Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KULIAH

PERBANDINGAN KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN


Dosen Drs. Sonny H. Onibala, M. AP

DI SUSUN OLEH :
1. CHAIRUL NAZMI
2. MUS’AB MUJAHID
3. M. GUNAWAN
4. ARI SAMUDRO
5. RIZQULLAH NAFIS
6. DANI YUSIFO RAMADHANA
7. GHAZY PERKASA AGUSTIAN
8. LISA AULIA PUTRI
9. TASYA AIDILIA PRETY
10. DIMAS DUWIRI

FAKULTAS HUKUM TATA PEMERINTAHAN


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
KAMPUS SULAWESI UTARA
2020

KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN DI AUSTRALIA

Australia adalah sebuah benua yang terletak dekat dengan benua Asia, namun
Australia lebih sering disebut sebagai bagian dari dunia Barat karena kehidupannya
yang mirip Eropa Barat dan Amerika Serikat. Penduduknya pun sebagian besar
berkulit putih, sedangkan penduduk asli Australia yakni orang-orang Aborigin
adalah orang-orang Australia pertama yang benar-benar menghuni benua itu
mempunyai sejarah dan perkembangan akan kependudukannya yang
multikulturalisme dan Australia merupakan negara yang menjadi salah satu negara
tujuan para pencari suaka. Para imigran yang tidak membawa dokumen ke Australi
membuat pemerintah membuat kebijakan bagi para pencari suaka karena dianggap
pemerintah sebagai pencari suaka yang illegal dan praktek penyeludupan manusia.
Hal ini dikarenakan ditahun 2010 terjadi arus peningkatan Irregular Maritime Arrivals.
Perkembangan kependudukan di Australia sangatlah meningkat akibat pencarian
suaka. Migran telah memperkaya hampir setiap aspek kehidupan Australia, dari
bisnis hingga kesenian, dari masakan hingga komedi dan dari ilmu pengetahuan
hingga olahraga. Mereka, pada gilirannya, beradaptasi dengan masyarakat Australia
yang toleran, informal dan secara garis besar egalitarian. Pada tahun 2014 populasi
penduduk Australia bertambah 400 ribu orang dan itu menunjukan tingkat laju
pertumbuhan penduduk Australia ternyata jauh lebih cepat dari prakiraan
sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka beberapa kebijakan yang diambil
pemerintah negara Australia untuk mengatasi permasalahan peningkatan Irregular
Maritime Arrivals akibat pencarian suaka secara illegal yaitu:

SOLUSI PASIFIK
Solusi Pasifik dilaksanakan pada Tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 pada
saat Perdana Menteri John Howard menguasai jalannya roda pemerintahan.
Solusi Pasifik Sendiri adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Austalia untuk
mengalihkan Arus pencari suaka dan pengungsi dengan cara menampung para
pencari suaka tesebut di Negara-Negara Pasifik seperti Papua Nugini, Nauru dan
Pulau Manus agar para pencari suaka tersebut yang sebagian besar adalah
pengungsi tersebut tidak dapat masuk secara langsung ke Australia.

Kebijakan tersebut dirancang oleh pemerintah John Howard, Solusi Pasifik


diperkenalkan dalam menanggapi peristiwa bulan agustus ketika 433 pencarisuaka
tenggelam dalam perjalanan menuju Australia, dan diselamatkan oleh sebuah kapal
barang Norwegia yang bernama Tampa,Tampa menolak masuk ke Australia.
Meskipun ahkirnya menentang dan masuk ke wilayah Austrlia dan kemudian
terindikasi oleh konvoi pasukan SAS dari Australia, dan kemudian pencarisuaka
ditransfer ke pulau- pulau di samudra pasifik dan Nauru.
Solusi Pasifik merupakan sarana pengolahan lepas pantai yang didirikan oleh
Australia. Sarana pengolahan lepas pantai didirikan di dua Negara, Nauru dan
Papua Nugini.Fasilitas ini merupakan kerjasama antara pemerintah Papua Nugini
dan pemerintah Nauru. Pencarisuaka tidak ditahan berdasarkan hukum Australia,
ataupun hukum Nauru atau Papua Nugini, tujuan khusus Negara-Negara tersebut
bukanlahmemberikan visa tetapi memfasilitasi pencarisuaka untuk tinggal sementara
sambil menunggu proses dan transmigrasi atau kembali ke Negaranya.

SOLUSI MALAYSIA
Solusi Malaysia adalah sebuah perjanjian pertukaran pencari suaka antara Australia
dan Malaysia, Australia akan mengirim 800 pencari suaka illegal Malaysia dan akan
menerima 4000 pengungsi dari Malaysia. Tapi kebijakan ini tidak disetujui oleh partai
oposisi karena kekuatiran akan hak asasi manusia.

PEMBERLAKUAN BRIDGING VISA


Bridging Visas adalah visa sementara ang memungkinkan orang untuk tinggal
secara legal di masyarakat Australia saat mereka mengajukan permohonan visa
jangka panjang, menarik keputusan yang berkaitan dengan visa mereka, atau
membuat pengaturan untuk meninggalkan Australia. Menjembatani visa dapat
diberikan kepada kelompok orang yang berbeda, termasuk pencari suaka yang
mencari perlindungan sebagai pengungsi di Australia. Berikut kesehatan, identitas
dan pemeriksaan keamanan, beberapa pencari suaka yang dilepaskan dari fasilitas
penahanan imigrasi ke bridging visa, yang memungkinkan mereka untuk tinggal
secara legal di masyarakat sementara klaim mereka untuk perlindungan yang dinilai.

KEBIJAKAN AUSTRALIAH PUTIH “WHITE AUSTRALIA POLICY”


Kebijakan Australia Putih adalah istilah yang mencakup beberapa kebijakan
pemerintah Australia yang lebih memilih imigran dari negara-negara Eropa tertentu,
khususnya Britania Raya. Ini merupakan upaya masyarakat Australia membentuk
identitasnya setelah proses federasi. Kebijakan ini disahkan tahun 1901 tidak lama
setelah Federasi Australia, dan kebijakan ini dihapus secara bertahap pada tahun
1949 sampai 1973. Sejarawan Perang Dunia I resmi Australia, Charles Bean,
menjelaskan niat awal kebijakan ini sebagai "suatu langkah besar untuk
mempertahankan standar ekonomi, masyarakat, dan kebudayaan Barat yang tinggi
(termasuk menyingkirkan bangsa Oriental dengan cara apapun)."
Persaingan tambang emas antara penambang Britania dan Tiongkok, serta
penolakan serikat buruh atas pengerahan tenaga kerja Penduduk Pulau
Pasifik di perkebunan gula Queensland, menguatkan kembali tuntutan masyarakat
untuk menghapus atau mengurangi imigran berupah rendah dari Asia dan pulau-
pulau Pasifik. Tidak lama setelah menjadi federasi, pemerintah Australia
mengesahkan Undang-Undang Pembatasan Imigrasi 1901. Pengesahan RUU ini
menjadi awal dari pelaksanaan Australia Putih sebagai kebijakan resmi pemerintah
Australia. Tindakan-tindakan selanjutnya memperkuat kebijakan ini sampai Perang
Dunia Kedua pecah.[4] Kebijakan tersebut lebih mengutamakan migran Britania
daripada migran lainnya selama empat dasawarsa pertama abad ke-20. Pada
Perang Dunia Kedua, Perdana Menteri John Curtin menegaskan kembali kebijakan
ini dan menyatakan bahwa, "Negara ini selamanya akan menjadi rumah bagi
keturunan orang-orang yang datang dengan damai dan hendak membangun tempat
tinggal bangsa Britania di Laut Selatan."
Kebijakan ini dihapus secara bertahap oleh beberapa periode pemerintahan
selanjutnya setelah Perang Dunia Kedua berakhir dengan mengizinkan imigrasi non-
Britania non-putih pertama. Program imigrasi multietnis pascaperang besar-besaran
pun dilaksanakan. Pemerintahan Menzies dan Holt menghapus kebijakan ini antara
tahun 1949 sampai 1966. Pemerintahan Whitlam mengesahkan undang-undang
yang menjamin bahwa ras tidak akan dijadikan pertimbangan imigrasi ke Australia
pada tahun 1973. Tahun 1975, pemerintahan Whitlam mengesahkan Undang-
Undang Diskriminasi Ras yang melarang syarat seleksi berdasarkan ras. Puluhan
tahun kemudian, Australia masih menjalankan imigrasi multietnis berskala besar.
Program migrasi Australia saat ini mengizinkan orang-orang dari negara manapun
untuk pindah ke Australia tanpa memandang kebangsaan, suku, budaya, agama,
atau bahasa asalkan mereka memenuhi ketentuan hukum.

Anda mungkin juga menyukai