a
rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk , dengan a dan
b
b bilangan bulat dan b ≠ 0. Bilangan rasional terdiri atas bilangan bulat,
bilangan pecahan murni, dan bilangan pecahan desimal. Sedangkan, bilangan
irrasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan.
Bilangan irrasional merupakan bilangan yang mengandung pecahan desimal
tak berhingga dan tak berpola. Contoh bilangan irrasional, misalnya √2 =
1,414213562373..., e = 2,718..., π = 3,141592653… dan sebagainya.
Bilangan irrasional yang menggunakan tanda akar (√ ) dinamakan
bentuk akar. Tetapi ingat, tidak semua bilangan yang berada dalam tanda akar
merupakan bilangan irrasional. Contoh: √ 25 dan √ 64 bukan bentuk akar,
karena nilai 25 adalah 5 dan nilai 64 adalah 8, keduanya bukan bilangan
irrasional. Agar lebih jelas, perhatikan contoh berikut :
1. √ 20 adalah bentuk akar
2. √3 27adalah bukan bentuk akar, karena √3 27=3
Adapun hubungan antara bentuk pangkat dan bentuk akar adalah
seperti pada penjelasan di bawah ini :
Perlu diketahui bahwa bilangan berpangkat memiliki hubungan
dengan bentuk akar. Perhatikan sifat di bawah ini :
p m
Jika a adalah bilangan real dan a ≠ 0 dengan a > 0, dan , adalah
n n
m p m+ p
bilangan pecahan n ≠ 0, maka (a n ) (a n ) = (a) n
2
1 1 1+1
Perhatikan bahwa p 2 x p 2 = p 2 = p1 = p
m n m m
p n = √ p = (√ p )
n
p √n r+ q √n r=( p+q ) √n r
p √n r−q √n r =( p−q ) √n r
3
p
Pada pangkat pecahan telah dinyatakan bahwa a q =√q a p . Adapun
sifat dari perkalian dan pembagian bentuk akar dapat dicermati pada
beberapa contoh sebagai berikut :
3
1. √3 8= √3 23 =2 3 =21=2
2. 4 √3 5 × 5 √3 7=( 4 × 5 ) √3 5 ×7=20 √3 35
1
1 12 35
3. 2 √5 6× 4 √7 6=( 2 ×4 ) (6 ¿ ¿ × 6 7 )=8(6 ¿ ¿ )=8 √6 12 ¿ ¿
5 35
3 √3 4 3 3 4
4. =
4 √3 5 4 5 √
2 4√ 3 2 4 3
5. =
3 4√ 5 3 5 √
Berdasarkan contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
d >0 , d ≠ 0.
√ ( a+b )+ 2 √ab=( √ a+ √b )
4
b) ( √ a−√ b )2=( √a )2−2 ( √ a ) ( √b ) + ( √ b )2
¿ a−2 √ ab +b
¿ ( a+ b )−2 √ ab
Contoh :
√ ( a ×b )=√ a × √ b
Dengan a atau b harus dapat dinyatakan dalam bentuk kuadrat murni.
5
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh dibawah ini!
Contoh
Sederhanakan bentuk-bentuk akar di bawah ini.
a) √ 108
1
b)
√ 8
c) √ 4 a3 b
Jawab :
6
Dari uraian tersebut, kita dapat mengambil Sebuah kesimpulan
sebagai berikut,
a
Pecahan (a bilangan rasional dan √ b merupakan bentuk akar),
√b
bagian penyebutnya dapat dirasionalkan dengan cara mengalikan
Jawab :
6 6 √3
a) = ×
√3 √3 √3
6 √3
= √3
=2 √ 3
12
b) Bagian penyebut pecahan kita sederhanakan
√ 18
12 12 12
terlebih dahulu menjadi = =
√ 18 √ 9 × √ 2 3 √2
Kemudian bentuk yang terakhir itu kita rasionalkan :
12 12 √ 2
= ×
√ 18 3 √ 2 √ 2
12 √ 2
¿
6
¿ 2 √2
7
a
b. Merasionalkan Bentuk
b ± √c
a
Cara merasionalkan bentuk adalah dengan mengalikan
b ± √c
pembilang dan penyebut pecahan tersebut dengan bentuk sekawan dari
penyebut ± √ c . Bentuk sekawan dari b+ √ c adalah ¿ √ c , sedangkan
bentuk sekawan dari b+ √ c adalah b+ √ c . Berikut penjelasanya
a
masing-masing. Untuk merasionalkan bentuk , yakni:
b+ √ c
a
Untuk merasionalkan bentuk , yakni:
b− √ c
a
, silahkan simak contoh di bawah ini!
b ± √c
Contoh
Rasionalkan penyebut pecahan berikut ini :
8
2
a) √2+1
√3
b) √3−2
Jawab :
2 2 2−1
a) = ×√
√ 2+1 √ 2+ 1 √ 2−1
2 ( √ 2−1 )
¿
2−1
¿ 2 ( √ 2−1 )
√3 = √3 × √ 3+2
b)
√ 3−2 √ 3−2 √ 3+2
¿
√3 ( √ 3+2 )
3−4
¿−( 3+2 √ 3 )
a
c. Merasionalkan Bentuk
√ b± √ c
a
Cara merasionalkan bentuk adalah dengan mengalikan
√ b± √ c
pembilang dan penyebut pecahan tersebut dengan bentuk sekawan dari
penyebut √ b ± √ c. Bentuk sekawan dari √ b+ √ c adalah √ b−√ c,
sedangkan bentuk sekawan dari √ b−√ c adalah √ b+ √ c . Berikut
a
penjelasanya masing-masing. Untuk merasionalkan bentuk ,
√ b+ √ c
yakni:
9
a
Untuk merasionalkan bentuk , yakni:
√ b−√ c
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang cara merasionalkan bentuk
a
, silahkan simak contoh di bawah ini!
√ b± √ c
Contoh
Rasionalkan penyebut pecahan berikut ini!
3
a)
√ 3+ √2
b)
√5
√ 5−√ 3
Jawab :
3 3 3− 2
a)
√ 3+ √2
= √3+ √2 × √√3−√√ 2
3 ( √3−√ 2 )
= √ 3−2
= 3 ( √ 3− √2 )
√5 √ 5 × √ 5+ √ 3
b) =
√ 5−√ 3 √ 5−√ 3 √ 5+ √ 3
10
5 ( 5+ 3 )
= √ √5+3 √
1
= 2 ( 5+ √ 15 )
D. DEFINISI LOGARITMA
Logaritma adalah invers dari perpangkatan, yaitu mencari pangkat
dari suatu bilangan pokok sehingga hasilnya sesuai dengan yang telah
diketahui.
Adapun definisi logaritma adalah sebagai berikut :
Keterangan :
11
53 = ...
Dalam kasus tersebut, bilangan pokok dan pangkatnya sudah diketahui
sehingga kita dapat menentukan hasil perpangkatannya sebagai berikut:
24 = 16 → 2.2.2.2 sebanyak 4 kali hasilnya = 16
53 = 125 → 5.5.5 sebanyak 3 kali hasilnya = 125
Sekarang, bagaimana kita dapat menentukan pangkatnya jika bilangan
pokok dan hasil perpangkatannya diketahui?
Contoh: 2 x = 16
5 x= 125
Masalah tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan notasi
logaritma (disingkat log), seperti berikut:
2 x = 16 ditulis 2log 16 = x, dan diperoleh 2log 16 = 4 karena 24 = 16
5 x= 125 ditulis 5log 125 = x, dan diperoleh 5log 125 = 3 karena 53 = 125.
Dari contoh tersebut memperlihatkan hubungan antara
perpangkatan dan logaritma, yang dapat dituliskan sebagai berikut :
gx = a ↔ glog a=x
12
13
14
Untuk lebih mengetahui dari sifat-sifat logaritma, perhatikan contoh-contoh
berikut!
Contoh:
1. Sederhanakanlah !
a) 2log 4 + 2log 8
b) 7log 217 - 7log 31
2. Jika 2log 3 = a, nyatakan 8log 3 dalam a.
3. Hitunglah 2log 5 x 5log 64
4. Sederhanakan :
a) 22 log 5
b) 77 log 25
Jawab :
15
b) 77 = 25
log 25
16
10
x =
6
Sekarang selidiki apakah f (x) > 0, dan ¿ ) > 0
10
Karena untuk x = , f (x) > 0, dan g ¿ ) > 0, maka x =
6
10
merupakan penyelesaian. Jadi, penyelesaian 7log(10 x +2)
6
10
= 7log ¿ adalah x =
6
c) f(x)
log g ( x ) = f(x)log h ( x )
Jika f(x)
log g(x ) = f(x)
log h(x ), f (x) > 0, g ¿ ) > 0, h ¿ ) > 0,
dan f (x) ≠ 1, maka g ¿ ) = h ¿ ).
Contoh soal :
x-3
log ( x +1) = x-3log( 4 x +10)
Jawab :
log ( x +1 )
x-3
= x-3
log ( 4 x+10 )
x+1 = 4x + 10
17
x 4x = 10 1
-3x =9
x = -3
Sekarang selidiki apakah f (x) > 0, f (x) ≠ 1, ¿ ) > 0
dan h ¿ ) > 0
f(-3) = -3 3 = -6 < 0
g(x) = -3 + 1 = -2 < 0
2. Pertidaksamaan Logaritma
Pada pembahasan sebelumnya, kalian telah mengetahui sifat – sifat
fungsi logaritma, yaitu sebagai berikut :
untuk a > 1, fungsi f (x) = alog x merupakan fungsi naik.
Artinya, untuk setiap setiap x1, x2 ∈ R berlaku x1< x2 jika
dan hanya jika f(x1) < f(x2).
Untuk 0 < a < 1, fungsi f (x) = alog x merupakan fungsi
turun. Artinya, untuk setiap setiap x1, x2 ∈ R berlaku x1< x2
jika dan hanya jika f(x1) > f(x2).
Contoh soal :
Jawab :
3
log( x +5) > 0
18
3
log( x +5) > 3log 1
x > -4
19
DAFTAR PUSTAKA
http://mafia.mafiaol.com/2014/06/cara-merasionalkan-pecahan-bentuk-akar.html
(diakses pada tanggal 27 Februari 2015)
Noormandiri, B.K dan Sucipto Endar, 2004. Matematika SMA Untuk Kelas
X. Jakarta: Erlangga
20