Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FITOKIMIA 1

“EKSTRAK CAIR-CAIR”

Dosen :

Dr. Tiah Rachmatiah, M. Si., Apt

Disusun oleh:
1. I Dewa Gede
2. Tri Nanda Putra 14334060
3. Desy

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberi saya
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami saya menyelesaikan makalah yang berjudul
“Ekstrak Cair-Cair” Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Fitokimia 1.

Dalam makalah ini kami menguraikan pembahasan tentang pneumonia. Kami


menyadari dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka itu
kritik dan saran sangat kami perlukan agar kedepannya dapat jauh lebih baik.

Terima kasih atas semua pihak yang mendukung tersusunnya makalah ini.
Saya mohon maaf dengan segala kekurangan kami.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 16 Oktober2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................2

BAB II TINJUAN PUSTAKA

A. Definisi Ekstrak Cair-Cair.......................................................................................3


B. Pemakian Proses Ekstraksi......................................................................................7
C. Pemilihan Pelarut.....................................................................................................8
D. Koefisien Distribusi.................................................................................................11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi Penelitian..............................................................................................15

BAB IV PEMBAHASAN

Hasil dan Pembahasan.............................................................................................16

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................20
B. Saran........................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekstrasksi merupakan pemisahan satu atau beberapa dari suatu
padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses
satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut
cair (solven) sebagai separating agen pemisahan atas dasar kemampuan larut
yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran. Ekstraksi pelarut
atau sering disebut ekstraksi airmerupakan metode pemisahan atau
pengambilan zat terlarut dalam larutan (biasanya dalam air) dengan
menggunakn pelarut lain (biasanya organik).

Berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut merupakan metode


pemisahan yang paling baik dan populer.Prinsip metode ini didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang
tidak saling bercampur, seperti benzena, karbon tetraklorida atau kloroform.
Teknik ini dapat digunakan untuk preparatif, pemurnian, memperkaya,
pemisahan serta analisis pada semua skala kerja.

Ekstraksi pelarut sering digunakan pada kimia analitik, tidak hanya


untuk pemisahan tetapi juga untuk analisis kuantitatif. Untuk analisis
kuantitatif memerlukan pengkhelat (ligan) sebagai ekstraktan yang
menghasilakan kompleks berwarna pada fase organik dan dapat langsung
diukur.

iii
Berdasarkan teori di atas maka dilakukan percobaan ekstraksi pelarut
cair-cair untuk mengetahui metode pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut
dan dapat menentukan nilai koefisien distribusi (KD) iod untuk sistem organik
atau air.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana metode pemisahan ekstraksi kulit manggis?
2. Bagaimana menentukan nilai koefisien distribusi (KD) untuk sistem
organik/air?

C. Tujuan Masalah
Tujuan Masalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui metode pemisahan ekstraksi kulit manggis.
2. Menentukan nilai Kd untuk sistem organik/air.

iv
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Ekstraksi Cair - Cair


Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi cairan-cairan
merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat
bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada
dasarnya tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau
lebih zat terlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu. Pemisahan itu dapat
dilakukan dengan mengocok-ngocok larutan dalam sebuah corong pemisah
selama beberapa menit[5].

Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen


kimia diantara dua fase pelarut yang tidak dapat saling bercampur dimana
sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya lagi larut pada
fase kedua. Kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu
didiamkan sampai terjasi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fasa
zat cair. Komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fasa tersebut sesuai
dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap[8].

v
Ekstraksi pelarut adalah pemisahan campuran ion logam yang tidak
sempurna dalam suatu ekstraksi tahap tunggal. Dalam suatu pemisahan yang
ideal oleh ekstraksi pelarut, seluruh zat yang diinginkan akan berakhir dalam
suatu pelarut dan semua zat-zat pengganggu dalam pelarut yang lain[3].

Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan maupun hewan


lebih mudah tarut dalam petarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif
dimulai ketika pelarut organik menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga set yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut sehingga terjadi
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik
di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar sel, dan proses ini
akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif
di dalam dan di luar sel [2].

B. Pemilihan Pelarut

Dalam memilih pelarut yang akan dipakai harus diperhatikan sifat


kandungan kimia (metabolit sekunder) yang akan diekstraksi. Sifat yang
penting adalah sifat kepolaran, dapat dilihat dari gugus polar senyawa tersebut
yaitu gugus OH, COOH. Senyawa polar lebih mudah larut dalam pelarut
polar, dan senyawa non polar akan lebih mudah larut dalam pelarut non polar.
Derajat kepolaran tergantung kepada ketetapan dielektrik, makin besar tetapan
dielektrik makin polar pelarut tersebut [2].

vi
Syarat-syarat pelarut adalah sebagai berikut[2]:

1. Kapasitas besar
2. Selektif
3. Volabilitas cukup rendah (kemudahan menguap/titik didihnya cukup
rendah) Cara memperoleh penguapannya adalah dengan cara penguapan
diatas penangas air dengan wadah lebar pada temperature 60 oC, destilasi,
dan penyulingan vakum.
4. Harus dapat diregenerasi
5. Relative tidak mahal
6. Non toksik, non korosif, tidak memberikan kontaminasi serius dalam
keadaan uap
7. Viskositas cukup rendah

Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi dibedakan


menjadi ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair[5].

1. Ekstraksi padat-cair
Zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk
padatan.Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam usaha
mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung di dalam bahan alam
seperti steroid, hormon, antibiotika dan lipida pada biji-bijian.
2. Ekstraksi cair-cair
Zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk
cair.Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut banyak
dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod atau logam-logam tertentu
dalam larutan air.

vii
Prinsip dasar ekstraksi cair-cair inimelibatkan pengontakan
suatu larutan dengan pelarut (solvent) lain yang tidaksaling melarut
(immisible) dengan pelarutasal yang mempunyai densitas yang
berbedasehingga akan terbentuk dua fasa beberapasaat setelah
penambahan solvent. Hal inimenyebabkan terjadinya perpindahan
massadari pelarut asal ke pelarut pengekstrak(solvent). Perpindahan
zat terlarut ke dalampelarut baru yang diberikan, disebabkan oleh daya
dorong (dirving force) yangmuncul akibat adanya beda potensial
kimiaantara kedua pelarut. Sehingga prosesektraksi cair-cair
merupakan prosesperpindahan massa yang berlangsung secara
difusional [4].

Metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara


bertahap atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhanadan banyak
dilakukan adalah ekstraksi bertahap. Tekniknya cukup dengan
menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercmpur yang tidak
tercampur dengan pelarut pertama melalui corong pemisah, kemudian
dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi solut
pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk
dua lapisan dan lapisan yang berada di bawah dengan kerapatan lebih
besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisis selanjutnya[5].

Ekstraksi pelarut biasanya digunakan pelarut yang sesuai untuk


mengambil zat terlarut yang diinginkan dalam larutan. Agar diperoleh
hasil yang baik, pemilihan pelarut untuk ekstraksi ditentukan oleh
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1. Kelarutannya rendah dalam fase air
2. Viskositasnya cukup rendah dan mempunyai perbedaan rapatan
yang cukup besar dari fase airnya untuk mencegah terbentuknya
emulsi.

viii
3. Tingkat keberacunan (toksisitas) yang rendah dan tidak mudah
terbakar.
4. Mempunyai harga KD yang besar untuk zat-zat terlarut sedangkan
unutk zat-zat pengotor yang tidak diinginkan KDnya kecil.
5. Mudah mengambil kembali zat terlarut dari pelarut tersebut untuk
proses analisis berikutnya, dalam hal ini perlu diperhatikan titik
didih pelarut atau kemungkinan penggunaan pelarut campuran.

Ekstraksi mempunyai peranan penting dalam laboratorium


dan teknik. Di dalam laboratorium ekstraksi pelarut digunakan
untuk mengambil zat-zat terlarut dalam air dengan menggunakan
pelarut organik yang tidak bercampur dengan fase air seperti: eter,
kloroform (CHCl), karbon tetraklorida (CCl4), karbon disulfida
(CS2) dan benzena. Ekstraksi pelarut juga digunakan untuk
memekatkan suatu spesi yang dalam larutan air terlalu encer untuk
dianalisa[5].

Adapun keuntungan dan kerugian pada Ekstraksi Cair-Cair, yaitu[7] :

A. Keuntungan Ekstraksi Cair-Cair


1. Pelarut yang sedikit akan dapat diperoleh substansi yang relatif
banyak.
2. Peralatannya sederhana
3. Pemisahannya cepat dan selektif

B. Kerugian Ekstraksi Cair-Cair


1. Tidak dapat menggunakan zat yang termolabil, karena akan
mengubah bentuk kimia sehingga koefisien distribusi dan
efektifitas pelarut pun berubah
2. Dapat membentuk emulsi pada saat pengocokan sehingga tidak
akan jelas pemisahannya.

ix
C. Pertimbangan – pertimbangan dalam pemilihan pelarut yang digunakan
1. Selektifitas (faktor pemisahan = β).
β = fraksi massa solute dalam ekstrak/fraksi massa diluent dalam
ekstraksi.Fraksi massa solute dalam rafinat/fraksi massa diluent dalam
rafinat pada keadaan setimbang. Agar proses ekstraksi dapat berlangsung,
harga β harus lebih besar dari satu. Jika nilai β = 1 artinya kedua
komponen tidak dapat dipisahkan.
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,terutama
pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak,
resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan.
Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan,
yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua[6].

2. Koefisien distribusi (K)


Koefisien distribusi adalah rasio konsentrasi solute dalam fase ekstrak
dengan konsentrasi solute dalam fase rafinat[7].

Sebaiknya dipilih harga koefisien distribusi yang besar, sehingga


jumlahsolvent yang dibutuhkan lebih sedikit.

x
3. Recoverability (kemampuan untuk dimurnikan)
Pemisahan solute dari sovent biasanya dilakukan dengan cara destilasi,
sehingga diharapkan harga “relative volatility” dari campuran tersebut
cukup tinggi.

4. Densitas
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan
kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini
dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali
setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat).

Bila beda kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan


dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor
sentrifugal). Perbedaan densitas ini akan berubah selama proses ekstraksi
dan mempengaruhi laju perpindahan massa.

5. Tegangan antar muka (interphase tention)


Tegangan antar muka besar menyebabkan penggasbungan (coalescense)
lebih mudah namun mempersulit proses pendispersian. Kemudahan
penggabungan lebih dipentingkan sehingga dipilih pelarut yang memiliki
tegangan antar muka yang besar.

6. Chemical Reactivity
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia
pada komponen-kornponen bahan ekstraksi.Pelarut merupakan senyawa
yang stabil dan inert terhadap komponen – komponen dalam sistem dan
material (bahan konstruksi).Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan
reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus
berada dalam bentuk larutan.

xi
7. Viskositas
Tekanan uap dan titik beku dianjurkan rendah untuk memudahkan
penanganan dan penyimpanan.

8. Pelarut tidak beracun dan tidak mudah terbakar.

D. Koefisien Distribusi
1. Contohkoefesien distribusi : Pemisahan Gd, Dy dengan cara
ekstraksi[7]. Menggunakan Ekstraktan: D2EHPA : Di-(2-etilheksil)-
fosfat p = 0,97kg/I dan Solven : Dodekan p = 0,73kg/l
2. Parameteryangdicobayaitu: konsentrasi asam nitrat, waktu ekstraksi,
dan konsentrasi D2EHPA dalam didekan.
3. Untuk mendapatkan larutan umpan dibuat dengan cara melarutkan
residu kering hasil pembakaran dengan asam nitrat. Kadar Y, Gd,Dy
dalam larutan diukur konsentrasinya dengan aiat pendar sinar - X.
4. Isolasi itrium (Y)
Larutan umpan diekstraksi dengan 30% D2EHPA dan 70% dodekan
pada perbandingan volume = 1 : 1 selama 15 menit, molaritas asam
nitrat = 0,5 M, pada kecepatan pengadukan = 650 rpm. Kemudian fase
air dan fase organiknya dipisahkan.
5. Hasil analisis fase air diperoleh kadar LTJ :
Gd = 1.657,44 ppm Dy = 219,25 ppm
Sehingga Pengaruhi Molaritas Asam Nitrat terhadap nilai Kd dan FP
Perbandingan volume umpan dan organik = I : 1
Fase organik = 30% D2EHPA & 70% dodekan
waktu ekstraksi = 15 menit

xii
xiii
Tabel 1

Dari tabel 1 ditunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi asam nitrat sangat besar. Semakin
tinggi konsentrasi asam nitrat maka nilai Kddan Gd semakin rendah, demikian pula
faktor pemisahannya cenderung juga turun. Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan
komplek Ln3+ dengan D2EHPA dalam media asam nitrat adalah didasarkan pada
ekstraksi pertukaran kation, sesuai dengan persamaan reaksi keseimbangan :

Ln3+(aq) + 3 (HX)2(org) ↔LnX6H3(org) + 3 H (aq)

Kondisi optimum yang baik diperoleh pada molaritas asam nitrat = 0,5 M. Pada keadaan
ini diperoleh :

nilai Kd Gd = 2,226

Kd Dy = 3,762 dan faktor pemisahan Gd/Dy = 0,592.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

1. Judul jurnal: Pemurnian Ekstrak Etanol Sambiloto (Andrographis


Paniculata Ness.) Dengan Teknik Ekstraksi Cair-Cair
2. Penulis: Bambang Srijanto∗, Olivia Bunga P., Lely Khojayanti, Eriawan
Rismana, dan Sriningsih. Pusat Teknologi Farmasi dan Medika-BPPT

xiv
Pada penelitian, digunakan bahan Sambiloto (Andrographis paniculata
Ness.) untuk mengetahui kadar andrografolid dengan menggunakan metode
ekstraksi cair-cair dimana Etil asetat dengan volume tertentu dimasukkan ke
dalam labu erlenmeyer berukuran 2000 ml dan di- panaskan sampai suhu 35 ◦C.
Kemudian sebanyak 500 ml ekstrak etanol sambiloto diambil dan dimasukkan ke
dalamnya untuk dipurifikasi dengan kondisi operasional waktu dan nisbah
pelarut tertentu.
Ekstraksi cair-cair dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dengan pengadukan
pada putaran 100 rpm dengan 2 variabel, yaitu: waktu ( 10 menit, 15 menit dan
20 menit) dan perbandingan ekstrak etanol sambiloto - etil asetat, v/v (1:1, 1:2
dan 1:3).
Pada setiap proses ekstraksi cair-cair, penambahan air bebas mineral sebanyak
100 ml dilakukan agar proses pemisahan dua fase dapat terlihat jelas. Setelah
ekstraksi cair-cair selesai, ekstrak etanol sambiloto dipisahkan dengan
menggunakan corong pisah.
Fase etil asetat dipekatkan dengan rotavapour (Heidolph laborota 4000) untuk
mendapatkan ekstrak etanol sambiloto terpurifikasi. Penguapan dilakukan pada
suhu 40 ◦C dan penggunaan air pendingin pada suhu 5 ◦C. Proses penguapan
dihentikan ketika sudah tidak ada distilat yang menetes.

xv
BAB IV

PEMBAHASAN

Hasil dan Pembahasan


Ekstraksi senyawa yang terkandung di daun sambiloto dengan menggunakan
etanol akan melarutkan klorofil, senyawa andrografolid dan turunannya serta
senyawa lainnya. Pemurnian ekstrak etanol sambiloto dengan menggunakan
teknik ekstraksi cair-cair dengan pelarut etil asetat akan menghasilkan dua
lapisan cairan, yakni fasa etanol dan fasa etil asetat. Klorofil lebih mudah
terlarut di etanol sehingga fasa etanol sebagian besar mengandung klorofil dan
akan berada di atas karena densitasnya lebih kecil. Sementara itu fasa etil
asetat akan mengandung banyak senyawa senyawa aktif andrografolid dan
turunannya.
Basarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar nisbah pelarut-
bahan baku maka kadar andrografolid di dalam ekstrak etanol sambiloto
terpurifikasi akan semakin meningkat dan akan menurun seiring dengan
pertambahan jumlah pelarut seperti terlihat pada GAMBAR 1.

GAMBAR 1: Pengaruh waktu dan nisbah bahan baku-pelarut ter- hadap kadar
andrografolid pada ekstrak etanol sambiloto terpurifikasi.

xvi
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa Nisbah


bahan baku-pelarut pada pemurnian ekstrak etanol sambiloto dengan
menggunakan teknik ekstraksicair-cair sangat berpengaruh terhadap jumlah
andrografolidyang terekstraksi di dalam fasa etil asetat,waktu ekstraksi tidak
memberikan pengaruh yang nyata.Kadar optimal androgarfolid yang
terekstraksidicapai pada kisaran nisbah bahan baku-pelarut danwaktu ekstraksi
masing-masing 1,25-1,9 v/v dan 5-13menit.

B. Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya dan di harapkan agar
makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk masa depan khususnya di dunia
farmasi.

xvii
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Srijanto, Dkk. 2012 ,Pemurnian Ekstrak Etanol Sambiloto (Andrographis


Paniculata Ness.) Dengan Teknik Ekstraksi Cair-Cair. Pusat Teknologi Farmasi
dan Medika-BPPT

Ditjen POM, 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

Ditjen POM, 1992, Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Harborne. J.B. 1987. Metode Fitokimia. ITB Press. Bandung

Laddha, G.S., Degaleesan, T.E., (1976),Transfort Phenomena in LiquidExtraction,


Tata Mc-Graw HillPublishing Co. Ltd, New Delhi, 131 –145.

Makhmud, AI. 2001. Metode Pemisahan. Departemen Farmasi Fakultas Sains Dan


tekhnologi, Universitas Hasanuddin : Makassar.

PEPPARD, D.F., "Fractination of Rare Earth By Liquid-Liquid Extractions Using


Phosphorus Based Extractant", Argonne National Laboratory, Argonne, Illinois,
Progress in The Science ar.d Technology ofThe Rare Earth, Pergamon Press
(1964).

Shevla. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Cetakan


Pertama. Penerbit PT Kalman Media Pustaka : Jakarta

Tobo, F. 2001. Buku Pengangan Laboratorium Fitokimia I. Universitas Hasanuddin :


Makassar.

Underwood,A. L dan Day A. R. (1990). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.


Penerbit Jakarta.: Erlangga.

xviii

Anda mungkin juga menyukai