117 951 1 PB
117 951 1 PB
Abstrak
Telah dilakukan penelitian untuk mempelajari kemungkinan pemanfaatan limbah kulit buah
kakao sebagai zat pewarna. Penelitian meliputi aspek kualitatif dan kuantitatif dari potensi pigmen
dalam kulit buah kakao. Analisa kuantitatif untuk mengetahui kondisi ekstraksi pigmen yang optimal,
dilakukan dengan memberikan kondisi ekstraksi yang berbeda-beda. Variasi kondisi ekstraksi
meliputi, variasi bahan, konsentrasi pelarut etanol dan rasio bahan : etanol. Bahan yang digunakan
adalah kulit buah kakao segar dan kulit yang dikeringkan. Variasi konsentrasi pelarut etanol yang
digunakan 75%, 85% dan 95%. Rasio bahan : etanol yang digunakan adalah 1:1, 1:2, dan 1:3. Hasil
penelitian menunjukkan kondisi ekstraksi yang memberikan kadar pigmen terekstrak paling banayak
adalah kondisi bahan segar, konsentrasi etanol 95% dan rasio bahan : etanol = 1:3.
Analisa kualitatif dilakukan untuk mengetahui kestabilkan pigmen terhadap suhu dan waktu
pemanasan, pH, serta keberadaan oksidator dan reduktor. Degradasi pigmen secara kualitatif
ditunjukkan oleh penurunan absorbansi pigmen apabila diamati dengan spektrofotometer pada λ 435
nm. Ekstrak pigmen dipanaskan pada suhu 70°C, 80°C, 90°C dan 100°C selama 15, 30, 45 dan 60
menit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pigmen mengalami degradasi pada keempat suhu
pemanasan tersebut, degradasi secara nyata terjadi pada lama pemanasan sebelum 30 menit. Perlakuan
pH 3,4,5,7,8 dan 9 menunjukkan degradasi pigmen terjadi pada kondisi pH asam maupun basa.
Oksidator (larutan H2O2) dan reduktor (kristal Na2S2O3) yang ditambahkan pada pigmen dapat
mendegradasi pigmen.
Abstract
The possibility to utilize cacao fruit shell as a source of natural pigment was studied. The
study included quantitative and qualitative aspects. Quantitative analysis to determine the optimum
condition of pigment extraction was done by varying the materials (fresh and dried cacao fruit shell),
the concentrations of ethanol as a solvent (75%, 85% and 95%) and the ratios between cacao fruit shell
and ethanol (1:1, 1:2, and 1:3). The highest concentration pigment extract (as µg β carotene/g
material) was given by these conditions : fresh cacao fruit shell, ethanol concentration 95% and the
ratio 1:3.
Qualitative analysis to determine the heat stability of the pigment extract was done by heat
treatment in vary temperatures and time exposures (70°C, 80°C, 90°C and 100°C for 15, 30, 45 and
60 minutes). Pigment degradation was detected by measuring the absorbance in λ 435 nm with
spectrophotometric analysis. Pigment degradation was detected in all temperatures during 30 minutes
heat treatment. Pigment was also unstable in acid and basic conditions (pH 3, 4, 5, 8 and 9) but stable
in neutral condition (pH 7). Degradation was occurred when H2O2 (oxidator) and Na2S2O3 (reductor)
were added to the pigment extract.
•
Staf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya
22
Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao
(Siti Narsito Wulan)
23
JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN, VOL. 2, NO. 2, AGUSTUS 2001 : 22-29
tepung kulit buah kakao disebabkan oleh adanya HASIL DAN PEMBAHASAN
pigmen karotenoid, namun belum ada penelitian A. Analisa Kuantitatif
yang khusus mengidentifikasi pigmen tersebut.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian Tabel 1.
sifat-sifat pigmen pada kulit buah kakao yang Kadar Air Kulit Buah Kakao
meliputi kelarutannya pada berbagai jenis dan No. Perlakuan Kadar air
konsentrasi pelarut, kestabilannya pada berbagai (%)
kondisi pH, suhu dan waktu pemanasan, serta 1. Bahan segar 79,50 ± 0,99
kestabilan terhadap oksidator dan reduktor. 2. Bahan kering 17,96 ± 0,33
Penelitian ini bertujuan menguji sifat fisik dan
kimia pigmen kulit buah kakao untuk
mengetahui kualitas pigmen tersebut sehingga Analisa statistik pengaruh bahan
diharapkan dapat membuka kemungkinan terhadap kadar pigmen terekstrak menunjukkan
pemanfaatannya dalam industri zat warna. bahwa dari kulit buah kakao yang segar dapat
diekstrak pigmen dalam jumlah lebih besar
BAHAN DAN METODE secara nyata daripada kulit buah kakao yang
Bahan utama penelitian yaitu kulit buah dikeringkan. Beberapa penelitian sebelumnya
kakao berwarna kuning varietas Trinitario menyatakan bahwa bahan yang dikeringkan
diambil dari Kecamatan Pengasih Kabupaten mudah kehilangan pigmen karotenoid
Kulon Progo, DIY. Kulit buah kakao dipotong- khususnya β-karoten, karena cenderung
potong dengan ukuran yang seragam kemudian mengalami oksidasi. Reaksi oksidasi terjadi
diblanching selama 5 menit untuk karena pada pengeringan terutama pengeringan
menginaktifkan enzim fenolase dan dipisahkan konvensional, bahan dibiarkan kontak dengan
bagian yang berwarna kuning. Selanjutnya udara, selain itu sinar matahari turut
direndam dalam larutan asam askorbat 0.5% mengkatalisa terjadinya reaksi ini. Turunnya
untuk mencegah pencoklatan. Kulit buah kakao aktivitas air akibat pengeringan juga
dibagi menjadi 2 perlakuan pendahuluan yaitu menyebabkan terjadinya degradasi β-karoten.
kulit segar dan kulit yang dikeringkan. Lima
Hasil degradasi β-karoten antara lain β-karoten
gram kulit segar setelah dianalisa kadar airnya
5,6 epoksida, mutakrom-5,8, epoksida
(AOAC, 1970) ekuivalen dengan 1.92 g kulit
(Tannenbaum dalam Fennema, 1979).
kering. Kemudian masing-masing diekstrak
Hasil ekstraksi dengan berbagai variasi
dengan etanol 75%, 85% dan 95% dengan rasio
konsentrasi pelarut etanol menunjukkan bahwa
etanol: kulit ; 1:1 (volume etanol 50 ml), 1:2
makin besar konsentrasi etanol yang digunakan
(volume etanol 100 ml) dan 1:3 (volume etanol
kadar pigmen yang dapat diekstrak juga makin
150 ml) sebanyak 3 ulangan. Kadar pigmen
besar secara nyata. Etanol adalah pelarut
terekstrak (dinyatakan dalam kadar β karoten) organik yang bersifat polar atau dapat
dianalisa dengan metode CarrPrice (1970) bercampur dengan air (Sudarmadji dkk, 1989).
dalam (Winsten, 1972). Semakin rendah konsentrasi etanol (semakin
Sifat fisik dan kimia pigmen kulit buah
banyak air yang ditambahkan), gugus −OH pada
kakao yang meliputi kestabilan terhadap suhu
etanol akan membentuk ikatan hidrogen dengan
dan lama pemanasan, kestabilan terhadap
air (Hardjosudirdjo, 1991). Sementara itu
kondisi pH dan kestabilan terhadap keberadaan
senyawa pigmen yang dapat diikat menjadi
zat-zat oksidator dan reduktor diuji dengan
berkurang.
spektrofotometer (Fardiaz, 1995) Hasil analisa
kadar pigmen dan pengujian sifat fisik dan
kimia pigmen dianalisa statistik (SPSS) dengan
LSD pada P = 0.05.
24
Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao
(Siti Narsito Wulan)
Tabel 2.
Pengaruh Bahan, Konsentrasi Pelarut Etanol dan Rasio Bahan :
Etanol terhadap Kadar Pigmen Terekstrak *)
No Bahan Konsentrasi Rasio Bahan : Etanol (g/ml)
Etanol (%) 1:1 1:2 1:3
1. Segar 75 5.28 ± 0.12a 9.05 ± 0.43ab 10.95 ± 0.70b
85 13.78 ± 0.00bc 22.45 ± 0.09d 23.32 ± 0.05d
95 22.80 ± 2.60d 29.15 ± 2.60e 40.39 ± 0.07f
2. Kering 75 5.98 ± 0.12a 7.10 ± 0.25ab 11.78 ± 0.00b
85 13.53 ± 0.00bc 17.19 ± 0.48c 17.39 ± 0.74c
95 23.18 ± 0.25d 29.91 ± 0.54e 32.53 ± 1.97ef
*) kadar pigmen dalam µg β-karoten/g kulit rata-rata 3 ulangan
huruf pangkat yang berbeda menunjukkan beda nyata (α = 0,05)
Tanpa memperhatikan faktor bahan dan bahan : etanol menunjukkan bahwa antar rasio
konsentrasi etanol, analisa statistik yang digunakan kadar pigmennya tidak berbeda
menunjukkkan bahwa perlakuan variasi rasio nyata.
bahan : etanol tidak menghasilkan kadar pigmen Analisa statistik untuk mengetahui
terekstrak yang berbeda nyata antara rasio adanya interaksi antara bahan dan konsentrasi
1:1,1:2 dan 1:3. Jumlah pelarut yang etanol yang digunakan terhadap kadar pigmen
ditambahkan berhubungan dengan kapasitas terekstrak menunjukkan bahwa, baik pada
pelarut. Kapasitas pelarut ditentukan oleh titik bahan segar maupun bahan kering perlakuan
kejenuhan solut (zat terlarut) di dalam solven konsentrasi yang semakin besar meningkatkan
(pelarut). Pelarut yang kapasitasnya rendah kadar pigmen terekstrak secara nyata. Apabila
diperlukan dalam jumlah besar (Larian, 1978). dibandingkan antara bahan segar dan bahan
Pada jenis pelarut yang sama, kadar pigmen kering, kadar pigmen terekstrak dari bahan
dalam kulit buah kakao dianggap homogen, dan segar lebih besar daripada bahan kering. Selain
waktu ekstraksi yang sama, faktor yang disebabkan oleh degradasi pigmen karotenoid,
berpengaruh adalah jumlah pelarut yang reaksi pencoklatan pada jaringan kulit buah
ditambahkan. Pada rasio 1:1, pelarut etanol kakao selama pengeringan juga mengurangi
akan lebih cepat menjadi jenuh setelah pigmen karotenoid yang dapat diekstrak.
mencapai kadar pigmen tertentu dibandingkan Senyawa hasil reaksi pencoklatan yang larut
dengan perlakuan 1:2 dan 1:3 Hal ini dalam air (Ramakrishnan dan Francis, 1973)
dibuktikan dengan besarnya absorbansi pada mendominasi warna ekstrak pada kondisi
panjang gelombang 450 nm. Tiap volume ekstraksi bahan kering dengan pelarut etanol
ekstrak pigmen yang sama, absorbansi untuk 75% dan 85%. Pada perlakuan ekstraksi dengan
rasio 1:1 lebih besar daripada absorbansi untuk pelarut etanol 95%, warna ekstrak tetap kuning.
rasio 2:1 dan 3:1. Pada perhitungan kadar Hal ini disebabkan pada konsentrasi 75% dan
pigmen terlarut, karena volume pelarut yang 85% air yang ditambahkan lebih banyak
ditambahkan berbeda-beda maka faktor sehingga senyawa hasil reaksi pencoklatan yang
perkaliannya juga berbeda. Kadar pigmen tiap diikat lebih banyak.
volume ekstrak pigmen yang sama pada rasio Interaksi antara bahan dengan rasio
1:1 lebih besar daripada perlakuan rasio 1:2 dan bahan : etanol yang digunakan terhadap kadar
1:3, tetapi karena volume pelarut seluruhnya pigmen terekstrak dianalisa statistik. Hasilnya
lebih sedikit daripada rasio 1:2 dan 1:3 maka menunjukkan bahwa pada bahan segar kenaikan
faktor perkaliannya juga lebih kecil. Walaupun rasio bahan : etanol yang digunakan
demikian kadar pigmen tidak ditentukan oleh meningkatkan kadar pigmen terekstrak secara
besarnya faktor perkalian ini. Menurut analisa nyata, sementara pada bahan kering kenaikan
statistik untuk pengaruh utama variasi rasio rasio bahan : etanol tidak meningkatkan kadar
25
JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN, VOL. 2, NO. 2, AGUSTUS 2001 : 22-29
pigmen terekstrak secara nyata. Apabila pelarut etanol : bahan, makin besar rasio
ditinjau dari tekstur bahan yang dikeringkan, meningkatkan kadar pigmen terekstrak secara
bahan mengalami perubahan kimia dan fisik nyata pada konsentrasi 95% baik bahan segar
pada permukaan dan membentuk kulit yang maupun kering.
keras dan impermiabel (Fellows, 1988).
Dengan kondisi permukaan kulit buah kakao B. Analisa Kualitatif Sifat-sifat Pigmen Kulit
seperti tersebut di atas penambahan volume Buah Kakao
pelarut yang digunakan tidak meningkatkan 1. Kestabilan terhadap suhu dan lama
kadar pigmen terekstrak secara nyata. pemanasan
Hasil analisa statistik untuk mengetahui Hasil percobaan tentang pengaruh suhu
interaksi antara konsentrasi etanol dengan rasio terhadap absorbansi pigmen karotenoid kulit
etanol : bahan menunjukkan bahwa kenaikkan buah kakao menunjukkan bahwa antara suhu
kadar pigmen terekstrak secara nyata yang 70°C, 80°C, 90°C dan 100°C penurunan
disebabkan oleh kenaikan rasio hanya terjadi absorbansi pigmennya tidak berbeda nyata (α =
pada konsentrasi etanol 95%. Hal ini 0,05). Sementara pengujian pengaruh lama
disebabkan pada konsentrasi 95% daya pemanasan terhadap absorbansi pigmen
ekstraksinya paling besar sehingga peningkatan menunjukkan bahwa pada umumnya penurunan
rasio etanol : bahan berpengaruh nyata terhadap absorbansi secara nyata terjadi setelah
kadar pigmen terekstrak. pemanasan selama 30 menit. Selanjutnya
Pengaruh interaksi bahan, konsentrasi penurunan absorbansi hampir sama dengan
etanol dan rasio etanol : bahan dianalisa secara sebelumnya. Penurunan absorbansi secara
statistik. Pada umumnya dapat dikatakan kualitatif menyatakan penurunan intensitas
bahwa bahan segar menghasilkan kadar pigmen warna. Gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi
terekstrak yang lebih besar secara nyata (α = penurunan absorbansi (penurunan intensitas
0,05) dibandingkan bahan kering. Pada warna) dengan naiknya suhu dan semakin
perlakuan konsentrasi pelarut, makin besar lamanya waktu pemanasan meskipun tidak
konsentrasi etanol yang digunakan begitu besar.
meningkatkan kadar pigmen terekstrak secara
nyata (α = 0,05). Sementara perlakuan rasio
0.3
0.25
0.2 70
absorbansi
80
0.15
90
0.1 100
0.05
Suhu
0
0 15 30 45 60
w aktu (m enit)
Gambar 1. Grafik Pengaruh suhu dan lama pemanasan terhadap absorbansi pigmen.
26
Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao
(Siti Narsito Wulan)
27
JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN, VOL. 2, NO. 2, AGUSTUS 2001 : 22-29
1.2
1
3
0.8 4
absorbansi
5
0.6
7
0.4 8
9
0.2
pH
0
0 3 6 9 12
w aktu (jam )
0.18
0.16
0.14
0.12
absorbansi
0.1 red.
0.08 oks.
0.06
0.04
0.02
0
0 3 6 9 12
w aktu (jam )
Gambar 3. Grafik Pengaruh reduktor, oksidator dan waktu kontak terhadap absorbansi pigmen
Penambahan reduktor pada pigmen akan diekstrak, konsentrasi pelarut etanol yang
mengakibatkan penurunan serapan atau digunakan, dan rasio antara pelarut : bahan pada
pengurangan intensitas warna pigmen. Hal ini saat ekstraksi. Pengaruh terbesar berturut-turut
mungkin disebabkan terjadinya reaksi adisi pada kondisi bahan, konsentrasi pelarut etanol
pada ikatan rangkap atau reduksi pada gugus dan terakhir rasio pelarut :bahan. Kulit segar
kromofor yang menyebabkan terjadinya menghasilkan kadar pigmen lebih tinggi
pemucatan (Srikandi Fardiaz dkk, 1995). daripada kulit kering pada kondisi ekstraksi
yang sama. Makin besar konsentrasi etanol
KESIMPULAN DAN SARAN makin banyak pigmen yang dapat diekstrak.
Kesimpulan Pengaruh rasio besar makin meningkatkan
Kadar pigmen β-karoten yang dapat kadar pigmen terlihat pada konsentrasi pelarut
diekstrak dipengaruhi oleh kondisi bahan yang etanol 95%.
28
Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao
(Siti Narsito Wulan)
Pigmen karotenoid relatif stabil pada Fellows, P.J., 1988. Food Processing
pemanasan suhu 70°C-100°C dan waktu Technology Principles and Practise.
pemanasan kurang dari 30 menit. Dengan Ellis Horwood Series in Food Sci. and
demikian pigmen ini hanya dapat digunakan Tech. New York
pada makanan yang diolah pada suhu kurang Haralampu, S.G., Karel, M., 1983. Kinetic
dari 100°C dan waktu pemanasan yang singkat. Models for Moisture Dependance of
Pigmen karotenoid kurang stabil terhadap pH Acorbic Acid and β-karoten
asam dan pH basa, sehingga hanya dapat Degradation in Dehydrated Sweet
diaplikasikan pada produk makanan dan Potato. J.Food.Sci. 48: 872-873.
minuman yang mempunyai pH netral. Pigmen
karotenoid tidak stabil terhadap oksidator dan Hardjosudirdjo, 1991. Kimia Organik. FMIPA,
reduktor. UGM, Yogyakarta.
Kasmidjo, R., 1991. Penanganan Limbah
Saran Pertanian, Perkebunan dan Industri
Pada penelitian ini hanya dilakukan Pangan. PAU Pangan dan Gizi. UGM.
pengamatan sifat-sifat pigmen kulit buah kakao Yogyakarta.
dan mencari optimasi ekstraksi pigmennya
untuk mengetahui seberapa besar potensinya Larian, M.J., 1958. Fundamental of Chemical
sebagai zat pewarna. Selanjutnya perlu diteliti Engineering Operations. Englewood,
tentang kemungkinan wujud produk zat Cliffs, NJ.
pewarna ini. Mudambi, R.S., Rajagopal, M.V., 1977. Effect
of Heat on The β-karoten Contents of
DAFTAR PUSTAKA Nigerian Palm Oil. J.Food.Sci. 42:
AOAC, 1970. Official Methode of Analysis. 1414-1415.
Association of Analytical Chemistry, Muttaqin, I., 1996. Tepung Kulit Buah Kakao
Washington DC. sebagai Campuran Pembuatan Roti
Annonim, 1988. Pedoman Penyuluhan Industri Tawar. Skripsi, FTP, UGM.
Makanan Skala Kecil. Depkes RI, Ramakrishnan, T.V., Francis, F.J., 1973. Color
Dirjen POM, Direktorat Pengawasan and Carotenoid Changes in Heated
Makanan dan Minuman, Jakarta. Paprika. J.Food Sci. 38:25.
Endah, C.N., 1990. Optimasi Ekstraksi Pektin Sudarmadji S., Suhardi, Haryono, B., 1989.
Kulit Buah Kakao. Skripsi, FTP, UGM, Analisa Bahan Makanan dan
Yogyakarta. Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Farhangi , M., Valadon, L.R., 1981. Effect of Supriyanto, 1989. Karakterisasi Tepung Kulit
Acidified Processing and Storage on Buah Kakao. Laporan Penelitian, FTP,
Carotenoid (Provitamin A) and Vitamin UGM, Yogyakarta.
C in Mung Bean Sprouts. J.Food .Sci.
46 : 1464-1469. Tannenbaum, S. 1979. Vitamins and Minerals
dalam Fennema, R.O., 1979.
Fardiaz, 1987. Bahan Tambahan Makanan Biochemistry of Food.
(Food Additive): Risalah Seminar, PAU AVI.Publ.Co.NY.
Pangan Gizi, IPB, Bogor.
Winarno, F.G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi.
Fardiaz, S., Helda, K., Lilis, N., 1995. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Pengaruh Faktor Fisik dan Kimia
terhadap Stabilitas Pigmen Karotenoid Winsten, S., Dalala, F.R., 1972. Manual of
dari Kapang Oncom Merah. Buletin Chemical Laboratory Procedure for
Teknologi Pangan, IPB, Bogor. Non-Routine Problem. CRC Press,
Cleceland, Ohio.
29
JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN, VOL. 2, NO. 2, AGUSTUS 2001 : 22-29
30