Anda di halaman 1dari 24

Dicetak pada tanggal 2020-11-07

Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Sosial Emosional Anak

Perkembangan sosial yaitu perkembangan tingkah laku anak dalam

menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di masyarkat tempat anak

berada. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri

menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. (Syamsu

Yusuf, 2004: 122).

Anak yang berusia 4 sampai 8 tahun adalah fase hubungan pribadi dengan

lingkugan sosial, maka dari itu pada usia ini perlu dikembangkan rasa sosial anak.

Perkembangan aspek sosial merupakan memeperoleh kemampuan berperilaku

yang sesuai dengan tuntutan sosial dan mampu bersosialisasi dengan memerlukan

tiga proses sebagai berikut anak-anak harus menyukai orang dan aktivitas sosial,

jika mereka berhasil melakukan mereka akan dapat menyesuaikan diri dengan

baik dan akan diterima sebagai anggota kelompok. Untuk memahami

perkembangan sosial anak perlu dipahami teori-teori perkembangan seperti teori

Erikson karena pada anak usia dini perkembangan sosial tumbuh secara pesat.

Emosi merupakan letupan perasaan yang dari dalam diri seorang, baik

bersifat positif ataupun sebaliknya. Perkembangan emosi anak perlu mendapatkan

perhatian, karena kondisi emosi seseorang akan berdampak pada penyesuaian

pribadi dan sosial (Hibana, S.,Rahman: 110).

Emosi merupakan sikap yang muncul dari hati. Dan dari emosi tersebut

tanggung jawab muncul. Sehingga anak yang mudah menunjukan empati dan

6
Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 7

kasih sayangnya akan mudah bersosialisasi dengan orang sekitar, terutama dengan

teman-temanya.

Secara bahasa sosial berarti sesuatu yang berkenaan dengan orang lain atau

masyarakat. Sosial juga bisa berarti suka memperhatikan kepentingan umum,

seperti suka menolong, menderma, dan sebagainya. Sedangkan emosi secara

bahasa berarti luapan perasaan yang berkembang; keadaan dan reaksi psikologis

dan fisiolagis seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan yang bersifat

subjektif.

Pada konteks psikologi, emosi diartikan sebagai gejala psikofisiologis yang

menimbulkan efek pada persepsi, sikap dan perilaku. Emosi dalam pemakaian kita

sehari-hari sangat berbeda dengan pengertian emosi dalam psikologi. Emosi

dalam pemakain sehari-hari mengacu pada ketegangan yang terjadi pada individu

sebagai akibat dari tingkat kemarahan yang tinggi. Berdasarkan berbagai

pengertian diatas, maka sosial emosi dapat diartikan sebagai perbuatan yang

disertai dengan perasaan-perasaan tertentu yang melingkupi individu di saat

berhubungan dengan orang lain. Jadi perkembangan sosial emosi pada anak usia

dini yaitu perubahan perilaku yang disertai dengan perasaan-perasaan tertentu

yang melingkupi anak usia dini saat berhubungan dengan orang lain.

1. Tahap-Tahap Perkembangan Sosial Emosional Anak

Untuk memahami perkembangan sosial anak perlu dipahami teori-teori

perkembangan seperti teori Erikson karena pada anak usia dini perkembangan

sosial tumbuh secara pesat. Berikut ini terdapat tahap perkembangan sosial

menurut Erikson:
Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 8

Perkembangan Sosial Erik H Erison

Perkiraan Krisis Hubungan Penekanan


Tahap
Usia Psikososial Penting Psikososial
Lahir hingga Kepercayaan Orang Memperoleh
I 18 bulan Vs yang bergantung Memberi
ketidakpercayaan pada ibu sebagai balasan
18 bulan Otonomi vs Orang Berpegang
II Hingga Keraguan yang bergantung Memberikan pergi
3 tahun pada orang tua
3 hingga Inisiatif vs. Keluarga dasar Membuat (mengajar)
III
6 tahun Rasa bersalah
6 hingga 12 Kerajinan Tetangga, Menyerupai (bermain)
IV
tahun vs. inferioritas sekolah
12 hingga Identitas Kelompok Membuat sesuatu
18 tahun vs. keterasingan sebaya Dan Menyatukansegala
V
teladan sesuatu
kepemimpinan

Anak usia dini berada pada tahap III, tahap inisiatif versus rasa bersalah dan

anak-anak merasa lebih yakin bahwa mereka sendiri adalah diri mereka

sendiri.Pada fase Inisiatif ini merupakan kemampuan untuk merencanaka dan

melaksanakan tindakan dengan kepercayaan diri dan kemandirian yang penuh.

Oleh karena itu, walaupun anak melakukan kesalahan dan mengalami kegagalan

anak akan mencoba kegiatan yang diinginkan sampai anak berhasil melaksanakan

keinginannya. Rasa bersalah yang merupakan kondisi perasaan anak terhadap

perilakunya yang salah atau yang tidak sesuai.

Kemampuan berkembang dengan pesat melalui berbagai kegiatan bermain

yang dilakukan anak. Melalui kegiatan bermain anak melakukan berbagai

pertualangan dan percobaan yang menyenangkan. Oleh karena itu, peran orang
Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 9

tua yaitu menyediakan lingkungan yang dapat mendorong perkembangan inisiatif

anak secara optimal. Disamping itu, orang tua perlu menghindarkan anak dari

berbagai bahaya yang akan mengancam anak melalui berbagai kegiatan bermain

yang dilakukannya.

Sementara menurut George S. Marison, perkembangan sosial dan emosi

murid taman kanak-kanak dapat ditingkatkan dengan melakukan hal-hal berikut

ini :

a. Berikan kesempatan bagi anak untuk ikut serta secara fisik dan mental dalam

aktifitas yang mencakup pemecahan masalah dan aktivitas sosial dengan

orang lain.

b. Ajarkan dan contohkan cara berteman dan menjaga pertemanan.

c. Contohkan emosi sosial dan emosi yang positif. Bacakan cerita dan bahas

perasaan-perasaan seperti marah, bahagia, bersalah, dan bangga.

d. Berikan kesempatan pada anak untuk menjadi pemimpin dalam proyek dan

aktivitas.

e. Beritahukan harapan tentang sikap yang baik dan bahas dengan murid.

Perilaku sosial seseorang dapat dihubungkan dengan perilaku bermain. Ada

lima kategori yang harus diperhatikan dalam perilaku tersebut:

a. Inisiatif terdiri dari mengenalkan dirinya sendiri, memulai pembicaraan,

melakukan kegiatan bersama.

b. Bersikap menyenangkan, menjadi orang yang menyenangkan, ramah dan

penuh perhatian.

c. Perilaku prososial meliputi kejujuran dan sifat dapat dipercaya, bermurah

hati, berbagai rasa dan dapat diajak kerja sama.


Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 10

d. Menghargai diri sendiri dan orang lain terdiri dari menghargai orang lain dan

memiliki kebiasaan yang baik, memiliki sikap dan kepribadian positif,

menjadi diri sendiri.

e. Membentuk dukungan sosial.

Menurut Yuliani Nuraini Sujiono perkembangan sosial anak usia sampai enam

tahun yaitu:

a. Menyatakan gagasan yang kaku terhadap jenis kelamin.

b. Memiliki teman yang baik, meskipun untuk jangka waktu yang pendek.

c. Sering bertengkar, tetapi dalam jangka waktu yang singkat.

d. Dapat berbagi dan mengambil giliran,

e. Ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan pengalaman di sekolah.

f. Mempertimbangkan setiap guru merupakan hal yang sangat penting.

g. Ingin menjadi nomor satu.

h. Menjadi posesif terhadap barang-barang kepunyaannya.

Peran pendidik dalam membantu kemampuan perkembangan sosial yaitu

menyediakan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain,

mendukung interaksi dengan kelompok sebaya serta dengan orang dewasa,

mengenali dan memahami pola-pola interaksi diantara anak-anak, dan

menyediakan metode perilaku prososial atau menolong orang lain dengan

sukarela serta sebagai guru dan orang tua membantu anak mengenali dan

menghargai emosi anak.

Untuk memahami perkembangan sosial anak perlu dipahami teori

perkembangan seperti teori Erikson, karena pada anak usia dini perkembangan

sosial tumbuh secara pesat. Perilaku dalam situasi sosial merupakan dasar
Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 11

perilaku sosial yang diletakkan pada masa bayi, dan mulai dibina sampai manusia

tumbuh berkembang pada periode berikutnya.Untuk perkembangan sosial anak

berikutnya sangat berpengaruh pada hubungan yang tercipta dengan orang lain,

pola perilaku pada situasi sosial pada masa anak-anak awal dapat dilihat dalam

bentuk: kerja sama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial,

simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri

sendiri, dan memicu serta perilaku kelekatan.

Emosi merupakan perasaan atau sikap yang melibatkan paduan dari gerakan

fisiogis (misalnya detak jantung cepat) dan perilaku membuka (senyum,

menyeringai). Apabila kita menyebut emosi anak, beberapa perasaan dramtik

yang diingat seperti takut, senang luar biasa.

Berdasarkan hasil survey terhadap orang tua dan guru menunjukan adanya

kecendrungan yang sama diseluruh dunia, generasi sekarang lebih banyak

memiliki kesulitan emosi dari generasi sebelumnya. Pengembangan aspek emosi

semakin perlu dipahami, dimiliki dan diperhatikan mengingat kondisi kehidupan

saat ini semakin kompleks dan memberikan dampak yang sangat buruk terhadap

perkembangan sosial emosional anak. Anak perlu dibekali keterampilan emosi

dan sosial yaitu suatu kemampuan mengenali, mengolah dan mengontrol emosi

sehingga dapat merespon dengan baik setiap kondisi yang merangsang munculnya

emosi.

Kemampuan untuk berinteraksi secara emosional sudah ada pada anak sejak

lahir, begitu pentingnya peran emosi dalam kehidupan anak, sehingga emosi

mempengaruhi penyesuain pribadi dan sosial anak seperti:

a. Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari


Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 12

b. Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan

c. Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik

d. Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi

e. Emosi mempengaruhi aktivitas mental

f. Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial

g. Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan

h. Emosi mempengaruhi interaksi sosial

i. Emosi memperlihatkan kesanya pada ekspresi wajah

j. Emosi mempengaruhi suasana psikolagis

k. Reaksi emosional, apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan.

Emosi mempengaruhi peran pematangan, dan peran belajar, kedua faktor ini

sama-sama mempengaruhi emosi, tetapi faktor belajar lebih penting dikarenakan

faktor belajar bisa dikendalikan, berikut ini metode belajar yang menunjang

perkembangan emosi:

a. Belajar secara coba dan ralat

b. Belajar dengan cara meniru

c. Belajar dengan cara menyamakan diri

d. Belajar melalui pekondisian

e. Pelatihan

Pola emosi pada anak, emosi setiap anak sangatlah berbeda-beda, apalagi

bila dibedakan dengan anak yang lebih tua atau dengan orang dewasa, sebenarnya

tidak logis jika menuntut agar semua anak pada usia tertentu mempunyai pola

emosi yang sama. Perbedaan individu tidak dapat diletakan karena adanya
Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 13

perbedaan taraf pematangandan kesempatan belajar, adapun bentuk-bentuk emosi

anak: rasa takut, canggung, khawatir, cemas, marah, dan cemburu, serta duka cita.

Menurut Yuliani Nuraini Sujiono, perkembangan emosi anak yang berusia

5-6 tahun yaitu:

a. Dapat menyatakan perasaan

b. Menyatakan perhatian yang lebih sedikit ketika terpisah dari teman

c. Menyatakan selera humor didalam lelucon, kata-kata omong kosong

d. Belajar mengenai hal-hal yang benar dan hal-hal yang salah

e. Mulai dapat menyatakan perasaan.

Rini Hildayani,dkk mengungkapkan bahwa ada 4 aspek perkembangan

sosial-emosi pada anak usia dini:

a. Perkembangan pemahaman diri

Pada masa kanak-kanak awal (4-6 tahun) mereka memandang dirinya secara

berlebihan karena mereka lebih mendasari penilaian dirinya pada kemajuan yang

mereka buat dalam berbagai kegiatan yang dilakukan daripada membandingkan

kemampuan mereka dengan teman-teman sebayanya.

b. Perkembangan hubungan sosial

Area utama perkembangan hubungan sosial adalah pertemanan. Dalam

pertemanan, anak ingin bisa bermain sebanyak mungkin dengan temannya.

c. Perkembangan kemampuan mengatur diri sendiri

d. Kemampuan individu untuk mengatur diri sendiri berkembang seiring dengan

perkembangan sosial individu.

e. Perkembangan perilaku sosial

Perilaku sosial merupakan kegiatan yang berhubungan dengan orang lain.


Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 14

2. Tingkat Pencapaian Perkembangan Sosial Emosional pada Anak Usia

Dini

Ketercapaian kemampuan sosial emosional pada anak usia dini berbeda-

beda. Untuk mengetahui apakah ketercapaian tersebut menggambarkan kemajuan

atau tidak maka dibuatlah patokan atau standar yang perlu dicapai oleh anak usia

dini pada usia tertentu.

Patokan atau standar tersebut dapat membantu pendidik PAUD ataupun

orang tua untuk mengetahui apakah anak sudah mencapai kemampuan sosial

emosionalnya atau belom. Patokan atau standar dapat memberikan informasi

kepada pendidik PAUD atau orang tua mengenai stimulus apa yang harus

diberikan kepada anak untuk dapat mencapai perkembangan yang optimal. Terkait

dengan tingkat pencapaian perkembangan sosial emosional pada anak usia dini,

BNSP menstandarkan sebagai berikut.

Usia Perkembangan sosial emosional


4-5 tahun - Mampu berbagi, menolong dan membantu teman
- Antusias dalam melakukan perlombaan
- Menahan perasaan dan mengendalikan reaksi (sakit tetapi
tidak menangis, marah tetapi tidak memukul)
- Menaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan.
5-6 tahun - Bersikap kooperatif dengan teman
- Menunjukan sikap toleran
- Mengekspresikan emosi dalam berbagai situasi (senang,
gembira, antusias, dan sebagainya)
- Memahami peraturan dan disiplin
- Mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai
sosial budaya setempat.
Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 15

Jika dibandingkan dengan kemampuan perkembangan sosial emosional

pada anak usia 4-5 tahun, pada usia 5-6 tahun terjadi peningkatan kemampuan

perkembangan sosial emosional pada usia 5-6 tahun. Hal ini dikarenakan dengan

bertambahnya usia, anak lebih banyak bermain dan bercakap-cakap dengan orang

lain, khususnya dengan teman-temannya. Hubungan anak dengan teman-

temannya yang semakin meningkat melalui kegiatan bermain baik disekolah tau

di lingkungan rumah dapat menjadikan anak memahami dirinya sendiri untuk

bersikap kooperatif, toleran, menyesuaikan diri, dan mematuhi aturan yang

berlaku dirumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Anak juga akan

menerapkan tata krama agar diterima dengan baik oleh lingkungannya, dan

dihargai sebagai orang yang mengenal dan dapat menerapkan tata krama.

3. Problematika Perkembangan Sosial-Emosional pada Anak Usia Dini

Aspek sosial emosi pada anak usi dini perkembangan nya dapat diihat mana

kala anak bertemu dan berinteraksi dengan orang lain. Demikian juga dengan

berbagai masalah perkembangan sosial emosi pada anak usia dini, hal ini terlihat

manakala anak bertemu dan berinteraksi dengan orang lain. Beberapa masalah

perkembangan sosial emosional pada anak usia dini yang mudah sekai ditemukan

pada anak dalam kehidupan keseharian kita. Masalah-masalah tersebut yaitu :

a. Penakut

Setiap anak tentunya memiliki rasa takut tetapi ada rasa takut yang wajar

serta adapula yang berlebihan maka dapat mengganggu kesehatan, kemudian

kegiatan kesehariannya pun semakin menurun kwalitasnya.


Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 16

b. Pencemas

Ada 3 faktor yang dapat menyebabkan anak usia dini menjadi pencemas

yaitu, perasaan tidak aman yang dialami anak usia dini, perasaan bersalah yang

dialami anak usia dini, dan rasa kecewa yang berlebihan akibat kegagalan

berulang yang dilakukan oleh anak usia dini.

c. Rendah diri

Ciri-ciri anak usia dini yang memiliki perasaan rendah diri antara lain susah

untuk berbicara, menutup diri dari teman-temannya, mudah ragu dan takut tetapi

mudah marah dan tersinggung, dan pesimistik karena merasa dirinya tidak mampu

untuk melakukan sesuatu.

d. Pemalu

Ada 5 hal yang menjadi penyebab anak usia dini menjadi pemalu yaitu :

1) Anak sering mendapat hina dan celaan dari orang lain

2) Anak dijuluki dengan julukan-julukan yang bertigma negatif ,misalnya

pembohong, pencuri, pembual, anak nakal, dan lainya

3) Sikap pilih kasih orang tua tau pendidik PAUD

4) Anak memiliki cacat jasmani dan kurang mendapat perhatian orang lain

5) Faktor ekonomi orang tua, seperti kemiskinan

e. Ketidakpatuhan

Ada 5 faktor yang mendasari terjadinya ketidakpatuhan:

1) Orang tua atau pendidik PAUD kurang disiplin dalam mendidik anak

2) Pemberian disiplin yang sangat keras dari orang tua dan pendidik PAUD

yang menuntut anak untuk berlaku sempurna

3) Pemberian disiplin yang tidak konsisten dari orang tua atau pendidik PAUD
Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 17

4) Orang tua berada dalam stres atau konflik

5) Anak biasanya sulit patuh jika sedang mengalami kelelahan, sakit, lapat, dan

dalam tekanan emosional.

4. Optimalisai Perkembangan Sosial-Emosional dan Penilaian Aspek

Perkembangan Sosial Emosional pada Anak Usia Dini

Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik PAUD atau orang tua untuk

mengoptimalkan perkembangan sosial emosional pada anak usia dini yaitu :

a. Memberikan perhatian kepada anak

b. Mengenalkan berbagai emosi positif dan emosi negatif serta dampaknya

pada anak

c. Memenuhi kebutuhan anak

d. Menciptakan perilaku positif pada anak

e. Memberikan penguatan terhadap perilaku anak

f. Menjalin komunikasi dengan baik

g. Memberikan contoh perilaku yang baik

h. Memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan kegiatan

bermain sosial.

Penilaian aspek perkembangan sosial emosional yaitu:

a. Tenggang rasa terhadap orang lain

b. Bekerja sama dengan teman

c. Mudah bergaul/berinteraksi dengan orang lain

d. Dapat berkomunikasi dengan orang yang sudah dikenalnya

e. Meniru kegiatan orang dewasa

f. Mau berbagi dengan teman sebaya


Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 18

g. Tolong menolong sesama teman

h. Dapat mengikuti aturan permainan

i. Dapat mematuhi peraturan yang ada

j. Dapat memusatkan perhatian

k. Belajar memisahkan diri orang tuanya terutama ibu

l. Menyayangi anggota keluarga dan teman-teman

m. Merasa puas atas prestasi yang dicapai

n. Dapat mengendalikan emosi

o. Menghargai karya orang lain

p. Menunjukan reaksi emosi yang wajar karena marah, senang, sakit, takut,

dan sebagainya

q. Berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar

r. Dapat menghindari obat-obat yang berbahaya

s. Dapat menggunakan benda-benda yang berbahaya dengan hati-hati.

2.2 Metode Bermain Sandiwara Boneka

1. Pengertian Bermain

Bermain adalah wahana penting bagi perkembangan sosial emosional,

kognitif dan aspek perkembangan lainya maupun bagi ketercapaian

perkembangan anak.Bermain juga dapat diartikan suatu kegiatan yang sangat

disenangi anak. Pada berbagai situasi dan tempat selalu saja anak menyempatkan

untuk menggunakan sebagai arena bermain dan permainan.

Kegiatan belajar di TK lebih banyak dilakukan dengan bermain. Pada

dasarnya, situasi TK didesain sebgai arena bermain. Dari berbagai pandangan

bermain yaitu suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang
Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 19

utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional. Bermian merupakan

sesuatu yang perlu bagi perkembangan anak dan dapat digunakan sebagai suatu

cara untuk memacu perkembangan anak. Bermain merupakan cara yang dapat

digunakan dalam kegiatan belajar TK sekaligus ditetapkan sebagai suatu metode

pembelajaran.

Dengan bermain dapat dikembangan aspek perkembangan antara lain:

a. Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengembangkan aspek sosial, misalnya,

dengan bermain peran secara tidak langsung memperkaya wawasan mereka

mempersiapkan diri untuk memasuki masa selanjutnya.

b. Anak bermain untuk membangun aspek fisik. Aktivits fisik terlihat disaat anak-

anak melakukan permainan.

c. Melalui bermain anak dapat mengembangkan aspek motorik, melewati tahap-

tahap perkembangan yang sama dari perkembangan. Dari masa bayi sampai

anak-anak akhir.

d. Melalui kegiatan bermain anak mengembangkan aspek kreativitas. Anak

memuaskan keinginan-keinginannya yang terbatas. Dengan bermain anak

seperti mencari pengembangan untuk apa yang tidak ia peroleh sebelumnya.

e. Bermain memungkinkan perkembangan aspek emosi. Anak dapat berekpresi

melepaskan perasaan emosinya.

f. Bermain juga dapat mengembangkan aspek kepribadian, dengan bermain

kepribadian anak akan terus berkembang.

g. Bermain mengembangkan peran sex atau jenis kelamin. Anak biasanya

cenderung menyesuaikan dengan peran jenis kelamin mereka.


Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 20

h. Bermain dapat mengembangkan aspek bahasa. Melalui bermain anak

berinteraksi dengan teman sebayanya.

i. Bermain mengembangkan minat. Pada saat bermain anak akan terlihat

minatnya.

j. Bermain dapat mengembangkan aspek kognitif. Saat anak bermain akan

berinteraksi dengan temannya, disaat menjelaskan permainan apa yang aka

dilakukan anak terlihat kemampuan kognitifnya dalam menjelaskan, sementara

temanya akan berusaha memahami.

k. Bermain dapat mengembangkan aspek moral, pada saat berlangsungnya

aktivitas bermain , moral anak berkembang.

Fungsi bermain bagi anak usia dini menurut Gordon & Browne (dalam

Moeslichatoen, 1985: 268) ada 8 fungsi bermain bagi anak :

a. Menirukan apa yang dilakukan orang dewasa. Contohnya, meniru ibu

memasak didapur, dokter mengobati orang sakit, dan sebgainya

b. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata seperti

guru mengajar dikelas, sopir mengendari bus, petani menggarap sawah, dan

sebagainya

c. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang

nyata. Contohnya ibu memandikan adik, ayah membaca koran, kakak

mengerjakan tugas sekolah, dan sebagainya

d. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul kaleng, menepuk-

nepuk air, dan sebagainya


Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 21

e. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima seperti

berperan sebagai pencuri, menjadi anak nakal, pelanggar lalu lintas, dan lain-

lain

f. Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok gigi, sarapan

pagi, naik angkutan kota, dan sebagaina

g. Mencerminkan pertumbuhan sepertipertumbuhan misalnya semakin bertambah

tinggi tubuhnya, semakin gemuk badanya, dan semakin dapat berlari cepat

h. Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyeelesaian masalah

seperti menghias ruangan, mentiapkan jamuan makan, dan pesta ulang tahun.

Karakteristik bermain anak yaitu :

a. Bermain adalah sukarela

b. Bermain adalah pilihan anak

c. Bermain adalah kegiatan yang menyenangkan

d. Bermain simbolik

e. Bermain adalah aktif melakukan kegiatan

2. Metode Bermain Sandiwara Boneka

Menurut Montolalu, B.E.F (2007:10) bahwa metode sandiwara boneka

adalah teknik bercerita dengan menggunakan boneka dan dapat pula

dikombinasikan dengan menggunakan panggung.

Sedangkan menurut Gunarti, W. dkk ( dalam Saweri Gading, 2010:5) bahwa

bercerita dengan menggunakan boneka (sandiwara boneka) adalah merupakan

kegiatan bercerita dengan menggunakan media boneka sebagai pemeran tokoh

dalam cerita dan beneka yang digunakan bisa berupa boneka jari, boneka tangan

dan boneka wayang.


Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 22

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa sandiwara boneka adalah merupakan kegiatan bercerita dengan

menggunakan media berupa boneka.

A. Bentuk Metode Sandiwara Boneka

Metode sandiwara boneka adalah merupakan metode yang dapat diterapkan

ketika guru akan berserita dalam proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak.

Menurut Montolalu, B. E. F ( 2007:10) bahwa bercerita dengan menggunakan

media boneka adalah “merupakan teknik yang tidak kalah menariknya bagi anak

dan dalam pelaksanaannya banyak boneka yang bisa kita gunakan dalam kegiatan

ini, yaitu boneka tangan dan boneka jari”.

Sedangkan menurut Menurut Gunarti, W. dkk ( dalam Saweri Gading,

2010:19)bahwa kegiatan bercerita dengan menggunakan media boneka sebagai

pemeran tokoh dalam cerita, yang dapat digunakan bisa berupa boneka jari,

boneka tangan dan boneka wayang”. Berikut penjelasannya.

a. Boneka Tangan

Menurut Gunarti, W. dkk ( dalam Saweri Gading, 2010:20) bahwa boneka

tangan adalah boneka yang ukurannya lebih besar dari boneka jari dan bisa

dimasukkan ke tangan”.

b. Boneka Jari

Menurut Gunarti, W. dkk ( dalam Saweri Gading, 2010:20) bahwa boneka

Jari adalah “boneka yang dimasukkan kedalam jari tangan, bentuknya kecil

seukuran jari tangan orang dewasa”.


Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 23

c. Boneka Wayang

Menurut Gunarti, W. dkk ( dalam Saweri Gading, 2010:20) bahwa boneka

wayang adalah “boneka berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi yang kita beri

kayu sebagai pegangan untuk dimainkan seperti halnya memainkan wayang”.

d. Boneka dengan menggunakan panggung

Menurut Montolalu, B. E. F (2007:12) bahwa “kegiatan bercerita melalui

media boneka dengan menggunakan panggungnya akan meningkatkan aspek-

aspek perkembangan anak”.

Selanjutnya menurut Montolalu, B. E. F (2007:12) bahwa panggung boneka

dapat membantu anak untuk:

a. Mengembangkan daya kreasi dan imajinasinya;

b. Berkonsentrasi;

c. mengembangkan keterampilan berkomunikasi

d. belajar bekerja sama;

e. mengurangi kecemasan,

f. memperoleh pengetahuan;

g. mengenalkan tentang aturan kehidupana

h. sadar akan perilakunya.


Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 24

B. Manfaat Sandiwara Boneka

Menurut Warta (dalam Saweri Gading, 2010:6), bahwa terdapapt beberapa

keuntungan penggunaan boneka untuk sandiwara adalah:

a. Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang terlalu rumit.

b. Tidak banyak memakan tempat, panggung sandiwara boneka dapat dibuat

cukup kecil dan sederhana.

c. Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi yang akan memainkannya.

d. Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan dan

menambah suasana gembira.

C. Langkah-langkah Sandiwara Boneka

Menurut Gunarti, W. dkk ( dalam Saweri Gading, 2010:21) bahwa dalam

bercerita dengan menggunakan media boneka (sandiwara boneka) terdapat

beberapa langkah-langkah dalam pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Siapkan segala perlengkapan yang akan kita gunakan, seperti boneka.

b. Atur posisi duduk anak yang membuat anak merasa nyaman

c. Kita dapat mengemukakan kalimat prolog sebelum adegan cerita dimulai

d. Selanjutnya, kita dapat memulai adegan demi adegan yang diperankan oleh

boneka-boneka tersebut secara bergantian. Ketika cerita sudah selesai

dituturkan, kita dapat mengajukan pertanyaan seputar cerita tersebut, misalnya

tentang judul cerita, tokoh cerita, isi cerita. Bisa juga meminta pendapat atau

komentar anak mengenai cerita tersebut. Dapat pula kita minta anak

memperagakan karakter suatu tokoh atau suatu kejadian dalam cerita tersebut.
Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 25

e. Selanjutnya guru bisa bersama-sama dengan anak menyimpulkan isi cerita

tersebut, termasuk mencari pelajaran dari isi cerita juga mencari solusi terbaik

dari permasalahan yang ada pada cerita tersebut.

f. Akhiri kegiatan bercerita dengan meminta anak untuk menceritakan kembali isi

cerita atau tutup dengan nyanyian yang menggambarkan isi cerita tersebut.

Menurut Al-Rasyid, W. dkk ( dalam Saweri Gading, 2011:23) bahwa agar

boneka dapat menjadi media instruksional yang efektif, maka perlu kita per-

hatikan beberapa hal yang antara lain adalah:

a. Rumusan tujuan pembelajaran dengan jelas. Dengan demikian akan dapat

diketahui, Apakah tepat digunakan permainan sandiwara boneka atau

sandiwara yang lain.

b. Buatlah naskah atau skenario sandiwara yang akan dimainkan secara terperinci.

Baik dialognya, settingnya dan adegannya harus disusun secara cermat,

sekalipun dalangnya dimungkinkan untuk berimprovisasi saat ia

mendalang/memainkan boneka tersebut.

c. Permainan boneka mementingkan gerak dari pada kata. Karena itu

pembicaraan jangan terlalu panjang, dapat menjemukan penonton. Untuk anak-

anak usia kelas rendah sekolah dasar atau anak-anak TK, sebaiknya permainan

boneka dirancang untuk banyak melibatkan dialog dengan anak pada saat

permainan.

d. Permainan sandiwara boneka jangan terlalu lama, kira-kira 10 sampai 15

menit. Agar pesan khusus yang disampaikan kepada anak dalam permainan

sandiwara boneka tersebut dapat ditangkap/dimengerti oleh anak-

anak/penonton.
Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 26

e. Hendaknya diselingi dengan nyanyian, kalau perlu penonton diajak nyanyi

bersama. Bila perlu dilanjutkan dengan dialog atau diskusi dengan anak-

anak/penonton untuk memantapkan pesan nilai yang diajarkan.

f. Isi cerita hendaknya sesuai dengan umur dan kemampuan serta daya imajinasi

anak-anak yang menonton.

g. Selesai permainan sandiwara, hendaknya diadakan kegiatan lanjutan seperti

tanya-jawab, diskusi atau menceritakan kembali tentang isi cerita yang

disajikan.

h. Jika memungkinkan, berilah kesempatan kepada anak-anak untuk

memainkannya.

2.3 Melalui Metode Bermain Sandiwara Boneka dapat Meningkatkan

Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Metode sandiwara boneka merupakan metode yang dapat diterapkan ketika

guru akan bercerita dalam proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak.Dalam

kehidupan anak usia dini bermain sandiwara boneka mempunyai manfaat antara

lain:Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang terlalu

rumit, tidak banyak memakan tempat, panggung sandiwara boneka dapat dibuat

cukup kecil dan sederhana, tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi yang

akan memainkannya, dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi

keaktifan dan menambah suasana gembira.

Dalam bermain sandiwara boneka, anak-anak memiliki kebebasan saat

memainkan boneka. Salah satu manfaat besar bagi anak dalam bermain sandiwara

boneka anak dapat menjadikan boneka seperti apa yang dia harapakan yaitu

kemampuan mengekspresikan perasaan yang tidak bisa diutarakan kala menjadi


Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 27

diri sendiri. Disamping itu, saat anak bermain sandiwara boneka anak akan

menyatakan keinginan, pikiran, dan perasaan dengan bertanya, dan meniru

karakter boneka yang ia mainkan.

Berdasarkan pengertian diatas melalui bermain sandiwara bonekadapat

meningkatkan perkembangan sosial emosional anak usia dini sesuai dengan usia

dan tahap perkembangannya.

2.4 Studi Relavan

Beberapa hasil penelitian tentang anak usia dini dan metode bermain

sandiwara boneka yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian yang relevan yang pernah dilakukan adalah penelitian Suharni pada

tahun 2014 yang berjudul “Pengembangan Kemampuan Berbahasa Melalui

Penerapan Metode Sandiwara Boneka pada Anak Kelompok B TK Gedongan

Pelupuh Sragen Tahun Ajaran 2013/2014. Dalam penelitian tersebut penulis

dapat menyimpulkanbahwa mealui metode sandiwara boneka dapat

mengembangkan kemampuan berbahasa pada siswa TK Gedongan

Kecamatan Pelupuh Kabupaten Sragen Tahun 2013/2014. Hal ini dapat

dilihat dari rata-rata prosentase setiap siklusnya yaitu pada siklus I sebesar

20%, siklus I sebesar 50% dan silus II sebesar 90%. Sesuai dengan indikator

keberhasilan yaitu 80% maka penelitian tindakan kelas ini dianggap berhasil

untuk mengembangan kemampuan berbahasa anak TK gedongan Pelupuh

Sragen.
Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 28

2. Peningkatan keterampilan berbicara anak usia dini melalui permainan

sandiwara boneka oleh Mila Faila Shofa, Program Studi Pendidikan Luar

Biasa, Universitas Negeri Yogyakarta.Penelitian ini bertujuan untuk: (1)

mengimplementasikan kegiatan permainan sandiwara boneka dalam

mengembangkan keterampilan berbicara peserta didik di PAUD SAYMARA

Kartasura kelompok A, (2) meningkatkan keterampilan berbicara anak usia

dini melalui permainan sandiwara boneka di PAUD SAYMARA Kartasura

kelompok A. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek

dalam penelitian ini adalah anak didik kelompok A di PAUD SAYMARA

Kartasura tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini bersifat kolaboratif antara

peneliti, guru kelas, dan kepala sekolah. Data dikumpulkan melalui observasi,

catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis secara

deskriptif kualitatif model alur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1)

implementasi permainan sandiwara boneka meliputi kegiatan awal, kegiatan

inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan awal berupa apersepsi dan pengenalan

tokoh, pada kegiatan inti guru menunjukkan permainan sandiwara boneka,

dan kegiatan akhir peserta didik menceritakan kembali dengan permainan

sandiwara boneka. (2) permainan sandiwara boneka dapat meningkatkan

keterampilan berbicara anak usia dini. Peningkatan prosentase keterampilan

berbicara dari sebelum tindakan sampai dengan siklus II yakni sebelum

tindakan 40,13 %, siklus I mencapai 61,08 %, siklus II mencapai 79,74 %.

3. Penerapan kegiatan sandiwara boneka dalam meningkatkan kemampuan

bahasa ekspresif anak pada kelompok b di taman kanak-kanak negeri 03

tolada kabupaten luwu utara oleh Sandika. Fokus dalam penelitian ini, yaitu
Dicetak pada tanggal 2020-11-07
Id Doc: 589c885781944dbf0f493f02 29

penerapan metode bercerita melalui kegiatan sandiwara boneka dalam

meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif anak pada kelompok B di Taman

Kanak-kanak Negeri 03 Tolada Kabupaten Luwu Utara. Guna pengukuran

fokus penelitian, berikut ini dikemukakan defenisi operasional yang menjadi

fokus penelitian yaitu metode bercerita melalui kegiatan sandiwara boneka

dan kemampuan bahasa ekspresif pada anak seperti: menjawab pertanyaan

yang lebih kompleks yang berhubungan dengan sandiwara boneka,

menyebutkan kelompok cerita yang memiliki bunyi yang sama,

berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal

simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung, menyusun

kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-

keterangan), memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekpresikan ide pada

orang lain, dan melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah

diperdengarkan.

2.5 Hipotesis Penelitian

Perkembangan sosial emosional anak dapat ditingkatkan melalui metode

bermain sandiwara boneka di TK Pinang MasakMuaro Jambi.

Anda mungkin juga menyukai