Eka Rahma-Fkik PDF
Eka Rahma-Fkik PDF
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Eka Rahma
NIM: 1112103000084
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
v
6. dr. Flori Ratna Sari selaku penanggung jawab (PJ) modul riset PSPD
2012. Mba Novi Prsatyowati selaku laboran Laboratorium Mikrobiologi
yang telah banyak membantu dan memberikan arahan selama penelitian
ini. Pak Bacok dan Bapak satpam lainnya (Bpk. Irul, dkk) yang telah
melancarkan peminjaman ruang laboratorium.
7. Kedua orang tua tercinta, Bpk. Nuryadin dan Ibu Rita Anri Yani yang
selalu memberikan cinta dan kasih sayang, memberikan do’a, nasihat,
serta semangat dalam hidup saya.
8. Ketiga adik kandung saya, Ida Lutfiah, Nurita Wulan Dari, dan Ahmad
Affandi serta seluruh keluarga besar saya yang selalu memberikan
semangat untuk menjadi teladan yang baik dan terus berjuang untuk
menggapai cita-cita.
9. Rendy Akbar, S.Pd.I yang selalu menemani sembari memberikan
semangat untuk menyelesaikan penelitian ini.
10. Teman seperjuangan, Adichita Khaira, Mulia Sari, Linda Pratiwi
Sulaeman, dan Putri Aulia Hilfa Lubis atas kebersamaan, dukungan dan
kerja kerasnya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.
11. Para sahabat, baik sweet home, tulipers, SJD-SS dan As-Shaff 2012, GBF,
IKA PPQ Jakarta, dan PSPD 2012 yang selalu memberikan do’a,
semangat, serta bersedia mendengarkan keluh kesah selama penelitian dan
masa pendidikan pre-klinik.
12. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam
penelitian ini agar dapat terus dilanjutkan dan bermanfaat untuk berbagai pihak,
karena saya menyadari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Demikian
laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Ciputat, Oktober 2015
Penulis,
Eka Rahma
vi
ABSTRAK
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL................................................................................................ I
LEMBAR PERNYATAAN................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................... v
ABSTRAK............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah.................................................................................. 3
1.3 Tujuan penelitian................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................. 3
1.4 Manfaat penelitian................................................................................. 3
viii
1.2 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................... 26
1.3 Sampel Penelitian.................................................................................. 26
1.4 Identifikasi Variabel.............................................................................. 26
1.5 Alat dan Bahan Penelitian..................................................................... 27
1.5.1 Alat Penelitian.............................................................................. 27
1.5.2 Bahan Penelitian.......................................................................... 27
1.6 Cara Kerja Penelitian............................................................................. 27
1.6.1 Tahap Persiapan........................................................................... 27
1.6.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan.................................................. 27
1.6.1.2 Persiapan Media Perbenihan.............................................. 27
1.6.1.3 Pembuatan Stok Bakteri..................................................... 28
1.6.1.4 Persiapan Sampel dan Standar Uji..................................... 28
1.6.1.5 Persiapan Bakteri Uji......................................................... 28
1.6.2 Tahap Pengujian........................................................................... 29
1.7 Alur Penelitian....................................................................................... 31
1.8 Manajemen data.................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 39
LAMPIRAN.......................................................................................................... 43
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa kandungan pine oil 2,5 % tidak
efektif dalam membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa.12
Berdasarkan perbedaan hasil penelitian diatas, maka peneliti ingin
mengetahui koefisien fenol kandungan pine oil 2,5 % dalam pembersih lantai
terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa untuk mengetahui efektivitas dari
kandungan desinfektan tersebut.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menetapkan nilai koefisien fenol pine oil 2,5 % yang
terkandung dalam pembersih lantai terhadap bakteri Pseudomonas
aeruginosa.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengenceran tertinggi pembersih lantai dengan
kandungan pine oil 2,5 % yang dapat membunuh bakteri Pseudomonas
aeruginosa.
2. Untuk mengetahui waktu tercepat dengan pengenceran tertinggi
pembersih lantai dengan kandungan pine oil 2,5 % yang dapat
membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa.
3. Untuk mengetahui pengenceran pembersih lantai dengan kandungan
pine oil 2,5 % yang paling efisien dalam membunuh bakteri
Pseudomonas aeruginosa.
5
6
membunuh bakteri uji berupa Salmonella typhi dengan nilai koefisien fenol 2,38;
2,00; 3,00; 3,38; 2,38; 2,63; dan 3,00.3
Selain terhadap desinfektan, koefisien fenol juga dinilai pada antiseptik
untuk menilai kepekaannya dalam membunuh bakteri. Pada tahun 2010,
Sulistyaningsih melakukan uji koefisien fenol povidon iodin dan klorosilenol
terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas aeruginosa
multiresisten. Hasilnya, diperoleh nilai koefisien fenol 1,06 dan 1,2 dari sampel
uji klorosilenol dan diperoleh nilai 25 dan 21 dari sampel povidon terhadap
kedua bakteri uji.4
2.1.2 Desinfektan
2.1.2.1 Definisi
Desinfeksi adalah tindakan membunuh organisme patogen (bentuk
vegetatif, tidak spora bakteri) dengan cara fisik atau kimia, dilakukan terhadap
benda mati. Hal ini berbeda dengan antiseptis yang merupakan tindakan
mencegah pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme baik dengan menghambat
atau membunuh, yang dilakukan terhadap jaringan hidup. Jadi terdapat
perbedaan disini, bila bertujuan melakukan tindakan disinfeksi terhadap jaringan
hidup maka menggunakan antiseptik, sedangkan disinfeksi terhadap benda mati
menggunakan desinfektan. Desinfektan adalah zat (biasanya kimia) yang dipakai
untuk membunuh mikroorganisme didalam maupun di permukaan suatu benda
mati. Menurut Environtment Protection Agen (EPA), bahan desinfektan adalah
“pestisida antimikroba” dan merupakan substansi yang biasanya digunakan
untuk mengontrol, mencegah, dan menghancurkan mikroorganisme berbahaya
(seperti bakteri, virus, dan jamur) pada permukaan atau benda yang tidak
hidup.5,6,10
objek dengan air panas atau dengan deterjen dan agen pembersih lainnya
kemudian dicuci dengan cara digosok ataupun disemprot. Pencucian dilakukan
dari area yang tinggi ke rendah dan perhatikan daerah sudut lantai ataupun objek
saat mencuci, karena daerah ini dapat menjadi reservoir dari mikroorganisme.
Meskipun berbagai debris dapat bersih dari proses ini, namun biofilm
yang terbentuk pada permukaan bakteri setelah proses mencuci dapat
menyebabkan bakteri tersebut menjadi resisten terhadap desinfeksi. Oleh karena
itu, perlu dilakukan pembilasan terhadap deterjen ataupun sabun yang
digunakan untuk mengurangi dilusi potensi desinfektan pada saat diaplikasikan.
4. Desinfeksi (Desinfection)
Pemilihan desinfektan harus sesuai dengan mikroorganisme yang
dicurigai dan harus memperhatikan faktor lingkungan serta keselamatan. Ikuti
aturan pakai produk desinfektan yang tertera agar sesuai dengan konsentrasi
yang efektif. Selain itu, agar desinfektan efektif, maka permukaan lantai harus
basah. Waktu kontak desinfektan juga harus tepat, ini berbeda pada masing-
masing produk. Seperti diatas, untuk daerah yang merupakan reservoir dari
mikroorganime maka haruslah dibersihkan terlebih dahulu.
5. Evaluasi (Evaluation)
Untuk memastikan bahwa agen mikroorganisme telah dihancurkan, maka
perlu dilakukan evaluasi tingkat lanjut dari tindakan yang telah dilakukan. Selain
melalui inspeksi, perlu dilakukan pengambilan sampel secara bakteriologis
untuk mengetahui efektivitas dari pembersihan yang dilakukan beserta
protokolnya. Kegagalan desinfeksi yang dilakukan mungkin berhubungan
dengan pemilihan ataupun penggunaan desinfektan yang tidak efektif, atau
karena faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban.10
desinfektan dengan berbagai cara. Bakteri dalam bentuk biofilm 1000 kali lebih
resisten terhadap antimikroba dibanding dalam bentuk suspensi.16
Keunggulan fenol, yaitu sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap
beberapa jenis material. Kerugiannya, yaitu susah terdegradasi, bersifat racun,
dan korosif.5
Fenol merupakan standar pembanding untuk menetukan efektivitas suatu
desinfektan melalui metode uji koefisien fenol.6 Penggunaan fenol sebagai
pembanding dikarenakan fenol merupakan zat desifektan tertua yang telah
diketahui kekuatannya.4
2. Alkohol
Merupakan zat yang paling efektif untuk desinfeksi dan sterilisasi. Bahan
ini bekerja dengan cara mendenaturasi protein melalui hidrasi, dan melarutkan
lemak sehingga membran sel rusak dan akhirnya enzim-enzim mikroorganisme
akan diinaktivasi. Rusaknya membran sel ini menyebabkan terbuangnya
komponen intaseluler dan menghambat sistesis DNA, RNA, protein, dan
peptidoglikan.6,17
Jenis yang biasa digunakan adalah metanol (CH3OH), etanol
(CH3CH2OH), dan isopropanol ((CH3)2CHOH). Berat molekul isopropil alkohol
paling tinggi sehingga daya bakterisidnya yang paling efektif dan paling sering
digunakan, dalam solusi 70-80% air. Konsentrasi yang terlalu tinggi atau rendah
menyebabkan daya bakterisidnya berkurang, yaitu diatas 90% atau dibawah 50%
kecuali isopropil alkohol yang masih tetap efektif meskipun konsentrasinya
mencapai 99%.6,10
Dalam waktu 10 menit sudah dapat membunuh sel vegetatif. Hanya
dengan apusan cepat sudah dapat mengurangi populasi, namun untuk sterilisasi
perlu dilakukan perendaman terhadap alat-alat medis. Alkohol tidak bersifat
korosif terhadap logam, namun dapat merusak karet atau plastik. Bahan ini
banyak digunakan untuk desinfeksi peralatan seperti termometer, ambu bag,
probe USG.5,6
3. Aldehid
Agen pengikat yang beinteraksi dengan amina tidak berproton di dinding
luar sel yang menyebabkan kegagalan fungsi dinding sel. Keadaan ini
menyebabkan terjadinya ikatan silang antara thiol, sulfidril dan asam amino
sehingga sintesis protein, DNA, dan RNA menjadi terhambat.11
13
5. Biguanid
Zat ini merusak membran luar dan dalam yang menjadikan hilangnya
potensial membran dan kebocoran intaseluler. Hal tersebut menyebabkan difusi
pasif yang memperantarai uptake lebih lanjut dan terjadilah koagulasi
sitosol.17,18
Biguanid merupakan antibakteri spektrum luas, meskipun memiliki
keterbatan efektivitas terhadap virus dan tidak besifat sporosida. Bigunaid dapat
berfungsi pada pH 5-7 dan dapat diinaktivasi oleh deterjen dan sabun. Contoh
bahan ini adalah klorheksidin.10,17
6. Agen Pengoksida
Bahan ini bekerja dengan cara memproduksi radikal bebas peridoksil
sebagai oksidan, yang kemudian beraksi dengan lemak, protein, dan DNA.
Kelompok sulhifdril juga menjadi sasaran umum, sehingga terjadi peningkatan
permeabilitas membran sel.17
Contoh zat ini adalah hidogen peroksida dan asam perasetat. Hidrogen
peroksida berefek terhadap bakteri, virus , jamur, dan dapat bersifat spirosidal
pada konsentrasi tinggi. Pada konsentrasi 0,3-6,0 hidrogen peroksida digunakan
sebagai desinfektan, dan pada konsentrasi 6,0-25% digunakan untuk
sterilisasi.6,10,17
7. Quarternary Ammonium Compounds/QAS
Agen ini merusak dinding sel dan membran sitoplasma, memediasi
ikatan fosfolipid sehingga menyebabkan hilangnya integritas struktural
membran sitoplasma; meningkatkan uptake dan menginduksi kebocoran
komponen intraseluler kemudian terjadi lisis.17
Contoh agen ini adalah benzalkonium klorida dan cetrimid. Agen ini
memiliki keefektifan tinggi terhadap bakteri Gram positif, dan memiliki
keefektifan yang baik terhadap bakteri Gram negatif, jamur, dan virus
beramplop.10,17
Seperti yang telah dijelaskan, mekanisme kerja desinfektan secara umum
meliputi beberapa cara, yaitu
15
Kingdom : Bakteria
Phylum : Proteobakteria
Kelas : Gamma Proteobakteria
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadadaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies : Pseudomonas aeruginosa.24
Skala
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil
Ukur
1. Pembersih Produk Pengamatan Melihat - Kandungan
lantai X pembersih dengan mata kandungan pine oil 2,5 %
dengan lantai di telanjang pembersih lantai atau
kandungan pasaran yang yang tertera pada kandungan
pine oil 2,5 % mengandung kemasan bahan lain
pine oil 2,5 % atau ada
tambahan
bahan lain
26
27
Keterangan :
Pc = Koefisien fenol
Cat = Pengenceran desinfektan uji dengan waktu tercepat membunuh
Cbt = Pengenceran fenol dengan waktu tercepat membunuh
Cat’ = Pengenceran desinfektan uji dengan waktu terlama membunuh
Cbt’ = Pengenceran fenoldengan waktu terlama membunuh
a. Kurang atau sama dengan 1 yang berarti efektivitasnya sama dengan fenol
atau lebih kecil dari fenol.
b. Lebih dari 1 yang berarti senyawa tersebut lebih efektif dibanding fenol.14
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
33
34
= (1 + 1.16) : 2
= 1,08
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penghitungan nilai koefisien fenol, didapatkan
nilai 1,08 atau lebih dari 1. Nilai koefisien fenol yang kurang atau sama
dengan 1 menunjukkan bahwa efektivitas senyawa tersebut sama dengan
fenol atau lebih kecil dari fenol. Sedangkan jika nilai koefisien fenolnya
lebih dari 1 berarti senyawa tersebut lebih efektif dibanding fenol.4,14 Hal
ini berarti bahwa desinfektan uji yang mengandung pine oil 2,5 %
memiliki daya antiseptik yang lebih baik dari fenol. Hasil ini juga
35
povidon iodin dan klorosilenol didapatkan nilai koefisien fenol 1,06 dan
1,2 yang artinya kedua desinfektan masih memiliki kepekaan terhadap
bakteri Pseudomonas aeruginosa karena memiliki nilai koefisien fenol
lebih dari 1. Selain itu, pada Guideline Desinfeksi dan Sterilisasi pada
Fasilitas Kesehatan oleh CDC (Center for Disease Control) tahun 2008,
tercantum bahwa bakteri Pseudomonas aeruginosa pada lingkungan alami
secara signifikan lebih resisten terhadap beberapa desinfektan
dibandingkan dengan yang hidup pada media kultur laboratorium seperti
yang dilakukan pada penelitian ini. Kondisi lingkungan bebas/alami yang
memiliki banyak stressor yang dapat menimbulkan stress pada bakteri
sehingga menyebabkan bakteri bermutasi dan melakukan adaptasi. Salah
satu bentuk adaptasinya adalah membentuk self-encapsulate dengan bahan
matriks, terutama yang tersusun atas polisakarida ekstraseluler yaitu
alginate, Psl, dan Pel sehingga bakteri menjadi lebih resisten terhadap
kondisi lingkungan yang dapat membunuhnya.4,18,19
Pada tabel 4.1 dan 4.2 tertera bahwa pine oil 2,5 % sudah mampu
membunuh bakteri pada pengenceran yang lebih tinggi (konsentrasi lebih
rendah) yaitu 1/140 dibanding fenol yaitu 1/120, dan memiliki waktu
kontak yang lebih cepat dalam membunuh bakteri Pseudomonas
aeruginosa yaitu pada menit ke-20, sedangkan fenol pada menit ke-30.
Hasil ini juga menunjukkan bahwa pine oil 2,5 % pada pembersih lantai
bekerja lebih efektif dibanding fenol dalam membunuh bakteri. Hal ini
menunjukkan efektivitas dari sampel X yang digunakan karena dengan
konsentrasi yang lebih rendah dan waktu kontak yang relatif cepat
(dibanding fenol) sudah dapat membunuh desinfektan.
Masih efektifnya pine oil 2,5 % dalam membunuh bakteri pada
penelitian ini karena pine oil masih dapat berinteraksi secara fisik terhadap
bakteri dengan cara berpenetrasi kedalam fosfolipid bilayer, kemudian
akan mempengaruhi integritas membran, meningkatkan permeabilitas
membran sitoplasma lalu terjadi kebocoran komponen esensial intraseluler
(asam nukleat, asam glutamat) sehingga terjadi kematian sel.17
37
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai koefisien fenol pembersih lantai yang mengandung pine oil 2,5 %
terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosae adalah 1,08. Nilai ini
menunjukkan bahwa pine oil 2,5 % yang terkandung dalam pembersih
lantai efektif membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa.
2. Pengenceran tertinggi pembersih lantai dengan kandungan pine oil 2,5 %
yang dapat membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 1/140.
3. Waktu tercepat dengan pengenceran tertinggi pembersih lantai dengan
kandungan pine oil 2,5 % yang dapat membunuh bakteri Pseudomonas
aeruginosa adalah pada menit ke-20.
4. Pengenceran pembersih lantai dengan kandungan pine oil 2,5 % yang
paling efisien dalam membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah
1/120, yang sudah mampu membunuh pada menit ke-5.
5.2 Saran
Penulis menyarankan perlu dilakukan:
1. Penelitian lebih lanjut tentang koefisien fenol pembersih lantai yang
mengandung pine oil 2,5 % terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa
yang hidup pada lingkungan alami ataupun bakteri Psedomonas
aeruginosa multiresisten.
2. Penelitian lebih lanjut tentang koefisien fenol pembersih lantai yang
mengandung pine oil 2,5 % terhadap bakteri lain.
3. Penelitian lebih lanjut tentang kandungan desinfektan golongan lain yang
terdapat pada pembersih lantai terhadap bakteri Pseudomonas
aeruginosa.
38
39
DAFTAR PUSTAKA
2. Nora AN. Pabrik Fenol dati Tandan Kosong kelapa Sawit dengan Proses
Prolisis [Internet]. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya;
2010 [cited 2015 Okt 10]. Available from: http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
Undergraduate-7785-2306030071-bab1.pdf
9. Mustika O. Angka dan Pola Kuman pada Dinding, Lantai, dan Udara di
Ruang ICU, RSUD dr. Mewardi Surakarta [Internet]. Surakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2013 [cited 2015 May
10]. Available from :
http://eprints.ums.ac.id/23914/18/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
10. Glenda D. Desinfection. The Center for Food Security and Public Health
[Internet]. 2008 May [cited 2015 May 10]. Available from :
www.cfsph.iastate.edu
12. Lembah S, Eko BK, Ramadhani. Benzalkonium Chloride and pine Oil –
Containing Cleaning Fluid is not Effective Agains Pseudomonas aeruginosa.
Folia Medica Indonesiana [Internet]. 2012 July [cited 2015 June 06] ; 48 (3):
121-125. Available from : http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
fmib9d9c8a85efull.pdf.html
18. William AR, David JW. Guideline for Disinfection and Sterilization in
Healthcare Facilities. Center for Disease Control [Internet]. 2008 [cited 2015
Sept 12]. Available from:
http://www.cdc.gov/hicpac/pdf/guidelines/Disinfection_Nov_2008.pdf
21. Sukma Yalina. Efektivitas Desinfektan Pine Oil 1,5% + Crealic Acid dan Pine
Oil 2,5% terhadap Jumlah Angka Kuman pada Lantai ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Deli Medan [Internet]. Medan: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara; 2014 [Cited 2015 Sept 16]. Available
from : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/49778
22. Frank S. Registration Eligibility Decision for Pine Oil. Washington: United
States Environmental Protection Agency; 2004.
42
25. Karsinah, Lucky HM, Suharto, Mardiastuti HW. Batang Negatif Gram. In:
Bacteriologi Medik. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi revisi.
Tangerang: Bina Rupa Aksara; 2010. p.185-225
26. Geo FB, Janet SB, Stephen AM. Alih Bahasa, Huriawati Hartanto [et al] ;
editor bahasa Indonesia, Retna Neary Elferia [et al.]. Mikrobiologi Kedokteran
Jawetz, Melnick, & Adelberg. Edisi 23. Cetakan 1.Jakarta: EGC; 2007.
27. Fritz H Keiser, Kurt A Bienz, Johannes Eckert, Rolf M Zinkernagel. Medical
Microbiology. Thieme; 2007.
28. Michael JF, David EN, Joel TW, P Lynne H. Biosynthesis of Pseudomonas
aeruginosa Extracellular Polysaccharides, alginate, Pel, and Psl. In: Fontiers
Reseach Topics: Pseudomonas aeruginosa, Biology, Genetics, and Host-
Pathogen Interactions [Internet]. United States: Frontiers Media SA; 2012.
p.49-60. [Cited Oct 2015, 15]. Available From:
https://books.google.co.id/books?id=yUZQglj4epoC&printsec=frontcover&hl
=id
43
Lampiran 1
Lampiran 1
Lampiran 1
Lampiran 3
Hasil Uji Koefisien Fenol Sampel X
Lampiran 4
Lampiran 5
Riwayat Penulis
Agama : Islam
e-mail : ekarahma122@yahoo.com
Riwayat Pendidikan