Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI

“Minyak Jelantah sebagai Bahan Baku Biodiesel”

SHIFT B-2

Kelompok 1
Nama : - Wony Andika B. (240110080075)
- Rendy Okto R. (240110080076)
- Phatricia Armelia (240110080077)
- Pratiwi Indah N. F. (240110080078)
- Haryatna Sartika P. (240110080079)
- Alan Risnanto (240110080080)

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
JATINANGOR
2010
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ketergantungan masyarakat terhadap BBM di Indonesia masih sangat besar.
Ketergantungan ini haruslah dikurangi karena pada suatu ketika ia akan menimbulkan
krisis, mengingat cadangan minyak bumi yang semakin terbatas, meningkatnya
kebutuhan pasokan di dalam negeri seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan
bermotor, perlunya ekspor minyak bumi untuk meningkatkan pendapatan negara, dan
dampak lingkungan dari pembakaran BBM.
Upaya untuk mengurangi ketergantungan tersebut dapat dilakukan dengan
memaksimalkan potensi sumber daya hayati yang dimiliki Indonesia, sebagai salah
satu negara yang mempunyai kawasan hutan tropis yang terbesar di dunia, dan
kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.Sumber daya hayati tersebut
dapat menghasilkan bahan bakar terutama sebagai pengganti minyak solar/ADO yang
sekarang berasal dari bahan bakar fosil.
Salah satu potensi yang bisa dimanfaatkan adalah minyak jelantah yang
notabene berasal dari minyak nabati yang selama ini umumnya dibuang saja. Dengan
melakukan pengolahan lebih lanjut untuk menghasilkan senyawa ester, maka minyak
jelantah tersebut diperhitungkan akan bisa berfungsi seperti minyak solar/ADO dari
fosil.
Oleh karena itu, di dalam mengantisipasi meningkatnya permintaan energi
yang bisa membawa negara ke dalam krisis energi, maka penting sekali untuk
melakukan pemanfaatan biodiesel dari minyak jelantah sebagai alternatife energi
yang dapat dipergunakan untuk mengatasi krisis enegi fosil.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari Makalah Minyak Jelantah sebagai
Bahan Baku Biodiesel adalah sebagai berikut:
1. Mengenalkan sumber energi terbarukan biodiesel yang terbuat dari limbah
minyak jelantah.
2. Mengetahui metoda pembuatan biodiesel dari minyak jelantah.
3. Dengan menggunakan biodiesel dari minyak jelantah diharapkan dapat
membantu mengurangi emisi karbon dan polusi (lebih ramah lingkungan).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengenalan Biodiesel dari Bahan Baku Minyak Jelantah


Minyak jelantah (waste cooking oil) merupakan limbah minyak dari sisa-sisa
hasil penggorengan yang jika ditinjau dari komposisi kimianya, mengandung
senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses
penggorengan.
Minyak goreng sering kali dipakai untukmenggoreng secara berulang-ulang,
bahkansampai warnanya coklat tua atau hitam dankemudian dibuang. Penggunaan
minyak gorengsecara berulang-ulang akan menyebabkanoksidasi asam lemak tidak
jenuh yang kemudianmembentuk gugus peroksida dan monomersiklik. Hal tersebut
dapat menimbulkan dampaknegatif bagi yang mengkonsumsinya, yaitumenyebabkan
berbagai gejala keracunan.
Beberapa penelitian pada binatang menunjukkan bahwa gugus peroksida
dalam dosis yang besar dapat merangsang terjadinya kanker kolon. Pemakaian
minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan
penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi
berikutnya. Karena itu, maka penggunaan minyak jelantah secara berulang-ulang
sangat berbahaya bagi kesehatan (Birowo, 2000).
Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah dapat
bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan
lingkungan. Salah satu bentuk pemanfaatan minyak jelantah agar dapat bermanfaat
dari berbagai macam aspek ialah dengan mengubahnya secara proses kimia menjadi
biodiesel. Hal ini dapat dilakukan karena minyak jelantah juga merupakan minyak
nabati, turunan dari CPO (crude palm oil).

B. Prinsip Konversi Minyak Jelantah menjadi Biodiesel


Dalam penggunaannya, minyak goreng mengalami perubahan kimia akibat
oksidasi dan hidrolisis, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada minyak goreng
tersebut. Melalui proses-proses tersebut beberapa trigliserida akan terurai menjadi
senyawa-senyawa lain, salah satunya Free Fatty Acid (FFA) atau asam lemak bebas
(Ketaren, 1996). Kandungan asam lemak bebas inilah yang kemudian akan
diesterifikasi dengan metanol menghasilkan biodiesel. Sedangkan kandungan
trigliseridanya ditransesterifikasi dengan metanol, yang juga menghasilkan biodiesel
dan gliserol. Dengan kedua proses tersebut maka minyak jelantah dapat bernilai
tinggi.
Pembuatan biodiesel dari minyak jelantah ini menggunakan reaksi
transesterifikasi seperti pembuatan biodiesel pada umumnya dengan pretreatment
untuk menurunkan angka asam pada minyak jelantah. Biodiesel dapat disintesis
melalui esterifikasi asam lemak bebas atau transesterifikasi trigliserida dari minyak
nabati dengan metanol sehingga dihasilkan metil ester. Reaksi esterifikasi dan
transesterifikasi dari minyak nabati dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Proses ini umum digunakan untuk minyak tumbuhan seperti minyak rapeseed,
canola oil, kelapa sawit, bahkan yang telah dikembangkan untuk skala industri
(Elisabeth, dkk., 2001 ).

Gambar 1. Reaksi Esterifikasi Asam Lemak Bebas Menjadi Metil Ester dengan
Katalis Asam

Gambar 2. Reaksi Transesterifikasi Trigliserida Menjadi Metil Ester dengan Katalis


Basa
C. Pemanfaatan Biodiesel dari Minyak Jelantah
Pembuatan biodiesel dari minyak jelantah ini menggunakan reaksi
transesterifikasi seperti pembuatan biodiesel pada umumnya dengan pretreatment
untuk menurunkan angka asam pada minyak jelantah. Hasil ujicoba pada kendaraan
Izusu Elf menunjukkan adanya penghematan bahan bakar dari 1 liter untuk 6
kilometer menjadi 1 liter untuk 9 kilometer dengan menggunakan biodiesel dari
minyak jelantah, demikian juga BBM perahu nelayan berkurang sekitar 20 persen
apabila digunakan oleh para nelayan (Gatra 2006). Bahkan telah diuji coba pada
kendaraan bermesin diesel sampai 40% campuran dengan solar selama kurang lebih 3
tahun tanpa masalah sedikit pun.
Tabel berikut adalah perbandingan emisi yang dihasilkan oleh biodiesel dari
minyak jelantah (Altfett Methyl Ester/AME) dan Solar :

Perbandingan Emisi yang Dihasilkan Minyak Jelantah dan Solar


MINYAK JELANTAH
HAL (Altfett Methyl Ester/ SOLAR
AME)
Emisi NO 1005,8 ppm 1070 ppm
Emisi CO 209 ppm 184 ppm
Emisi CH 13,7 ppm 18,4 ppm
Emisi Partikula/debu 0,5 0,93
Emisi SO2 Tidak ada Ada

Dari tabel tersebut terlihat bahwa biodiesel dari minyak jelantah merupakan
alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan sebagaimana biodiesel dari minyak
nabati lainnya. Hasil uji gas buang menunjukkan keunggulan AME dibanding solar,
terutama penurunan partikulat/debu sebanyak 65%. Biodiesel dari minyak jelantah ini
juga memenuhi persyaratan SNI untuk Biodiesel. Berikut adalah hasil uji
laboratorium perbandingan berbagai macam parameter antara biodiesel minyak
jelantah, solar dan persyaratan SNI untuk biodiesel :

Analisis Laboratorium Sifat-Sifat Biodiesel dariMinyak Jelantah


Sifat fisik Unit Hasil ASTM Standar (Solar)
Flash point C 170 Min.100
Viskositas (40C) cSt. 4,9 1,9-6,5
Bilangan setana - 49 Min.40
Cloud point C 3,3 -
Sulfur content % m/m << 0.01 0.05 max
Calorific value kJ/kg 38.542 45.343
Density (15°C) Kg/l 0,93 0,84
Gliserin bebas Wt.% 0,00 Maks.0,02

Pengembangan biodiesel di Indonesia yaitu dengan memanfaatkan salah satu


jenis bahan baku misalnya minyak jelantah. Gambaran potensi tersebut dapat dilihat
dari uji performansi dan sifat-sifat fisik biodiesel yang dihasilkan.
Secara keseluruhan, parameter fisik yang ditampilkan dari hasil penelitian
masih berada dalam batasan standar dari ASTM, kecuali harga Calorific Value yang
sedikit lebih kecil dibandingkan harga solar.Saat membandingkan biodiesel dengan
solar, hal yang perlu diperhatikan juga adalah pada tingkat emisi bahan bakar.
Biodiesel menghasilkan tingkat emisi hidrokarbon yang lebih kecil, sekitar 30%
dibanding dengan solar; Emisi CO juga lebih rendah, -sekitar 18%-, emisi particulate
molecul lebih rendah 17%; sedang untuk emisi NOx lebih tinggi sekitar 10%;
sehingga secara keseluruhan, tingkat emisi biodiesel lebih rendah dibandingkan
dengan solar, sehingga lebih ramah lingkungan.

D. Proses Pembuatan Biodiesel


Proses pembuatan biodiesel dari minyak jelantah akan melewati tahap sebagai
berikut:
1. Proses pemurnian minyak jelantah dari pengotor dan water content
2. Esterifikasi dari asam lemak bebas (free fatty acids) yang terdapat di dalam
minyak jelantah,
3. Trans-esterifikasi molekul trigliserida ke dalam bentuk metil ester, dan
4. Pemisahan dan pemurnian

Reaksi kimia proses transesterifikasi tri glyceride menjadi methyl ester


dengan alkohol sebagai senyawa pengesterifikasi, adalah sebagai berikut:

CH2-O-CO-R’ CH2OH CH3-O-CO-R’


katalis

CH-O-CO-R’’ + 3CH3OH  CHOH + CH3-O-CO-R’’

CH2-O-CO-R’’’ CH2OH CH3-O-CO-R’’’

Methanol
Tri glyceride Glycerol Methyl Ester - Bio-diesel

Pada kondisi variasi 20% volume alkohol (perbandingan mol metanol :


minyak jelantah yaitu 4,95:1), didapat konversi reaksi sebesar 93% volume minyak
jelantah (kondisi optimal).

E. Analisis Ekonomi Penggunaan Biodiesel dari Minyak Jelantah


Bahan Baku yang digunakan untuk pembuatan biodiesel dari minyak jelantah
adalah:
- Minyak jelantah (bisa di dapat gratis dari restoran-restoran fast food) atau kita
hargai dengan Rp 500,00/liter
- Methanol Rp 5.000,00/liter
- NaOH (s) Rp 12.500,00/kg
Konversi reaksi 93%, berarti setiap 1 liter minyak jelantah akan menghasilkan
biodiesel sebesar 930 ml. Methanol yang digunakan setiap 1 liter minyak jelantah
adalah 200 ml, sedangkan NaOH yang dipakai sebesar 5 gr setiap 1 liter minyak
jelantah.
Jadi biaya produksi total untuk menghasilkan 1 liter biodiesel yaitu:
- Minyak jelantah = 100/93 x 500 = Rp 537,65
- Methanol = 200/1000 x 5000 x 100/93 = Rp 1075,27
- NaOH kira - kira kita hargai Rp 100,00 / liter biodiesel
- Utilitas (listrik dll) kita hargai Rp 100,00 / liter biodiesel
Jadi, untuk menghasilkan 1 liter biodiesel, total biaya produksi yang
dibutuhkan yaitu Rp 1812,90 (Harga ini dengan asumsi bahwa harga minyak jelantah
Rp 500,00,-). Kalau ternyata harganya bisa gratis, jadi total biaya produksi biodiesel
hanya Rp 1.312,90 bila dibandingkan dengan harga solar sekarang yang mencapai Rp
1.890,00. Jadi dapat disimpulkan bahwa sumber energi dari minyak jelantah ini
cukup prospektif.

F. Kendala Pengembangan Biodiesel dari Minyak Jelantah


Permasalahan utama dalam pengembangan dari pemanfaatan sumber energi
biodiesel yang berasal dari minyak jelantah ialah pengumpulan minyak jelantah yang
tidak mudah, selain karena persebarannya cukup luas dan tidak merata, selain itu juga
tidak sedikitnya pengumpul minyak jelantah dari restoran-restoran yang nantinya
akan mereka olah kembali, bisa juga tidak, untuk kemudian dijual ke pedagang kecil
maupun untuk keperluan lain.
Umumnya para pedagang kecil yang menggunakan minyak goreng untuk
dagangannya, akan membuang minyak jelantah sisa menggoreng ke selokan yang
terdekat yang bermuara pada sungai, sehingga dapat menjadi salah satu sumber polusi
pada perairan sungai. Untuk itu perlu adanya dukungan dari pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah untuk penanganan limbah minyak jelantah ini menjadi
biodiesel, sebagaimana yang telah dilakukan oleh pemerintah kota Guangzhou,
China. Guangzhou sebagai kota terbesar ketiga di China telah berhasil mengolah
minyak jelantah sebanyak 20.000 ton pertahun untuk diolah menjadi biodiesel karena
adanya dukungan dari pemerintah lokal (Y Wang et al, 2006). Oleh karena itu,
pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan bakar motor diesel merupakan suatu cara
pembuangan limbah (minyak jelantah) yang menghasilkan nilai ekonomis serta
menciptakan bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar solar yang bersifat ethis,
ekonomis, dan sekaligus ekologis.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil sintesis biodiesel.
Sintesis biodiesel dari minyak jelantah diawali dengan reaksi esterifikasi,
dimana kandungan asam lemak bebas pada minyak jelantah akan bereaksi dengan
metanol. Hal ini dipercepat dengan penambahan katalis asam sulfat pekat.Hasil
esterifikasi ini menghasilkan suatu campuran yang keruh.Setelah tahap pertama
selesai, sintesis dilanjutkan ke tahapan kedua yaitu reaksi transesterifikasi.Dalam
tahapan ini terbentuk dua lapisan.Lapisan bawah berwarna coklat kehitaman yang
merupakan lapisan gliserol, sedangkan lapisan atas berwarna kuning keruh yang
merupakan lapisan biodiesel.Kedua lapisan tersebut kemudian dipisahkan. Dari 200
mL minyak jelantah yang diolah, diperoleh biodiesel sebanyak 157 mL, sehingga
persentase hasil sintesis ini adalah 78,5%.

Identifikasi senyawa biodiesel dengan kromatografi gas-spektroskopi massa


(GCMS)
Identifikasi dengan GC-MS dilakukan untuk meyakinkan bahwa hasil sintesis
yang diperoleh memang benar merupakan senyawa biodiesel.Hasil analisis sampel
biodiesel dengan kromatografi gas tersebut terlihat pada Gambar 3. Kromatogram
yang diperoleh menunjukan adanya enam puncak dengan waktu retensi (tR) dan luas
puncak (%) seperti pada Tabel 1. Berdasarkan data tersebut diduga biodiesel hasil
sintesis ini mengandung enam senyawa, dengan kelimpahan yang paling tinggi
dimiliki oleh puncak 4, sedangkan kelimpahan yang paling kecil dimiliki oleh puncak
6.Tiap puncak hasil GC, dianalisis dengan MS dan dibandingkan dengan data base
yang ada.Gambar 3.
Gambar 3. Kromatogram Kromatografi Gas Sampel Biodiesel
Tabel 1. Data Waktu Retensi dan Luas Puncak Kromatogram Kromatografi Gas serta
senyawa yang diduga dari Sampel Biodiesel

Dari data MS dapat dinyatakan bahwa hasil sintesis dari penelitian ini adalah
memang benar merupakan senyawa biodiesel, yakni metil ester.Senyawa metil ester
yang diperoleh adalah metil miristat, metil palmitat, metil linoleat, metil oleat, metil
stearat, metil arakhidat. Senyawa metil ester yang diperolehtersebut sesuai dengan
kandungan asam lemak yang terdapat pada bahan dasar minyak kelapa sawit yang
digunakan untuk sintesis ini seperti :asam palmitat, asam miristat, asam stearat, asam
linoleat, asam oleat. Namun senyawa metil arakhidat tidak sesuai dengan kandungan
asam lemak pada kelapa sawit.Kemungkinan senyawa metil ester yang tidak sesuai
ini diperoleh dari hasil esterifikasi dan transesterifikasi asam lemak yang berasal dari
bahan makanan yang digoreng, yaitu asam lemak dari kerupuk udang.

Penentuan Sifat Fisika : Densitas dan viskositas sampel biodiesel


Untuk menentukan massa jenis (densitas) dan viskositas biodiesel,
masingmasing pengerjaan dilakukan 3 kali ulangan. Hasil pengamatan dapat dilihat
pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Penentuan Densitas dan Viskositas Sampel Biodiesel

Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil densitas biodiesel pada suhu 15oC
masih dalam range standar biodiesel DIN V 51606 yaitu 0,85- 0,90 g/mL. Dari hasil
perhitungan, viskositas biodiesel pada suhu 400C masih memenuhi range standar
biodiesel standar DIN V 51606 yakni 3,5 -5,0 mm2/s.

Sifat Kimia Sampel Biodiesel


Sifat kimia yang dianalisis adalah bilangan asam, bilangan penyabunan,
bilangan iod.Percobaan dilakukan dengan tiga kali ulangan. Hasil analisis dapat
dilihat

Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Bilangan Asam, Bilangan Penyabunan, dan Bilangan
Iod dari Sampel

Dari hasil pengamatan sifat kimianya dan setelah dibandingkan dengan


standarnya,maka biodiesel hasil sintesis dapat digunakan sebagai bahan bakar diesel.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
1. Biodiesel dapat disintesis dari minyak jelantah kelapa sawit melalui dua
tahapantransesterifikasi. Dari 200 mL minyakjelantah yang digunakan
diperoleh biodieselsebanyak 157 mL atau 78,5 %.
2. Hasil sintesis memang identik dengan biodiesel. Hal ini dapat dilihat pada
hasil analisis GC-MS, dimana dari kromatogram kromatografi gas dan
spektrum massa yang telah disesuaikan dengan database, diperoleh adanya
enam senyawa metil ester (biodiesel), yaitu metil miristat, metil palmitat,
metil stearat, metil oleat, metil linoleat, dan metil arakhidat..
3. Uji kualitas terhadap biodiesel hasil sintesis yang meliputi uji sifat fisika dan
sifat kimia memenuhi standar DIN V 51606, yaitu densitas (0,8976 ± 0,0003
g/mL), viskositas (4,53 ± 0,09 mm2/s), bilangan asam (0,4238 ± 0,0397 mg
KOH/g), dan bilangan iod (9,3354 ± 0,0288)g Iod/100 g sampel).
4.2. Saran
Perlu dilakukan beberapa uji kualitas biodisel yang lainnya untuk
meyakinkan bahwa biodiesel hasil sintesis dari minyak jelantah ini dapat
digunakan sebagai bahan bakar diesel. Uji kualitas tersebut yaitu: kadar air,
kadar abu, kadar sulfur, titik nyala, dan uji lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1997, National Standars For Biodiesel, www.journeyforever.org, 4 januari


2011
Birowo, A., 2000, Minyak Jelantah Berbahaya, www. also.as/anands.co.id, 4 januari
2011
Kac, A., 2001, Free Fatty Acid to Ester Conversion: Foolproof Method to Make
Biodiesel, www.journeyforever.org, 4 januari 2011
Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan,
UniversitasIndonesia, JakartaPelly, M., 2003, Making
Biodiesel,www.journeyforever.org, 4 januari 2011
Suirta,I W, 2007Preparasi Biodiesel Dari Minyak Jelantah Kelapa
Sawit,www.ejournal.unud.ac.id/abstrak/j-kim-vol3-no1-suirta.pdf, 4 januari
2011

Anda mungkin juga menyukai