Anda di halaman 1dari 15

AKHLAK DALAM ISLAM (AL QUR’AN DAN AS SUNAH)

(Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf)

Dosen Pengampu : Nur Huri Mustofa, S.Ag., M.Si

Oleh :

Diaz Muhamad Z. (63010150218)

Devi Setiyowati (63010180130)

Puput Endriani (63010180144)

Dava Alfariz G.B.P. (63010180154)

PERBANKAN SYARIAH S1

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM SALATIGA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Akhlak merupakan tiang yang menopang hubungan yang baik


antara hamba dengan Allah SWT (habluminallah) dan antar sesama umat
(habluminannas). Akhlak yang baik akan hadir pada diri manusia dengan
proses yang panjang, yaitu melalui pendidikan akhlak. Banyak kalangan di
dunia ini menawarkan pendidikan akhlak yang mereka yakini
kebaikannya, tetapi tidak semua dari pendidikan tersebut mempunyai
kaidah-kaidah yang benar dalam Islam. Hal tersebut dikarenakan
pengetahuan yang terbatas dari pemikiran manusia itu sendiri.

Sementara pendidikan akhlak yang dibawa oleh Islam merupakan


sesuatu yang benar dan tidak ada kekurangannya. Pendidikan akhlak yang
ditawarkan Islam berasal langsung dari Allah SWT yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW melaui malaikat Jibril dengan Al Quran
dan Sunnah kepada umat Rasulullah.

Rasulullah SAW sebagai teladan yang paling baik memberikan


pengetahuan akhlak kepada para keluarga dan para sahabat Rasulullah
SAW, sehingga orang-orang dekat Rasulullah SAW mampu memiliki
akhlak yang tinggi di hadapan umat lain dan akhlak mulia di hadapan
Allah.  Sebagai umat Islam yang baik dan beriman kepada Allah, setiap
langkah kita sebaiknya merupakan implementasi dari keteladanan akhlak
luhur yang dimiliki Rasullullah.

Pandangan bahwa kehidupan dengan landasan akhlak adalah sesuatu


yang kuno dan ketinggalan zaman serta jauh dari kemodernan harus kita
hapuskan dari pemikiran kita. Kemunduran moral yang terjadi di seluruh
penghujung dunia seharusnya menjadi keprihatian sendiri bagi seluruh
umat. Semestinya manusia sadar dan kembali kepada fitrahnya sebagai
manusia yang diciptakan Allah dengan akhlak yang mulia. Orang yang
paling sempurna keimannannya adalah orang yang baik akhlaknya.
Akhlak Islam yang mulia ini akan membawa umat  untuk selamat
hidupnya di  dunia dan akhirat 

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pegertian akhlak?
2. Pengertian akhlak dalam al Qur’an dan As Sunah
3. Bagaimana ruang lingkup akhlak dalam Islam?
4. Apa perbedaan akhlak dengan moral dan etika?
5. Apa saja jenis-jenis Akhlak dalam Islam?
6. Bagaimana akhlak terhadap Allah, manusia, dan lingkungan hidup?
7. Apa saja faktor-faktor yang membentuk dan yang mempengaruhi
Akhlak manusia?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian akhlak.
2. Mengetahui pengertian akhlak dalam al quran dan as sunnah
3. Memahami ruang lingkup akhlak dalam Islam.
4. Mengetahui perbedaan akhlak dengan moral dan etika.
5. Mengetahui jenis-jenis akhlak dalam Islam
6. Mengetahui akhlak terhadap Allah, manusia, dan lingkungan hidup
7. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang membentuk dan
mempengaruhi  akhlak Manusia
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlaq


yang merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku, atau tabiat (Hamzah Ya’qub, 1988: 11). Sinonim
dari kata akhlak ini adalah etika dan moral. Sedangkan secara
terminologis, akhlak berarti keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah
melakukan perbuatAn dengan tidak menghajatkan pikiran. Inilah pendapat
yang dikemukakan oleh Ibnu Maskawaih. Sedang al-Ghazali
mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat yang tetap pada jiwa yang
daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak
membutuhkan kepada pikiran (Rahmat Djatnika, 1996: 27). Adapun ilmu
akhlak oleh Dr. Ahmad Amin didefinisikan suatu ilmu yang menjelaskan
arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh
sebagian manusia kepada sebagian lainnya, menyatakan tujuan yang harus
dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan
untuk melakukan apa yang harus diperbuat (Hamzah Ya’qub, 1988: 12).

Dari pengertian di atas jelaslah bahwa kajian akhlak adalah tingkah


laku manusia, atau tepatnya nilai dari tingkah lakunya, yang bisa bernilai
baik (mulia) atau sebaliknya bernilai buruk (tercela). Yang dinilai di sini
adalah tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan Tuhan, yakni
dalam melakukan ibadah, dalam berhubungan dengan sesamanya, yakni
dalam bermuamalah atau dalam melakukan hubungan sosial antar
manusia, dalam berhubungan dengan makhluk hidup yang lain seperti
binatang dan tumbuhan, serta dalam berhubungan dengan lingkungan atau
benda-benda mati yang juga merupakan makhluk Tuhan.
Secara singkat hubungan akhlak ini terbagi menjadi dua, yaitu
akhlak kepada Khaliq(Allah Sang Pencipta) dan akhlak kepada makhluq
(ciptaan-Nya).

B. AKHLAK MENURUT AL QUR’AN DAN AS-SUNAH

1. Kata Akhlak dalam Al Quran

Allah Ta’ala berfirman:

ٍ ُ‫ك لَ َعلى ُخل‬


‫ق َع ِظ ٍيم‬ َ َّ‫َوإِن‬

“Dan seseungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti


agung.” (QS. Al Qolam (68): 4)

Ucapan Imam Abu Ja”far bin Jarir Ath Thabari Rahimahullah ini
merupakan rangkuman dari berbagai tafsir tentang makna ‘Khuluqun
‘Azhim’, yang dimaknai oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Adh Dhahak, dan
Ibnu Zaid, di mana mereka mengartikannya dengan makna ‘agama mulia’,
yakni Islam. Sedangkan ‘Athiyah memaknainya dengan ‘Adabul Qur’an,
(etika al Quran)’ (Ibid, Juz. 23, Hal.529-530. Al Maktabah Asy Syamilah)

2. Kata Akhlaq dalam As Sunnah

Selanjutnya adalah beberapa hadits yang memuat kata ‘akhlaq’ dan


pengertiannya menurut para pensyarah.

a. Hadits Pertama

ِ ‫اس ْال َجنَّةَ فَقَا َل تَ ْق َوى هَّللا‬


َ َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َْن أَ ْكثَ ِر َما يُ ْد ِخ ُل الن‬
َ ِ ‫ُسئِ َل َرسُو ُل هَّللا‬

ِ ُ‫َو ُحس ُْن ْال ُخل‬


‫ق‬
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam ditanya tentang hal apa yang menyebabkan paling
banyak manusia masuk ke surga, maka beliau menjawab: “Taqwa kepada
Allah, dan akhlaq yang baik.” (HR. At Tirmidzi)

b. Hadis kedua :

Berkata Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri tentang


makna husnul khuluq:

‫ان إِلَى َم ْن أَ َسا َء إِلَ ْي ِه ِم ْنهُ ْم‬


ُ ‫ك أَ َذاهُ ْم َوأَعْاَل هُ اإْل ِ حْ َس‬
ُ ْ‫ َوأَ ْدنَاهُ تَر‬، ‫ق‬
ِ ‫أَيْ َم َع ْال َخ ْل‬
“Yaitu akhlak terhadap makhluk, dia mendekatkan diri dan menjauhkan
dari sikap menyakiti mereka, dan lebih tinggi kebaikannya kepada siapa-
siapa yang telah berbuat buruk kepadanya dari mereka.”

C. RUANG LINGKUP AKHLAK DALAM ISLAM

Budi pekerti adalah kata majemuk perkataan budi dan pekerti,


gabungan kata yang berasal dari Bahasa Sansekerta budi artinya alat
kesadaran (batin), sedang dalam Bahasa Indonesia pekerti berarti
kelakuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) budi pekerti
ialah tingkah laku, perangai, akhlak. Budi pekerti mengandung makna
perilaku yang baik, bijaksana dan manusiawi. Di dalam perkataan itu
tercermin sifat, watak seseorang dalam perbuatan sehari hari. Budi pekerti
sendiri mengandung pengertian positif. Namun, penggunaan atau
pelaksanaannya yang mungkin negatif. Penerapannya (itu) tergantung
pada manusianya. Kalau perkataan budi pekerti dihubungkan dengan
akhlak, jelas, seperti yang disebutkan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia
di atas, kedua duanya mengandung makna yang sama. Budi pekerti
maupun akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada
pelaksanaan atau penerapanya melalui tingkah laku yang mungkin positif,
mungkin negatif, mungkin baik mungkin buruk. Yang termasuk ke dalam
pengertian positif (baik) adalah segala tingkah laku, tabi’at, watak dan
perangai yang sifatnya benar, amanah, sabar, pemaaf, pemurah, rendah
hati dan lain-lain sifat yang baik.

Akhlak Islami, seperti yang telah dikemukakan di atas adalah


keadaan yang melekat pada jiwa manusia. Karena itu suatu perbuatan baru
dapat disebut pencerminan akhlak, jika memenuhi beberapa syarat. Syarat
itu antara lain adalah:
1. Dilakukan berulang ulang, jika dilakukan sekali saja, atau jarang-
jarang, tidak dapat dikatakan akhlak. Jika seseorang tiba-tiba,
mislanya, memberi uang (derma) kepada orang lain karena alasan
tertentu, orang itu tidak dapat dikatakan berakhlak dermawan.
2. Timbul dengan sendirinya, tanpa dipikir-pikir atau ditimbang
berulang-ulang karena perbuatan itu telah menjadi kebiasaan baginya.
Jika suatu perbuatan dilakukan setelah dipikir-pikir dan ditimbang-
timbang, apalagi karena terpaksa, perbuatan itu bukanlah pencerminan
akhlak.

D. PERBEDAAN AKHLAK DENGAN MORAL DAN ETIKA


Perkataan akhlak dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab
akhlak, bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis
(bersangkutan dengan cabang ilmu Bahasa yang menyelidiki asal usul kata
serta perubahan-perubahan dalam bentuk dan makna) antara lain berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at
Perkataan moral berasal dari bahasa Latin mores, jamak kata mos
yang berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
tersebut di atas, moral artinya ajaran tentang baik-buruk yang diterima
umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, akhlak. Moral
adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat,
perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar,
salah, baik, buruk
Perkataan etika berasal dari bahsa yunani ethos yang berarti
kebiasaan. Yang dimaksud adalah kebiasaan baik atau kebiasaan buruk.
Dalam kepustakaan, umumnya, kata etika diartikan sebagai ilmu. Makna
etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, misalnya, adalah ilmu tentang
apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
atau akhlak. Di dalam Ensiklopedia Pendidikan tersebut, diterangkan
bahwa etika adalah sifat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk.
Akhlak islami yang telah diuraikan di atas, berbeda dengan moral
dan etika. Perbedaan dapat dilihat terutama dari sumber yang menentukan
mana yang baik mana yang buruk. Yang baik menurut akhlak adalah
segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama;
nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri
sendiri dan orang lain. Yang buruk adalah segala sesuatu yang tidak
berguna, tidak sesuai dengan nilai dan norma agama serta nilai dan norma
masyarakat, merugikan masyarakat dan diri sendiri.
Oleh karena itu, dipandang dari sumbernya, akhlak Islami bersifat
tetap dan berlaku untuk selama-lamanya, sedangkan moral dan etika
berlaku selama masa tertentu di suatu tempat tertentu.

E. JENIS JENIS AKHLAK


1. Akhlak Mahmudah / Kharimah

“Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan


tanda keimanan seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini
dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji pula”.

Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah,
cinta kepada rasul, taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah,
tawadhu’, taat dan patuh kepada Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat
Allah,
2. Akhlak Madzmumah
“Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau
perbuatan jahat yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan
martabat manusia.”
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang
bertentangan dengan akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik,
munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki, bohong, menghasut, kikil,
bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub, mengadu
domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak
alam.

F. AKHLAK TERHADAP ALLAH, MANUSIA, DAN LINGKUNGAN


HIDUP
1. Terhadap ALLAH

Akhlak terhadap Allah (khlalik) antara lain adalah :

c. MencintaiAllah melebihi cinta kepada apa dan siapa pun juga


dengan mempergunakan firman-Nya dalam al-Quran sebagai
pedoman hidup dan kehidupan;
d. Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-
Nya;Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridhoan
Allah;
e. Mensyukuri nikmat dan karunia Allah

2. Terhadap Manusia
a. Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad) antara lain :
1.1 Mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti
semua sunnahnya.
1.2 Menjadikan Rasulullah sebagai idola, suri tauladan
dalam hidup dan kehidupan
1.3 Menjalankan apa yang disuruhnya, tidak melakukan apa
yang dilarangNya.
b. Akhlak terhadap Orang tua antara lain :
1.1   Mencintai mereka melebihi kerabat lainya;
1.2 Merendahkan diri pada keduanya diiringi perasaan kasih
sayang;
1.3 Berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat,
mempergunakan kata-kata lembut;

c. Akhlak terhadap diri sendiri antara lain :


1.1 Memelihara kesucian diri;
1.2 Menutup aurat (bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan,
menurut hukum dan akhlak Islam); Jujur dalam perkataan
maupun perbuatan;

d. Akhlak terhadap keluarga,karib kerabat, antara lain :


1.1 Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam
kehidupan keluarga;
1.2 Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak;
Berbakti kepada ibu-bapak;

3. Terhadap Lingkungan Hidup


a. Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup;
b. Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati,
flora, dan fauna (tumbuhan dan hewan) yang sengaja diciptakan
Tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluk lainya
c. Sayang pada sesama makhluk.
G. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan
manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting
seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat
yang dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan
bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang
mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:
a. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah
membawa suatu hasrat makan tanpa didorang oleh orang
lain.
b. Naluri Berjodoh (seksul instinct).
c. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang
tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak
kepada orang tuanya.
2. Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan
seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk
yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir
berpendapat: perbuatan manusia, apabila dikerjakan secara
berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat
kebiasaan.
3. Keturunan
Warisan adalah: Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari
pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi
anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-
kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang
tuanya.
4. Lingkungan
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi
tanah dan udara sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang
mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat.
milieu ada 2 macam:
a. Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor
yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku
seseorang.Lingkungan alam mematahkan atau
mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh
seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi
seorang badui yang kencing di serambi masjid, seorang
sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya.
b. Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia
lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh
karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi
dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak
orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak
anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina
dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh
guru di sekolah.
BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Akhlak merupakan suatu perlakuan yang tetap sifatnya di dalam
jiwa seseorang yang tidak memerlukan daya pemikiran di dalam
melakukan sesuatu tindakan. Berdasarkan apa yang telah menjadi pokok
bahasan pada materi di atas, maka secara sederhana dapat di tarik sebuah
kesimpulan yaitu akhlak merupakan cerminan dari agama Islam itu
sendiri, dimana bila akhlak seorang manusia mencerminkan sebuah
kebaikan, kesucian, kesopanan dan lain sebagainya yang bertujuan
menggapai ridho Allah. Yang menjadi ukuran baik dan
buruknya akhlak adalah syarak, iaitu apa yang diperintahkan oleh syarak,
itulah yang baik dan apa yang dilarang oleh syarak itulah yang
buruk. Perkembangan teknologi dapat mempengaruhi lingkungan serta
kebudayaan masyarakat. Apabila dalam dingkungan masyarakat tersebut
tidak memiliki tembok yang kuat, niscaya keruntuhan Akhlak dan
morallah yang akan terjadi. Yaitu di mulai dengan hilangnya norma-norma
dalam masyarakat tersebut.

B. SARAN
Kerusakan akhlak pada manusia di sebabkan oleh pengaruh
lingkungan yang semakin hari, semakin kebarat baratan yang selalu
menurutu hawa nafsu yang menggebu-gebu dalam menggapai ataupun
meraih sebuah tujuan. Namun dengan adanya pengaruh syaitan yang
sangat kuat dalam diri manusia itu sendiri, yang menjadikan tujuan  yang
baik, menjadi merosot kearah keburukan yang menyesatkan kehidupan
manusia baik di dunia maupun akhirat. Untuk itu marilah kita secara sadar
dan bersama-sama menjalanka kaidah dan menguatkan nlai-nilai aqidah
islam dalam jiwa kita degan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Marzuki,2009,Prinsip Dasar Akhlak Mulia.Yogyakarta:Debut Wahana Press.

As,Asmara,1994,Pengantar Studi Akhlak,Jakarta:Rajawali.

Din,Haron dkk. Manusia dan islam, jilid 1, 2, dan 3, Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka,990.

Djatnika, Rachmat,1987, system Ethika Islam, Surabaya: Pustaka Islam.


Raliby,Osman, Allah,Alam dan Manusia, Jakarta.
Saltut, Mahmud,1985, Akidah dan Syari’ah jilid 1 dan 2, Jakarta: Bina Aksara.
Ahmadi, Abu, Drs., H., dkk. 1991. MKDU Dasar-Dasar Pendidikan Agama
Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Bumi Aksara.
Asmara, Drs.,M.A.1992. Pengantar studi akhlak. Jakarta : Rajawali Pers.
Azra, Azyunardi, prof., Dr., dkk. 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada
Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : Direktur Perguruan Tinggi Agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai