Anda di halaman 1dari 6

KONSEP PEMBERIAN OKSIGEN

1. PENGERTIAN
Pemberian terapi oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan
gas oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam
paru yang melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat
khusus.Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru-paru
melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen.
Pemberian oksigen pada klien dapat melalui 3 cara, yaitu melalui kateter
nasal . kanula nasal, dan masker oksigen.

2. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGEN


a. Memenuhi kekurangan oksigen.
b. Membantu kelancran metabolisme/
c. Sebagai tindakan pengobatan.
d. Mencegah hipoksia.
e. Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung.

3. INDIKASI PEMBERIAN OKSIGEN


Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
a. Gagal nafas : Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan
parsial normal O2 danCO2 di dalam darah, disebabkan oleh gangguan
pertukaran O2 dan CO2 sehingga sistem pernapasan tidak mampu
memenuhi metabolisme tubuh.
b. Gangguan jantung (gagal jantung) : Ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
c. Kelumpuhan alat pernafasan : Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan
pada alat pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen karena
kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi
kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.
d. Perubahan pola napas : Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan),
dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada pasien asma),sianosis
(perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit karena
kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas),
bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang
dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal dengan
frekuensi lebih dari 24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)
e. Keadaan gawat (misalnya : koma) : Pada keadaan gawat, misal pada
pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan napas yang
adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
f. Trauma paru : Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan
atau cedera akan mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi dan
ekspirasi.
g. Metabolisme yang meningkat (luka bakar) : Pada luka bakar, konsumsi
oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari
keadaan hipermetabolisme.
h. Post operasi : Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan
pengaruh dari obat bius akan mempengaruhi aliran darah ke seluruh
tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang cukup.
i. Keracunan karbon monoksida : Keberadaan CO di dalam tubuh akan
sangat berbahaya jika dihirup karena akan menggantikan posisi O2 yang
berikatan dengan hemoglobin dalam darah.

4. MASALAH KEBUTUHAN PEMBERIAN OKSIGEN


a. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam tubuh akibat difisiensi oksigen atau peningkatan
penggunaan oksigen dalam tingkat sel, di tandai dengan adanya warna
kebiruan pada kulit (sianosis).
b. Perubahan pola pernapasan
1) Tachipnea, merupakan pernafasan yang memiliki frekuensi lebih
dari 24 kali per menit.
2) Bradypnea,merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari
10 kali per menit.
3) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh dalam mengompensasi
peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat
dan dalam.
4) Kus maul,merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat
Nditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolic
5) Hipovontilasi,merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan
karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi
alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai
dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran disorientasi, atau
ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat
atelektasis,*lumpuhnya otot-otot pernafasan, defresi pusat
pernafasan, peningkatan tahanan jalan udara, penurunan tahanan
jaringan paru, dan toraks, sertta penurunan compliance paru dan
toraks.
6) Dispnea, merupakan perasaan sesal dan berat saat pernafasan
7) Orthopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi
duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang
yang mengalami kongestif paru.
8) Cheyne stokes, merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya
mula-mula naik, turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
9) Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan yang ditandai
dengan pergerakan dinding paru yang berlawanan atah dari keadaan
normal, seriong ditemukan pada keadaan atelektasis.
10) Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan
cheyne stokes, tetapi amplitudonya tidak teratur.
11) Esteridor, merupakan pernapasan bising yang terjadi karena
penyempitan pada saluran pernapasan.
5. ALAT DAN BAHAN
a. Tabung oksigen atau outlet oksigen sentral dengan flowmeter dan
humidefier
b. Kateter nasal, kanula nasal atau masker
c. vaselin/jelly

6. PROSEDUR
a. Kateter Nasal (konsentrasi O2 24-44% (1-6 ltr))
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Cuci tanagan
 Observasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sudah disiapkan
sesuai level yang telah di tetapkan
 Atur aliran okigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan,
kemudian observasi humidifier pada tabung air dengan menunjukan
adanya gelembug air.
 Atur posisi dengan semi fowler/kenyamanan klien
 Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai ke hidung dan
berikan tanda
 Buka saluran udara dari flowmeter oksigen
 Berikan vaselin/jelly
 Masukkan dalam hidung sampai batas yang ditentukan
 Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan
menekan lidah pasien dengan menggunakan spatel (akan terlihat
posisinya di bawah uvula)
 Fiksasi pada daerah hidung
 Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam
 Kaji cuping hidung, sputum, mukosa hidung serta periksa kecepatan
aliran oksigen, rute pemberian dan respon pasien
 Cici tangan setelah melakukan tindakan
b. Kanula Nasal ( konsentrasi O2 40-60% (1-5 ltr))
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Cuci tanagan
 Observasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sudah disiapkan
sesuai Level yang telah di tetapkan
 Atur aliran okigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan,
kemudian observasi humidifier pada tabung air dengan menunjukan
adanya gelembug air.
 Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan
klien
 Periksa kanula nasal setiap 6-8 jam
 Kaji cuping hidung, sputum, mukosa hidung serta periksa kecepatan
aliran oksigen, rute pemberian dan respon pasien
 Cici tangan setelah melakukan tindakan

c. Masker Oksigen

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


 Cuci tanagan
 Atur posisi semi fowlerobservasi humidifier dengan melihat jumlah
air yang sudah disiapkan sesuai level yang telah di tetapkan atur aliran
okigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, kemudian observasi
humidifier pada tabung air dengan menunjukan adanya gelembug air.
 Tempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung klien dan atur
pengikat untuk kenyamanan kllien
 Periksa kanula nasal setiap 6-8 jam
 Kaji cuping hidung, sputum, mukosa hidung serta periksa kecepatan
aliran oksigen, rute pemberian dan respon pasien
 Cici tangan setelah melakukan tindakan
7. EVALUASI

Respon pasien selama 15 menit setelah dilakukan tindakan pemasangan


therapy oksigen

8. DOKUMENTASI
a. Catat tindakan semua di dokumentasikan
b. Catat waktu
c. Evaluasi
d. Respon pasien
e. Paraf
f. Nama perawat jaga

9. DAFTAR PUSTAKA

Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan.Edisi 3.


Salemba Medika. Jakarta.

Wilkinson, J.M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. EGC. Jakarta.

Knight, john; Nigam, Yamni; Jones, Aled. Effects of bedrest 2: gastrointestinal,


endocrine, renal, reproductive and nervous systems. Nursing Times;
(2009), 105; 22

Ganong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Guyton, AC; Hall, JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Volume 11. Jakarta :
EGC

Gunawan, Adi. Mekanisme dan Mekanika Pergerakan Otot.INTEGRAL, vol. 6,


no. 2, Oktober 2001

Anda mungkin juga menyukai