Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

GIZI BURUK

DISUSUN OLEH :

1. Ade novry 1834061


2. Christine novia Amanda 1834068
3. Larasati dwi ningtyas 1834087
4. Lutfiani rosdhiana putri 1834092
5. Mitsna rahmatika f 1834095
6. Yulita cahya irani 1834120

YAYASAN WAHANA BAKTI


AKPER RSPAD GATOT SOEBROTO
TAHUN AJARAN
2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “GIZI
BURUK”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, Desember 2019

Kelompok 8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi buruk pada balita merupakan masalah kesehatan masyarakat sejak
dahulu. Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997 sampai saat ini masih belum dapat
ditanggulangi dengan baik. Hal ini menyebabkan jumlah keluarga miskin semakin
banyak dan daya beli terhadap pangan menurun. Lebih lanjut, ketersediaan bahan
makanan dalam keluarga menjadi terbatas yang pada akhirnya berpotensi menimbulkan
terjadinya gizi kurang bahkan gizi buruk. Kekurangan gizi merupakan faktor utama yang
menyebabkan kematian bayi dan balita. Masalah gizi umumnya disebabkan oleh dua
faktor utama, yakni infeksi penyakit dan rendahnya asupan gizi akibat kekurangan
ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga atau pola asuhan yang salah.

Masalah gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita merupakan masalah yang
perlu ditanggulangi Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) berarti memberikan
makanan lain sebagai pendamping ASI yang diberikan pada bayi dan anak usia 7-24
bulan. MP-ASI yang tepat dan baik merupakan makanan yang dapat memenuhi
kebutuhan gizi sehingga bayi dan anak dapat tumbuh kembang dengan optimal. MP-ASI
diberikan secara bertahap sesuai dengan usia anak, mulai dari MP-ASI jenis lumat,
lembik sampai anak menjadi terbiasa dengan makanan keluarga Masalah gangguan
tumbuh kembang pada bayi dan anak di bawah 2 tahun merupakan masalah yang perlu
ditanggulangi dengan serius, kerena merupakan masa yang sangat penting sekaligus masa
kritis dalam proses tumbuh kembang baik fisik maupun kecerdasan, oleh kerena itu bayi
dan anak usia 7 bulan sampai 24 bulan harus memperoleh asupan gizi sesuai yang
dibutuhkannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi gizi buruk

Gizi buruk adalah suatu keadaan yang ditandai dengan berat badan menurut tinggi badan
atau panjang badan < 70% dari median atau nilai Z score <-3SD (WHO Child Growth Standart)
dengan atau tanpa adanya edema.Bila disertai edema sedang atau berat,nila z score bisa >-3 SD

Secara klinis gizi buruk terbagi menjadi kwashiorkor,marasmus dan marasmik-


kwasiorkor.Walaupun dalam tatalaksananya tidak ada perbedaan kecuali pengurangan jumlah
cairan yang diberikan pada fase sabilisasi bila terdapat edema berat

a) Marasmus
Merupakan hasil kumulatif masuka energy dan protein yang tidak adekuat yang terjadi
perlahan-lahan.Gejala klinis ; gagal tumbuh apatis atau cengeng,tampak kurus,otot
hipotropi,maka seperti orang tua dan lemak subkutan sangat sedikit/tidak ada
b) Kwasiorkior
Terjadi selain karena kurang asupan makan,juga berkaitan dengan respon tubuh terhadap
adanya infeksi dan stress oksidatif.
Gejala klinis ;apatis/cengeng,edema,rambut kusam,mudah dicabut,kelainan kulit,perut
membuncit dan sering ditandai anemia.

Tata laksana diet gizi buruk :

1. Pengobatan pencegahan hipoglikemia


2. Pengobatan pencegahan hipotermia
3. Pengobatan pencegahan dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan dan pencegahan infeksi
6. Koreksi defisiensi zat gizi mikro
7. Pemberian makanan awal (stabilisasi)
8. Pemberian makanan tumbuh kejar (rehabilisasi)
9. Stimulasi sensoris dan dukungan emosional
10. Persiapan tindak lanjut di rumah

B. Angka kejadian
Kurang energi dan protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan
kesehatan masyarakat indonesia. Berdasarka Riset Kesehatan Dasar tahun 2010,
sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang, diataranya 4,9% berstatus gizi buruk. Data yang
sama menunjukan 13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1%
anak memiliki kategori sangat pendek.

C. Pemeriksaan fisik dan penunjang


Berikut penjelasan alur pemeriksaan yang dapat digunakan untuk menentukan
langkah langkah yang di lakukandalam menangani penemuan kasus anak gizi buruk
berdasarkan kategori yang telah ditentukan:

1. Penemuan anak gizi buruk,dapat menggunakan data rutin hasil penimbangan anak di
posyandu, menggunakan hasil pemeriksaan di fasilitas kesehatan (Puskesmas dan
jaringannya, Rumah Sakit dan dokter/bidan praktek swasta), hasil laporan masyarakat
(media massa,LSM dan organisasi kemasyarakatan lainnya) dan skrining aktif (operasi
timbang anak).
2. Penapisan anak gizi buruk, anak yang dibawa oleh orang tuanya atau anak yang
berdasarkan hasil penapisam Lila<12,5 cm, atau semua anak yang dirujuk dari posyandu
(2T dan BGM)maka dilakukan pemeriksaan antropometri dan tanda klinis, semua anak
diperika tanda-tanda komplikasi (anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi
berat, demam sangat tinggi, penurunan kesadaran), semua anak diperiksa nafsu makan
dengan cara tanyakan kepada orangtua apakah anak mau makan atau tidak mau makan
minimal dalam 3 hari terakhir berturut-turut.
3. Bila dalam pemeriksaan pada anak didapatkan satu atau lebih tanda berikut: tampak
sangat kurus, edema minimal pada kedua punggung kaki, atau tanpa edema, BB/TB < -3
SD, maka anak dikategorikan gizi buruk tanpa komplikasi dan perlu diberikan
penanggungan secara rawat jalan.
4. Bila hasil pemeriksaan anak ditemukan tanda-tanda sebagai berikut: tampak sangat kurs,
edema pada seluruh tubuh, BB/PB atau BB/TB<-3 SD,LiLA<11,5 cm (untuk anak usia 6-
59 bulan) dan disertai dari salah satu atau lebih tanda komplikasi medis sebagai berikut:
anoreksia, pneumonia berat,anemia berat, dehidrasi berat,demam sangat tinggi,
penurunan kesadaran, maka akan dikategorikan gizi buruk dengan komplikasi sehingga
perlu penanganan secara rawat inap.
5. Bila hasil pemerikasaan raawat inap ditemukan tanda-tanda sebagai berikut : BB/TB<-3
LiLA 11,5 s/d 12,5 cm, tidak ada edema, nafsu makan baik, tidak ada komplikasi medis,
maka anak dikategorikan gizi kursng dan perlu diberikan PMT Pemulihan.
6. Anak gizi bururk yang telah mendapatkan penanganan melalu rawaat jalan PMT
pemulihan, jika kondiinya memburukdenga ditemukannya salah satu tanda komplikasi
medis, atau penyakit yang mendasari sampai kunjungan ketiga berat badantidak
naik(kecuali anak dengan edema, timbulnya edema baru, tidak ada nafsu makan maka
anak perlu penanganan secara rawat inap.

D. Penentuan status gizi


1) Antropometri : ukuran tubuh manusia yang berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi.

a. Indeks Massa Tubuh (IMT) paling banyak dianjurkan untuk memperkirakan lemak
tubuh.
IMT = Berat badan (dalam kg)
Tinggi Badan (dalam m2)

(IMT)

Klasifikasi IMT (kg/m2)


Berat dan Kurang <18,5
Berat Badan Normal 18,5-24,9
Berat Badan Lebih 25-29,9
Obesitas Kelas 1 30-34,9
Obesitas Kelas 2 35-39,9
Obesitas Kelas 3 >40

b. Rasio Pinggang/Pinggul (Waist/Hip Ratio/WHR) untuk memperkirakan distribusi


lemak dan bahaya penyakit-penyakit tertentu. Dengan mengukur lingkar pinggang
tepat diatas tulang pinggul bagian atas dan membaginya dengan lingkar pinggul
terbesar.

WHR = Lingkar Pinggang


Lingkar Pinggul Terbesar

Nilai normal: 0,7 untuk wanita, 0,9 untuk laki-laki. Apabila nilai WHR 1,0 untuk
laki-laki dan 0,8 untuk wanita, menunjukkan adanya obesitas sentral dan
meningkatnya penyakit diabetes dan hipertensi. Apabila WHR diatas 0,95 untuk
laki-laki dan 0,8 untuk wanita menunjukkan resiko serangan jantung.

c. Lingkar pergelangan tangan untuk mengukur kerangka tubuh.

Rumus ukuran kerangka:


r= Tinggi Badan (cm)
Lingkar pergelangan tangan (cm)
Tabel 3: Klasifikasi ukuran Kerangka (Aryandhito Widhi Nugroho, 2013)
Ukuran Kerangka Laki-laki Perempuan
Kecil >10,4 >11
Sedang 9,6-10,4 10,1-11,0
Besar <9,6 <0,1
2) Biokimia
Dalam rangka mengevaluasi mineral dan vitamin di dalam tubuh dapat diukur dengan
biokimia atau produk metabolit di dalam darah, urine, dan materi biologis lain, antara
lain:
(a) Albumin serum: albumin serum rendah menandakan kondisi nutrisi yang buruk
dan beresiko meninggal.
(b) Prealbumin: Pasien malnutrisi pada pasien sakit kritis dan sakit kronis
menunjukkan kadar prealbumin yang sangat rendah.
(c) Kreatinin serum: merupakan uji sederhana dan menjadi indikator fungsi ginjal
yang paling sering digunakan.
(d) Tranferin serum: protein pengangkut besi yang berperan sebagai penanda status
sensitif nutrisi total dan lebih spesifik sebagai penanda defisiensi besi.

E. Penyebab gizi buruk

Pada semua masalah gizi terapat 2 faktor yang menjadipenyebab gizi kurang pada balita
yaitu :

1. Factor makanan yaitu balita yang tidak mendapat cukup makanan bergizi
memiliki daya tahan yang rendah terhadap penyakit sehingga mudah terserang
infeksi.Makanan lengkap bergizi seimbang bagi bayi sampai usia 6 bulan adalah
air susu ibu (ASI).Data menunjukan masih rendah persentasi ibu yang meberikan
asi dan MP-asi yang belum memenuhi gizi seimbang oleh karena berbagai factor

2. Penyakit infeksi yaitu penyakit infeksi seperti diare dan infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA) Tbc,malaria,demam berdarah dan HIV/AIDS dapat
mengakibatkan asupan gizi tidak dapat diserap tubuh dengan baik sehingga
berakibat pada gizi buruk sehingga melemahkan daya tahan anak yang
mengakibatkan anak mudah sakit
Ketersediaan dan pola konsumsi tangan dalam rumah tangga pola pengasuhan
anak,jangkauan dan mutu pelayanan kesehtan masyarakat.Ketiganya dapat berpengaruh
pada kualitas konsumsi makanan anak dsn frekuensi penyakit infeksi.Apabila kondisi
ketiganya kurang baik.Ada beberapa penyebab diantaranya :

1. KEP (kekurangan energy protein) keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari hari atau
gangguan penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi kebutuhan gizi
2. KVA (kekurangan vitamin a) rendahnya konsumsi makanan sumber vitamin a
menjadi penyebab masalah ini missal gangguan penglihatan berderajat tertentu
atau cacat seumur hidup
3. GAKY (gangguan akibat kekurangan yodium) rendahnya konsumsi makanan
yang bersumber yodium menjadi penyebab masalah ini misal endemis di suatu
wilayah dengan dengan cangkupan konpleks
4. Anemia penyakit gizi yang paling sering dialami oleh wanita
5. Stunting suatu kondisi dimana tinggi badan seseorang lebih rendah dibandingkan
orang lain dengan umur dengan jenis kelamin yang sama.
6. Defisiansi vitamin kekurangan vitamin tertentu dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi zat gizi yang mengganggu metabolisme tubuh.
7. Defisiensi mineral sejumlah mineral dibutuhkan oleh tubuh dengan fungsi tertentu
kekurangan vitamin tertentu dapat menyebabkan terjadinya defisiensi zat gizi
yang mengganggu metabolism tubuh.

F. Penatalaksanaan
Makanan atau minuman dengan biologic tinggi gizi kalori atau protein.
Pemberian secara bertahap dari bentuk dan jumlah mula-mula cair (seperti susu) lunak
(bubur) biasa (nasi lembek).

1) Prinsip pemberian nutrisi:


a. Porsi kecil, sering, rendah serat, rendah laktosa
b. Energy atau kalori: 100 Kkal/kg BB/hari
c. Protein: 1-1,5 g/kg BB/hari
d. Cairan: 130 ml/kg BB/hari ringan-sedang: 100 ml/kg BB/hati edema berat

2) Obati/ cegah infeksi: Antibiotik


a. Bila tampak komplikasi: cotrymoksasol 5 ml
b. Bila anak sakit berat: ampicillin 50 mg/kg BB IM/IV Setiap 6 jam selama 2 hari

3) Untuk melihat kemajuan/perkembangan anak


a. Timbang berat badan setiap pagi sebelum diberi makan

G. Tanda dan gejala gizi buruk

Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut :


1. Kelelahan dan kekurangan energy
2. Pusing
3. System kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan yntuk
melawan infeksi)
4. Kulit yang kering dan bersisik
5. Gusi bengkak dan berdarah
6. Gigi yang membusuk
7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8. Berat badan kurang
9. pertumbuhan yang lambat
10. kelemahan pada otot
11. perut kembung
12. tulang yang mudah patah
13. terdapat masalag pada fungsi organ tubuh
H. Proses keperawatan
1. Pengkajian
 Riwayat keluhan utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin menurun), bengkak pada tungkai, sering fiare
dan keluhan lain yang menunjukan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
 Riwayat keperawatan sekarang
Meliputi riwayaat pengkajian prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah diLmi, alergi, pola kebiasaan, tumbuh kembang
imunisasi, stsatus gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual,
interaksi dan lain-lain. Data fokus yang dikaji pada dalam hal ini adalah riwayat
pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam
waktu relatif lama)
 Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi pengkajian-pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi danhubungan
anggota keluarga
Fokus pengkajian adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi bada,
lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan geala yang mungkin
didapatkan adalah:
- Penurunan pengukuran antropometri
- Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang, dan mudah
dicabut)
- Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi)
- Tanda-tanda gangguan sitem pernafasan (batuk, sesak, reaksi otot intercostal)
- Perut tsmpsk buncit, hati teraba besar, bising usus dapat meningkat bila tejadi
diare
- Edema tungkai
- Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik
2. Diagnosa keperawatan
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan yang tidak adekuat, anoreksia, dan diare
 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan asupan peroral
dan peningkatan kehilangam akibat diare
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tidak adanya kandungan
makanan yang cukup
 Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan
kalori dan protein yang tidak adekuat dan proses penyakit kwashiokor dan
marasmus
 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan pemberian intake
nutrisi yang adekuat pada anak

3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa keperawatan Noc Nic


1 Ketidakseimbangan  Status nutrisi : makanan Managemen nutrisi
nutrisi kurang dari dan intake cairan  Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan berhubungan  Control berat badan  Kolaborasi dengan ahli gizi
dengan asupan yang Kriteria hasil untuk menentukan jumlah
tidak adekuat, anoreksia  Adanya peningkatan BB kalori dan nutrisi yang
dan diare sesuai dengan tujuan BB dibutuhkn pasien
ideal dengan tinggi badan  Ajarkan pasien bagaimana
Definisi asupan nutrisi  Mampu mengidentifikasi membuat catatan makanan
tidak cukup untuk kebutuhan nutrisi harian
memenuhi kebutuhan  Tidak ada tanda-tanda  Monitor jumlah nutrisi dan
metabolic malnutrisi kandungan kalori
 Menunjukkan peningkatan  Berikan informasi tentang
fungsi pengecapan dari kebutuhan nutrsi
menelan Monitoring nutrisi
 Tidak terjadi penurunan BB  BB pasien dalam batas
yang berarti normal
 Monitor adanya penurunan
BB
 Monitoh jumlah aktivitas
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut
kusam dan mudah patah
 Monitor kadar albumin, total
protein, Hb dan kadar Ht
2 Kekurangan volume  Keseimbangan cairan  Timbang popok/ pembalut
cairan berhubungan  Hidrasi jika diperlukan
dengan penurunan  Status nutrisi : makanan  Pertahankan catatn intake dan
asupan peroral dan dan intake cairan output yang akurat
peningkatan kehilangan Kriteria hasil  Monitor status dehidrasi
akibat diare  Mempertahankan urine  Monitor TTV
output sesuai dengan usia  Kolaborasikan pemberian
Definisi : penurunan dan BB, berat jenis urine cairan IV
cairan intravaskuler, normal, HTT normal  Dorong keluarga untuk
interstitial dan  Tanda- tanda vital normal membantu pasien makan
intraseluler. Ini  Tidak ada tanda-tanda  Monitor tingkat Hb dan Ht
mengacu pada dehidrasi, elastisitas turgor  Monitor berat badan
dehidrasi, kehilangan kulit baik, membrane
cairan tanpa perubahan mukosa lembab, tidan ada
natrium rasa haus yang berlebihan
3 Gangguan integritas  Tissue integrity :skin dan  Anjurkan pasien
kulit berhubungan mucous membranes menggunakan pakaian yang
dengan tidak adanya  Hemodialys akses longgar
kandungan makanan Kriteria hasil  Hindari kerutan pada tempat
yang cukup  Integritas kulit yang baik tidur
bisa dipertahankan  Jaga kebersihan kulit
Definisi : perubahan/  Tidak ada luka/ lesi pada  Monitor kulit akan adanya
gangguan epidermis kulit kemerahan
atau dermis  Perfusi jaringan baik  Oleskan lotion/minyak pada
 Menunjukan pemahaman daerah yang tertekan
dalam proses perbaikan  Mandikan pasien dengan
kulit dan mencegah sabun dan air hangat
terjadinya cedera berulang
 Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
4 Keterlambatan  Growth development,  Kaji factor penyebab
pertumbuhan dan deleyed gangguan perkembangan anak
perkembangan  Nutrition imbalance less  Identifikasi dan gunakan
berhubungan dengan than body requrements sumber pendidikan untuk
asupan kalori dan Kriteria hasil memfasilitasi perkembangan
protein yang tidak  Status nutrisi seimbang anak yang optimal
adekuat dan proses  Keluarga dan anak mampu  Berikan intruksi berulang dan
penyakit kwashiorkor menggunakan koping sederhana
dan marasmus terhadap tantangan karena  Dorong anak melakukan
adanya ketidakmampuan sosialisasi dengan kelompok
Definisi :  Kaji keadekuatan asupan
penyimpangan kelainan nutrisi
dari aturan kelompok  Tentukan makan yang disukai
usia anak

5 Kurangnya pengetahuan  Knowledge : disease  Berikan penilaian tentang


berhubungna dengan prosess tingkat pengetahuan pasien
tidak tau memberikan  Knowledge : health tentang proses penyakit yang
intake nutrisi yang behavior spesifik
adekuat pada anak  Sediakan informasi pada
pasien dan keluarga tentang
Definisi : keadaan atau kondisi dengan cara yang
defisiensi informasi tepat
kognitif yang berkaitan  Diskusikan perubahan gaya
dengan topic tertentu hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
kkomplikasi dimasa yang
akan datang

4. Implementasi keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan
yang tidak adekuat, anoreksia dan diare

Implementasi :

 Mengkaji adanya alergi makanan


 Mengajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
 Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrsi
 Memonitor adanya penurunan BB
 Memonitoh jumlah aktivitas
 Memonitor turgor kulit
 Memonitor kekeringan, rambut kusam dan mudah patah
 Memonitor kadar albumin, total protein, Hb dan kadar Ht
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan asupan peroral dan


peningkatan kehilangan akibat diare
Implementasi :
 Menimbang popok/ pembalut jika diperlukan
 Mempertahankan catatan intake dan output yang akurat
 Memonitor status dehidrasi
 Memonitor TTV
 Mendorong keluarga untuk membantu pasien makan
 Monitor tingkat Hb dan Ht
 Monitor berat badan
 Kolaborasikan pemberian cairan IV

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tidak adanya kandungan makanan


yang cukup
Implementasi :
 Menganjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar
 Menghindari kerutan pada tempat tidur
 Menjaga kebersihan kulit
 Memonitor kulit akan adanya kemerahan
 Mengoleskan lotion/minyak pada daerah yang tertekan
 Membantu memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

4. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan


kalori dan protein yang tidak adekuat dan proses penyakit kwashiorkor dan
marasmus
Implementasi :
 Mengkaji factor penyebab gangguan perkembangan anak
 Mengidentifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi
perkembangan anak yang optimal
 Memberikan intruksi berulang dan sederhana
 Mendorong anak dan keluarga melakukan sosialisasi dengan kelompok
 Mengkaji keadekuatan asupan nutrisi
 Menentukan makan yang disukai anak

5. Kurangnya pengetahuan berhubungna dengan tidak tau memberikan intake nutrisi


yang adekuat pada anak
Implementasi :
 Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
 Menyediakan informasi pada pasien dan keluarga tentang kondisi dengan cara
yang tepat
 Mendiskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah kkomplikasi dimasa yang akan datang
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gizi buruk adalah suatu keadaan yang ditandai dengan berat badan menurut tinggi badan
atau panjang badan < 70% dari median atau nilai Z score <-3SD (WHO Child Growth
Standart) dengan atau tanpa adanya edema.Bila disertai edema sedang atau berat,nila z
score bisa >-3 SD.

atau tanpa adanya edema.Bila disertai edema sedang atau berat,nila z score bisa >-3 SD

Secara klinis gizi buruk terbagi menjadi kwashiorkor,marasmus dan marasmik-


kwasiorkor.Walaupun dalam tatalaksananya tidak ada perbedaan kecuali pengurangan
jumlah cairan yang diberikan pada fase sabilisasi bila terdapat edema berat

a) Marasmus
Merupakan hasil kumulatif masuka energy dan protein yang tidak adekuat yang
terjadi perlahan-lahan.Gejala klinis ; gagal tumbuh apatis atau cengeng,tampak
kurus,otot hipotropi,maka seperti orang tua dan lemak subkutan sangat
sedikit/tidak ada
b) Kwasiorkior
Terjadi selain karena kurang asupan makan,juga berkaitan dengan respon tubuh
terhadap adanya infeksi dan stress oksidatif.
Gejala klinis ;apatis/cengeng,edema,rambut kusam,mudah dicabut,kelainan
kulit,perut membuncit dan sering ditandai anemia.
B. Saran
Setelah penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat lebih teliti
dalam menghadapi masalah gizi dan mendapatkan hasil yang diharapka sebagai berikut:
1. Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat menganalisa mengenai gizi di tahap
tumbuh kembang.
2. Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat mempelajari masalah gizi bukan hanya
dari definisi, akan tetappin dari aspek lain agar dapat mengetahui penanganan dan
spesifikasi dari masalah yang dialami
3. Diharapkan mahaisiswa keperawatan dapat menegakkan diagnosa sesuai dengan
masalah yang dialami dan dapat menegakannya menurut prioritas serta melakukan
tindakan berdasarkan diagnosis

Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami bagaimana


promosi dan preventif dari masalah gizi serta abagaimana merealisasikannya terhadap
diri sendiri khususnya dan masyarakat umumnya
DAFTAR PUSTAKA

Triana,neny. 2018. Interprofesional education di institusi dan rumah sakit. Yogyakarta :


Deepublish

Hartini eko. 2018. Buku ajar dasar ilmu gizi kesehatan masyarakat. Yogyakarta : Deepublish

Sudargo toto,dkk. 2018. Defisiensi yodium, zat besi, dan kecerdasan. Yogyakarta : gadjah mada
university press

Anda mungkin juga menyukai