Anda di halaman 1dari 15

METODOLOGI DAN PENERAPAN

SUMBER HUKUM ISLAM

TUGAS INI DIKEMUKAKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT MATA KULIAH


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun oleh :

Kelompok 3

Baso Samsu Rijal (18308144017)

Nagita Vicilya Utami (18308141071)

El Shafira Anggiet Prahastie (18308144029)

BIOLOGI F

Nama Dosen :

Prof. Dr. M. Jandra Bin Mohd. Janan

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
Abstract

The source of Islamic law is our reference as Muslims in carrying out activities. The
source of Islamic law has three sources, namely Al-quran, Al-Sunnah and ijtihad. Without the
source of Islamic law the world will not be safe, peaceful and just. If humans do not obey the
source of Islamic law, their lives are not blessed by Allah SWT. Islamic law teaches us to
behave fairly to all that is done in the world.

Islam has a source of law which is used as a guideline in human abuse, namely the
Qur'an. Al-Qur'an is the main legal source in fostering Islamic law. Islam also has sources,
namely al-sunnah and ijtihad. This world cannot be safe without the source of Islamic law.
The sanctity in the world has been regulated by God and humans as their creation must be
firmly opposed to Al-quran because there are life guidelines and rules that we must obey.
Without a source of Islamic law this world cannot be safe.

Abstrak

Sumber hukum islam adalah acuan kita sebagai umat islam dalam melakukan
kegiatan. Sumber hukum islam mimiliki tiga sumber yaitu Al-qur’an, Al-sunnah dan ijtihad.
Tanpa adanya sumber hukum islam dunia ini tidak akan aman, tentram dan adil. Jika manusia
tidak menaati sumber hukum islam maka kehidupan meraka tidak di rahmati oleh Allah SWT.
Hukum Islam mengajarkan kita untuk berperilaku adil terhadap semua yang dilakukan di
dunia.

Islam mempunyai sumber hukum yang di jadikan pedoman dalam hudup manusia
yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan sumber hukum utama dalam pembinaan hukum islam.
Islam juga memiliki sumber yaitu al-sunnah dan ijtihad. Dunia ini tidak bisa aman tanpa
adanya sumber hukum islam. Kehudupan di dunia sudah di atur oleh Allah dan manusia
sebagai ciptaannya harus berpengang teguh pada Al-qur’an karena di dalamnya terdapat
pedoman hidup dan peraturan-peraturan yang harus kita taati. Tanpa adanya sumber hukum
islam dunia ini tidak bisa aman.

Kata kunci : Sumber Hukum Islam


PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Sejak dahulu kala kehidupan manusia di atur hukum-hukum yang berlaku pada
tempat meraka masing-masing. Penetapan hukum tersebut bermacam-macam
sumbernya,seperti: agama dan adat istiadat. Islam sebagai agama yang paling sempurna
telah memberi tahu kita hukum-hukum yang di gunakan.

Islam mempunyai sumber hukum yang di jadikan pedoman dalam hudup manusia
yaitu Al-Qur’an, Al-Qur’an merupakan sumber hukum utama dalam pembinaan hukum
islam. Al-Qur’an yang berasal dari kata qara’a yang dapat di artikan dengan membaca,
namun yang dimaksud dengan Al-Qur’an dalam uraian ini ialah, kalamullah yang
diturunkan berperantara ruhul amin kepada Nabi Muhammad saw dengan bahasa arab,
agar menjadi hujjah bagi Rasul bahwa ia adalah utusan Allah dan agar menjadi pelajaran
bagi orang yang mengikuti petunjuknya di tulis di atas lembaran mushaf, dimulai dari
surah Al Fatihah dan diakhiri dengan surah surah An Naas. Yang di sampaikan kepada
kita secara mutawatir, baik melalui tulisan atau bacaan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Dan terpelihara dari perubahan dan pengantian.

Sebagaimana telah disebutkan bahwa sedikitpun tidak ada keraguan atas


kebenaran dan kepastian isi Al-Qur’an itu, dengan kata lain Al-Qur’an itu benar-benar
datang dari Allah. Oleh karena itu hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an
merupakan aturan-aturan yang wajib diikuti oleh manusia sepanjang masa. Banyak ayat-
ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an itu benar-benar datang dari Allah.

Dalam surah An Nisa

‫ومن أصْ دَق من هللا حديثا ) النساء‬/

“ Siapakah orang yang lebih benar perkataannya dari pada Allah “ An-Nisaa : 87

Di ayat lain Allah berfirman ;

‫صْ دَق من اله قِيالً النساء‬


 “ Dan siapa yang lebih benar perkataannya dari pada Allah “ An-Nisa : 122

Setelah Al-Qur’an, islam masih memiliki sumber hukum yaitu As Sunnah dan
Istijhad. Sunnah adalah semua sabda nabi,perkataan,dan taqrirnya. Sunnah di bagi
menjadi tiga:

1. Sunnah qouliyah. Misalnya hadis yang berbunyi : “barang siapa tertidur atau lupa
sholat,maka hendaklah ia shalat ketika ia teringat sholat lagi”.
2. Sunnah fi’liyah. Misalnya praktek sholat dan praktek haji
3. Sunnah taqririyah. Ialah ucapan atau perbuatan oleh para sahabat yang di ketahui
nabi, dan nabi membiarkan atau tidak mencelah. Misal,nabi membiarkan para
wanita datang ke lapangan untuk melaksanakan shalat Id.

As Sunnah dan Al-Quran

Bayan tafsir yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum. Misal hadits
“shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat” adalah merupakan tafsiran dari
ayat Qur’an yang umum yaitu “kerjakan shalat”

Bayan taqrir yaitu as-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat


pernyataan Al-Quran. Misal Hadits “Berpuasalah ketika melihat bulan dan
berbukalah karena melihatnya” adl memperkokoh QS 2 : 185

Bayan Taudhih, yaitu menerangkan maksud dan tujuan ayat Al-Quran, seperti
pernyataan Nabi “Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik
harta-hartamu yg sudah dizakati” adalah penjelasan terhadap ayat Al-Quran “Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak kemudian tidak membelanjakannya di
jalan Allah, maka gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih”

Kita tau banyak agama di dunia ini dan memiliki hukum masing-masing tentu
saja hukum itu berguna untuk mendamaikan. banyak orang bertanya apakah dunia ini
bisa aman tanpa adanya sumber hukum islam yang berlaku di dunia? Tentu saja
pemikiran tersebut tidak sesuai dengan kita sebagai umat islam.
2. Pernyataan Masalah (Problem)

Pernyataan masalah pada topik ini adalah Tanpa hukum islam dunia akan
damai. Seperti kita ketahui bahwa di dunia ini terdiri dari banyak sekali aneka ragam
agama yang memiliki sumber hukumnya masing-masing yang tentu saja bertujuan
untuk memberikan kedamaian. Akan tetapi, perlu kita ketahui bahwa hukum islam
memiliki peran yang penting bagi kedamaian dunia namun masih sering diabaikan
sehingga perlu adanya kajian yang lebih dalam sehingga sumber hukum islam bisa
diterapkan agar terciptanya hidup yang damai.

3. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan problem kajian ini adalah tanpa
hukum islam dunia akan damai, maka pertanyaan kajiannya adalah seperti berikut:

3.1.Apa itu sumber hukum islam dan bentuk-bentuknya?

3.2.Bagaimana penerapan ijtihad di indonesia?

3.3.Mengapa perlu adanya sumber hukum islam?

3.4.Kenapa sumber hukum islam penting untuk kehidupan?

4. Tujuan Kajian

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat di simpulkan tujuan dari kajian ini
adalah:

 Untuk mengetahui pentingya sumber hukum islam di dunia.


 Untuk mengetahui bagaimana penerapan ijtihad di indonesia
 Untuk mengetahui bentuk-bentuk sumber hukum islam.

5. Metode pengumpulan data, sumber bahan.


Bahan yang dijalankan untuk mendapatkan data dalam menjalankan kajian ini
adalah dengan membuat rujukan di buku panduan PAI DINUL ISLAM pendidikan agama
islam di perguruan tinggi umum,buku-buku perpustakaan UNY,internet, buku, jurnal dan
diskusi bertiga dalam mengambil kesimpulan. Oleh karena itu, informasi yang telah
diambil dari buku atau jurnal telah dipetik dengan nama penulis dan tahun penerbitan.
6. Isi kandungan

6.1. Sumber Hukum Islam

Hukum islam tidak terlepas dari Al-Qur’an dan Al-Hadits, manakala


keduannya menjadi dasar hukum dalam syri’at islam. Dari keduannyalah ditetapkan
hukum-hukum islam yang berlaku sejak zaman Nabi saw sampai kepada kita sekarang

Pengertian sumber hukum adalah Segala apa saja yang melahirkan atau
menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan, yang bersifat mengikat, yaitu
peraturan yang apabila dilanggar akan menimbulkan sangsi yang tegas dan nyata.
Sumber hukum islam adalah segala sesuatu yang dijadikan pedoman atau yang
menjadi sumber syari’at islam terutama Al-Qur’an dan hadits.

.  6.2. Al Qur’an

Apabila dikaji lebih mendalam hukum-hukum yang terdapat di dalam Al-


Qur’an terdiri dari:

o Hukum I’tiqadiyah,  
o Hukum-hukum Amaliyah, 
o Hukum-hukum Khuluqiyah

Khusus di bidang hukum syari’at terdapat dua bagian pokok yaitu :

a. Hukum Ibadah, 
b. Hukum-hukum Mu’amalah

Menurut Amir Syarifuddin hukum-hukum mu’amalah ini dirinci menjadi


beberapa bidang hukum yaitu : Hukum mu’amalah, hukum perkawinan, hukum waris,
hukum jinayah (pidanah), hukum murafaat (acara), hukum dusturiyah (tata negara),
hukum dauliyah (antara bangsa).

6.3. Al Hadits
Hadits menegaskan hukum-hukum yang terebut dalam Al Qur’an, memberikan
perincian tentang hukum didalam Al Qur’an hanya dibahas secara global, menetapkan
suatu hukum yang belum diatur di dalam Al Qur’an secara jelas. Hadis merukapan
perkataan nabi yang dapat di percaya karena merujuk pada Al-qu’an. Dengan
demikian Al-Qur`an dan hadits menjadi satu kesatuan pedoman bagi umat Islam.
Ditegaskan dalam Al-Qur`an:

"Barang siapa mentaati Rosul (Muhammad), maka sesungguhnya ia telah


menta`ati Allah. Dan barang siapa berpaling (dari ketaatan itu, maka (ketahuilah)
Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka." (QS.
4/An-Nisa`: 80)

Yang dimaksud "Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi


pemelihara mereka." adalah Rosul tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan-
perbuatan mereka dan tidak menjamin agar mereka tidak berbuat kesalahan.

. 6.4. Ijtihad

Ijtihad adalah sebuah usaha untuk menetapkan hukum Islam berdasarkan Al-
Qur’an dan Hadis. Ijtihad dilakukan setelah Nabi Muhammad telah wafat sehingga
tidak bisa langsung menanyakan pada beliau tentang suatu hukum namun hal-hal
ibadah tidak bisa diijtihadkan. Beberapa upaya ijtihad antara lain :

o Ijma, kesepakatan para ulama


o Qiyas, diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas hukumnya
o Maslaha Mursalah, untuk kemaslahatan umat
o ‘Urf, kebiasaan

Ijtihad menurut bahasa berasal dari kata ; ‫ جـهــد – يـجـهــد – جــهــدا‬yang berarti ;
berusaha dengan sungguh-sungguh. Dan kata ‫ االجتهاد‬tidak dipakai  melainkan  kepada
sesuatu yang mengandun arti ‫( كـلـفــة و مـشـقــة‬kesukaran, kesulitan).      

a. Pengertian Ijtihad

Dari pengertian bahasa ini , para ulama ‘ merumuskan pengertian menurut


istilah dengan berbeda–beda .Bagi ulama’ yang mendekatinya melalui pemikiran
holistick dan integral, ijtihad diartikan dengan”segala upaya yang dicurahkan mujtahid
dalam berbagai bidang ilmu,seperti bidang fiqhi,teologi,filsafat dan tasawuf ”.
Sementara ulama, usul fiqhi melihat bahwa ijtihad sebagai aktivitas yang berkaitan
dengan masalah fiqhi . Oleh karena itu mereka berpendapat bahwah upaya memahami
nash tentang masalah – masalah teologi , filsafat dan tasawuf tidak dikategorikan
sebagai aktivitas ijtihad.

Adapun definisi–definisi yang diketengahkan oleh para ulama’usul fiqhi antara lain:

1) Definisi yang ditengahkan oleh al- Ghazali :

‫بذل المجتهد وسعه في طلب العلم باالحكا م الشرعية‬

”Upaya maksimal seorang mujtahid dalam memperoleh pengetahuan tentang hukum-


hukum syar’i.”

Definisi  yang diketengahkan oleh al- Ghazali di atas lebih bersifat umum , dan
ditekankan pada adanya upaya yang maksimal bagi seorang mujtahid untuk
mengetahui hukum-hukum syar’i.       

2) Definisi yang diketengahkan oleh al-Amidi :                              

‫استفراغ الوسع في طلب الظن بشيء من االحكام الشرعية عل وجه يحس من النفس العجز عن المزيد فيه‬

“Mencurahkan segala kemampuan dalam mencari hukum syara’ yang bersifat


zhanni, sehingga dirinya tidak mampu lagi mengupayakan yang lebih dari itu” .

Definisi yang diketengakan oleh al- Amidi mengindikasikan bahwa objek


ijtihad adalah masalah-masalah yang bersifat zhanni, sehingga hasilnya tidak mutlak
benar.

3) Definisi yang ditengahkan oleh Muhammad Abu Zahrah :

‫بذل الفقيه وسعه في استنباط االحكا م العملية من ادلتها التفصيلية‬

”Usaha seorang faqih yang menggunakan seluruh kemampunnya untuk menggali


hukum yang bersifat amaliah ( amaliah ) dari dalil-dalil yang terperinci “.
Definisi yang diketengahkan oleh Abu Zahrah ini menekankan adanya subyek
ijtihad adalah seorang faqih dan obyeknya adalah hukum-hukum yang bersifat
amaliyah / praktis.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ulama’ usul fiqhi di atas
dapat dipahami bahwa ijtihad adalah upaya optimal yang dilakukan oleh mujtahid /
faqih untuk menemukan suatu hukum yang bersifat amaliyah / praktis dan nilai
kebenarannya adalah zhanni.

b. Penerapan ijtihad di indonesia

Undang-undang dan peraturan hukum Islam yang berlaku di Indonesia


merupakan bagian dari penerapan ijtihad yang dilakukan oleh para mujtahid dan
praktisi hukum. Munculnya berbagai undang-undang dan peraturan hukum Islam
tersebut tidak lepas dari aspek-aspek sosiologis yang berada di tengah masyarakat
Indonesia. Hukum selalu mengikuti kebutuhan masyarakat dan mencerminkan nilai
kemaslahatan dimana masyarakat tersebut berada. Hukum tidak lagi dipandang
sebagai norma yang otonom, melainkan variable yang bergantung pada institusi sosial
yang berfungsi secara faktual dan aktual dalam kehidupan masyarakat (Lukito, 2012:
vii).
Salah satu bentuk nyata dari hasil ijtihad tersebut adalah terwujudnya KHI
(Kompilasi Hukum Islam). KHI merupakan salah satu hasil upaya pemerintah dalam
mengupayakan terbentuknya unifikasi hukum Islam di Indonesia. Dengan
menggabungkan beberapa referensi dalam fikih Islam dengan konteks masyarakat
Indonesia, terutama berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku di Negara
Indonesia, para ulama dan praktisi hukum merumuskan dalam satu peraturan yang
terwujud dalam Instruksi Presiden No. 1 tahun 1991 tentang KHI (Kompilasi Hukum
Islam). Dalam hal ini umat Islam bila menghadapi masalah yang terkait dengan
Hukum Islam sudah mempunyai rujukan formal. Sekalipun kekuatan hukumnya tidak
sekuat undang-undang, namun keberadaan KHI dapat menyamakan visi hakim dalam
memutuskan perkara di Peradilan Agama (Nurlaelawati, 2010: 23).
Rumusan dalam KHI terdiri dari 3 buku yakni: Buku I tentang Hukum
Perkawinan terdiri atas 170 pasal, buku II tentang Hukum Kewarisan terdiri atas 44
pasal, dan buku III tentang Hukum Perwakafan terdiri atas 14 pasal dan 1 pasal
Ketentuan Penutup (KHI, 1991).
Peraturan- peraturan lain yang sudah terkodifikasi dalam suatu produk hukum
antara lain: UU No. 41 Tahun 2004 (Tentang Wakaf), UU No. 7 Tahun 1989 yang
sudah diamandemen dengan UU No.3 Tahun 2006 (Tentang Peradilan Agama) dan
87.
UU No. 38 Tahun 1999 (Tentang Pengelolaan Zakat). Selain peraturan hukum
yang sudah terkodifikasi, banyak juga hasil ijtihad yang berupa fatwa fatwa ulama,
baik fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia), fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyyah,
fatwa Bahsul Masail dari NU (Nahdhatul Ulama), dan fatwa-fatwa dari organisasi
keagamaan lain. Fatwa-fatwa tersebut sifatnya tidak mengikat, tetapi merupakan
himbauan yang didasarkan pada proses ijtihad. Fatwa tersebut juga dimaksudkan
untuk memberi solusi hukum atas permasalahan baru yang belum ada ketentuan
hukumnya dalam Alquran dan hadis.

c. Perlu adanya sumber hukum islam

Karena hukum islam adalah sebaik-baiknya hukum di dunia,kita sebagai umat


islam wajib mennyakini bahwah hukum yang di ajarkan islam adalah benar.

Dalam islam, dikenal adanya syariat atau hukum islam, yaitu ketentuan berupa
perintah, anjuran, dan larangan dari Allah yang bersumber dari Al Qur’an dan hadist.
Allah berfirman dalam QS Ali Imran ayat 138

َ‫اس َوهُدًى َو َموْ ِعظَةٌ لِ ْل ُمتَّقِين‬ ٌ َ‫ٰهَ َذا بَي‬


ِ َّ‫ان لِلن‬

“Al Qur’an adalah penjelasan bagi umat manusia, juga petunjuk dan nasehat bagi
orang orang yang bertaqwa”.

Dalam sebuah hadist juga disebutkan “Agama adalah nasihat bagi Allah,
Rasul Nya, untuk para pemimpin, dan untuk para orang awam”. (HR Bukhori).

Hukum islam lah yang mengatur bagaimana kita bersikap dalam kehidupan
sehari hari. Manfaat yang akan didapat secara umum ialah kita akan memiliki
kehidupan yang teratur dan terarah. Dengan mengetahui hukum islam, kita akan
memahami apa saja yang bermanfaat atau yang disukai oleh Allah dan yang sia sia
atau dilarang oleh Allah.
Berikut 15 manfaat hukum islam dalam kehidupan sehari hari secara lengkap :

a) Lahan Ibadah

ُ‫غ ْال ُمبِين‬


ُ ‫ُول ۚ فَإ ِ ْن تَ َولَّ ْيتُ ْم فَإِنَّ َما َعلَ ٰى َرسُولِنَا ْالبَاَل‬
َ ‫َوأَ ِطيعُوا هَّللا َ َوأَ ِطيعُوا ال َّرس‬

“Dan taatlah kepada Allah serta Rasul Nya, jika kamu berpaling maka
sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan amanat Allah dengan
terang”. (QS At Taghabun : 12).

Dengan mengetahui, memahami, dan melaksanakan hukum islam, setiap


tindakan yang dilakukan akan bernilai ibadah di sisi Allah. Misalnya melaksanakan
hukum islam dalam hubungannya dengan pekerjaan, jenis pekerjaan apa sajakah yang
termasuk halal dan haram, dan anda mengikutinya sesuai syariat islam, maka
pekerjaan anda menjadi lahan ibadah dan ladang pahala.

b) Sarana Komunikasi dengan Allah

Dengan mengikuti hukum islam, secara langsung anda mengetahui apa saja
yang Allah perintah dan Allah larang, dalam kondisi senang, sedih, sedang mengharap
sesuatu, anda senantiasa mengingat Nya dengan berdoa sesuai anjuran dalam syariat
islam, maka anda menjadi hamba yang senantiasa mengingat dan diingat oleh Allah.

c) Mendatangkan Manfaat

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan)


tentang urusan itu, maka ikutilah dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu”. (QD Al
Maidah : 18).

Penjelasan dari firman Allah tersebut ialah, dalam kondisi apapun umat
muslim hendaknya mengambil sikap sesuai hukum islam, bukan mengambil
keputusan berdasarkan hawa nafsu atau keinginan pribadi agar urusan tersebut dapat
mendatangkan manfaat atau hikmah baik di dunia maupun di akherat.

d) Menghindarkan Dari Kesia-siaan

َ َ‫َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم َحتَّ ٰى نَ ْعلَ َم ْال ُم َجا ِه ِدينَ ِم ْن ُك ْم َوالصَّابِ ِرينَ َونَ ْبلُ َو أَ ْخب‬
‫ار ُك ْم‬
“Hai orang orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan kepada Rasul Nya
dan janganlah kamu merusakkan pahala amal amal mu”. (QS Muhammad : 31).

Agar jalan hidup tidak sia sia, Allah telah mengatur jalur kehidupan melalui
berbagai syariat islam dalam hubungannya dengan aktivitas manusia untuk menjaga
agamanya,  untuk kemanfaatan bagi diri sendiri dan keluarga, juga untuk memberi
manfaat pada orang lain. Dengan mengikuti hukum islam, segala aktivitas tidak ada
yang sia sia, mulai dari bekerja, silaturahmi, bahkan istirahat pun bernilai ibadah.

e) Sanksi Hukum

Hukum islam ada berbagai macam diantaranya halal, haram, wajib, sunnah,
dll. Hukum tersebut memiliki kebaikan jika dilaksanakan dan sanksi jika tidak ditaati.
Misalnya memberi sanksi kepada orang yang melakukan zina, hukum islam dan sanksi
nya memberikan manfaat bagi kehidupan berupa kesadaran untuk mawas diri dalam
melakukan berbagai aktivitas keseharian sehingga seniantiasa berada di jalur hukum
yang telah ditetapkan dan mengambil hikmah dari contoh contoh orang orang
terdahulu yang mendapat azab dari Allah karena melanggar perintah Nya,

Allah berfirman “Maka kami jadikan yang demikian itu hukuman berat bagi
orang orang di masa itu serta menjadi peringatan bagi orang oorang yang
bertaqwa”. (QS Al Baqarah : 66). 

Minuman haram dan makanan haram menurut islam sudah sangat jelas


ditentukan berdasarkan hukum syariat islam, jadi harus dihindari agar anda tidak
mendapatkan hukuman dari Allah Swt baik secara langsung atau pun jangka panjang.

f) Mengatur dan Memperlancar Interaksi Sosial

Kita berinteraksi dengan banyak orang yang memiliki berbagai sifat dan
kepentingan, tentu tidak semuanya berpandangan sama, ada berbagai pendapat dan
prinsip. Ketika terlibat suatu hal yang melibatkan orang banyak, hukum islam menjadi
jalan terbaik untuk segala urusan, kita dapat menyatukan keputusan berdasarkan
hukum islam, manakah yang lebih banyak manfaatnya dibanding yang lain, seperti
firman Allah berikut “Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikan ia kepada Al Qur’an dan sunnah, yang demikian itu lebih utama dan lebih
baik akibatnya”. (QS An Nisa : 59).

g) Sarana Dakwah

Dakwah bertujuan untuk mengubah perilaku manusia sesuai hukum yang


benar. Hukum islam dalam kehidupan sehari hari dapat dijadikan sebagai dasar untuk
memberikan pengetahuan atau ilmu agar segala urusan dilaksanakan dengan tata cara
yang sesuai.

h) Pendidikan Akhlak

Akhlak artinya budi pekerti, perangai, atau tingkah laku. Pada jaman sekarang
banyak informasi masuk melalui berbagai media, baik lingkungan secara langsung
atau tidak langsung seperti media televisi dan internet. Pendidikan akhlak berdasar
hukum islam penting untuk ditanamkan sejak dini dalam kehidupan sehari hari agar
generasi muda nantinya dapat menyaring serta memiliki akhlak sholeh dan sholehah.

i) Menegakkan Keadilan

Allah berfirman “Wahai orang orang yang beriman hendaklah kamu menjadi
orang orang yang kuat menegakkan keadilan, menjadi saksi  kebenaran karena Allah,
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu”. (QS An Nisa :
28).

Keadilan perlu untuk ditegakkan, islam memiliki hukum hukum atau syariat
yang mengatur hal tersebut, terdapat berbagai ketentuan yang dapat diterapkan kepada
setiap orang secara merata atau tidak pandang bulu. Keadilan hanya bisa dijalankan
oleh orang yang bertaqwa sebab itu hukum islam penting untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari hari. Keadilan tidak hanya dilakukan untuk orang lain saja,
namun keutamaan adil terhadap diri sendiri juga wajib dilakukan.

j) Ketenangan Keluarga

Dalam kehidupan keluarga, ada syariat yang wajib dipahami yang


berhubungan dengan kewajiban, hak, dan segala hal yang halal atau haram untuk
dilakukan. Keluarga yang menjalankan rumah tangga dengan hukum islam akan
memiliki ketenangan sebab melakuan segala urusan berdasar petunjuk Allah.

k) Menjaga Kehormatan

Hukum islam mengatur apa saja yang wajib dan haram untuk dilakukan, hal itu
bertujuan untuk kebaikan dan melindungi kehormatan. Misalnya dalam hukum islam
terdapat kewajiban menutup aurat baik bagi perempuan ataupun laki laki memiliki
syariat tersendiri, hal itu bertujuan untuk menjaga kehormatan dan mencegah maksiat

l) Motivasi dan Pemberi Semangat

Syariat islam yang ditaati akan mendapat imbalan kebaikan dari Allah, baik
berupa ketenangan hidup, pahala, juga janji Allah berupa surga di akherat nanti.
Hukum islam tersebut dapat menjadi motivasi atau penyemangat bagi semua orang
untuk sebanyak mungkin berbuat amal kebaikan.

m) Sebagai Peringatan

Hukum islam banyak memperingatkan tentang perbuatan maksiat dan


akibatnya. Kehidupan di dunia hanya sementara dan kehidupan di akherat sangat
abadi, Allah memperingatkan manusia untuk taat kepada Nya dan Rasul Nya serta
tidak tertipu kesenangan dunia dan tipu daya syetan. Banyak dijelakskan dalam Al
Qur’an contoh contoh kaum pada jaman terdahulu yang mendapat azab dari Allah
karena tidak taat, hal itu dapat dijadikan sebagai peringatan untuk menjauhi maksiat
dan segala sesuatu yang dilarang Allah,

Seperti firman Allah berikut “Maka hendaklah orang orang yang menyalahi
perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (QS An
Nuur : 63).

n) Pelebur Segala Emosi

Hukum islam yang disusun berdasar Al Qur’an dan hadist diciptakan sebagai
tuntunan dalam kehidupan sehari hari ketika kondisi lapang maupun kondisi sempit
atau ketika terlibat suatu urusan dan masalah yang mendatangkan kecemasan, jika
segala ujian dihadapi dengan berdasar pada hukum islam, hal itu akan mampu menjadi
pelebur emosi dan amarah sebab di dalamnya terdapat berbagai syariat yang
mendatangkan kedamaian dan ketenangan.

o) Pedoman Hidup

“Untuk setiap umat diantara kamu (umat Nabi Muhammad SAW dan umat
umat sebelumnya) Kami jadikan peraturan (syariat) dan jalan yang terang”. (QS Al
Maidah : 48). Dari firman Allah tersebut jelas bahwa dengan mengikuti syariat islam,
kita akan mendapat petunjuk dalam kehidupan dan jalan yang lurus.

7. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan ini adalah supaya kita semua bisa mengetahui
lebih dalam tentang sumber hukum islam. Agar bisa memberikan kepahaman kepada
semuanya sumber hukum islam itu bukan tumbuh dari kebiasaan masyarakat
melainkan sumber adalah kehendak Allah berupa ketetapan yang tertulis di dalam Al-
qur’an,kehendak Rasul yang tertulis dalam kitab-kitab hadis dan kehendak penguasa
sekarang termaktub dalam hasil karya orang yang memenuhi syarat untuk berijtihad
karena mempunyai kekuasaan berupa ilmu pengetahuan untuk mengalirkan ajaran
hukum islam dari dua sumber utamnya yakni al-qur’an dan al-sunnah.

8. Rujukan

https://tafsirq.com/47-muhammad/ayat-31 (Diakses pada 4 oktober 2018 pukul


22:18)
Furqan, Arif, dkk.2012. Islam Untuk Disiplin Ilmu hukum. Jakarta : Departemen
Agama.
Hasbi, Ash-Shiddieqy . 1971. Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Hukum
Islam.Yogyakarta : DJAKARTA.

Anda mungkin juga menyukai