H dengan
dan akan membentuk larutan koloid, bila air tersebut di keluarkan dari
larutan koloid tersebut maka akan terbentuk suatu massa, liat, keras dan
tidak tembus air serta bersifat lembut atau tahan terhadap reaksi kimia, sifat
b) Luas Permukaan
karena semakin besar jumlah luas permukaan, makin banyak zat kimia yang
dapat terbawa ( melekat ) atau makin sempurna pori-pori yang dapat tersisa
sifat ini dimanfaatkan dalam industri kimia misalnya sebagai katalis, serta
18
digunakan sebagai bahan pengisi dan pengembang di dalam industri kertas,
c) Daya serap
ion serta adanya pertukaran ion, dalam mineral lempung daya serap terjadi
pada ujung dan permukaan kristal serta ruang diantara kation butir
larutan atau dengan istilah yang sering kita pakai dengan cara aktivitas.
butiran yang halus berbentuk rekahan-rekahan atau serpihan yang khas seperti
tekstur pecah kaca (concoidal fracture), kilap lilin, lunak, plastis, berwarna
kuning muda hingga abu-abu, bila lapuk berwarna coklat kekuningan, kuning
merah atau coklat, bila diraba terasa licin, dan bila dimasukan ke dalam air akan
menghisap air.
19
Tabel 2.3. Komposisi Kimia
Senyawa Na- Bentonit (% ) Ca-Bentonit (% )
SiO2 61,3-61,4 62,12
Al2O3 19,8 17,33
Fe2O3 3,9 5,30
CaO 0,6 3,68
MgO 1,3 3,30
Na2O 2,2 0,50
K 2O 0,4 0,55
H 2O 7,2 7,22
4. Aktivasi Bentonit
dan diolah terlebih dahulu. Ada 2 (dua) cara yang dapat dilakukan untuk aktivasi
a. Secara Pemanasan
Pada tahap ini bentonit dipanaskan pada temperatur 300 – 350oC untuk
Tujuan dari aktivasi kontak asam adalah untuk menukar kation Ca yang
ada di dalam Ca-bentonit menjadi ion H+ dan melepaskan ion Al, Fe,
Mg dan pengotor lainnya dari kisi – kisi struktur sehingga secara fisik
20
C. Logam berat
Istilah logam berat menunjuk pada logam yang mempunyai berat jenis
lebih tinggi dari 5 atau 6 g.cm-3. Namun pada kenyataannya dalam pengertian
logam berat ini, dimasukkan pula unsur-unsur metaloid yang mempunyai sifat
berbahaya seperti logam berat sehingga jumlah seluruhnya mencapai lebih kurang
40 jenis. Dalam literatur kimia, istilah logam berat biasa digunakan untuk logam-
logam yang sulit di degradasi dan memiliki siat toksisitas pada makhluk hidup.
Beberapa logam berat yang beracun tersebut aadalah As, Cd, Cr, Cu, Pb, Hg, Ni,
dan Zn.
Logam berat adalah unsur yang mempunyai sifat logam atau dengan
Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini
berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup (Palar, 1994).
dan aktinida
21
Secara alamiah, unsur-unsur logam berat terdapat dalam jumlah yang
cukup rendah di alam. Dalam lingkungan perairan, logam berat berada dalam
bentuk ion-ion, baik sebagai pasangan ion ataupun bentuk ion-ion tunggal. Kadar
logam berat akan meningkat bila limbah perkotaan, pertambangan, pertanian, dan
D. Timbal (Pb)
Timbal dikenal juga dengan nama timah hitam, dalam bahasa ilmiahnya
dinamakan plumbum dengan lambang Pb. Dalam tabel periodik, logam ini
elektron [Xe] 4f145d106s26p2 dan berat atom relatifnya (BA) 207,2 g.mol-1. Timbal
tinggi (11,48 g.mL-1), titik didih 1740 oC titik leleh 327,5 oC, dan memiliki
keelektronegatifan sebesar 1,8. Logam timbal mudah melarut dalam asam nitrat
yang pekatnya 8 M. Dengan asam ini, timbal akan membentuk lapisan pelindung
berupa timbal nitrat, Pb(NO3)2, yang mencegah pelarutan lebih lanjut (Vogel,
1990).
kualitas air dan pengendalian pencemaran air menyatakan bahwa batas maksimal
untuk logam Pb berada dilingkungan perairan adalah 0,03 mg.L-1. Jika logam berat
akut pada manusia karena terjadinya kerusakan yang hebat pada ginjal, sistem
reproduksi, hati, otak, sistem syaraf pusat (gangguan sistem syaraf dan mental),
22
menghambat sintesis hemoglobin (Hb) dalam sumsum tulang serta dapat
Kesehatan No. 492 tahun 2010 batas maksimum logam timbal yang diperbolehkan
kadar timbal yang diperbolehkan sebesar 0,01 mg/l. Standar US EPA 2012 tidak
diperlukan treatment khusus yang dapat menghilangkan kadar timbal dalam air
minum.
E. Adsorpsi
(Atkins, 1997). Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan zat berbentuk gas atau
adsorben terdapat sejumlah tertentu situs aktif yang sebanding dengan luas
permukaan adsorben. Dalam setiap situs aktif hanya satu molekul yang diadsorpsi.
Proses adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya fisika dan gaya kimia yang
(chemisorption).
yang tinggi, yaitu memiliki pori-pori berdiameter kecil agar proses retensi partikel
23
adsorbat oleh adsorben berlangsung lebih efektif. Secara spesifik, ukuran pori juga
memasuki rongga porinya. Jumlah adsorben yang makin banyak akan memberikan
luas permukaan yang makin besar bagi adsorbat untuk terdesorpsi. Selain itu makin
banyak jumlah adsorben juga akan memberi kesempatan kontak yang makin besar
penggunaan elektron secara bersama oleh adsorben dan adsorbat (Oscik, 1982).
Adsorpsi kimia mempunyai energi >40 kJ.mol-1, yang dihasilkan dari ikatan
kovalen atau elektrostatis, akibat interaksi yang lebih kuat daripada interaksi fisika,
maka zat yang teradsopsi sukar dilepaskan dan cenderung bersifat reversibel.
Proses adsorpsi logam yang tidak bergantung pada metabolisme terutama terjadi
pada permukaan dinding sel dan permukaan ekstrasel lain, yang terjadi melalui
mekanisme kimia dan fisika, seperti pertukaran ion dan pembenukan kompleks.
terakumulasinya logam di dalam dinding sel. Proses ini secara keseluruhan di sebut
24
a. Jenis Adsorpsi
Vander Waals, yaitu gaya tarik menarik yang relatif lemah antara
(multilayer).
2. Adsorpsi Kimia
Tabel 2.5.
25
Tabel 2.5. Perbandingan Adsorpsi Fisika dan Kimia
Adsorpsi Fisika Adsorpsi Kimia
Molekul terikat pada adsorben oleh gaya Molekul terikat pada adsorben oleh
van der waals ikatan kimia
Mempunyai entalpi reaksi -4 sampai 40 Mempunyai entalpi reaksi -40 sampai
kj/mol 800 kj/mol
Dapat membentuk lapisan multilayer Membentuk lapisan monolayer
Adsorpsi hanya terjadi pada suhu
Adsorpsi dapat terjadi pada suhu tinggi
dibawah titik didih adsorbat
Jumlah adsorpsi pada permukaan
Jumlah adsorpsi pada permukaan
merupakan karakteristik adsorben dan
merupakan fungsi adsorbat
adsorbat
Tidak melibatkan energi aktivasi
Melibatkan energi aktivasi tertentu
tertentu
Bersifat tidak spesifik Bersifat sangat spesifik
(sumber : Atkins, 1999)
1. Waktu Kontak
2. Luas permukaan
26
3. Kelarutan Adsorbat
5. pH
besar terhadap adsorpsi itu sendiri. Hal ini dikarenakan ion hidrogen
27
ionisasi dan karenanya juga mempengaruhi adsorpsi dari beberapa
6. Temperatur
b. Metode Adsorpsi
Metode adsorpsi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu statis (batch)
2. Cara dinamis (kolom) yaitu ke dalam kolom yang telah diisi dengan
28
selanjutnya komponen yang telah terserap dilepaskan kembali dengan
mengandung bahan lain yang berkonstrasi tinggi. Bentuk lain dari adsorpsi adalah
dan luas permukaan adsorben, melainkan juga pada suhu, pH larutan, tekanan
(untuk gas), ukuran partikel, dan porositas adsorben tetapi juga bergantung pada
ukuran molekul bahan yang akan diadsorpsi dan viskositas campuran yang akan
suatu unsur yang terdapat dalam suatu cuplikan berdasarkan penerapan cahaya
pada panjang gelombang tertentu oleh atom – atom bentuk gas dalam keadaan
dasar. Telah lama ahli kimia menggunakan pancaran radiasi oleh atom yang
dieksitasikan dalam suatu nyala sebagai alat analisi. Fraksi atom – atom yang
untuk penetapan sejumlah unsur, kebanyakan logam dan sampel yang sangat
29
a. Prinsip dan Dasar Teori
pada suatu unsur dapat mengabsorpsi energi sinar pada panjang gelombang
jumlah atom – atom unsur yang mengadsorpsi. Atom terdiri atas inti atom
negatif pada tingkat energi yang berbeda – beda. Jika energi diabsorpsi oleh
atom, maka elektron yang berada di kulit terluar (electron valensi) akan
tereksitasi dan bergerak dari keadaan dasar atau tingkat energi yang
b. Instrumentasi
30
Gambar 2.4 Instrumentasi SSA
(Day, R.A. Jr. dan Underwood A.L, 1988 dalam Wulandari, W. 2012)
1. Sumber sinar
Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga. Lampu
ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan
anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau
dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia
(neon atau argon) dengan tekanan rendah. Neon biasanya lebih disukai
2. Tempat sampel
akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom – atom netral yang masih
dalam keadaan asas. Ada berbagai macam alat yang dapt digunakan
untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom – atom yaitu dengan
31
Nyala Flame
atomisasi.
terlalu besar dan proses atomisasi kurang sempurna. Oleh karena itu
listrik grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisa
Wulandari, W. 2012).
3. Monokromator
yang mudah dan ada beberapa unsur yang sulit (Haswell,S.J, 1991
32
4. Detektor
5. Read Out
dengan penelitian yang dilakukan penulis, dapat dilihat pada Tabel 2.6 sebagai
berikut:
33
Tabel 2.6 Matriks Referensi Jurnal
34
No Judul Penelitian Pengarang Penerbit dan Tahun Hasil Penelitian
Terbit
Adsorbent dengan Bentonit Universitas Sriwijaya, waktu, kemudian larutan dianalisis
dan Fe3O4 2014 kandungan Cd yang tersisa
menggunakan AAS.
Rasio komposit maksimum 1:3 dan
waktu kontak 25 menit pada 500 mg
bentonit dapat menurunkan kadar
limbah logam Cadmium sintetik
hingga persentase reduksi mencapai
nilai optimal yaitu 80%.
4 Adsorpsi ion logam Pb2+ dan - Putu Aprilliana Jurusan Kimia FMIPA Membandingkan kapasitas adsorpsi
Cu2+ oleh Bentonit Indah Kumala Universitas Udayana Bali, bentonit terkativasi NaOH dan tidak
Teraktivasi Basa (NaOH) Dewi Jurnal Kimia, Juli 2015. teraktivasi, parameter adsorpsi seperti
- Putu Suarya waktu kontak, pH dan Isoterm adsorpsi
- James Sibarani ditentukan menggunakan metode
AAS.
Hasil penelitian menunjukkan Luas
permukaan bentonit yang teraktivasi
NaOH memiliki luas permukaan dan
jumlah situs aktif yang lebih tinggi
dibandingkan tanpa aktivasi. Kondisi
optimal untuk proses adsorpsi Timbal
diperoleh waktu kontak dibawah 5
menit pada pH 3 dan untuk Tembaga
dibawah 5 menit pada pH 4. Dengan
kapasitas adsorpsi bentonit teraktivasi
untuk Timbal dan tembaga adalah
35
No Judul Penelitian Pengarang Penerbit dan Tahun Hasil Penelitian
Terbit
185,50 mg/g dan 30,00 mg/g berturut-
turut.
5 Pengaruh Pemberian Serbuk - Risdiance Panigoro Fakultas Ilmu-ilmu Menginteraksikan variasi dosis serbuk
Daun Eceng Gondok - Rama P. Hiola Kesehatan dan eceng gondok dengan larutan merkuri
(Eichornia crassipes) - Sunarto Kadir Keolahragaan Program kemudian dibandingkan dengan
Terhadap Penurunan Kadar Studi kesehatan kontrol, kemudian filtrat diambil untuk
Merkuri (Hg) di Sungai masyarakat Peminatan diuji menggunakan AAS.
Tulabolo Kecamatan Kesehatan Lingkungan Hasil penelitian menunjukkan
Suwawa Timur Kabupaten Universitas Negeri penurunan paling tinggi pada dosis 40
Bone Bolango Gorontalo, 2015 mg dengan kasar merkuri 0.0088
dengan persentase 50,59%.
6 Efisiensi penyerapan logam M. Faisal Jurusan Teknik Kimia Proses adsorpsi menggunakan
Pb2+ dengan menggunakan Fakultas Teknik campuran serbuk eceng gondok dan
campuran Bentonit dan Universitas Syiah Kuala bentonit yang kemudian di aktivasi
eceng gondok Darussalam Banda Aceh, dengan larutan H2SO4 lalu di
2015 interaksikan dengan variasi
konsentrasi larutan adsorbat, variasi
waktu kontak dan variasi kecepatan
pengadukan. Sisa Filtrat di uji dengan
metode AAS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
adsorben campuran bentonit dan eceng
gondok yang tidak diaktivasi lebih
sedikit daya serapnya dibandingkan
adsorben yang di aktivasi, penyerapan
maksimum sebesar 0,987 mg/g terjadi
36
No Judul Penelitian Pengarang Penerbit dan Tahun Hasil Penelitian
Terbit
pada konsentrasi timbal 40 mg/L pada
waktu kontak 120 menit dengan
kecepatan pengadukan 150 rpm.
7 Penggunaan Bentonit Winny Wulandari Departemen Kimia Pengujian kinerja adsorben kitosan-
setelah dilapisi kitosan Fakultas MIPA bentonit dalam mengasorpsi ion logam
sebagai adsorben untuk Universitas Sumatera besi (Fe) dengan variasi konsentrasi
menyerap ion logam besi Utara, 2012 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; dan 10,0 mg/l.
(Fe) dengan metoda Diaduk selama 15 menit, disaring dan
spektrofotomet-ri serapan diukur konsentrasi logam besi (Fe)
atom dengan spektrofotometri serapan atom.
Dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bentonit yang dilapisi
kitosan mempunyai kemampuan lebih
besar dalam mengadsorpsi logam besi
(Fe) (99,87%) dibandingkan bentonit
alam teraktivasi (96,9350%) dan
kitosan (93,73%).
8 Penggunaan Tanah Bentonit - Daniel S Bath Departemen Teknik Pencampuran adsorben bentonit yang
sebagai Adsorben Logam - Jenal M Siregar Kimia, Fakultas Teknik, diaktivasi HCL dengan variasi
Cu - M Turmuzi Lubis Universitas Sumatera konsentrasi larutan Cu menggunakan
Utara, 2012 variasi berat adsorben dan variasi
waktu kontak. Filtrat di uji dengan
metode AAS.
9 Studi kemampuan adsorpsi Septian Eri Sadewo Fakultas Matematika dan Dalam peneltian ini biomassa kulit
biomassa kulit singkong Ilmu Pengetahuan Alam singkong diinteraksikan dengan
(Manihol esculenta Craniz) larutan Pb, Cd dan Cu secara terpisah
37
No Judul Penelitian Pengarang Penerbit dan Tahun Hasil Penelitian
Terbit
terhadap Ion Logam Pb(II), Universitas Lampung dengan variasi waktu kontak. Filtrat
Cd(II), dan Cu(II) Bandar Lampung, 2010 kemudian diuji menggunakan metode
AAS
10 Pengaruh campuran - Putri Elisa Program Studi Teknik Dilakukan interaksi adsorben dari
lempung dan eceng gondok - Aryo Sasmita Lingkungan Universitas lempung dan eceng gondok dengan
sebagai addsorben untuk - Edward HS Riau, 2016 variasi rasio campuran 1; 1,5; 2 dan 2,5
penyisihan besi (Fe), gr secara matriks pada masing- masing
mangan (Mn) dan warna larutan logam berat. Hasil penyisihan
pada air gambut mangan dan warna memiliki nilai
efisiensi terbaik 82,61% dan 85,75%
sedangkan untuk besi sebesar 88,98%.
11 Penyerapan Ion timbal - Alfian Putra - Politeknik Negeri Penelitian ini dilakukan dengan
dalam air dengan - Novia Lestari Lhokseumawe, Prodi memodifikasi adsorben kaolin dengan
menggunakan modifikasi - Hesti Meilina Teknologi Kimia surfaktan kationik yang telah
kaolin-surfaktan sebagai Industri, diaktifkan dengan suhu 300oC selama
metode penyerap Lhokseumawe, NAD. 3 jam. Perbandingan kaolin – surfaktan
Indonesia yang digunakan 1:0, 1:2, 1:3 dan 2:1
- Universitas Syiah dengan variasi kontak 30, 60 dan 90
Kuala, Jurusan Teknik menit. Konsentrasi timbal 100 mg/L
Kimia Unsyiah, sebagai limbah artifisial.
Darussalam, NAD,
Indonesia
2015
12 Analisis akumulasi timbal - Yuliani Jurusan Biologi Fakultas Penelitian ini melakukan pemeriksaan
(Pb) pada eceng gondok - Muh Ruslan Umar Matematika dan Ilmu kadar timbal yang terdapat pada
(Eichhornia crassipes) - Elis Tambaru tanaman air eceng gondok yang
38
No Judul Penelitian Pengarang Penerbit dan Tahun Hasil Penelitian
Terbit
(Mart.) Solms dan perairan - Ambeng Pengetahuan Alam dijadikan biomassa kemudian
dari beberapa lokasi di kota UNHAS, 2015 kandungan air nya diuji dengan
makassar menggunakan metode AAS.
13 Efisiensi dan Kapasitas - Reri Afrianita Jurusan Teknik Penelitian adsorpsi dilakukan secara
Penyerapan FLY ASH - Yommy Dewilda Lingkungan Universitas batch dengan menggunakan larutan
sebagai Adsorben dalam - Rafiola Fitri Andalas, 2013 artificial Pb 100 ml dengan variasi
Penyisihan Logam Timbal diameter adsorben, berat adsorben,
(Pb) limbah cair industri waktu kontak dan kecepatan
percetakan di Kota Padang pengadukan. Kondisi optimum
didapatkan untuk setiap parameter
adalah diameter adsorben 0,075-0,14
mm, berat adsorben 1 gram, pH
adsorbat 4, waktu kontak 60 menit dan
kecepatan pengadukan 120 rpm.
14 Adsorpsi merkuri (II) Oleh Kartika Krystiyanti Jurusan Kimia Fakultas Pada penelitian ini difokuskan pada
Biomassa Eceng Gondok sains dan Teknologi penentuan kapasitas pertukaran ion
(Eichornia crassipes) yang Universitas isalm Negeri dan perubahannya dimana penentuan
Diimmobilisasi pada (UIN) malang, 2008 kapasitas adsorpsi merkuri (II) dengan
Matriks Polisilikat variasi 25,50,75,100,125, dan 150
menggunakan Metode mg/L pada pH optimum 6 dan laju alir
Kolom 3 ml/menit dengan metode kolom,
kapasitas pertukaran ion yang
diperoleh sebesar 13,73 mmol per
gram adsorben.
15 Penurunan kandungan - Liliya dewi Departemen of Metode yang digunakan dalam
Logam Berat pada Air Lindi Susanawati Agricultural Engineering penelitian ini adalah tipe batch dan
39
No Judul Penelitian Pengarang Penerbit dan Tahun Hasil Penelitian
Terbit
dengan Media Zeolit - Bambang Suharto Brawijaya university kontinyu. Dengan 2 media zeolit yaitu
Menggunakan Metode - Kustamar Malang, Indonesia, 2011 zeolit teraktivasi dan zeolit tidak
Batch dan Metode Kontinyu teraktivasi. Dengan hasil penelitian
yang didapatkan metode yang paling
efektif yaaitu pada metode batch
dengan zeolit tak teraktivasi. Nilai
penurunan nilai kandungan Kromium
dan Timbal menggunakan metode
batch tak teraktivasi mengalami
penurunan 47,89% untuk Cr dan
73,75% untuk Pb, dan parameter
tersebut telah memenuhi baku mutu
kualitas air berdasarkan peratiran
pemerintah nomor 82 Tahun 2001
pasal 8 tentang Pengelolaan
Lingkungan hidup.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai April 2017 di Laboratorium
sulawesi selatan.
1. Alat
2. Botol sampel dan gelas kimia, digunakan sebagai wadah untuk sampel
penelitian
70
5. Kertas saring Whatman 42, digunakan untuk memisahkan larutan
2. Bahan
adsorben
4. Sampel air yaitu air limbah artificial, yaitu air limbah yang dibuat
Untuk pembuatan air limbah artificial logam berat Timbal (Pb) 10,0 mg/L
M1 . V1 = M2 . V2 .......................................................................(3.1)
Dimana :
71
D. Rancangan Penelitian
B1 = 4 gram
B2 = 6 gram
B3 = 8 gram
T1 = 30 Menit
T2 = 60 Menit
V1 = 150 rpm
V2 = 200 rpm
72
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Campuran Adsorben Bentonit dan
Eceng Gondok Teraktivasi
Variasi Berat Waktu Interaksi (T)
Kecepatan
Campuran Total
Pengadukan
Adsorben Adsorben T1 T2
(V)
(A) (B)
V1 A1B1V1T1 A1 B1V1T2
B1
V2 A1B1V2T1 A1 B1V2T2
V1 A1B2V1T1 A1 B2V1T2
A1 B2
V2 A1B2V2T1 A1 B2V2T2
V1 A1B3V1T1 A1 B3V1T2
B3
V2 A1B3V2T1 A1 B3V2T2
V1 A2B1V1T1 A1 B1V1T2
B1
V2 A2B1V2T1 A2 B1V2T2
V1 A2B2V1T1 A2 B2V1T2
A2 B2
V2 A2B2V2T1 A2 B2V2T2
V1 A2B3V1T1 A2 B3V1T2
B3
V2 A2B3V2T1 A2 B3V2T2
V1 A3B1V1T1 A3 B1V1T2
B1
V2 A3B1V2T1 A3 B1V2T2
V1 A3B2V1T1 A3 B2V1T2
A3 B2
V2 A3B2V2T1 A3 B2V2T2
V1 A3B3V1T1 A3 B3V1T2
B3
V2 A3B3V2T1 A3 B3V2T2
73
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian Campuran Adsorben Eceng
Gondok – Bentonit Tidak Teraktivasi
Campuran
Berat
Adsorben Kecepatan Waktu Interaksi (T)
Total
tidak Pengadukan
Adsorben
diaktivasi (v)
(B) T1 T2
(A2*)
V1 A2*B1V1T1 A2* B1V1T2
B1
V2 A2* B1V2T1 A2* B1V2T2
V1 A2*B2V1T1 A2* B2V1T2
A2* B2
V2 A2* B2V2T1 A2* B2V2T2
V1 A2*B3V1T1 A2* B3V1T2
B3
V2 A2* B3V2T1 A2* B3V2T2
74
E. Diagram Alir Penelitian
MULAI
PENGGILINGAN SAMPEL
PENGUJIAN SAMPEL
ANALISA DATA
SELESAI
75
F. Pelaksanaan Penelitian
dan Aktivasi Adsorben, dilanjutkan dengan Pengujian Sampel dan Analisa data
yang diperoleh.
a. Studi Literatur
melalui proses aktivasi kimia, proses yang terkait dalam Adsorpsi logam
Studi literatur digunakan berasal dari buku teks, laopran tugas akhir,
daerah jawa barat sebanyak 200g dibersihkan dengan cara dicuci dengan
akuades.
halus.
76
Selanjutnya sampel yang telah dihaluskan diayak dengan saringan
No.100 dan sampel yang lolos diayak kembali dengan saringan No.200.
selama 24 jam, lalu dicuci dengan aquades. Dapat dilihat pada gambar 3.3
77
Kemudian di lakukan penyaringan dan pengeringan dengan suhu
105oC selama 1 jam, setelah itu dilakukan proses adsorpsi. Dapat dilihat
diperoleh dengan cara memipet 100 mL Larutan baku Timbal (Pb) dengan
mencapai volume air 10000 ml. Dapat dilihat pada Gambar 3.4.
10 𝑚𝑔/𝐿
= 1000𝑚𝑔/𝐿 𝑥 10000 𝑚𝑙
= 100 ml
78
Gambar 3.4 Pembuatan Larutan Timbal (Pb) 10 mg/l
e. Proses Adsorpsi
pengadukan 150 dan 200 rpm, waktu adsorpsi dilakukan selama 30 dan 60
menit pada konsentrasi adsorbat timbal (Pb) 10 mg/L. Dapat dilihat pada
Gambar 3.5 Proses Adsorpsi Timbal menggunakan alat Flokulator dan Analisis
menggunakan AAS
79
1. Penentuan Berat dan Rasio Komposit Optimum dari Campuran
Adsorben Eceng Gondok dan Bentonit
Sebanyak 4, 6 dan 8 gram campuran bentonit – eceng gondok
42, filtrat diambil dan dianalisis kadar logam timbal (Pb) yang tersisa
menit, kecepatan pengadukan 150 rpm dan 200 rpm kemudian disaring
80
f. Analisa Data
dan WORD untuk melihat tingkat efektivitas eceng gondok dan bentonit
(𝐶𝑜−𝐶𝑒)𝑉
qe = ..................................................(3.4)
𝑊
Dimana :
81
BAB IV
Pada bab ini membahas tentang hasil adsorpsi ion logam timbal dalam
(Pb) yang teradsorpsi dengan menggunakan campuran adsorben dari eceng gondok
dan bentonit ialah waktu interaksi selama 30 dan 60 menit, kecepatan pengadukan
150 dan 200 rpm dan massa adsorben yang digunakan adalah 4, 6, dan 8 gram
dengan perbandingan eceng gondok – bentonit: 25% – 75% ; 50% – 50% ; dan 75%
– 25%.
flokulator yang berfungsi untuk mengaduk adsorben dan adsorbat dengan waktu
pada suhu ruang, yaitu 28oC, pemilihan suhu ruang ini karena proses adsorpsi pada
suhu yang semakin tinggi menyebabkan ion logam berat yang terserap oleh
adsorben semakin sedikit. Hal ini terjadi karena semakin tinggi suhu pada proses
adsorpsi, maka pergerakan ion semakin cepat sehingga jumlah ion logam berat yang
82
timbal dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Air yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu sampel air yang terkontaminasi oleh timbal
Data hasil pengujian adsorpsi ion Timbal (Pb) dengan konsentrasi awal 10
mg/L oleh adsorben campuran Eceng Gondok dan bentonit teraktivasi dengan
variasi waktu kontak, kecepatan pengadukan dan berat adsorben dapat dilihat pada
Tabel Berikut:
83
Data hasil pengujian adsorpsi ion Timbal (Pb) dengan konsentrasi awal 10
mg/L oleh adsorben campuran Eceng Gondok dan bentonit (50% – 50%) tidak
teraktivasi dengan variasi waktu kontak, kecepatan pengadukan dan berat adsorben
Eceng Gondok dan Bentonit teraktivasi dari Tabel 4.1 menunjukkan hasil
penyisihan konsentrasi awal larutan timbal (Pb) 10 mg/L yang cukup signifikan
Hasil adsorpsi Ion Timbal adsorben campuran tidak teraktivasi untuk variasi
komposit Eceng Gondok 50% - 50% Bentonit dari tabel 4.2 menunjukkan
oleh adsorben campuran eceng gondok dan bentonit (75% – 25%) dapat dilihat
pada tabel serta grafik seperti pada Tabel 4.3, Gambar 4.1 dan 4.2. berikut ini:
84
Tabel 4.3 Efisiensi dan Kapasitas Penyerapan Ion Timbal (Pb) pada Rasio
Komposit Eceng Gondok 75% - 25% Bentonit
Kapasitas
Efisiensi Penyerapan
Berat Kecepatan Penyerapan Ion
Rasio Ion Pb (%)
Total Pengadukan logam Pb (mg/g)
Komposit Waktu Interaksi Waktu Interaksi
Adsorben (V)
(%) (T)(menit) (T)(menit)
(gr) (rpm)
30 60 30 60
150 0,49565 0,49770 99,130% 99,540%
4
200 0,49730 0,49910 99,460% 99,820%
150 0,32990 0,33117 98,970% 99,350%
75 – 25 6
200 0,33003 0,33247 99,010% 99,740%
150 0,24440 0,24785 97,760% 99,140%
8
200 0,24708 0,24815 98,830% 99,260%
100.000%
Efisiensi Penyerapan Ion Pb
99.500%
99.000%
98.500% V1T1
(%)
98.000% V2T1
V1T2
97.500%
V2T2
97.000%
96.500%
4 6 8
Berat Total Adsorben (gr)
Gambar 4.1 Hubungan Efisiensi Penyerapan ion timbal (Pb) terhadap Berat Total
Adsorben Pada Rasio Komposit 75% - 25%
Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat bahwa pada semua variasi berat adsorben
jumlah konsentrasi ion Timbal (Pb) yang terserap semakin meningkat, seiring
penurunan nilai efisiensi. Hal ini menunjukkan adanya batas jenuh adsorben dalam
menyerap logam Pb. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ahalya (2005) bahwa jumlah
85
berat adsorben mempengaruhi proses adsorpsi, dimana pada variasi berat yang
seluruhnya terbuka untuk menyerap timbal (Pb) sehingga proses penyerapan tidak
efektif dan efisiensi penyisihan berkurang. Sehingga Efisiensi terendah dari variasi
komposisi 75% - 25% terlihat pada berat adsorben 8 gr dengan waktu interaksi 30
menit dan kecepatan pengadukan 150 rpm sebesar 97,760% dan Efisiensi terbesar
terlihat pada berat adsorben 4 gr dengan waktu interaksi 60 menit dan kecepatan
0.55000
Kapasitas Peneyrapan Ion Timbal
0.50000
0.45000
0.40000
0.35000
(mg/g)
0.30000 V1T1
0.25000 V2T1
0.20000 V1T2
0.15000
V2T2
0.10000
0.05000
0.00000
4 6 8
Berat Total adsorben (gr)
Gambar 4.2 Hubungan Kapasitas Penyerapan ion timbal (Pb) terhadap Berat Total
Adsorben Pada Rasio Komposit 75% - 25%
yang terjadi pada masing – masing variasi berat adsorben. Dalam volume 200 ml
larutan kapasitas penyerapan yang terendah terlihat pada berat adsorben 8 gram
dengan waktu interaksi 30 menit dan kecepatan pengadukan 150 rpm sebesar
0,24440 mg/g dan kapasitas penyerapan terbesar terlihat pada berat adsorben 4
86
gram dengan waktu interaksi 60 menit dan kecepatan pengadukan 200 rpm sebesar
0,49910 mg/g. Ini menunjukkan bahwa pada setiap gram adsorben dapat menyerap
0,49910 mg logam Pb. Dengan berat 4 gram kapasitas penyerapan yang terjadi
efektif dan efisiensi penyisihan cukup tinggi. Yang menjadikannya sebagai kondisi
ideal bagi adsorben dalam menyerap adsorbat pada volume kerja 200 ml dan
komposisi campuran 75% - 25%. Pada proses yang spesifik, semakin rendah jumlah
2. Nilai Efisiensi dan Kapasitas Penyerapan Ion Timbal (Pb) yang teradsorpsi
oleh adsorben campuran eceng gondok dan bentonit (50% – 50%) dapat dilihat
pada tabel serta grafik seperti pada Tabel 4.4, Gambar 4.3 dan 4.4. berikut ini:
Tabel 4.4 Efisiensi dan Kapasitas Penyerapan Ion Timbal (Pb) pada Rasio
Komposit Eceng Gondok 50% - 50% Bentonit
Kapasitas
Efisiensi Penyerapan
Berat Kecepatan Penyerapan Ion
Rasio Ion Pb (%)
Total Pengadukan logam Pb (mg/g)
Komposit Waktu Interaksi Waktu Interaksi
Adsorben (V)
(%) (T)(menit) (T)(menit)
(gr) (rpm)
30 60 30 60
150 0,48330 0,49665 96,660% 99,330%
4
200 0,49480 0,49955 98,960% 99,910%
150 0,32493 0,33173 97,480% 99,520%
50 – 50 6
200 0,33033 0,33320 99,100% 99,960%
150 0,24415 0,24970 97,660% 99,880%
8
200 0,24828 0,24998 99,310% 99,990%
87
101.000%
99.000%
98.000% V1T1
(%)
97.000% V2T1
V1T2
96.000%
V2T2
95.000%
94.000%
4 6 8
Berat Total Adsorben (gr)
Gambar 4.3 Hubungan Efisiensi Penyerapan ion timbal (Pb) terhadap Berat Total
Adsorben Pada Rasio Komposit 50% - 50%
Pada Gambar 4.3 dapat dilihat efisiensi penyerapan maksimum didapat pada
berat total adsorben 8 gram dengan waktu 60 menit dan kecepatan pengadukan 200
rpm adalah 99,990 mg/g. Pada rasio campuran adsorben 50% - 50% menunjukkan
timbal (Pb) juga meningkat hal serupa juga sesuai dengan Chaerunisa (2016) dalam
bahwa kandungan silika pada andisol dan sekam padi berinteraksi untuk saling
yang digunakan maka semakin banyak pula pori – pori yang akan menyerap
88
0.55000
0.30000 V1T1
0.25000 V2T1
0.20000 V1T2
0.15000 V2T2
0.10000
0.05000
0.00000
4 6 8
Berat Total adsorben (gr)
Gambar 4.4 Hubungan Kapasitas Penyerapan ion timbal (Pb) terhadap Berat Total
Adsorben Pada Rasio Komposit 50% - 50%
yang terjadi pada masing – masing variasi berat adsorben untuk rasio campuran
adsorben 50% - 50%. Dalam volume 200 ml, larutan kapasitas penyerapan yang
terendah terlihat pada berat adsorben 8 gram dengan waktu interaksi 30 menit dan
kecepatan pengadukan 150 rpm sebesar 0,24415 mg/g dan kapasitas penyerapan
terbesar terlihat pada berat adsorben 4 gram dengan waktu interaksi 60 menit dan
tidak lebih baik dari berat adsorben 8 gram dengan waktu interaksi 60 menit
yang efektif dan efisiensi penyerapan yang cukup tinggi menjadikannya berat
adsorben ideal untuk dapat menyerap timbal (Pb) pada rasio komposit 50% - 50%.
89
3. Untuk Nilai Efisiensi dan Kapasitas Penyerapan Ion Timbal (Pb) yang
teradsorpsi oleh adsorben campuran eceng gondok dan bentonit (25% – 75%)
dapat dilihat pada tabel serta grafik seperti pada Tabel 4.5, Gambar 4.5 dan 4.6.
berikut ini:
Tabel 4.5 Efisiensi dan Kapasitas Penyerapan Ion Timbal (Pb) pada Rasio
Komposit Eceng Gondok 25% - 75% Bentonit
Kapasitas
Efisiensi Penyerapan
Berat Kecepatan Penyerapan Ion
Rasio Ion Pb (%)
Total Pengadukan logam Pb (mg/g)
Komposit Waktu Interaksi Waktu Interaksi
Adsorben (V)
(%) (T)(menit) (T)(menit)
(gr) (rpm)
30 60 30 60
150 0,48435 0,47870 96,870% 95,740%
4
200 0,47360 0,46620 94,720% 93,240%
150 0,32633 0,32263 97,900% 96,790%
25 – 75 6
200 0,32253 0,31887 96,760% 95,660%
150 0,24638 0,24708 98,550% 98,830%
8
200 0,24328 0,24405 97,310% 97,620%
100.000%
99.000%
Efisiensi Penyerapan Ion Pb
98.000%
97.000%
96.000%
V1T1
(%)
95.000%
V2T1
94.000%
V1T2
93.000%
V2T2
92.000%
91.000%
90.000%
4 6 8
Berat Total Adsorben (gr)
Gambar 4.5 Hubungan Efisiensi Penyerapan ion timbal (Pb) terhadap Berat Total
Adsorben Pada Rasio Komposit 25% - 75%
90
Pada Gambar 4.5 Untuk Rasio campuran adsorben 25% -75% dapat dilihat
efisiensi penyerapan maksimum terjadi pada berat total adsorben 8 gram dengan
nilai efisiensi pada variasi berat adsorben cenderung menurun. Bisa dikatakan
bahwa penyerapan bagi adsorben dengan volume kerja 200 ml adsorbat telah
mencapai titik jenuh pada kecepatan 150 rpm dan waktu 30 menit, meskipun untuk
waktu 60 menit dan kecepatan 200 rpm masih bisa mereduksi logam timbal (Pb),
namun kondisi jenuh telah dicapai sebelumnya dimana hampir seluruh permukaan
adsorbat. Pada kecepatan lambat, maka proses adsorpsi berlangsung lambat pula.
terjadi antar adsorben dengan adsorbat sehingga daya serap yang ada bernilai kecil.
Untuk kondisi sebaliknya dengan kecepatan pengadukan yang terlalu cepat, maka
kemungkinan yang terjadi struktur adsorben cepat rusak, sehingga proses adsorpsi
kurang optimal (Mulyatna, 2003). Adsorbat yang telah menempel dan membentuk
flok nantinya akan kembali pecah karena besarnya kecepatan yang ada.
91
0.55000
Gambar 4.6 Hubungan Kapasitas Penyerapan ion timbal (Pb) terhadap Berat Total
Adsorben Pada Rasio Komposit 25% - 75%
yang terjadi pada masing – masing variasi berat adsorben untuk rasio campuran
adsorben 25% - 75%. Dalam volume 200 ml, larutan kapasitas penyerapan yang
terendah terlihat pada berat adsorben 8 gram dengan waktu interaksi 30 menit dan
kecepatan pengadukan 200 rpm sebesar 0,24328 mg/g dan kapasitas penyerapan
terbesar terlihat pada berat adsorben 4 gram dengan waktu interaksi 30 menit dan
tidak lebih baik dari berat adsorben 8 gram dengan waktu interaksi 60 menit
yang efektif dan efisiensi penyerapan yang cukup tinggi menjadikannya berat
adsorben ideal untuk dapat menyerap timbal (Pb) pada rasio komposit 75% - 25%.
92
Menurut Nurhasni (2012) bertambahnya massa adsorben berarti akan
menambah jumlah partikel dan luas permukaannya akan semakin besar, sehingga
adalah kondisi dimana ketika adsorben sudah jenuh atau mendekati jenuh, maka
adsorbat yang telah terserap akan terlepas dari adsorben dan kembali menjadi
Berdasarkan pada Gambar 4.1 ; 4.2 ; 4.3 ; 4.4 ; 4.5 ; dan 4.6 dapat dilihat
perbedaan berat adsorben optimal dari masing – masing variasi rasio campuran
adsorben ditunjukkan dengan besar nya nilai efisiensi dan kapasitas penyerapan
campuran optimum yaitu 50% - 50% dengan berat adsorben optimal dengan angka
menit dan kecepatan pengadukan 200 rpm yang mampu menyisihkan hingga 0,001
mg/l dari konsentrasi awal larutan logam timbal 10 mg/l. Yang angka penyisihan
juga waktu kontak dan kecepatan pengadukan dalam proses adsorpsi berpengaruh
93
C. Pengaruh Proses Aktivasi Adsorben terhadap Penyerapan Ion Logam
Timbal (Pb)
Adsorben yang telah diaktivasi dengan H3PO4 memiliki pori yang lebih
pengaruh adsorben campuran eceng gondok dan bentonit yang tidak diaktivasi
timbal 10 mg/L, kecepatan pengadukan 150 dan 200 rpm serta waktu interaksi 30
dan 60 menit pada setiap variasi berat total adsorben 4, 6, dan 8 gram. Tabel 4.6
dan Gambar 4.7 menunjukkan Efisiensi penyerapan dengan proses aktivasi Gambar
Tabel 4.6 Perbandingan Efisiensi Penyerapan Ion Timbal (Pb) pada Rasio
Komposit Eceng Gondok 50% - 50% Bentonit teraktivasi dan tidak
teraktivasi
Efisiensi Penyerapan
Efisiensi Penyerapan
Berat Kecepatan Ion Pb (%) tidak
Rasio Ion Pb (%) teraktivasi
Total Pengadukan teraktivasi
Komposit Waktu Interaksi Waktu Interaksi
Adsorben (V)
(%) (T)(menit) (T)(menit)
(gr) (rpm)
30 30 30 60
150 96,660% 99,330% 64,660% 73,730%
4
200 98,960% 99,910% 70,960% 79,100%
150 97,480% 99,520% 70,480% 77,550%
50 – 50 6
200 99,100% 99,960% 75,180% 80,960%
150 97,660% 99,880% 76,460% 79,880%
8
200 99,310% 99,990% 77,710% 82,050%
94
101.000%
99.000%
98.000% V1T1
(%)
97.000% V2T1
V1T2
96.000%
V2T2
95.000%
94.000%
4 6 8
Berat Total Adsorben (gr)
Gambar 4.7 Hubungan Efisiensi Penyerapan ion timbal (Pb) terhadap Berat Total
Adsorben Pada Rasio Komposit 50% - 50%
100.000%
95.000%
Efisiensi Penyerapan Ion Pb
90.000%
85.000%
80.000%
V1T1
(%)
75.000%
V2T1
70.000%
V1T2
65.000%
V2T2
60.000%
55.000%
50.000%
4 6 8
Berat Total Adsorben (gr)
Gambar 4.8 Hubungan Efisiensi Penyerapan ion timbal (Pb) terhadap Berat Total
Adsorben Pada Rasio Komposit 50% - 50%
Berdasarkan Gambar 4.8 dapat terlihat bahwa penyerapan Ion Timbal (Pb)
dengan menggunakan campuran bentonit dan eceng gondok yang tidak diaktivasi
Ion Logam timbal (Pb) pada konsentrasi 10 mg/L adsorben tidak teraktivasi tidak
cukup ideal. Dimana dalam volume larutan adsorbat 200 ml, efisiensi penyerapan
terbesar terlihat pada berat adsorben 8 gram dengan waktu interaksi 60 menit dan
95
kecepatan pengadukan 200 rpm sebesar 82,050%, angka ini cukup rendah jika
dibandingkan dengan nilai efisiensi pada rasio 50%-50% teraktivasi pada gambar
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
logam timbal (Pb) dengan menggunakan adsorben dari campuran bentonit dan
1. Berat dan komposisi optimum dari campuran adsorben bentonit dan eceng
penyisihan 0,001 mg/l dari konsentrasi awal 10 mg/l pada rasio komposit
nilai efisiensi terbaik dari campuran bentonit 50% dan 50% eceng gondok
pada berat total adsorben 8 gram, yang tidak diaktivasi sebesar 82,050%
97
B. Saran
3. Bagi industri yang menghasilkan limbah berupa ion – ion logam berat
menanggulangi limbah.
98
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisik. Alih Bahasa oleh Irma I. Karto Hadiprojo.
Erlangga. Jakarta.
Candra, Adi dan Febrina Setyawati, 2008. Pembuatan Briket Arang dari
Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) dengan sagu sebagai pengikat.
http://www.ecengondok/sifat kimia.html diunduh tanggal 20 maret
2017.
European Union. 2014. Drinking Water Regulation. S.I. No. 122 of 2014.
Elisa, Putri, Aryo Sasmita dan Edward HS. 2016. Pengaruh Campuran
Lempung dan Eceng Gondok Sebagai Adsorben untuk Penyisihan
Besi (Fe), Mangan (Mn) dan Warna pada Air Gambut. JOM
FTEKNIK Vol 4 No. 1. Universitas Riau.
99
Faisal, M. 2015. Efisiensi Penyerapan Logam Pb2+ dengan Menggunakan
campuran Bentonit dan Eceng Gondok. Jurnal Teknik kimia 4 (1).
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu
Air limbah.
100
Peraturan Menkes RI. 2010. Kepmenkes No. 492/Menkes/PER/IV/2010
Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta : Departemen
Kesehtan RI.
101
Metoda Spektrofotometri Serapan Atom. Skripsi. FMIPA, Universitas
Sumatera Utara.
102
LAMPIRAN
103
104
105
106
Lampiran 2
107
B. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Baku mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang belum
memliki Baku Mutu Air Limbah yang ditetapkan [hal. 81]
108
C. United States Environmental protection Agency (EPA) - 2012 Edition of the Drinking Water Standards and Health Advisories
[EPA 822-S-12-001]
Drinking Water Standards and Health Advisories; pp 16
**TT : treatment technique. A required process intended to reduce the level of a contaminant in drinking water.
B2 : indicates sufficient evidence in animals and inadequate or no evidence in humans
109
D. European Communities (Drinkin Water) REGULATIONS 2014
[S.I. No. 122 of 2014]
Parameters And Parametric Values - Chemical Parameters; pp.21 – 23
No Parameter Parametric Unit Comments
Value
1 Acrylamide 0.10 μg/l Note 1
2 Antimony 5.0 μg/l
3 Arsenic 10 μg/l
4 Benzene 1.0 μg/l
5 Benzo(a)pyrene 0.010 μg/l
6 Boron 1.0 mg/l
7 Bromate 10 μg/l
8 Cadmium 5.0 μg/l
9 Chromium 50 μg/l
10 Copper 2.0 mg/l Note 2
11 Cyanide 50 μg/l
12 1,2-dichloroethane 3.0 μg/l
13 Epichlorohydrin 0.10 μg/l Note 1
14 Fluoride
(a) fluoridated supplies 0.8 mg/l
(b) supplies with naturally 1.5 mg/l
occurring fluoride, not
needing
further fluoridation
15 Lead 10 μg/l Notes 2 and 3
16 Mercury 1.0 μg/l
17 Nickel 20 μg/l Note 2
18 Nitrate 50 mg/l Note 4
19 Nitrite 0.50 mg/l Note 4
20 Pesticides 0.10 μg/l Notes 5 and 6
21 Pesticides — Total 0.50 μg/l Note 5 and 7
22 Polycyclic aromatic 0.10 μg/l Sum of
hydrocarbons concentrations of
specified
compounds; Note
8
23 Selenium 10 μg/l
24 Tetrachloroethene and 10 μg/l Sum of
Trichloroethene concentrations of
specified
parameters.
110
25 Trihalomethanes — Total 100 μg/l Sum of
concentrations of
specified
compounds. Note
9
26 Vinyl chloride 0.50 μg/l Note 1
Notes
Note 1 The parametric value refers to the residual monomer concentration in the water as calculated
according to specifications of the maximum release from the corresponding polymer in
contact with the water.
Note 2 The value applies to a sample of water intended for human consumption obtained by an
adequate sampling method at the tap and taken so as to be representative of a weekly
average value ingested by consumers and that takes account of the occurrence of peak
levels that may cause adverse effects on human health.
Note 3 All appropriate measures shall be taken to reduce the concentration of lead in water intended
for human consumption as much as possible dur-ing the period needed to achieve
compliance with the parametric value.
When implementing the measures priority shall be progressively given to achieve
compliance with that value where lead concentrations in water intended for human
consumption are highest.
Note 4 Compliance must be ensured with the conditions that [nitrate]/50 [nitrite]/3 1, the square
brackets signifying the concentrations in mg/l for nitrate (NO3) and nitrite (NO2) and the
value of 0.10mg/l for nitrites ex water treatment works.
Note 5 Only those pesticides which are likely to be present in a given supply require to be monitored.
Note 7 “Pesticides — Total” means the sum of all individual pesticides detected and quantified in
the course of the monitoring procedure;
111
Note 9 The specified compounds are: chloroform, bromoform, dibromochloro-methane and
bromodichloromethane.
All appropriate measures must be taken to reduce the concentration of trihalo-methanes in water
intended for human consumption as much as possible during the period needed to achieve
compliance with the para-metric value.
When implementing the measures to achieve this value, priority must progres-sively be given to
those areas where trihalomethane concentrations in water intended for human consumption are
highest.
112
Lampiran 3
10 − 0,087
= 𝑥 100%
10
= 99,130%
10 − 0,054
= 𝑥 100%
10
= 99,460%
10 − 0,046
= 𝑥 100%
10
= 99,540%
10 − 0,018
= 𝑥 100%
10
= 99,820%
b. Perhitungan Persentase Penurunan Ion Logam (%R) untuk Berat
Adsorben 6 gram
Untuk variasi V1T1 (𝑅%) =
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
10 − 0,103
= 𝑥 100%
10
113
= 98,970%
10 − 0,099
= 𝑥 100%
10
= 99,010%
10 − 0,065
= 𝑥 100%
10
= 99,350%
10 − 0,026
= 𝑥 100%
10
= 99,740%
c. Perhitungan Persentase Penurunan Ion Logam (%R) untuk Berat
Adsorben 8 gram
Untuk variasi V1T1 (𝑅%) =
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
10 − 0,224
= 𝑥 100%
10
= 97,760%
10 − 0,117
= 𝑥 100%
10
= 98,830%
114
10 − 0,086
= 𝑥 100%
10
= 99,140%
10 − 0,074
= 𝑥 100%
10
= 99,260%
115
2. Rasio Komposit Eceng Gondok (50%) – (50%) Bentonit
a. Perhitungan Persentase Penurunan Ion Logam (%R) untuk Berat
Adsorben 4 gram
Untuk variasi V1T1 (𝑅%) =
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
10 − 0,334
= 𝑥 100%
10
= 96,660%
10 − 0,104
= 𝑥 100%
10
= 98,960%
10 − 0,067
= 𝑥 100%
10
= 99,330%
10 − 0,009
= 𝑥 100%
10
= 99,910%
b. Perhitungan Persentase Penurunan Ion Logam (%R) untuk Berat
Adsorben 6 gram
Untuk variasi V1T1 (𝑅%) =
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
10 − 0,252
= 𝑥 100%
10
= 97,480%
116
Untuk variasi V2T1 (𝑅%) =
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
10 − 0,09
= 𝑥 100%
10
= 99,100%
10 − 0,048
= 𝑥 100%
10
= 99,520%
10 − 0,004
= 𝑥 100%
10
= 99,960%
c. Perhitungan Persentase Penurunan Ion Logam (%R) untuk Berat
Adsorben 8 gram
Untuk variasi V1T1 (𝑅%) =
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
10 − 0,234
= 𝑥 100%
10
= 97,660%
10 − 0,069
= 𝑥 100%
10
= 99,310%
117
10 − 0,012
= 𝑥 100%
10
= 99,880%
10 − 0,001
= 𝑥 100%
10
= 99,990%
118
3. Rasio Komposit Eceng Gondok (25%) – (75%) Bentonit
a. Perhitungan Persentase Penurunan Ion Logam (%R) untuk Berat
Adsorben 4 gram
Untuk variasi V1T1 (𝑅%) =
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
10 − 0,313
= 𝑥 100%
10
= 96,870%
10 − 0,528
= 𝑥 100%
10
= 94,720%
10 − 0,426
= 𝑥 100%
10
= 95,740%
10 − 0,676
= 𝑥 100%
10
= 93,240%
10 − 0,21
= 𝑥 100%
10
= 97,900%
119
Untuk variasi V2T1 (𝑅%) =
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
10 − 0,324
= 𝑥 100%
10
= 96,760%
10 − 0,321
= 𝑥 100%
10
= 96,790%
10 − 0,434
= 𝑥 100%
10
= 95,660%
c. Rasio Komposit Eceng Gondok (25%) – (75%)
Untuk variasi V1T1 (𝑅%) =
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑥 100%
10 − 0,145
= 𝑥 100%
10
= 98,550%
10 − 0,269
= 𝑥 100%
10
= 97,310%
10 − 0,117
= 𝑥 100%
10
120
= 98,830%
10 − 0,238
= 𝑥 100%
10
= 97,620%
121
B. Perhitungan Jumlah Ion Logam Pb yang teradsorpsi (Qe)
1. Rasio Komposit Eceng Gondok (75%) – (25%) Bentonit
a. Jumlah Ion Logam yang teradsoprsi (qe) untuk berat adsorben 4 gram
Untuk variasi V1T1
(𝐶𝑜−𝐶𝑒)𝑉 (10−0,87)200
qe = = = 0,49565 mg/g
𝑊 4
b. Jumlah Ion Logam yang teradsoprsi (qe) untuk berat adsorben 6 gram
Untuk variasi V1T1
(𝐶𝑜−𝐶𝑒)𝑉 (10−0,103)200
qe = = = 0,32990 mg/g
𝑊 6
c. Jumlah Ion Logam yang teradsoprsi (qe) untuk berat adsorben 8 gram
Untuk variasi V1T1
(𝐶𝑜−𝐶𝑒)𝑉 (10−0,224)200
qe = = = 0,24440 mg/g
𝑊 8
122
Untuk variasi V2T1
(𝐶𝑜−𝐶𝑒)𝑉 (10−0,117)200
qe = = = 0,24708 mg/g
𝑊 8
b. Jumlah Ion Logam yang teradsoprsi (qe) untuk berat adsorben 6 gram
Untuk variasi V1T1
(𝐶𝑜−𝐶𝑒)𝑉 (10−0,252)200
qe = = = 0,32493 mg/g
𝑊 6
123
(𝐶𝑜−𝐶𝑒)𝑉 (10−0,048)200
qe = = = 0,33173 mg/g
𝑊 6
c. Jumlah Ion Logam yang teradsoprsi (qe) untuk berat adsorben 8 gram
Untuk variasi V1T1
(𝐶𝑜−𝐶𝑒)𝑉 (10−0,234)200
qe = = = 0,24415 mg/g
𝑊 8
Untuk variasi V2T1
(𝐶𝑜−𝐶𝑒)𝑉 (10−0,069)200
qe = = = 0,24828 mg/g
𝑊 8
Untuk variasi V1T2
(𝐶𝑜−𝐶𝑒)𝑉 (10−0,012)200
qe = = = 0,24970 mg/g
𝑊 8
Untuk variasi V2T2
(𝐶𝑜−𝐶𝑒)𝑉 (10−0,001)200
qe = = = 0,24998 mg/g
𝑊 8
b. Jumlah Ion Logam yang teradsoprsi (qe) untuk berat adsorben 6 gram
Untuk variasi V1T1
124
(𝐶𝑜−𝐶𝑒)𝑉 (10−0,21)200
qe = = = 0,32633 mg/g
𝑊 6
c. Jumlah Ion Logam yang teradsoprsi (qe) untuk berat adsorben 8 gram
Untuk variasi V1T1
(𝐶𝑜−𝐶𝑒)𝑉 (10−0,145)200
qe = = = 0,24638 mg/g
𝑊 8
125
C. Perhitungan Konversi persentasi kapasitas penyerapan (%Qe) dari
masing-masing berat adsorben
1. Rasio Komposit Eceng Gondok (75%) – (25%) Bentonit
Untuk variasi V1T1
Diketahui :
- Qe (4 gr) = 0,49565 mg/g
- Qe (6 gr) = 0,32990 mg/g
- Qe (8 gr) = 0,24440 mg/g
(0,49565 – 0,32990)
o %Qe 4:6 = 𝑥 100%
0,49565
=33,441%
(0,32990 – 0,24440)
o %Qe 6:8 = 𝑥 100%
0,32990
=25,917%
(0,49565 – 0,24440)
o %Qe 4:8 = 𝑥 100%
0,49565
=50,691%
126
= 25,159%
(0,49770 – 0,24785)
o %Qe 4/8 = 𝑥 100%
0,49770
= 50,201%
Untuk variasi V2T2
Diketahui :
- Qe (4 gr) = 0,49910 mg/g
- Qe (6 gr) = 0,33247 mg/g
- Qe (8 gr) = 0,24815 mg/g
(0,49910 – 0,33247)
o %Qe 4:6 = 𝑥 100%
0,49910
= 33,387%
(0,33247 – 0,24815)
o %Qe 6:8 = 𝑥 100%
0,33247
= 25,361%
(0,49910 – 0,24815)
o %Qe 4:8 = 𝑥 100%
0,49910
= 50,281%
(0,48330 – 0,32493)
o %Qe 4:6 = 𝑥 100%
0,48330
= 32,768%
(0,32493 – 0,24415)
o %Qe 6:8 = 𝑥 100%
0,32493
= 24,862%
(0,48330 – 0,24415)
o %Qe 4:8 = 𝑥 100%
0,48330
= 49,823%
127
(0,49480 – 0,33033)
o %Qe 4:6 = 𝑥 100%
0,49480
= 33,239%
(0,33033 – 0,24828)
o %Qe 6:8 = 𝑥 100%
0,33033
= 24,841%
(0,49480 – 0,24828)
o %Qe 4:8 = 𝑥 100%
0,49840
= 49,823%
Untuk variasi V1T2
Diketahui :
- Qe (4 gr) = 0,49665mg/g
- Qe (6 gr) = 0,33173 mg/g
- Qe (8 gr) = 0,24970 mg/g
(0,49665 – 0,33173)
o %Qe 4:6 = 0,49665
𝑥 100%
= 33,206%
(0,33173 – 0,24970)
o %Qe 6:8 = 𝑥 100%
0,33173
= 24,729%
(0,49665 – 0,24970)
o %Qe 4:8 = 𝑥 100%
0,49665
=49,723%
(0,49955 – 0,33320)
o %Qe 4:6 = 𝑥 100%
0,49955
= 33,300%
(0,33320 – 0,24998)
o %Qe 6:8 = 𝑥 100%
0,33320
= 24,977%
(0,49955 – 0,24998)
o %Qe 4:8 = 𝑥 100%
0,49955
= 49,960%
128
- Qe (4 gr) = 0,48435 mg/g
- Qe (6 gr) = 0,32633 mg/g
- Qe (8 gr) = 0,24638 mg/g
(0,48435 – 0,32633)
o %Qe 4:6 = 𝑥 100%
0,48435
= 32,624%
(0,32633 – 0,24638)
o %Qe 6:8 = 𝑥 100%
0,32633
= 24,502%
(0,48435 – 0,24638)
o %Qe 4:8 = 𝑥 100%
0,48435
=49,133%
Untuk variasi V2T1
Diketahui :
- Qe (4 gr) = 0,47360 mg/g
- Qe (6 gr) = 0,32253 mg/g
- Qe (8 gr) = 0,24328 mg/g
(0,47360 – 0,32253)
o %Qe 4:6 = 𝑥 100%
0,47360
= 31,898%
(0,32253 – 0,24328)
o %Qe 6:8 = 𝑥 100%
0,32253
= 24,574%
(0,47360 – 0,24328)
o %Qe 4:8 = 𝑥 100%
0,47360
= 48,633%
(0,47870 – 0,32263)
o %Qe 4:6 = 𝑥 100%
0,47870
= 32,602%
(0,32263 – 0,24708)
o %Qe 6:8 = 0,32263
𝑥 100%
= 23,419%
(0,47870 –0,24708)
o %Qe 4:8 = 0,47870
𝑥 100%
= 48,386%
129
Untuk variasi V2T2
Diketahui :
- Qe (4 gr) = 0,46620 mg/g
- Qe (6 gr) = 0,31887 mg/g
- Qe (8 gr) = 0,24405 mg/g
(0,46620 – 0,31887)
o %Qe 4:6 = 𝑥 100%
0,46620
= 31,603%
(0,31887 – 0,24405)
o %Qe 6:8 = 𝑥 100%
0,31887
= 23,463%
(0,46620 – 0,24405)
o %Qe 4:8 = 𝑥 100%
0,46620
= 47,651%
130