Anda di halaman 1dari 99

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

PADA Nn. P UMUR 19 TAHUN DENGAN METRORAGIA


DI KLINIK PRATAMA RAWAT INAP AN NUUR
KARANGANYAR

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma 3 Kebidanan

Disusun oleh :

YAYUK NOVIA PAWENINGTYAS


NIM B14097

PROGAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017

i
30

ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ―Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem
Reproduksi Pada Nn. P Umur 19 Tahun Dengan Metroragia Di Klinik Pratama
Rawat Inap AN NUUR Karanganyar‖. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan
maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari
Program Studi Diploma 3 Kebidanan di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ners Wahyu Rima Agustina, M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb, selaku Ketua Program Studi D3
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Erlyn Hapsari, SST., M.Keb ,selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Ibu Hj. Sri Surti Mulyani, Amd.Keb, selaku Pimpinan Klinik Pratama
Rawat Inap AN NUUR Karanganyar yang telah memberi ijin kepada
penulis untuk melakukan studi pendahuluan dan studi kasus dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
5. Nn. P yang bersedia menjadi pasien dalam studi kasus Karya Tulis Ilmiah.
6. Seluruh dosen dan staff Prodi D3 Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran yang dapat

iv
menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Agustus 2017

Penulis

v
34

Prodi D3 Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta


Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2017
Yayuk Novia Paweningtyas
B14097

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI


PADA Nn. P UMUR 19 TAHUN DENGAN METRORAGIA
DI KLINIK PRATAMA RAWAT INAP AN NUUR
KARANGANYAR

(xii+60 Halaman+14 lampiran)

INTISARI
Latar Belakang : Metroragia merupakan salah satu jenis perdarahan
disfungsional yang terjadi di luar siklus menstruasi, yang dapat disebabkan karena
gangguan sistem hormonal dan apabila berlanjut akan menyebabkan anemia serta
akan mempengaruhi kesuburan wanita. Berdasarkan data yang diperoleh di Klinik
Pratama Rawat Inap AN NUUR Karanganyar terdapat sebanyak 132 kasus
wanita usia subur dengan gangguan menstruasi diantaranya metroragia sebanyak
39 kasus (29,5%).
Tujuan : Mampu melakukan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. P
Umur 19 Tahun dengan Metroragia dengan menerapkan Manajemen Kebidanan 7
Langkah Varney dan menentukan kesenjangan antara teori dan praktik di lahan
serta memberikan alternatif pemecahan masalahnya.
Metode Studi Kasus : Jenis studi kasus ini adalah laporan studi kasus dengan
metode deskriptif. Lokasi studi kasus di Klinik Pratama Rawat Inap AN NUUR
Karanganyar. Subyek studi kasus Nn. P Umur 19 tahun dengan metroragia.
Dilaksanakan pada tanggal 28 - 31 Juli 2017. Instrumen pengambilan data
menggunakan format asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksidan data
perkembangan SOAP. Teknik pengumpulan data meliputi data primer yaitu
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Data sekunder yaitu studi dokumentasi
dan studi kepustakaan.
Hasil Studi Kasus: Setelah diberikan asuhan pada Nn. P selama 3 hari hasilnya :
perdarahan bercak berhenti, kadar Hb 11,3 gr% dan Nn. P bersedia untuk tetap
menjaga kebersihan daerah genetalianya, mengkonsumsi makanan gizi seimbang,
bersedia melakukan semua saran yang diberikan.
Kesimpulan : Terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus pada langkah
pengkajian yaitu pada pemeriksaan inspekulo dan pada langkah interpretasi data
yaitu pada diagnosa kebidanan.
Kata Kunci : Asuhan kebidanan, Gangguan sistem reproduksi, Metroragia
Kepustakaan : 25 literatur (tahun 2007-2016)

vi
35

MOTTO

1. Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan ( QS. Al-
insyiroh : 6)
2. Sepahit apapun hal yang menimpa kehidupan, sesulit apapun untuk
melupakannya dan sesakit apapun saat berusaha menerimanya, satu hal yang
harus diingat bahwa semua sudah menjadi rencana Nya dan hanya diri sendiri
yang mampu mengendalikannya (penulis).
3. Jika diri sudah merasa cukup atas apa yg dimiliki, janganlah lupa untuk
berbagi (bersedekah) (penulis).
4. Apa yang telah berlalu, sudah berlalu dan apa yang telah pergi tidak akan
kembali. Oleh karena itu jangan pikirkan apa yang telah berlalu, karena
sesungguhnya ia telah pergi dan tidak akan kembali (Kahlil Gibran)

PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, Karya Tulis Ilmiah ini penulis
persembahkan :
1. Kakek, Nenek, Ayah dan Bunda, tercinta terima kasih
atas motivasi, doa restu dan cinta kasihnya selama ini.
2. Ibu Wijayanti, SST., M.Kes terima kasih atas
bimbingan, nasehat dan motivasinya.
3. Ibu Erlyn Hapsari, SST., M.Keb terima kasih atas
bimbingannya.
4. Mas Dwi Santoso dan Dek Dewi Widarti yang selalu
memberi semangat.
5. Sahabat-sahabatku Widia, Vironika, Eka Arrie,
Suningsih, Susi Nuri, Rusty, Merna, Nur Romadhon,
Novita dan R. Rifandi yang selalu memberikan
semangat dan semua teman-teman seperjuangan.
6. Almamater tercinta yang telah memberikan fasilitas
untuk belajar.

vii
CURRICILUM VITAE

Nama : Yayuk Novia Paweningtyas


Tempat / Tanggal Lahir : Sukoharjo, 25 November 1996
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dk.Puron rt 02/03 Ds.Puron, Kec. Bulu, Kab.
Sukoharjo

Riwayat Pendidikan
1. SD N 01 Kunden LULUS TAHUN 2008
2. SMP N 03 Tawangsari LULUS TAHUN 2011
3. SMK N 01 Sukoharjo LULUS TAHUN 2014
4. Prodi D3 Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan Tahun 2014

viii
37

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................iv
INTISARI........................................................................................................vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................vii
CURRICULUM VITAE.................................................................................viii
DAFTAR ISI...................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Studi Kasus...............................................................................4
D. Manfaat Studi Kasus.............................................................................5
E. Keaslian Studi Kasus............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori
1. Gangguan Reproduksi....................................................................7
a. Pengertian.................................................................................7
b. Macam-macam Gangguan Reproduksi.....................................7
2. Metroragia.......................................................................................10
a. Pengertian.................................................................................10
b. Etiologi.....................................................................................10
c. Patofisiologi..............................................................................11
d. Faktor Presdisposisi..................................................................12
e. Faktor Resiko............................................................................12

ix
f. Keluhan.....................................................................................12
g. Tanda Klinis..............................................................................12
h. Prognosis...................................................................................13
i. Penatalaksanaan........................................................................13
B. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan..................................................14
1. Pengertian.......................................................................................14
2. Proses Manajemen Kebidanan........................................................14
C. Landasan Hukum..................................................................................28

BAB III METODE STUDI KASUS


A. Jenis Studi.............................................................................................30
B. Lokasi Studi Kasus...............................................................................30
C. Subyek Studi Kasus..............................................................................30
D. Waktu Studi Kasus...............................................................................31
E. Instrument Studi Kasus.........................................................................31
F. Teknik Pengumpulan Data...................................................................31
G. Alat-alat yang dibutuhkan.....................................................................34
H. Jadwal Studi Kasus...............................................................................35

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN


A. Tinjauan Kasus......................................................................................37
B. Pembahasan...........................................................................................51

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................55
B. Saran......................................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Studi Kasus (dalam bentuk tabel)

Lampiran 2. Surat Permohonan Studi Pendahuluan

Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Studi Kasus

Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Studi Kasus

Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Pasien

Lampiran 7. Surat Persetujuan Pasien (Informed Consent)

Lampiran 8. Lembar Observasi

Lampiran 9. Satuan Acara Penyuluhan Gizi Seimbang

Lampiran 10. Leaflet Gizi Seimbang

Lampiran 11. Satuan Acara Penyuluhan Tablet Fe

Lampiran 12. Leaflet Tablet Fe

Lampiran 13. Satuan Acara Penyuluhan Personal Hygiene

Lampiran 14. Leaflet Personal Hygiene

Lampiran 15. Dokumentasi Studi Kasus

Lampiran 16. Lembar Konsultasi (Pada Lampiran Terakhir)

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik mental dan sosial

yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam

segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-

fungsinya. Kesehatan reproduksi juga berarti bahwa orang dapat

mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan aman. Sejalan dengan

itu pemeliharaan kesehatan reproduksi merupakan kumpulan metode

teknik dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan penyelesaian

masalah kesehatan reproduksi (Nugroho dan Setiawan, 2010).

Kesehatan reproduksi pada wanita erat kaitannya dengan menstruasi.

Semua wanita normal pasti akan mengalami menstruasi. Karena menstruasi

merupakan salah satu tanda perubahan seksual pada wanita yang sedang

menuju proses kedewasaan. Menstruasi merupakan perdarahan akibat

luruhnya dinding sebelah dalam rahim (endometrium). Lapisan endometrium

dipersiapkan untuk menerima implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi

embrio, lapisan ini akan luruh. Perdarahan ini terjadi secara periodik, jarak

waktu antarmenstruasi dikenal dengan satu siklus menstruasi (Purwoastuti

dan Walyani, 2015). Siklus menstruasi ovulatoris biasanya berlangsung

1
2

antara 24 sampai 35 hari (rata-rata 28 hari). Rata-rata lamanya menstruasi 3-7

hari. Rata-rata darah yang keluar selama menstruasi 80 ml (Norwitz, 2008).

Metroragia merupakan salah satu jenis perdarahan disfungsional yang

terjadi di luar siklus menstruasi. Konsistensi pengeluaran pervaginam

metroragia juga tidak jelas. Bisa terjadi dalam bentuk bercak (spotting)

maupun perdarahan mirip menstruasi diantara dua kejadian menstruasi.

Metroragia memiliki berbagai kemungkinan penyebab, diantaranya

kehamilan intra uteri, kehamilan ektopik, molla hidatidosa, pengguna AKDR,

kista ovarium, mioma uteri, karsinoma servix, endometriosis, infeksi panggul,

hyperplasia indometrium, polips servix, ITP, gagal hati atau ginjal, hormonal.

Metroragia yang berlarut akan menyebabkan anemia dengan segala ikutannya

terhadap sistem tubuh yang membahayakan jiwa, dan juga pada beberapa

kasus metroragia akan mempengaruhi kesuburan wanita (Varney, 2007).

Data di beberapa negara industri menyebutkan bahwa seperempat

penduduk perempuan dilaporkan pernah mengalami menoragia, 21%

mengeluh siklus haid memendek, 17% mengalami metroragia dan 6%

mengeluh perdarahan pasca senggama. Selain menyebabkan gangguan

kesehatan, gangguan haid ternyata berpengaruh pada aktivitas sehari-hari

yaitu 28% dilaporkan merasa terganggu saat bekerja sehingga berdampak

pada bidang ekonomi (Wiknjosastro, 2011).

Berdasarkan data yang diperoleh di Klinik Pratama Rawat Inap AN

NUUR Karanganyar, pada bulan Juli 2016 sampai dengan Juli 2017,

menunjukkan terdapat sebanyak 132 kasus wanita usia subur dengan


gangguan menstruasi diantaranya yaitu polimenore 10 kasus (7,5%),

metroragia 39 kasus (29,5%), oligomenorea 13 kasus (9,8%), amenore 42

kasus (31,8%), dismenorea 7 kasus (5,3%), menorhagia 12 kasus (9%) dan

flour albus 9 kasus (6,8%).

Bidan memegang peranan yang penting dalam upaya pemerintah

untuk meningkatkan kesehatan. Bidan sebagai pelaksana aspek sosial

obstetri dan ginekologi bidan perlu meningkatkan kemampuannya dan

dapat memberikan pertolongan darurat essensial khusus penanganan

gangguan reproduksi khususnya metroragia (Manuaba, 2008).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

mengambil Judul Studi Kasus ―Asuhan Kebidanan Gangguan

Reproduksi Pada Nn. P Umur 19 Tahun Dengan Metroragia Di Klinik

Pratama Rawat Inap AN NUUR Karanganyar‖ dengan menggunakan

Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney.

B. Perumusan Masalah

―Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Nn. P

Umur 19 Tahun Dengan Metroragia Di Klinik Pratama Rawat Inap AN

NUUR Karanganyar menggunakan Manajemen Kebidanan 7 Langkah

Varney?‖.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada

Nn. P Umur 19 Tahun dengan Metroragia di Klinik Pratama Rawat Inap


AN NUUR Karanganyar dengan menerapkan Manajemen Kebidanan 7

Langkah Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian data dasar yang meliputi data

subjektif dan objektif terhadap kasus gangguan sistem reproduksi

Pada Nn. P Umur 19 Tahun dengan Metroragia di Klinik Pratama

Rawat Inap AN NUUR Karanganyar.

b. Mampu menetapkan interpretasi data untuk mengidentifikasi

diagnosa kebidanan, masalah, dan kebutuhan terhadap kasus

gangguan sistem reproduksi Pada Nn. P Umur 19 Tahun dengan

Metroragia di Klinik Pratama Rawat Inap AN NUUR Karanganyar.

c. Mampu menetapkan diagnosa potensial terhadap kasus gangguan

sistem reproduksi Pada Nn. P Umur 19 Tahun dengan Metroragia di

Klinik Pratama Rawat Inap AN NUUR Karanganyar.

d. Mampu menetapkan tindakan segera pada Asuhan Kebidanan

terhadap kasus gangguan sistem reproduksi Pada Nn. P Umur 19

Tahun dengan Metroragia di Klinik Pratama Rawat Inap AN NUUR

Karanganyar.

e. Mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada asuhan

kebidanan terhadap kasus gangguan sistem reproduksi Pada Nn. P

Umur 19 Tahun dengan Metroragia di Klinik Pratama Rawat Inap

AN NUUR Karanganyar.
f. Mampu melaksanakan rencana asuhan yang efisien dan aman

terhadap kasus gangguan sistem reproduksi Pada Nn. P Umur 19

Tahun dengan Metroragia di Klinik Pratama Rawat Inap AN NUUR

Karanganyar.

g. Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan

pada asuhan kebidanan terhadap kasus gangguan sistem reproduksi

Pada Nn. P Umur 19 Tahun dengan Metroragia di Klinik Pratama

Rawat Inap AN NUUR Karanganyar.

h. Mampu menentukan kesenjangan antara teori dan praktik di lahan

serta memberikan alternatif pemecahan masalah terhadap kasus

gangguan sistem reproduksi Pada Nn. P Umur 19 Tahun dengan

Metroragia di Klinik Pratama Rawat Inap AN NUUR Karanganyar.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam

memberikan Asuhan Kebidanan pada gangguan sistem reproduksi

dengan Metroragia .

2. Bagi Profesi

Dapat memberikan masukan kepada tenaga kesehatan lainnya dalam

memberikan Asuhan Kebidanan pada gangguan sistem reproduksi

dengan Metroragia.
3. Bagi Institusi

Sebagai tambahan referensi terbaru diperpustakaan khususnya yang

berkaitan dengan asuhan kebidanan pada gangguan sistem reproduksi

dengan Metroragia.

E. Keaslian Studi Kasus

Anima Lukitasari, Universitas Sebelas Maret (2014) dengan judul

―Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Wanita Pada Ny.K P2A0

Umur 42 Tahun Dengan Metroragia Di RSUD Sukoharjo‖. Jenis penelitian

studi kasus deskriptif. Hasil penelitian pemeriksaan inspeksi didapatkan hasil

flek, hasil pemeriksaan USG terdapat polip endometrium, selama 3 hari

diberikan perawatan dan terapi infus RL 20 tpm, tindakan kuretase, terapi

Asam Mefenamat 3x1. Keadaan ibu baik, perdarahan ibu sudah berhenti.

Perbedaan dengan studi kasus yang penulis buat dengan keaslian terletak

pada subjek, waktu, tempat, dan asuhan yang diberikan sedangkan

persamaannya pada jenis studi kasus yaitu dengan metode deskriptif.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Gangguan Reproduksi

a. Pengertian

Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen

kesehatan reproduksi. Diantaranya yang sering dikeluhkan para wanita

saat terdorong untuk memeriksakan diri adalah keputihan (infeksi),

perdarahan (PUD), rasa nyeri (radang), benjolan (tumor) pada alat

genetalia(Manuaba, 2010).

Keluhan utama wanita yang mendorong untuk memeriksakan diri

adalah keputihan, perdarahan, rasa nyeri, kehamian dan benjolan

(tumor) pada alat genetalia (Manuaba, 2010).

b. Macam-macam Gangguan Reproduksi

1) Gangguan menstruasi dan siklusnya

Gangguan menstruasi dan siklusnya yang termasuk perdarahan

uterus disfungsional dalam masa reproduksi menurut Wiknjosastro

(2011) dapat digolongkan dalam :

a) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada

haid :

(1) Hipermenorea atau menoragia

7
8

(2) Hipomenorea

b) Kelainan siklus :

(1) Polimenorea

(2) Oligomenorea

(3) Amenorea

c) Perdarahan di luar haid :

(1) Metroragia

d) Gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid :

(1) Premenstrual tension (ketegangan prahaid)

(2) Disminorea

2) Nyeri abdomen

Merupakan manifestasi dari berbagai penyakit yang meliputi

keadaan gawat (mendadak) nyeri abdomen (hamil ektopik yang

pecah, terjadi torsi kista atau mioma bertangkai, perdarahan pada

kista, kista yang pecah, menjelang terjadinya keguguran, dan

penyakit lain), penyakit infeksi genetalia (infeksi vulva atau abses

kelenjar bartolini, infeksi vagina, infeksi mulut rahim, infeksi

sekitar genetalia bagian dalam, peritonitis, infeksi appendiks),

tumor kandungan, atau tanpa kelainan (Manuaba, 2010).

3) Perdarahan

Perdarahan berkaitan dengan gangguan sistem hormonal,

pemakaian kontrasepsi, kegagalan kehamilan dan keganasan.

Gangguan sistem hormonal dapat menimbulkan gangguan patrun


menstruasi dalam bentuk klinis hipermenorea, hipomenorea,

polimenorea, amenorea dan perdarahan disfungsional. Perdarahan

berkaitan dengan penggunaan metode kontrasepsi yaitu metode

hormonal, metode IUCD dan metode kontap. Perdarahan berkaitan

dengan kehamilan meiputi kehamilan muda (keguguran, hamil

ektopik, molahidatidosa/korio karsinoma), hamil pertengahan

(persalinan prematur), perdarahan pada kehamilan tua (plasenta

previa, solusio plasenta, pecahnya sinus marginalis, pecahnya vasa

previa). Perdarahan berkaitan dengan keganasan meliputi

perdarahan karena keganasan alat genetalia luas (keganasan vulva,

keganasan vagina, keganasan pada tuba fallopii) dan perdarahan

keganasan genetalia bagian dalam (keganasan korpus uteri,

keganasan pada tuba fallopii) (Manuaba, 2010).

4) Benjolan genetalia

Benjolan (tumor) kandungan merupakan salah satu keluhan penting

yang disampaikan kepada bidan untuk mendapatkan nasihat dan

pengobatan. Benjolan (tumor) dapat berasal dari genetalia bagian

luar (kista kelenjar bartolini, fibroma labium mayus) atau genetalia

bagian dalam (kista ovarium, mioma uteri) (Manuaba, 2010).

2. Metroragia

a. Pengertian

Metroragia dideskripsikan sebagai perdarahan yang terjadi di luar

menstruasi dengan penyebab kelainan hormonal atau kelainan organ


genetalia. Bentuk perdarahan bukan menstruasi dapat berupa kontak

berdarah, spotting, dan perdarahan disfungsional (Manuaba, 2010).

Metroragia adalah suatu kondisi dimana terjadi perdarahan di luar

siklus haid. Penyebabnya bisa oleh karena luka yang tidak kunjung

sembuh (kanker ganas organ genetalia), peradangan atau bahkan

gangguan hormonal (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

b. Etiologi

Menurut Norwitz (2008), metroragia dapat disebabkan oleh :

1) Penyakit Sistemik

a) Penyakit defisiensi protrombin yang dapat timbul sebagai

perdarahan pervaginam.

b) Hipertiroidisme yang terkait dengan metroragia.

c) Sirosis yang menyebabkan ketidakteraturan perdarahan

pervaginam akibat berkurangnya kapasitas hati untuk

metabolisme estrogen.

2) Anovulatoris

Akibat dari tidak terjadinya ovulasi mengakibatkan estrogen

melimpah dan tidak seimbang mengarah pada proliferasi

endometrium terus menerus yang akhirnya menghasilkan suplai

darah berlebih yang dikeluarkan mengikuti pola iregular dan tidak

dapat diprediksi.
3) Ovulatoris

Bercak darah pada pertengahan siklus setelah lonjakan LH

biasanya bersifat fisiologis. Itu menandakan ovulasi, namun fase

luteal mungkin memanjang akibat dari korpus luteum yang

menetap.

Penyebab lain yang mungkin berdasarkan Varney (2007) :

a) Kehamilan : terjadi bercak darah saat proses nidasi.

b) Infeksi : benda asing dalam uterus.

c) Trauma di area genital sebagai akibat dari aktivitas atau

penganiayaan seksual.

d) Penggunaan AKDR.

e) Ovulasi.

f) Farmakologis : penggunaan obat-obatan.

c. Patofisiologi

Gangguan perdarahan yang dinamakan Metropatia Hemoragia

(Metroragia) terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah

sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum.

Akibatnya terjadi hiperplasia endometrium karena stimulasi esterogen

yang berlebihan dan terus menerus (Wiknjosastro, 2011).

d. Faktor Predisposisi

Perdarahan intermenstrual juga dapat diperparah oleh penebalan

endometrium oleh karena hormon estrogen. Estrogen yang sekresi terus

menerus akibat dari kegagalan ovulasi oleh folikel mengakibatkan


progesteron tidak dihasilkan karena tidak adanya korpus luteum. Oleh

karena itu endometrium menebal dengan pola ketebalan yang tidak

sama. Lapisan endometrium yang sangat tebal bisa ruptur sehingga

terjadilah spotting. Perdarahan terjadi dengan frekuensi yang tidak

teratur (Astarto, 2011).

e. Faktor Resiko

Menurut Manuaba (2010) metroragia disebabkan oleh berbagai

macam hal :

1) Oleh karena kehamilan : abortus, mola hidatidosa, kehamilan

ektopik.

2) Diluar kehamilan : pada wanita yang perdarahan kontak maupun

erosi dan polip.

3) Penggunaan AKDR dapat mengakibatkan efek samping metroragia

f. Keluhan

Pasien mengeluhkan tentang menstruasi yang terjadi dengan

interval tidak teratur atau terdapat insiden bercak darah atau perdarahan

diantara menstruasi (Varney, 2007).

g. Tanda Klinis

1) Siklus menstruasi normal adalah 24-35 hari.

2) Perdarahan terjadi diantara dua kejadian menstruasi.

3) Perdarahan terjadi dengan konsistensi bercak (Manuaba, 2008).


h. Prognosis

Keberhasilan pengobatan bergantung tindakan yang dilakukan

pada subjek. Terapi hormonal menggunakan pil kontrasepsi oral

kombinasi efektif dapat mengoreksi banyak sekali kasus

ketidakteraturan menstruasi yang sering ditemukan (Norwitz, 2008).

Penanganan berdasarkan kondisi hemodinamik. Bila hemodinamik

tidak stabil segera rujuk ke rumah sakit untuk perawatan perbaikan

keadaan umum. Bila hemodinamik stabil medikamentosa yang dipakai

adalah kombinasi estrogen dan progestin (Wiknjosastro, 2011).Bila

pengobatan medikamentosa gagal sebaiknya dipertimbangkan untuk

dirujuk ke tempat pengobatan dengan fasilitas yang lebih lengkap

(Varney, 2007).

i. Penatalaksanaan

Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), penanganan Metroragia

yaitu :

1. Jika pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat

banyak, penderita harus istirahat baring dan beri transfusi darah.

2. Estrogen : dipropionitas estradicol 2,5 mg IM. Estrogen yang tinggi

kadar darahnya mengakibatkan perdarahan berhenti.

3. Progesteron : hidroksi-progesteron 125 mg IM. Injeksi progesteron

bermanfaat untuk mengimbangi pengaruh estrogen terhadap

endometrium.
4. Jika pemberian estrogen saja atau progesteron saja kurang

bermanfaat, maka diberikan kombinasi estrogen dan progesteron

yaitu pil kombinasi.

Ketika semua terapi sudah diberikan namun perdarahan masih

belum juga berhenti, langkah terakhir untuk metroragia adalah

histerektomi (Manuaba, 2008).

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasi pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, temuan serta ketrampilan dalam

rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang

berfokus pada pasien (Sulistyawati, 2011).

2. Proses Manajemen Kebidanan

Penerapan manajemen kebidanan pada gangguan reproduksi dengan

metroragia menurut 7 langkah Varney meliputi :

Langkah I: Pengkajian

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan

semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.

Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang

akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien

(Ambarwati, 2009).
a. Data Subjektif

Data subjektif diperoleh dengan cara melakukan anamnesa.

Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data pasien

dengan cara mengajukan pernyataan-pernyataan, baik secara langsung

maupun kepada keluarga pasien (Purwoastuti, 2014).

1) Biodata yang mencakup identitas pasien

a) Nama

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-

hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan

(Ambarwati, 2010).

b) Umur

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti

kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,

mental dan psikisnya belum siap.Sedangkan umur lebih dari

35 tahun rentan sekali terhadap gangguan sistem reproduksi.

Usia pasien merupakan faktor paling penting dalam evaluasi

(Norwitz, 2008).

c) Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien untuk membimbing atau

mengarahkan pasien dalam berdoa (Ambarwati, 2010).

d) Pendidikan

Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk

mengetahui sejauh mana tingkatan intelektualnya, sehingga


bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan

pendidikannya (Ambarwati, 2010).

e) Suku / bangsa

Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaa sehari-hari

(Ambarwati, 2010).

f) Pekerjaan

Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial

ekonominya, karena ini juga mempengarui dalam gizi pasien

tersebut (Ambarwati, 2010).

g) Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila

diperlukan (Ambarwati, 2010).

2) Alasan utama pada waktu masuk

Pasien harus didorong untuk mengekspresikan tujuan dari

kunjungannya dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

Pertanyaan- pertanyaan terbuka yang terkait dengan keluhan

tersebut dapat membantu mengklarifikasi rincian keluhan tersebut

(Norwitz, 2008). Pasien mengeluhkan tentang menstruasi yang

terjadi dengan interval tidak teratur atau terdapat insiden bercak

darah atau perdarahan diantara menstruasi (Varney, 2007).

3) Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir, uraian haid terakhir

dan pengalaman haid sebelumnya (Sulistyawati, 2009). Kalender


menstruasi akan bermanfaat dalam menentukan jumlah, frekuensi,

dan durasi perdarahan secara akurat (Norwitz, 2008).

4) Riwayat Perkawinan

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah

syah atau tidak (Ambarwati, 2010).

5) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Berapa kali ibu hamil apakah pernah abortus, jumlah anak, cara

persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu

(Sulistyawati, 2009).

6) Riwayat Keluarga Berencana

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan

kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama

menggunakan kontrasepsi (Ambarwati, 2010). Penggunaan

AKDR dapat menjadi penyebab metroragia (Varney, 2007).

7) Riwayat Penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada

hubungannya dengan keadaannya.

b) Riwayat penyakit sistemik

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM,

Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi keadaannya


(Ambarwati, 2010). Penyakit defisiensi protrombin

hipertiroidisme, sirosis dapat menjadi penyebab metroragia

(Norwitz, 2008).

c) Riwayat penyakit keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan

reproduksinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang

menyertainya (Ambarwati, 2010).

d) Riwayat keturunan kembar

Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam

keluarga (Sulistyawati, 2009).

e) Riwayat operasi

Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani

pasien (Sulistyawati, 2009).

8) Data Psikologis

Dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan klien menghadapi

gangguan sistem reproduksi dengan Metroragia sekarang ini

(Ambarwati, 2010). Merasa tidak nyaman akibat dari aliran

menstruasi yang tidak teratur dan merasa dalam derajat kesehatan

yang tidak baik (Varney, 2007).


b. Data Objektif

Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur

oleh perawat (Nursalam, 2008). Yang termasuk dalam komponen-

komponen pengkajian data obyektif ini adalah :

1) Vital sign

Ditunjukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan

kondisi yang dialaminya.

a) Tekanan darah

Tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai 140 mmHg

dan diastolik antara 70 sampai 90 mmHg (Ambarwati, 2010).

b) Nadi

Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas

100x/menit adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi

(Ambarwati,2010).

c) Pernafasan

Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,yaitu

sekitar20–30x/menit (Ambarwati,2010).

d) Temperature/ suhu

Batas normal keadaan suhu badan berkisar antara 36,5 –

37,2oC (Ambarwati,2010).

2) Pemeriksaan Fisik

Menurut Sulistyawati (2009), pemeriksaan fisik meliputi:

a) Kepala
(1) Rambut

Untuk mengetahui kebersihan rambut, keadaan kulit

kepala, kelebatan, distribusi dan karakteristik lainnya.

(2) Muka

Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, ada

oedema/ tidak dan ada chloasmagravidarum atau tidak.

(3) Mata

Conjungtiva pucat atau tidak, sclera putih atau tidak,

mata cekung atau tidak. Perdarahan pervaginam yang

tidak teratur dan terus menerus akan mengakibatkan

anemia sedang karena kadar hemoglobin rendah

(Norwitz, 2008).

(4) Hidung

Kebersihan hidung, ada benjolan atau tidak.

(5) Telinga

Bagaimana kebersihan telinga, ada serumen atau tidak.

(6) Mulut, gigi, gusi

Bersih/kotor, ada stomatitis/tidak, ada caries gigi atau

tidak, ada karang gigi atau tidak, gusi berdarahatau tidak.


(7) Leher

Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar

thyroid, ada benjolan atau tidak, adakah pembesaran

kelenjar limfe atau tidak.

(8) Dada dan Axilla

Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak,

ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak.

(9) Ekstremitas

Ada cacat atau tidak, oedema atau tidak, terdapat varices

atau tidak.

3) Pemeriksaan khusus obstetric (lokalis)

a) Abdomen

(1) Inspeksi

Perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada luka bekas

operasi atau tidak, ada pembesaran hepar atau tidak

(Sulistyawati, 2009).

(2) Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera

perabatangan dan jari (Rukiyah, 2010). Palpasi uterus

untuk menentukan ukuran, bentuk dan posisi, mobilitas,

nyeri, adanya masa (Muslihatun, 2009).

b) Anogenital
Menurut Sulistyawati (2009) pemeriksaan anogenital meliputi

(1) Vulva vagina

Ada varices atau tidak, oedema atau tidak, ada

kemerahan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, ada

pengeluaran perdarahan atau tidak, ada lesi atau tidak.

(2) Perineum

Ada bekas luka diperineum atau tidak, ada bengkak dan

kemerahan atau tidak.

(3) Anus

Terjadi haemorhoid atau tidak, terdapat kelainan pada

anus atau tidak.

(4) Inspekulo

Keadaan serviks (cairan/darah, luka/peradangan, tanda

keganasan), keadaan dinding vagina (Muslihatun,2009).

Saluran vagina harus diperiksa untk melihat keberadaan

erosi dan polip (Manuaba, 2010).

c) Pemeriksaan penunjang

Pengukuran konsentrasi hemoglobin merupakan indikator

objektif mengenai kuantitas dan durasi hilangnya darah

selama menstruasi. USG pelvis juga dapat diindikasikan jika

penyebab perdarahan pervaginam tidak dapat dikonfirmasi

(Norwitz, 2008).
Langkah II: Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas

dasar data-data yang telah dikumpulkan.Data dasar yang telah

dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa

yang spesifik (Muslihatun, 2009).

a. Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam

lingkup praktik dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa

kebidanan (Muslihatun, 2009).

Contoh : Ny. X PxAx Umur x tahun dengan Metroragia (Muslihatun,

2009).

1) Data Subjektif

Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus

atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang

keluhannya (Ambarwati, 2010). Pasien mengeluhkan tentang

menstruasi yang terjadi dengan interval tidak teratur atau terdapat

insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi (Varney,

2007).

2) Data Objektif

Hasil pemeriksaan keadaan umum ,anogenital dan pemeriksaan

penunjang(Ambarwati, 2010).
b. Masalah

Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi

pada respon ibu terhadap keadaannya.Masalah ini terjadi belum

termasuk dalam rumusan diagnosa yang ada, tetapi masalah tersebut

membutuhkan penanganan bidan, maka masalah dirumuskan setelah

diagnosa.Permasalahan yang muncul merupakan pernyataan dari

pasien, ditunjang dengan data dasar baik subjektif maupun objekif

(Purwoastuti, 2010). Merasa tidak nyaman akibat dari aliran

menstruasi yang tidak teratur dan merasa dalam derajat kesehatan

yang tidak baik (Varney, 2007).

c. Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan

melakukan analisa data. Pada kasus gangguan reproduksi pasien

membutuhkan konseling tentang keadaannya dan nutrisi yang adekuat

(Muslihatun, 2009).

Langkah III: Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan

terjadi. Pada masalah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa

potensial, berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini

membutuhan antisipansi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu

mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar

terjadi.Melakukan asuhan aman penting sekali dalam hal ini (Ambarwati,


2010). Perdarahan vagina yang tidak teratur dan terus menerus akan

mengakibatkan anemia karena kadar hemoglobin rendah (Norwitz, 2008).

Langkah IV: Tindakan Segera

Setelah merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk

mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya,

bidan juga harus merumuskan tindakan emergensi yang harus dirumuskan

untuk menyelamatkan ibu dan bayi, secara mandiri, kolaborasi atau

rujukan berdasarkan kondisi klien (Purwoastuti, 2014). Jika etiologi

metroragia diperkirakan bersifat hormonal, hormon estrogen biasanya

menjadi pilihan terapi. Kombinasi kontrasepsi hormonal merupakan

pengobatan yang sangat efektif dalam mengontrol perdarahan metroragia

(Varney, 2007)

Langkah V: Perencanaan

Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang

merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi

atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi

apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang

berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi

wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010).

Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), penanganan Metroragia yaitu :

1. Jika pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak,

penderita harus istirahat baring dan beri transfusi darah.


2. Estrogen : dipropionitas estradicol 2,5 mg IM. Estrogen yang tinggi

kadar darahnya mengakibatkan perdarahan berhenti.

3. Progesteron : hidroksi-progesteron 125 mg IM. Injeksi progesteron

bermanfaat untuk mengimbangi pengaruh estrogen terhadap

endometrium.

4. Jika pemberian estrogen saja atau progesteron saja kurang bermanfaat,

maka diberikan kombinasi estrogen dan progesteron yaitu pil

kombinasi.

Ketika semua terapi sudah diberikan namun perdarahan masih belum

juga berhenti, langkah terakhir untuk metroragia adalah histerektomi

(Manuaba, 2008).

Langkah VI: Pelaksanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah kelima

harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa

dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan

sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan

tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah tersebut

benar-benar terlaksana. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan

dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka

keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah

bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang


menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan

biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien (Muslihatun dkk, 2009).

Langkah VII: Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat

dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada

kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif sedang

sebagian belum efektif (Ambarwati, 2010).Tujuan penanganan perdarahan

uterus disfungsional adalah untuk mengontrol perdarahan yang keluar,

mencegah komplikasi, memperbaiki keadaan umum pasien, memelihara

fertilitas dan menginduksi ovulasi bagi pasien yang menginginkan anak

(Varney, 2007).

Adapun hasil yang diharapkan yaitu :

1. Keadaan umum pasien baik

2. Perdarahan uterus berhenti

3. Tidak terjadi anemia


Data Perkembangan

Menurut Muslihatun (2009), Sistem pendokumentasian asuhan

kebidanan dengan menggunakan SOAP sebagai catatan

perkembangannya:

S (Subjektif) :

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesa sebagai langkah satu Varney.

O (Obyektif) :

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium dan tes diagnostik klain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan langkah satu Varney.

A(Assesmen) :

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan intepretasi

data subyektif dan obyektif sebagai suatu identifikasi: Diagnosa atau

masalah, antisipasi diagnose atau masalah, perlunya tindakan segera oleh

bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan sebagai

langkah II, III, IV, V Varney.

P (Planning) :

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi,

perencanaan berdasarkan assessment sebagai langkah V, VI, VII Varney.


C. Landasan Hukum

1. Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan

Pasal 2

a. Bidan dapat menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di fasilitas

pelayanan kesehatan.

b. Bidan yang menjalankan praktik mandiri harus berpendidikan

minimal Diploma III (D III) Kebidanan.

2. Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan

a. Standar Profesi Bidan digunakan sebagai pedoman bagi Bidan dalam

menjalankan tugas profesinya.

b. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan

Keputusan dengan mengikutsertakan organisasi profesi terkait, sesuai

tugas dan fungsi masing-masing.


30

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis Studi

Jenis Karya Tulis Ilmiah ini merupakan bentuk laporan studi kasus

dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu suatu

metode penelitian yang digunakan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran atau deskriptif keadaan suatu objek (Hidayat, 2012).

Studi kasus ini menggambarkan tentang Asuhan Kebidanan

Gangguan Reproduksi Pada Nn. P Umur 19 Tahun Dengan Metroragia Di

Klinik Pratama Rawat Inap AN NUUR Karanganyar.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi studi kasus merupakan tempat atau lokasi dimana

pengambilan kasus tersebut dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus

ini dilakukan di Klinik Pratama Rawat Inap AN NUUR Karanganyar.

C. Subyek Studi Kasus

Dalam penulisan laporan kasus ini subyek merupakan hal atau orang

yang akan dijadikan sebagai pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2012).

Subyek studi kasus ini adalah Nn. P Umur 19 tahun dengan Metroragia.

30
31

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus merupakan kapan pelakasanaan pengambilan

studi kasus akan dilaksanakan (Nursalam, 2016). Studi kasus ini dilakukan

pada tanggal 28 - 31 Juli 2017.

E. Instrument Sudi Kasus

Instrument studi kasus merupakan alat-alat yang akan digunakan

untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Instrument yang digunakan

untuk mendapatkan data pada studi kasus ini adalah format asuhan

kebidanan 7 langkah Varney dan data perkembangan dengan SOAP.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada klien adalah dengan cara mengambil

data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari objek /

objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi

(Riwidikdo, 2010).

a. Pemeriksaan Fisik

Pada studi kasus ini pemeriksaan fisik dilakukan pada Nn.

P Umur 19 tahun dengan Metroragia. Pemeriksaan fisik yang

dilakukan meliputi:

1) Inspeksi

Merupakan proses yang dilaksanakan secara sistematik.

Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan,


pendengaran dan penciuman (Nursalam, 2016). Inspeksi

meliputi vulva vagina, perineum dan anus (Sulistyawati,

2009). Inspekulo untuk melihat keadaan serviks (cairan/darah,

luka/peradangan, tanda keganasan), keadaan dinding vagina

(Muslihatun, 2009). Saluran vagina harus diperiksa untk

melihat keberadaan erosi dan polip (Manuaba, 2010). Pada

kasus Nn. P dilakukan pemeriksaan vulva vagina terdapat

pengeluaran pervaginam berupa bercak darah berwarna coklat

kemerahan pada pantyliner.

2) Palpasi

Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera

peraba. Tangan dari jari-jari adalah instrument yang sensitive

(Nursalam, 2016). Palpasi uterus untuk menentukan ukuran,

bentuk dan posisi, mobilitas, nyeri, adanya masa (Muslihatun,

2009). Pada kasus Nn. P dilakukan palpasi pada abdomen,

hasilnya tidak ada massa/benjolan dan tidak ada nyeri tekan.

3) Perkusi

Merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk-ngetukkan

jari kebagian tubuh klien yang akan dikaji untuk

membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan, perkusi

bertujuan untuk mengetahui keadaan organ-organ dalam

tubuh tergantung dari isi jaringan yang ada dibawahnya


(Nursalam, 2016). Pada kasus Nn. P dilakukan pemeriksaan

perkusi pada pemeriksaan reflek patella.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan

stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh

tubuh (Nursalam, 2016). Pemeriksaan ini dilakukan untuk

memeriksa tekanan darah ibu normal atau tidak. Pada kasus

Nn. P tekanan darah dalam batas normal yaitu 110/70 mmHg.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data dimana penelitimen dapatkan keterangan

atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian

(respon) atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang

tersebut (facetoface) (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus gangguan

sistem reproduksi dengan Metroragia wawancara atau Tanya

jawab dilakukan pada Nn. P dan bidan yang sedang bertugas.

c. Pengamatan (Observasi)

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan

mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden

penelitian untuk mecari perubahan atau hal-hal yang diteliti

(Hidayat, 2010). Pada kasus Nn. P Umur 19 tahun dengan

Metroragia dilakukan observasi Keadaan Umum, vital sign


(Tekanan darah, suhu, nadi, respirasi), pengeluaran pervaginam

(jumlah,warna, bau) dan kadar Hb.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara lagsung dari

objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang

dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik

secara komersial maupun non komersial (Riwidikdo, 2010).

a. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis

dari permasalahan peneliti (Hidayat, 2010). Pada kasus ini

mengambil studi kepustakaan dari buku, laporan penelitian,

majalah ilmiah, jurnal dan sumber terbaru yang berhubungan

dengan Metroragia yaitu tahun 2007–2015.

b. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah teknik untuk mempelajari dan

menganalisis bahan – bahan tertulis kantor atau sekolah (Arifin,

2012). Dalam kasus ini studi dokumentasi diperoleh dari buku

catatan rekam medik tahun 2016-2017 di Klinik Pratama Rawat

Inap AN NUUR Karanganyar.

G. Alat-alat Yang Dibutuhkan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain:

1. Alat dan bahan dalam pengambilan data


a. Format pengkajian gangguan reproduksi

b. Buku tulis

c. Alat tulis (bolpoint, penggaris, pensil dan penghapus)

2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi

a. Spygmomanometer

b. Stetoskop

c. Termometer

d. Hb Sahli

e. USG

f. Gel

3. Alat dan bahan dalam melakukan dokumentasi

a. Buku tulis

b. Bolpoint

c. Lembar observasi.

H. Jadwal Studi Kasus

Jadwal studi kasus adalah jadwal yang akan digunakan untuk

melaksanakan studi kasus yang akan dilengkapi dalam bentuk tabel yang

masuk kedalam lampiran (Notoatmodjo, 2012). Jadwal terlampir.


36

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS

Tanggal : 28 Juli 2017

No. Register :-

Tempat : Klinik Pratama Rawat Inap AN NUUR Karanganyar

I. PENGKAJIAN

Tanggal : 28 Juli 2017 Pukul : 13.20 WIB

A. IDENTITAS PASIEN

1 Nama : Nn. P
.

2 Umur : 19 th
.

3 Agama : Islam
.

4 Suku/bang : Jawa/ Indonesia


. sa

5 Pendidika : SMA
. n

6 Pekerjaan : Mahasiswa
.

7 Alamat : Baturan 02/03,


. Colomadu

36
37

B. ANAMNESA (Data Subjektif)

1. Keluhan Utama

Nn. P mengatakan mengalami perdarahan bercak sejak 7 hari yang

lalu dan tidak nyeri.

2. Riwayat Menstruasi

a. Menarche : Nn. P mengatakan haid pertama usia 15 tahun

b. Siklus : Nn. P mengatakan siklus haidnya 28 hari

c. Teratur/tidak: Nn. P mengatakan haidnya tidak teratur

d. Tanggal haid: Nn. P mengatakan haid terakhir 15 Juli 2017

e. Lamanya : Nn. P mengatakan lamanya haid 5 hari

f. Banyaknya : Nn. P mengatakan ganti pembalut 3 kali sehari

g. Sifat darah : Nn. P mengatakan darahnya encer

h. Dismenorhoe: Nn. P mengatakan nyeri saat haid tetapi tidak

mengganggu aktivitas

3. Riwayat Perkawinan

Nn. P mengatakan belum menikah

4. Riwayat penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang

Nn. P mengatakan tidak sedang menderita sakit apapun seperti

batuk, flu atau demam.

b. Riwayat penyakit sistemik

1) Jantung : Nn. P mengatakan tidak nyeri dada


sebelah

kiri, tidak berdebar-debar , tidak mudah


lelah
dan tidak berkeringat dingin.

2) Ginjal : Nn. P mengatakan tidak nyeri perut kanan dan

kiri bawah serta tidak nyeri saat BAK.

3) Asma : Nn. P mengatakan tidak pernah sesak nafas

4) TBC : Nn. P mengatakan tidak pernah batuk

terus menerus lebih dari 2 minggu.

5) Hepatitis : Nn. P mengatakan tidak pernah

mengalami kuning pada muka, mata, kulit

dan kuku.

6) DM : Nn. P mengatakan tidak mudah haus

dan lapar, tidak sering BAK di malam hari

7) : Nn. P mengatakan tekanan darahnya


Hipertensi
tidak pernah lebih dari 140/90 mmHg

8) Epilepsi : Nn. P mengatakan tidak pernah kejang

disertai keluar air liur berbusa.

9) Lain-lain : Nn. P mengatakan tidak ada riwayat penyakit

lain.

c. Riwayat penyakit keluarga

Nn. P mengatakan keluarganya tidak ada riwayat penyakit

menurun seperti DM, jantung, hipertensi dan penyakit menular

seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS


d. Riwayat operasi

Nn. P mengatakan tidak ada riwayat operasi apapun.

5. Data Psikologis

Nn. P mengatakan cemas dan tidak nyaman dengan keadaannya

berkaitan dengan perdarahan bercak yang dialaminya dan juga

cemas dengan pekerjaannya jika sudah mulai kuliah nanti berkaitan

dengan biaya kuliahnya dan jam kerja serta tuntutan prestasi dari

keluarganya.

6. Pola kebiasaan sehari-hari

a. Nutrisi

Nn. P mengatakan makan 3 kali sehari teratur, porsi sedang

dengan menu nasi, lauk dan sayur. Minum air putih ± 2 botol

tupperware 750ml sehari.

b. Aktivitas

Nn. P mengatakan bekerja sebagai pelayan di rumah makan

selama ± 2 bulan.

c. Istirahat/tidur

Nn. P mengatakan tidak pernah tidur siang, tidur malam ± 5 jam

sehari.

C. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

1. Status generalis

a. Keadaan Umum : Baik

b. TTV : TD :110/70 mmHg N: 82 x/menit


S : 36,2 0C R: 18 x/menit

c. BB : 42 Kg

d. TB : 155 cm

2. Pemeriksaan Sistematis

a. Kepala

1) Rambut : hitam, tidak rontok, tidak berketombe

2) Muka : bersih, tidak ada cloasama, tidak odema

3) Mata

a) Oedema : Tidak oedema

b) Conjungtiva : Merah muda

c) Sklera : Putih

4) Hidung : tidah ada benjolan, tidak ada sekret

5) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen

6) : tidak ada stomatitis, tidak ada caries


Mulut/gigi/gusi
gigi, gusi tidak berdarah

b. Leher

1) Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran

kelenjar

gondok

2) Benjolan : tidak ada benjolan


3) Pembesaran : tidak ada pembesaran

kelenjar kelenjar

limfe limfe

c. Dada dan Axilla

1) Dada : normal, tidak ada retraksi dinding

dada

2) Mammae dan Axilla : tidak dilakukan

d. Abdomen

1) Pembesaran hati : tidak ada pembesaran hati

2) Benjolan : tidak ada benjolan

3) Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan

4) Luka bekas operasi : tidak ada luka bekas operasi

e. Anogenital

1) Vulva Vagina

a) PPV : ada bercak darah berwarna coklat

kemerahahan pada pantyliner.

2) Inspekulo : tidak dilakukan

3) Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan

4) Anus

a) Haemorhoid : tidak dilakukan

b) Keluhan lain : tidak ada

f. Ekstremitas

1) Varises : tidak ada varises


2) Oedema : tidak ada oedema

3) Reflek patella : positif kanan dan kiri

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium :

Hb : 11 gr%

b. Pemeriksaan penunjang lain

USG : tidak terlihat adanya kista ataupun polip pada

endometrium

II. INTERPRETASI DATA

Tanggal : 28 Juli 2017 Pukul : 13.40 WIB

A. Diagnosa Kebidanan

Nn. P umur 19 tahun dengan Metroragia dan anemia ringan.

Data Dasar :

DS :

1. Pasien mengatakan bernama Nn. P dan berumur 19

tahun.

2. Nn. P mengatakan belum menikah.

3. Nn. P mengatakan mengeluarkan bercak darah sejak 7

hari yang lalu dan tidak nyeri


4. Nn. P mengatakan cemas dengan pekerjaannya jika

sudah mulai kuliah nanti berkaitan dengan biaya

kuliahnya dan jam kerja serta tuntutan prestasi dari

keluarganya.

5. Pola kebiasaan sehari-hari

a. Aktivitas

Nn. P mengatakan bekerja sebagai pelayan di rumah

makan selama ± 2 bulan.

b. Istirahat/tidur

Nn. P mengatakan tidak pernah tidur siang, tidur

malam ± 5 jam sehari.

DO :

1 Keadaan : baik
. Umum
2 TTV : TD:110/70 N: 82
. mmHg x/menit

3. BB : 42 Kg

4. TB : 155 cm

5. PPV : ada bercak darah berwarna coklat

kemerahan pada pantyliner

6. Hb : 11 gr%
7 USG : tidak terlihat adanya kista ataupun
.
polip pada endometrium

B. Masalah

Nn. P mengatakan cemas dan tidak nyaman dengan keadaannya saat ini.

C. Kebutuhan

Memberikan informasi kepada Nn. P tentang keadaannya dan dukungan

moril serta anjurkan Nn. P mengkonsumsi gizi seimbang.

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Anemia sedang.

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA

Mandiri : memberikan pil kombinasi dan tablet Fe.

V. PERENCANAAN

Tanggal : 28 Juli 2017 Pukul : 13.45 WIB

1. Beritahu tentang Nn. P tentang keadaan yang dialaminya.

2. Anjurkan Nn. P untuk mengkonsumsi gizi seimbang terutama yang

mengandung zat besi selama mengalami perdarahan tidak teratur

tujuannya untuk meningkatkan kadar sel darah merah akibat anemia.

3. Anjurkan Nn. P menjaga kebersihan alat genetalianya sehubungan

dengan kebutuhan rasa nyaman.

4. Berikan Nn. P dukungan moril agar Nn. P tidak cemas dengan

keadaannya

5. Berikan Nn. P terapi obat.

6. Anjurkan Nn. P kontrol ulang 3 hari lagi.


VI. PELAKSANAAN Tanggal : 28 Juli 2017 Pukul : 13.50 WIB

1. Memberitahu Nn. P bahwa dirinya sedang mengalami perdarahan yang

terjadi diantara siklus menstruasi berupa perdarahan bercak yang disebut

metroragia. Metroragia dapat disebabkan karena adanya gangguan pada

sistem hormonal yang dapat dipicu karena stress emosional yang

dialaminya. Metroragia yang dialaminya harus segera diobati karena

apabila berlangsung terus menerus akan menyebabkan kadar

hemoglobinnya semakin berkurang atau anemia.

2. Menganjurkan Nn. P mengkonsumsi gizi seimbang terutama makanan

yang mengandung zat besi selama mengalami perdarahan tidak teratur

tujuannya untuk meningkatkan kadar sel darah merah akibat anemia.

3. Menganjurkan Nn. P menjaga kebersihan alat genetalianya dengan

mengganti pantyliner minimal 2 kali sehari dan menjaga agar alat

genetalia tetap kering / tidak lembab.

4. Memberikan Nn. P dukungan moril bahwa dirinya tidak perlu cemas

dengan keadaanya karena perdarahan yang dialaminya bisa diobati.

5. Memberikan Nn. P terapi obat

a. Pil Kombinasi (Microgynon) 9 butir pil di minum 3 kali sehari

sampai habis

b. Tablet Fe 200 mg 10 tablet diminum 3 kali sehari sampai habis

6. Menganjurkan Nn. P kontrol ulang 3 hari lagi.

VII. EVALUASI Tanggal : 28 Juli 2017 Pukul : 14.05

1. Nn. P sudah mengetahui tentang keadaan dialaminya


2. Nn. P bersedia mengkonsumsi gizi seimbang terutama makanan yang

mengandung zat besi.

3. Nn. P bersedia menjaga kebersihan alat genetalianya

4. Nn. P sudah diberikan dukungan moril dan Nn. P sudah tidak cemas

5. Nn. P sudah diberikan terapi obat

6. Nn. P bersedia kontrol ulang 3 hari lagi


DATA PERKEMBANGAN I

(Kontrol Ulang)

Tanggal : 31 Juli 2017

Pukul : 15.30 WIB

Tempat : Klinik Pratama Rawat Inap AN NUUR Karanganyar

S : Subjektif

1. Nn. P mengatakan perdarahannya sudah berhenti sejak tanggal 30 Juli 2017

2. Nn. P mengatakan sudah meminum semua obat yang diberikan dan minum

obat terakhir tanggal 31 Juli 2017 Pukul 12.15 WIB

3. Nn. P mengatakan selalu menjaga kebersihan genetalianya dengan

mengganti pantyliner 3 kali sehari dan menjaga alat genetalianya tetap

kering.

O : Objektif

1. Keadaan Umum : baik

2. TTV : TD : 120/80 mmHg N : 88 x/menit

S : 36,3 oC R : 22 x/menit

3. BB : 52 Kg

4. PPV : tidak ada pengeluaran pervaginam pada celana dalam

5. Hb : 11,3 gr%
A : Assesment

Nn. P umur 19 tahun dengan riwayat Metroragia dan anemia ringan.

P : Planning Tanggal : 31 Juli 2017 Pukul : 15.45 WIB

1. Menganjurkan Nn. P tetap menjaga kebersihan alat genetalianya dengan

rutin ganti celana dalam minimal 2 kali sehari dan menjaga alat genetalia

tetap kering

2. Menganjurkan Nn. P tetap mengkonsumsi gizi seimbang setiap hari dan gizi

tinggi zat besi contohnya sayuran berwarna hijau tua (bayam, kangkung,

daun singkong), daging merah, kuning telur atau mengkonsumsi tablet Fe

saat menstruasi dan jika mengalami perdarahan tidak teratur supaya tidak

mengalami anemia.

3. Menganjurkan Nn. P segera ke tenaga kesehatan apabila Nn. P mengalami

perdarahan tidak teratur seperti perdarahan bercak dalam waktu yang lama

dan sampai mengganggu kesehatan Nn. P misalnya Nn. P letih, lemah dan

terlihat pucat.

4. Memberikan terapi tablet Fe 200 mg 10 butir 3x1

5. Menganjurkan Nn. P kontrol ulang jika ada keluhan.

EVALUASI Tanggal : 31 Juli 2017 Pukul: 16.00 WIB

1. Nn. P bersedia untuk tetap menjaga kebersihan alat genetalianya.

2. Nn. P bersedia mengkonsumsi gizi seimbang setiap hari dan gizi tinggi zat

besi atau mengkonsumsi tablet Fe saat menstruasi dan jika mengalami

perdarahan tidak teratur supaya tidak mengalami anemia


3. Nn. P bersedia segera ke tenaga kesehatan apabila mengalami perdarahan

bercak dalam waktu yang lama dan sampai mengganggu kesehatan Nn. P .

4. Nn. P bersedia mengkonsumsi terapi yang diberikan.

5. Nn. P bersedia kontrol ulang jika ada keluhan.

B. PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan kesenjangan antara teori

yang ada dengan praktek yang dilakukan dilahan. Dalam menjelaskan

kesenjangan tersebut penulis menggunakan langkah-langkah dalam manajemen

kebidanan yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, intervernsi,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk dapat mengambil kesimpulan

dan pemecahan masalah dari kesenjangan yang ada, sehingga dapat digunakan

sebagai tindakan lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang tepat, efektif

dan efisien khususnya pada kasus Metroragia.

1. Pengkajian

Pasien mengeluhkan tentang menstruasi yang terjadi dengan

interval tidak teratur atau terdapat insiden bercak darah atau perdarahan

diantara menstruasi (Varney, 2007). Inspekulo untuk melihat keadaan

serviks (cairan/darah, luka/peradangan, tanda keganasan), keadaan dinding

vagina (Muslihatun, 2009). Saluran vagina harus diperiksa untk melihat

keberadaan erosi dan polip (Manuaba, 2010). Pemeriksaan penunjang

pengukuran konsentrasi hemoglobin merupakan indikator objektif

mengenai kuantitas dan durasi hilangnya darah selama menstruasi. USG


pelvis juga dapat diindikasikan jika penyebab perdarahan tidak dapat

dikonfirmasi (Norwitz, 2008).

Pada data subyektif Nn. P mengatakan mengalami perdarahan

bercak sejak 7 hari yang lalu dan tidak nyeri. Nn. P mengatakan haid

terakhir tanggal 15 Juli 2017, belum menikah. Hasil pemeriksaan terdapat

pengeluaran pervaginam berupa bercak darah berwarna coklat kemerahan

pada pantyliner, kadar Hb 11 gr% dan hasil USG tidak terlihat adanya

kista ataupun polip pada endometrium.

Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus

yaitu pada teori kasus metroragia saluran vagina harus diperiksa untk

melihat keberadaan erosi dan polip . sedangkan pada kasus Nn. P tidak

dilakukan pemeriksaan inspekulo karena disesuaikan dengan keadaan

pasien.

2. Interpretasi Data

Diagnosa kebidanan pada kasus Metroragia menurut Muslihatun

(2009) adalah Ny. X PxAx umur X tahun dengan Metroragia. Masalah

yang timbul pada kasus metroragia yaitu pasien merasa tidak nyaman

akibat dari aliran menstruasi yang tidak teratur dan merasa dalam derajat

kesehatan yang tidak baik (Varney,2007). Pada pasien gangguan

reproduksi membutuhkan tentang keadaannya dan nutrisi yang adekuat

(Muslihatun,2009).

Pada kasus ini dari pengkajian data Nn. P dapat ditegakkan

diagnosa Nn. P umur 19 tahun dengan Metroragia dan anemia ringan.


Masalah yang timbul pada Nn. P adalah Nn. P merasa cemas dan tidak

nyaman dengan keadaannya saat ini. Dari masalah yang timbul maka

kebutuhan Nn. P adalah mendapatkan informasi tentang keadaannya saat

ini, konsumsi gizi seimbang dan dukungan moril.

Pada langkah ini ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan

praktik yaitu pada teori diagnosa kebidanan kasus metroragia adalah Ny. X

PxAx umur X tahun dengan Metroragia, sedangkan pada kasus Nn. P

diagnosa kebidanan yang muncul yaitu Nn. P umur 19 tahun dengan

Metroragia dan anemia ringan.

3. Diagnosa Potensial

Perdarahan vagina yang tidak teratur dan terus menerus akan

mengakibatkan anemia karena kadar hemoglobin rendah (Norwitz, 2008).

Pada kasus Nn. P ditegakkan diagnosa potensialnya yaitu anemia

sedang karena kadar Hb Nn. P 11 gr%. Pada langkah ini tidak ditemukan

adanya kesenjangan antara teori dan praktik.

4. Tindakan Segera

Menurut Varney (2007) Jika etiologi metroragia diperkirakan

bersifat hormonal, hormon estrogen biasanya menjadi pilihan terapi.

Kombinasi kontrasepsi hormonal merupakan pengobatan yang sangat

efektif dalam mengontrol perdarahan metroragia.

Pada kasus Nn. P tindakan segera dilakukan secara mandiri yaitu

memberikan pil microgynon dan tablet Fe. Pada langkah ini tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.


5. Perencanaan

Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), penanganan Metroragia

yaitu : jika pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat

banyak, penderita harus istirahat baring dan beri transfusi darah, terapi

estrogen : dipropionitas estradicol 2,5 mg IM. Estrogen yang tinggi kadar

darahnya mengakibatkan perdarahan berhenti, terapi progesteron : hidroksi

– progesteron 125 mg IM. Injeksi progesteron bermanfaat untuk

mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Jika pemberian

estrogen saja atau progesteron saja kurang bermanfaat, maka diberikan

kombinasi estrogen dan progesteron yaitu pil kombinasi.

Dalam kasus ini penulis melakukan perencanaan tindakan yang

sesuai dengan diagnosa untuk mengantisipasi terjadinya masalah yang

lebih buruk. Perencanaan yang dilakukan pada Nn. P yaitu beritahu

tentang keadaan yang dialaminya saat ini, anjurkan Nn. P untuk

mengkonsumsi gizi seimbang terutama yang mengandung zat besi selama

mengalami perdarahan tidak teratur tujuannya untuk meningkatkan kadar

sel darah merah akibat anemia, anjurkan Nn. P menjaga kebersihan alat

genetalianya sehubungan dengan kebutuhan rasa nyaman, berikan Nn. P

dukungan moril agar Nn. P tidak cemas dengan keadaannya, berikan Nn.

P terapi obat serta anjurkan Nn. P kontrol ulang 3 hari lagi. Pada langkah

ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik.


6. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan langkah pelaksanaan dari asuhan yang

telah direncanakan secara efisien dan aman. Pelaksanaan asuhan

kebidanan pada kasus Metroragia sesuai dengan perencanaan yang telah

dibuat. Pelaksanaan asuhan pada Nn. P umur 19 tahun dengan Metroragia

yaitu memberitahu Nn. P bahwa dirinya sedang mengalami perdarahan

yang terjadi diantara siklus menstruasi berupa perdarahan bercak yang

disebut metroragia. Metroragia dapat disebabkan karena adanya gangguan

pada sistem hormonal yang dapat dipicu karena stress emosional yang

dialaminya. Metroragia yang dialaminya harus segera diobati karena

apabila berlangsung terus menerus akan menyebabkan kadar

hemoglobinnya semakin berkurang atau anemia, menganjurkan Nn. P

mengkonsumsi gizi seimbang terutama makanan yang mengandung zat

besi selama mengalami perdarahan tidak teratur tujuannya untuk

meningkatkan kadar sel darah merah akibat anemia, menganjurkan Nn. P

menjaga kebersihan alat genetalianya dengan mengganti pantyliner

minimal 2 kali sehari dan menjaga agar alat genetalia tetap kering / tidak

lembab, memberikan Nn. P dukungan moril bahwa Nn. P tidak perlu

cemas dengan keadaanya karena perdarahan yang dialaminya dapat

diobati, memberikan Nn. P terapi obat Pil Kombinasi (Microgynon) 9

butir pil di minum 3 kali sehari sampai habis dan tablet Fe 200 mg 10

tablet diminum 3 kali sehari sampai habis, menganjurkan Nn. P kontrol


ulang 3 hari lagi. Pada langkah ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik.

7. Evaluasi

Tujuan penanganan perdarahan uterus disfungsional adalah untuk

mengontrol perdarahan yang keluar, mencegah komplikasi, memperbaiki

keadaan umum pasien, memelihara fertilitas dan menginduksi ovulasi bagi

pasien yang menginginkan anak (Varney, 2007).

Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 3 hari mulai dari

pengkajian tanggal 28 Juli 2017 sampai kunjungan ulang pada tanggal 31

Juli 2017 pada Nn. P umur 19 tahun dengan metroragia di Klinik Pratama

Rawat Inap AN NUUR Karanganyar maka hasil asuhan yang didapat yaitu

perdarahan berhenti, kadar Hb 11,3 gr%, Nn. P bersedia untuk tetap

menjaga kebersihan alat genetalianya, mengkonsumsi gizi seimbang

setiap hari dan gizi tinggi zat besi atau mengkonsumsi tablet Fe saat

menstruasi dan jika mengalami perdarahan tidak teratur supaya tidak

mengalami anemia, bersedia segera ke tenaga kesehatan apabila

mengalami perdarahan bercak dalam waktu yang lama dan sampai

mengganggu kesehatan, bersedia mengkonsumsi tablet Fe yang diberikan

dan Nn. P bersedia kontrol ulang jika ada keluhan. Antara teori dan kasus

tidak terdapat kesenjangan.


55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah di laksanakan Asuhan Kebidanan pada Nn. P umur 19 tahun dengan

Metroragia secara menyeluruh dengan menggunakan manajemen kebidanan

menurut Varney, maka penulis dapat menyimpulkan :

1. Pada pengkajian Nn. P umur 19 tahun dengan Metroragia didapatkan

keluhan utama yaitu Nn. P mengatakan mengalami perdarahan bercak

sejak 7 hari yang lalu dan tidak nyeri. Nn. P mengatakan haid terakhir

tanggal 15 Juli 2017, belum menikah. Nn. P mengatakan cemas dan tidak

nyaman dengan keadaannya berkaitan dengan perdarahan bercak yang

dialaminya. Hasil pemeriksaan terdapat pengeluaran pervaginam berupa

bercak darah berwarna coklat kemerahan pada pantyliner, kadar Hb 11 gr

% dan hasil USG tidak terlihat adanya kista ataupun polip pada

endometrium.

2. Pada interpretasi data dari pengkajian data Nn. P dapat ditegakkan

diagnosa Nn. P umur 19 tahun dengan Metroragia dan anemia ringan.

Masalah yang timbul pada Nn. P adalah Nn. P merasa cemas dan tidak

nyaman dengan keadaannya saat ini. Dari masalah yang timbul maka

kebutuhan Nn. P adalah mendapatkan informasi tentang keadaannya saat

ini, konsumsi gizi seimbang dan dukungan moril.

55
56

3. Pada kasus Nn. P ditegakkan diagnosa potensialnya yaitu anemia sedang

karena kadar Hb Nn. P 11 gr%.

4. Pada kasus Nn. P tindakan segera dilakukan secara mandiri yaitu

memberikan pil kombinasi dan tablet Fe.

5. Perencanaan yang dilakukan pada Nn. P yaitu beritahu tentang keadaan

yang dialaminya saat ini, anjurkan Nn. P untuk mengkonsumsi gizi

seimbang terutama yang mengandung zat besi selama mengalami

perdarahan tidak teratur tujuannya untuk meningkatkan kadar sel darah

merah akibat anemia, anjurkan Nn. P menjaga kebersihan alat

genetalianya sehubungan dengan kebutuhan rasa nyaman, berikan Nn. P

dukungan moril agar Nn. P tidak cemas dengan keadaannya, berikan Nn.

P terapi obat serta anjurkan Nn. P kontrol ulang 3 hari lagi.

6. Pelaksanaan dalam asuhan kebidanan pada kasus Nn. P umur 19 tahun

dengan Metroragia ini dapat dilakukan sesuai dengan perencanaan.

7. Hasil evaluasi asuhan kebidanan pada Nn. P umur 19 tahun dengan

Metroragia selama 3 hari mulai dari pengkajian tanggal 28 Juli 2017

sampai kunjungan ulang pada tanggal 31 Juli 2017 yaitu perdarahan

berhenti, kadar Hb 11,3 gr%, Nn. P bersedia untuk tetap menjaga

kebersihan alat genetalianya, mengkonsumsi gizi seimbang setiap hari

dan gizi tinggi zat besi saat menstruasi dan jika mengalami perdarahan

tidak teratur supaya tidak mengalami anemia, bersedia segera ke tenaga

kesehatan apabila mengalami perdarahan bercak dalam waktu yang lama


dan sampai mengganggu kesehatan, bersedia mengkonsumsi tablet Fe

yang diberikan dan Nn. P bersedia kontrol ulang jika ada keluhan.

8. Pada kasus Nn. P umur 19 tahun dengan metroragia terdapat kesenjangan

antara teori dengan kasus pada langkah pengkajian dan interpretasi data.

Pada langkah pengkajian yaitu pada pemeriksaan inspekulo. Pada kasus

Nn. P tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo karena pasien belum

menikah sehingga tidak dapat dilakukan pemeriksaan inspekulo.

Alternatif pemecahan masalahnya dilakukan pemeriksaan inspekulo

disesuaikan dengan keadaan pasien, sedangkan pada kasus dalam

penegakan diagnosa dilakukan pemeriksaan USG. Pada langkah

interpretasi data yaitu pada diagnosa kebidanan. Pada kasus Nn. P

diagnosa kebidanan yang muncul yaitu Nn. P umur 19 tahun dengan

Metroragia dan anemia ringan. Diagnosa kebidanan ini muncul karena

Nn. P mengalami anemia ringan yaitu hasil pemeriksaan Hb Nn. P 11 gr

%.

B. Saran

1. Bagi Profesi

Disarankan hendaknya bidan selalu meningkatkan ketrampilan,

kemampuan dan menambah ilmu pengetahuan melalui pendidikan formal/

mengikuti seminar pelatihan, sehingga dapat memberikan asuhan

kebidanan yang lebih baik pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan

Metroragia.
2. Bagi Pasien

Pasien diharapkan selalu menjaga kebersihan alat genetalianya,

mengkonsumsi gizi seimbang setiap hari dan gizi tinggi zat besi atau

mengkonsumsi tablet Fe saat menstruasi dan jika mengalami perdarahan

tidak teratur, segera ke tenaga kesehatan apabila mengalami perdarahan

bercak dalam waktu yang lama dan sampai mengganggu kesehatan

3. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat meningkatkan dan menambah referensi tentang

asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi khususnya dengan

Metroragia.

4. Bagi Instansi Pelayanan

Diharapkan selalu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

khususnya pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan metroragia.


59

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E, R. Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:


Nuha Medika.
Arifin, Z. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
PT. REMAJA ROSDAKARYA.
Astarto N.W. 2011. Kupas Tuntas Kelainan Haid. Yogyakarta :Sagung Seto.

Depkes RI , 2008. Standar Profesi Bidan.


http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/560/4/BK20
08-G118.pdf. Diakses tanggal 15 Desember 2016 14.40 WIB.

Hidayat, A. A. A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, A. A. A. 2012. Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.
IBI Jatim, 2010. Permenkes Nomor 1464 Tahun 2010 Tentang
Izin Penyelenggaraan Praktik Bidan.
http://ibijatim.or.id/permenkes-nomor- 1464-tahun-2010-tentang-izin-
penyelenggaraan-praktik-bidan/Diakses tanggal 15 Desember 2016 14.50
WIB.
lukitasari A. 2014. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Wanita Pada
Ny.K P2A0 Umur 42 Tahun Dengan Metroragia Di RSUD Sukoharjo.
UNS : Karya Tulis Ilmiah.
Manuaba I.B.G. 2008 . Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Dan Obstetri
Ginekologi Social Untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC

Manuaba I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :
EGC.
Muslihatun, W. N. Mufdlilah. Setiyawati, N. 2009. Dokumentasi Kebidanan.
Yogyakarta : Fitramaya.
Norwitz, E.R. J.O. Schorge. 2008. At A Glance Obstetri dan Ginekologi Edisi 2.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta.
—————. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta.
Nugroho dan Setiawan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender & permasalahannya.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Nursalam, 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Nursalam. 2008. Proses dan dokumentasi keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Purwoastuti . 2014. Ilmu obstetri dan Ginekologi Sosial untuk kebidanan.
Yogyakarta : PT. Pustaka Baru.
Purwoastuti T.E. Walyani E.S. 2015. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru.
Purwoastuti. 2010.Asuhan kebidanan masa nifas. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru.
Riwidikdo, H. 2010. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : MITRA CENDIKIA Press.
Rukiyah, A. Y. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi Kebidanan). Jakarta Timur:
CV. Trans Info Media.
Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta
: C.V ANDI.
Varney, H. J. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta :
EGC.
Wiknjosastro, H. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi 3 : Jakarta. PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
LAMPIRAN
lxii

LAMPIRAN 1
JADWAL PENELITIAN

Oktober November Desember Januari februari Maret April Mei Juni Juli Agustu
s
N Kegiatan Penelitian 2 2
O 0 0
1 1
6 7
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pembagian dosen pembimbing

2 Pengajuan judul KTI

3 Pengumpulan Acc judul KTI

4 Pembagian panduan KTI

5 Penyusunan proposal KTI

6 Acc proposal KTI

7 Ujian proposal KTI

8 Revisi proposal KTI

9 Pengumpulan proposal KTI

1 Penulisan Studi Kasus


0
1 Acc KTI
1
1 Pengumpulan draf KTI
2
1 Ujian KTI
3
lxiii
lxiv
lxv
lxvi
lxvii
lxviii
lxix
LEMBAR OBSERVASI

N Hari TT PP
o V V Hb Tera
/
Tangg pi
al TD S R N Jumla war b
h na a
u
Jum’
110/7 18 82 Berca Coklat Tid Microgynon IX
1. at/ 36,2 11 gr%
0 o x/me x/me k kemerah ak (3x1) Fe 200 mg
28- C
mmH nit nit darah an berb X (3x1)
07-
g au
2017

Mengetahui

Pembimbing Lahan

(Hj. Sri Surti Mulyani, Amd.Keb)


lxx

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik : Gizi Seimbang

2. Sasaran : Nn. P

3. Tempat : Klinik Pratama Rawat Inap AN NUUR Karanganyar

4. Hari/Tanggal : Jumat, 28 Juli 2017

5. Pukul : 14.00 WIB

6. Tujuan

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan, Nn. P dapat mengerti dan memahami

tentang gizi seimbang.

b. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan Nn. P mampu :

1) Mengerti tentang pengertian gizi seimbang

2) Mengerti tentang susunan makanan gizi seimbang

3) Mengerti manfaat dan pentingnya zat besi

7. Materi : Terlampir

8. Metode : Ceramah dan tanya jawab

9. Media : Leaflet
LAMPIRAN MATERI

1. Pengertian gizi seimbang

Secara sederhana, pengertian gizi seimbang adalah nutrisi dan zat gizi

yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh, tidak berlebihan juga tidak

kekurangan.

Sedangkan pengertian makanan gizi seimbang adalah mengkonsumsi

makanan yang mengandung nutrisi dan gizi disesuaikan dengan kebutuhan

tubuh dengan tetap memperhatikan berbagai prinsip seperti keberagaman

jenis makanan, aktifitas tubuh, berat badan ideal serta faktor usia.

2. Susunan gizi seimbang


a. Zat Tenaga

Pada gambar terletak pada bagian bawah karena porsinya yang paling

besar. Berguna sebagai sumber tenaga yang akan memberikan tenaga

pada tubuh agar kuat dalam melakukan berbagai aktifitas sehari-hari. Zat

tenaga paling utama adalah karbohidrat. Karbohidrat banyak terdapat

pada makanan pokok seperti padi, jagung, kentang, singkong, sagu,

gandum serta semua makanan yang terbuat dari bahan – bahan tersebut

seperti roti, nasi, mie, kue dan sebagainya.

b. Zat Pengatur

Pada gambar terletak di tengah, porsinya lebih sedikit dari pada zat

tenaga. Zat pengatur berguna untuk mengatur organ tubuh agar dapat

bekerja dengan baik. Zat pengatur terdiri dari vitamin dan mineral.

Kedua zat ini banyak terdapat pada sayur – sayuran dan buah – buahan.

c. Zat Pembangun

Pada gambar terletak di bagian atas karena porsinya paling sedikit

dibanding yang lain. Zat pembangun berguna untuk pembentukan,

pertumbuhan serta pemeliharaan sel – sel dalam semua organ tubuh. Zat

pembangun yang utama adalah protein, baik itu protein nabati seperti

kedelai, kacang hijau, kacang tanah dan semua makanan yang dihasilkan

dari bahan – bahan tersebut, maupun protein hewani seperti daging,

telur, ikan serta susu.


3. Manfaat Dan Pentingnya Zat Besi

Zat besi merupakan salah satu mineral penting yang dibutuhkan oleh

tubuh kita. Salah satu Fungsi utama zat besi adalah sebagai komponen

pembentuk Hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah yang berfungsi

mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh. Selain itu zat

besi juga berperanan penting dalam fungsi normal daya tahan tubuh.

Kebutuhan zat besi bergantung pada jenis kelamin dan umur manusia.

Pada wanita dewasa usia subur 18.9 mg/hari.

Makanan yang mengandung zat besi yaitu daging merah, kuning telur,

ikan, sayuran berdaun gelap atau hijau terutama bayam, daun singkong,

kankung, dan sawi mengandung zat besi yang banyak, kacang-kacangan

seperti kacang polong, kacang kedelai, kacang tanah, buah kering (plum,

kismis).

Penanggung Jawab

(Yayuk Novia Paweningtyas)


SATUAN ACARA PENYULUHAN

10. Topik : Tablet Fe

11. Sasaran : Nn. P

12. Tempat : Klinik Pratama Rawat Inap AN NUUR Karanganyar

13. Hari/Tanggal : Jumat, 28 Juli 2017

14. Pukul : 14.00 WIB

15. Tujuan

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan, Nn. P dapat mengerti dan memahami

tentang tablet Fe.

b. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan Nn. P mampu :

1) Mengerti tentang Pengertian Tablet Fe

2) Tujuan Pemberian Tablet Fe

3) Indikasi Pemberian Tablet Fe

4) Efek Samping Pemberian Tablet Fe

5) Cara Mengkonsumsi Zat Besi (Fe)

6) Faktor – faktor yang mempengaruhi Penyerapan zat besi

7) Jenis Makanan Zat Besi

16. Materi : Terlampir

17. Metode : Ceramah dan tanya jawab

18. Media : Leaflet


lxxvii

LAMPIRAN MATERI

1. Pengertian Tablet Fe

Tablet Fe adalah elemen biokatalitik yang paling penting dalam enzymologi

manusia, dengan peran utamanya dalam metabolism oksidatif, proliferasi

dan pertumbuhan sel serta penyimpanan dan transportasi oksigen.

2. Tujuan Pemberian Tablet Fe

Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memperbaiki status besi.

3. Indikasi Pemberian Tablet Fe

Indikasi pemberian tablet Fe adalah ibu hamil, balita, anak usia sekolah, dan

wanita usia subur termasuk remaja putri dan pekerja wanita dengan

kurangnya asupan zat besi.

4. Efek Samping Pemberian Tablet Fe

Efek samping dari pemberian tablet Fe adalah gangguan gastrointestinal

seperti mual, muntah, kembung, konstipasi atau diare.

5. Cara Mengkonsumsi Zat Besi (Fe)

cara mengkonsumsi zat besi (Fe) yaitu sehari sekali dan diminum pada saat

malam hari karena efek dari meminum tablet Fe dapat menimbulkan rasa

mual dan diminum dengan menggunakan air jeruk agar penyerapan lebih

maksimal serta dianjurkan untuk menghindarkan makan dan minum yang

menghambat penyerapan besi misalnya kopi serta teh.

6. Faktor – faktor yang mempengaruhi Penyerapan zat besi

Absorbsi zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu:


lxxviii

a. Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang

dibutuhkan. Bila besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi akan

meningkat.

b. Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat

menurunkan penyerapan.

c. Adanya Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi besi dari makanan

melalui pembentukan kompleks ferro askorbat.

d. Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan Fe

e. Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan

penyerapan Fe.

f. Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan Fe

7. Jenis Makanan Zat Besi

Terdapat beberapa jenis makanan yang dapat mempengaruhi bioavailabilitas

besi yang dikatagorikan sebagai pelancar dan penghambat zat besi.

Golongan pelancar absorbsi antara lain hati sapi, daging sapi, ayam, udang

segar, kerang, telur ayam ras, kuning telur, susu sapi, kedele, tempe, tahu,

daun kelor, sawi kol, bayam, kangkung, pepaya, jeruk manis. Adapun

golongan penghambat absorbsi antara lain Beras ketan hitam tumbuk,

jagung, katuk, daun singkong, daun pakis, buncis , jambu, teh, kopi.

Penanggunga

(Yayuk Novia Paweningtyas)


lxxix
lxxx
Lampiran 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik : Vulva Hygine

2. Sasaran : Nn. P

3. Tempat : Klinik Pratama An-Nuur Karanganyar

4. Tanggal : 28 Juli 2017

5. Waktu : 13.55 WIB

6. Tujuan :

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan dapat mengerti dan memahami tentang

vulva hygine.

b. Tujuan Khusus

Setelah dilakauakan penyuluhan mampu :

1) Mengerti tentang pengertian vulva hygine

2) Mengerti tentang tujuan vulva hygine

3) Mengerti tentang perawatan vula hygine

4) Mengerti tentang waktu perawatan vulva

5) Mengerti dampak perawatan vulva hygine

7. Materi :Terlampir

8. Metode : Ceramah dan tanya jawab

9. Media : Materi dan leaflet


LAMPIRAN MATERI

A. Pengetian

Vulva Hygine adalah memberikan tindakan pada vulva untuk menjaga

kebersihannya

B. Tujuan

1. Mencegah infeksi di daerah vulva, perineum, maupun uterus

2. Untuk kebersihan vulva dan vagina

3. Memberikan rasa nyaman pasien

C. Lingkup perawatan

Lingkup perawatan vulva dan vagina ditujukan untuk pencegahan infeksi

organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang

masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan

bakteri pada pantyliner/pembalut dan untuk kebutuhan rasa nyaman adalah

1. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau

2. Rutin ganti pantyliner minimal 2 kali sehari

D. Waktu Perawatan

Waktu perawatan perineum adalah :

1. Saat mandi

Pada saat mandi, pasti melepas pembalut/pantyliner , setelah terbuka

maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang


tertampung pada pembalut , untuk itu maka perlu dilakukan

penggantian pembalut/pantyliner.

2. Setelah BAK

Pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air

seni pada vulva dan vagina .Untuk itu perlu dilakukan pembersihan

pada vulva vagina

3. Setelah buang air besar

Pada saaat baung air besar diperlukan pembersihan sisa sisa kotoran di

sekitar anus , untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari

anus ke vulva dan vagina yang letaknya bersebelahan maka perlu

membersihkan anus dan vulva vagina secara keseluruhan.

Penanggung Jawab

(Yayuk Novia Paweningtyas)


lxxxvi

DOKUMENTASI

Pemeriksaan tekanan darah

Konseling Gizi Seimbang


Pemeriksaan Abdomen
lxxxviii

Anda mungkin juga menyukai