Anda di halaman 1dari 3

Nama : Indrie Rizqi Utami

NIM : 180210100

Kelas : VC Administrasi Publik

MK : Studi Implementasi Kebijakan

UTS

1. Menurut Thomas R. Dye dan James Anderson, ada 3 alasan mengapa kebijakan
publik perlu dipelajari, yaitu 1) karena pertimbangan ilmiah (scientific reasons) 2)
pertimbangan profesional (profesional reasons) 3) pertimbangan politik (political
reasons), jelaskan !
Jawab:
1) Pertimbangan ilmiah (scientific reasons) yaitu untuk menambah pengetahuan
yang lebih mendalam. Mulai dari proses pembuatan kebijakan,
perkembangannya, serta akibat-akibat yang ditimbulkannya bagi masyarakat.
Pada gilirannya hal ini akan meningkatkan pemahaman kita mengenai sistem
politik dan masyarakat pada umumnya. Untuk tujuan ilmiah, kebijakan publik
dapat dipandang baik sebagai variabel dependen maupun variabel
independen. Dikatakan sebagai variabel dependen manakala perhatiannya
tertuju pada faktor politik dan lingkungannya yang mempengaruhi atau
menentukan konten kebijakan. Jika kebijakan publik dipandang sebagai
variabel independen, maka, sebaliknya, perhatian kita beralih pada dampak
kebijakan pada sistem politik dan lingkungannya. Apakah dampak kebijakan
publik atas kesejahteraan sosial warga.

2) Pertimbangan profesional (profesional reasons). Dalam pertimbangan ini


membahas tentang bagaimana individu, kelompok, atau pemerintah dapat
bertindak untuk menyelsaikan persoalan yang sedang dihadapi oleh warga.
Pendapat semacam ini dapat digunakan untuk menunjukkan kebijakan apa
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu ataupun faktor politik
apa yang menghasilkan pengembangan kebijakan yang ada.
3) Pertimbangan politis (political reasons). Pertimbangan ini membawa kita pada
upaya untuk memastikan bahwa pemerintah menggunakan kebijakan yang
cocok untuk mencapai tujuan. Policy analisys pada dasarnya berhubungan
dengan pengetahuan tentang sebab-sebab dan akibat-akibat yang ditimbulkan
dari suatu kebijakan publik. Sedangkan, policy advocacy khususnya
berhubungan dengan apa yang harus dikerjakan oleh pemerintah, dengan
kemajuan kebijakan tertentu, melalui diskusi, pendekatan, dan aktivitas
politik.

2. Jelaskan mengapa kebijakan publik sering disebut sebagai keputusan politik !


Jawab:
Kebijakan Publik menurut Thomas R. Dye (ibid) mendefinisikan kebijakan publik
sebagai apapun yang dipilih oleh Pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.
Jadi Kebijakan publik merupakan rangkaian pilihan yang kurang lebih saling
berhubungan (termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak) yang dibuat oleh
badan dan pejabat pemerintah, yang diformulasikan di dalam bidang-bidang isu.
Keputusan politik ialah keputusan yang mengikat, menyangkut dan mempengaruhi
masyarakat umum. Hal-hal yang menyangkut dan mempengaruhi masyarakat umum
biasanya diurus dan diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pemerintahan. Oleh
karena itu, keputusan politik dapat pula dipahami sebagai pilihan yang terbaik dari
berbagai alternatif mengenai urusan-urusan yang menjadi kewenangan pemerintah.

3. Jelaskan mekanisme proses terbentuknya kebijakan publik di indonesia !


Jawab:
 Penyusunan Agenda, adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis
dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah ada ruang untuk
memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan agenda publik perlu
diperhitungkan.
 Formulasi kebijakan , masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan
kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi
didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik.
Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan
kebijakan yang ada
 Adopsi/ Legitimasi Kebijakan , tujuan legitimasi adalah untuk memberikan
otorisasi pada proses dasar pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu
masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti
arahan pemerintah.
 Penilaian/ Evaluasi Kebijakan, bisa meliputi tahap perumusan masalh-masalah
kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah
kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

4. Pelaksanaan pilkada serentak di tengah pandemi covid-19, apakah kebijakan tersebut


tepat menurut anda, jelaskan !
Jawab:
Keputusan untuk melaksanakan pilkada di bulan Desember 2020 dipandang tidak
realistis dan penuh dengan risiko karena jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia
terus meningkat berbagai macam proyeksi dari para pakar (ahli) belum memberi tanda
yang jelas kapan pandemi ini akan selesai. Hal ini akan mendorong terjadinya
serangan gelombang kedua wabah COVID-19 di Indonesia. Di satu sisi, jika pilkada
ditunda kembali, maka resikonya adalah KPU dan penyelenggara pemilu lainnya
harus menyusun regulasi, mekanisme, dan persiapan dari awal lagi. Di sisi lain,
penyebaran pandemi COVID-19 juga semakin meningkat dan belum ada tanda-tanda
akan mereda. Bahkan semakin lama jumlah pasien positif terpapar COVID-19
cenderung semakin meningkat. Ini juga harus dikalkulasi dan diperhatikan dengan
sebaik-baiknya oleh pemerintah dan penyelenggara pemilu. Dari berbagai
pertimbangan di atas, kita dapat memahami bahwa yang menjadi harapan kita adalah
kedua-duanya, baik aspek demokrasi maupun kesehatan masyarakat, sama-sama dapat
tercapai dan tidak ada satupun yang dipertaruhkan. Pesta demokrasi (pilkada) kita
harapkan dapat berjalan dengan lancar, tingkat partisipasi masyarakat tetap tinggi,
sekaligus masyarakat juga tetap aman dari COVID-19. Salah satu penentu Pilkada
Serentak 2020 adalah lahirnya pemimpin-pemimpin yang berkualitas, adil, bijaksana,
dan demokratis  pasca COVID-19. Ini tentu menjadi harapan kita semua, pemimpin-
pemimpin baru yang nanti diharapkan akan mampu bekerjasama serta berkolaborasi
dengan pemerintah pusat agar membawa masyarakat keluar dari  krisis akibat
COVID-19, sehingga kita bisa keluar dari tantangan dan tampil menjadi bangsa
pemenang serta mencapai Indonesia maju.

Anda mungkin juga menyukai