Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU KEPERAWATAN DASAR

“Konsep, Prinsip dan Keterampilan Klinis Istirahat dan


Tidur dan Studi Kasus”

Kelompok 2

Laras Hayuning Astuti 2011316026


Maghvirah 2011316021
Muhammad Rezky Alfian 2011316012
Prillisia Deazri 2011316022
Rada Putri Agusti 2011316049
Syamila Adina 2011316008
Yoga Marsa Dinata 2011316055
Zakiatu Annisa 2011316013
Zita Inka Putri Mahira 2011316025

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Muthmainnah,M.Kep

S1 KEPERAWATAN PROGRAM B
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-
Nya kepada kita semua sehingga kami Tim Penulis dapat menyelesaikan Makalah
ini dengan judul “Konsep, Prinsip dan Keterampilan Klinis Istirahat dan
Tidur dan Studi Kasus”

Penulis mengakui bahwa penulis adalah manusia yang mempunyai keterbatasan


dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sempurna. Begitu pula dengan Makalah ini yang telah Tim penulis selesaikan.
Tidak semua hal dapat penulis deskripsikan dengan sempurna. Penulis
melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang penulis miliki.

Meskipun demikian, dalam penyusunan Makalah ini, penulis menyadari masih


belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dengan segala
kerendahan hati menerima masukan, saran, dan usul guna untuk menyempurnakan
Makalah ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua Amin.

Padang , 16 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A.

BAB III ANALISIS KASUS


A.

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Manfaat
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dan Prinsip Istirahat dan Tidur


1. Pengertian Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi
oleh semua orang. Istirahat dan tidur yang cukup, akan membuat tubuh
baru dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki
makna yang berbeda pada setiap individu. Istirahat berarti suatu keadaan
tenang, relaks, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah.
Beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Berjalan-
jalan di taman terkadang juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk
istirahat.
Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan
aktifitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan
proses fisiologis tubuh, dan penurunan respon terhadap stimulus eksternal.
Hampir sepertiga dari waktu individu digunakan untuk tidur. Hal tersebut
didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau
mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stres dan
kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat
hendak melakukan aktivitas sehari-hari.

2. Fisiologi Tidur

Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak, yaitu
Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region
(BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus
yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi
stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta emosi dan
proses berfikir. RAS melepaskan katekolamin pada saat sadar, sedangkan
pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR
3. Ritme Sirkadian
Mahluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Bioritme
pada manusia dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor
lingkungan (misalnya: cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus
elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme
sirkadian yang melengkapi siklus selama 24 jam. Fluktuasi denyut
jantung, tekanan darah, temperatur, sekresi hormon, metabolisme, dan
penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkadiannya.
Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks.
Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur bangun
yang mengikuti jam biologisnya: individu akan bangun pada saat ritme
fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme
tersebut paling rendah

4. Fungsi Tidur
a. Memperbaiki keadaan fisiologis dan psikologis.
b. Melepaskan stress dan ketegangan
c. Memulihkan keseimbangan alami di antara pusat-pusat neuron
d. Secara tradisional, dipandang sebagai waktu untuk memperbaiki
dan menyiapkan diri pada waktu periode bangun.
e. Memperbaiki proses biologis dan memelihara fungsi jantung.
f. Berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.
g. Mengembalikan konsentrasi dan aktivitas sehari-hari
h. Menghasilkn hormon pertumbuhan untuk memperbaiki serta
memperbaharui epitel dan sel otak.
i. Menghemat dan menyediakan energi bagi tubuh.
j. Memelihara kesehatan optimal dan mengembalikan kondisi fisik.

5. Tahapan Tidur
Penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat elektro ensefalogram
(EEG), elektro okulogram (EOG), dan elektrokiogram (EMG), diketahui
ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement (NREM) dan rapid
eye movement (REM).
a. Tidur NREM
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang pendek karena
gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih
pendek dari pada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang
yang sadar. Tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi
fisiologi tubuh. Semua proses metabolisme termasuk tanda-tanda
vital, metabolisme, dan kerja otot melambat.
Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut
sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai
tidur dalam (deep sleep) atau (delta sleep)
1) Tahap 1 NREM
a) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
b) Tahap berakhir beberapa menit
c) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan
penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan
metabolisme
d) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus
sensori seperti suara
e) Seseorang ketika terbangun merasa seperti telah
melamun

2) Tahap 2 NREM
a) Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara
b) Kemajuan relaksasi
c) Terbangun masih relatif mudah

d) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit


e) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban

3) Tahap 3 NREM
a) Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam
b) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
c) Otot-otot dalam keadaan santai penuh
d) Tanda-tanda vital menurun tapi tetap teratur
e) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit

4) Tahap 4 NREM
a) Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam
b) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
c) Orang yang kurang tidur akan menghabiskan porsi
malam yang seimbang pada tahap ini
d) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna disbanding
selama jam terjaga
e) Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit
f) Tidur sambil berjalan dan anuresis dapat terjadi

b. Tidur REM
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung
selama 5-30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan
sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Otak cenderung aktif
selama tidur REM dan metabolismnya meningkat hingga 20%.
Tahap ini individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru
dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot terdepresi, sekresi
lambung meningkat, dan frekuensi jantung dan pernapasan sering
kali tidak teratur.
Karakteristik tidur REM :
1) Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi
pada REM. Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada
tahap yang lain.
2) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
3) Dicirikan dengan respon otonom dari pergerakan mata yang
cepat, fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan
peningkatan atau fluktuasi tekanan darah
4) Terjadi tonus otot skelet penurunan
5) Peningkatan sekresi lambung
6) Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
7) Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata
20 menit.

6. Siklus Tidur
Individu melewati tahap tidur NREM dan REM selama tidur. Siklus tidur
yang komplit normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang
biasanya melalui empat hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus
tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap
NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap
IV selama ± 20 menit. Individu kemudian kembali melalui tahap III dan II
selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung
selama 10 menit.

7. Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Tidur

Faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur diantaranya


adalah penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stres emosional,
stimulan dan alkohol, diet, merokok, dan motivasi
a. Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan
waktu tidur yang lebih banyak dari pada biasanya. Siklus bangun-
tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan.

b. Lingkungan

Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses


tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang
asing dapat menghambat upaya tidur. Contoh, temperatur yang
tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur
seseorang. Seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi
terpengaruh dengan kondisi tersebut.
c. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur
seseorang. Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur
REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM
akan kembali memanjang.

d. Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur
aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat.

e. Stres emosional

Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang.


Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah
melalui stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan
berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta
seringnya terjaga saat tidur.
f. Stimulan dan alkohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat
merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Konsumsi
alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM.
Pengaruh alkohol yang telah hilang dapat menyebabkan individu
sering kali mengalami mimpi buruk.
g. Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur
dan seringnya terjaga di malam hari. Penambahan berat badan
dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode
terjaga di malam hari.
h. Merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi
pada tubuh. Perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah
terbangun di malam hari.
i. Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.
Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM
betablocker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk,
sedangkan narkotik (misalnya: meperidin hidroklorida dan morfin)
diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya
terjaga di malam hari.
k. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan
lelah seseorang. Perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk
terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.

8. Kebutuhan Istirahat dan Tidur Berdasarkan Usia


Durasi tidur dan kualitas bervariasi antara orang-orang dari semua
kelompok umur. Berikut pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
berdasarkan pada masing-masing usia :
a. Neonatus
Neonatus atau bayi baru lahir sampai usia 3 bulan tidur rata-rata
sekitar 16 jam sehari, tidur hampir terus-menerus selama minggu
pertama. Siklus tidur umumnya 40 – 50 menit dengan bangun
setelah 1 – 2 siklus tidur. Sekitar 50% dari tidur ini adalah tidur
REM yang merangsang pusat otak yang lebih tinggi. Hal ini
penting untuk perkembangan karena neonatus tidak bekerja cukup
lama untuk stimulasi eksternal yang signifikan.
b. Bayi
Bayi biasanya mengembangkan pola tidur malam dengan mimpi
buruk dari usia 3 bulan. Bayi biasanya melakukan beberapa kali
tidur siang, namun tidur rata-rata selama 8 – 10 jam di malam hari
dengan waktu tidur total 15 jam per hari. Sekitar 30% dari waktu
tidur adalah dalam siklus REM. Bangun umumnya terjadi di pagi
hari, meskipun tidak bisa lagi bayi terbangun di malam hari.
c. Balita
Pada umur 2 tahun, anak-anak biasanya tidur sepanjang malam dan
tidur siang setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam sehari. Setelah 3
tahun, anak-anak sering tidak tidur siang (Hockenberry dan
Wilson, 2006). Umum bagi balita untuk terbangun di malam hari.
Persentase tidur REM terus menerus. Selama masa ini, balita
mungkin tidak mau tidur pada malam hari karena kebutuhan
otonomi atau takut berpisah dari orang tua mereka.
d. Anak-anak Prasekolah
Rata-rata lama tidur anak prasekolah adalah sekitar 12 jam
semalam (sekitar 20% adalah REM). Pada umur 5 tahun, anak
prasekolah jarang membutuhkan tidur siang kecuali dalam budaya
di mana tidur siang menjadi kebiasaan. Anak prasekolah biasanya
mengalami kesulitan untuk rileks atau menenangkan diri setelah
melewati hari yang sangat aktif dan memiliki masalah dengan
ketakutan tidur, bangun pada malam hari, atau mimpi buruk.
Bangun sebentar dan kemudian terlelap lagi adalah hal yang sering.
Pada saat terbangun, anak akan menangis sebentar, berjalan-jalan,
berbicara yang tidak dipahami, tidur sambil berjalan, atau
mengompol.
e. Anak Usia Sekolah
Jumlah tidur yang diperlukan beurvariasi sepanjang masa sekolah.
Anak usia 6 tahun rata-rata tidur 11 – 12 jam semalam, sedangkan
anak usia 11 tahun tidur sekitar 9 – 10 jam. Anak usia 6 atau 7
tahun biasanya akan pergi tidur dengan beberapa dorongan atau
dengan melakukan kegiatan yang tenang. Anak yang lebih tua
sering menolak tidur karena suatu tidak peduli dengan rasa
lelahnya atau kebutuhan untuk bebas.
f. Remaja
Rata-rata remaja mendapatkan sekitar 71/2 jam tidur per malam.
Tipikal remaja yang khas dikarenakan sejumlah perubahan seperti
kebutuhan sekolah, kegiatan sosial setelah sekolah, dan pekerjaan
paruh waktu yang megurangi waktu untuk tidur. Waktu tidur yang
sering disingkat menghasilkan EDS. Mengurangi kinerja di
sekolah, kerentanan terhadap kecelakaan, masalah perilaku dan
suasana hati, dan meningkatkan penggunaan alkohol adalah hasil
dari EDS karena kurangnya tidur.
g. Dewasa Muda
Kebanyakan orang dewasa muda rata-rata tidur 6 – 8,5 jam per
malam. Sekitar 20% dari waktu tidur adalah tidur REM yang tetap
konsisten sepanjang hidup. Tekanan dalam pekerjaan, hubungan
keluarga, dan kegiatan sosial sering mengarah pada insomnia dan
penggunaan obat tidur. Kantuk di siang hari menyebabkan
peningkatan jumlah kecelakaan, penurunan produktivitas, dan
masalah interpersonal dalam kelompok usia ini. Kehamilan
meningkatkan kebutuhan tidur dan beristirahat. Insomnia, gerakan
tungkai yang periodik, sindrom kaki gelisah, dan gangguan
pernafasan saat tidur merupakan masalah umum selama trimester
ketiga kehamilan.
h. Dewasa Menengah
Selama masa dewasa menengah, total waktu tidur di malam hari
mulai menurun. Jumlah tidur stadium 4 mulai turun, penurunan
terus berlanjut seiring dengan meningkatnya usia. Insomnia sangat
umum, mungkin karena perubahan dan stres pada usia dewasa
menengah. Kecemasan, depresi, atau penyakit fisik tertentu yang
menyebabkan gangguan tidur. Wanita menopause sering
mengalami gejala insomnia.
i. Lansia
Keluhan kesulitan tidur meningkat seiring dengan meningkatnya
umur. Episode tidur REM cenderung menyingkat. Ada penurunan
progresif dalam tidur tahap 3 dan 4 NREM, bahkan beberapa lansia
hampir tidak memiliki tidur tahap 4 atau tidur nyenyak. Seorang
lansia terbangun lebih sering di malam hari, dan memerlukan lebih
banyak waktu untuk mereka agar dapat tidur kembali.
Kecenderungan untuk tidur siang tampaknya semakin meningkat
seiring bertambahnya usia karena sering terjaga di malam hari.
Perubahan pola tidur sering disebabkan oleh perubahan dalam
sistem saraf pusat yang memengaruhi pengaturan tidur. Penurunan
sensorik mengurangi sensitivitas orang tua terhadap waktu untuk
mempertahankan irama sirkadian. (Potter dan Perry, 2010)

9. Pola Tidur bardasarkan Usia


Tingkat
Perkembangan/ Usia Pola Tidur Normal
Bayi baru lahir Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh
(0 – 1 bulan) sedikit, 50% tidur NREM, banyak waktu tidurnya dilewatkan
pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus sekitar 45-
60 menit.
Bayi Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama
(1 – 18 bulan) pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar
Toddler Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur
(18 bulan – 3 tahun) pada malam hari, terbangun dini hari berkurang, siklus
bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun
Pra Sekolah
(3 – 6 tahun) Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode
terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5
tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.
Usia Sekolah
(6 – 12 tahun) Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu
tidur relatif konstan.
Remaja
(12 – 18 tahun) Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur tahap III-IV.
Dewasa Muda
(18 – 40 tahun) Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur
tahap I, 59% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III-IV.
Dewasa Pertengahan
(40 – 60 tahun) Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin
mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.
Dewasa Tua Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV
(> 60 tahun) nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin
mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur
malam hari

10. Gangguan Tidur yang Umum Terjadi


a. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya
ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan
fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah atau
gelisah.

b. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau
muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada
anak- anak. Beberapa turunan parasomnia antaralain sering terjaga
(misalnya: tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-
tidur (misalnya: mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur
REM (misalnya: mimpi buruk), dan lainnya (misalnya: bruksisme).
c. Hipersomniaa
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat
disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan sistem saraf,
gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme
(misalnya: hipertiroidisme). Hipersomnia pada kondisi tertentu
dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari
tanggung jawab pada siang hari.
d. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang
muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga
sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya
belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetik sistem saraf
pusat yang menyebabkan tidak terkendalinya periode tidur REM.
Alternatif pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti
amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida, atau dengan
antidepresan seperti imipramin hidroklorida.
e. Apnea saat tidur
Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya nafas
secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada
orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari,
insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala
disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis
seperti hipertensi atau aritmia jantung.

Referensi :

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Alimul, Aziz. 2008. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan Edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika..

Hall A, 2010. Basic Nursing 7th edition. Missory : Mosby Elsever

Potter dan Perry. 2009. Fundamental of Nurisng 7th Edition. Singapore: Elsevier.

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.


Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC 

Rochimah Ns, dkk.2011.Ketrampilan Dasar Praktik Klinik.Jakarta:Trans Info


Media. Hal : 193

Anda mungkin juga menyukai