Anda di halaman 1dari 18

Program Studi Diploma III Keperawatan

Tanjungkarang

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN
ISTIRAHAT DAN TIDUR AKIBAT PATOLOGI SISTEM
PERSYARAFAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHELPAGIA

Nama Mahasiswa : Tri Yana Apriyanti

Semester / TA : V (lima) / 2020/2021

2020

LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. DASAR TEORI
A.1. DEFINISI DIAGNOSA MEDIS
Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia.
Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan
penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren),
tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner &
Suddart).
Chepalgia (nyeri kepala) adalah nyeri yang berlokasi diatas garis orbiomeatal. Nyeri
kepala biasanya merupakan suaru gejala dari penyakit dan dapat terjadi dengan atau
tanpa adanya gangguan organik (Lionel, 2007).
Chepalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata
serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Chepalgia atau sakit kepala
adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya
adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau
penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala
tegang) atau kombinasi respon tersebut (Weiner& Levitt, 2005).

A.3. ETIOLOGI
Menurut Papdi (2012) Sakit kepala sering berkembang dari sejumlah faktor resiko yang
umum yaitu:
1. Penggunaan obat yang berlebihan
Menggunakan terlalu banyak obat dapat menyebabkan otak kesebuah keadaan
tereksasi, yang dapat memicu sakit kepala. Penggunaan obat yang berlebihan
dapat menyebabkan rebound sakit kepala (tambah parah setiap diobati).
2. Stress
Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, termasuk sakit kepala
kronis. Stress menyebabkan pembuluh darah di otak mengalami penegangan
sehingga menyebabkan sakit kepala.
3. Masalah tidur
Kesulitan tidur merupakan faktor resiko umum untuk sakit kepala. Karena hanya
sewaktu tidur kerja seluruh tubuh termasuk otak dapat beristirahat pula.
4. Kegiatan berlebihan
Kegiatan atau pekerjaan yang berlebihan dapat memicu datangnya sakit kepala,
termasuk hubungan seks. Kegiatan yang berlebihan dapat membuat pembuluh
darah di kepala dan leher mengalami pembengkakan.
5. Kafein
Sementara kafein telah ditujukan untuk meningkatkan efektifitas ketika
ditambahkan kebeberapa obat sakit kepala. Sama seperti obat sakit kepala
berlebihan dapat memperburuk gejala sakit kepala, kafein yang berlebihan juga
dapat menciptakan efek rebound (tambah parah setiap kali diobati).
6. Rokok
Rokok merupakan faktor resiko pemicu sakit kepala. Kandungan nikotin dalam
rokok dapat membuat pembuluh darah menyempit.
7. Alkohol
Alkohol menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak. Sama seperti rokok,
alkohol juga merupakan faktor resiko umum penyebab sakit kepala.
8. Penyakit atau infeksi seperti meningitis (infeksi selaput otak), saraf terjepit di
leher atau bahkan tumor.

A.3. TANDA & GEJALA


1. Gejala tension headache
Tension headache atau sakit kapala tegang merupakan jenis sakit kepala yang paling
umum. Cephalgia jenis ini sering digambarkan dengan perasaan adanya pita ketat di
sekitar kepala. Rasa sakit muncul akibat mengencangnya otot-otot leher dan kulit
kepala. Gejala tension headache adalah sebagai berikut:
- Leher kaku
- Nyeri yang tumpul dan sakit
- Kulit kepala lebih sensitif terhadap rasa sakit
- Bahu terasa kaku
- Dahi terasa tertekan dan kencang dan rasa ini dapat meluas higga belakang
kepala.
Terkadang gejala tension headache mirip dengan migrain, namun tidak
menyebabkan gangguan penglihatan seperti migrain. Jenis cephalgia satu ini
umumnya berlangsung beberapa menit atau sebagian dapat bertahan selama
beberapa hari dan cenderung berulang.

2. Gejala cluster headache


Cluster headache adalah sakit kepala tidak berdenyut-denyut yang menyebabkan
rasa sakit menyiksa di satu sisi kepala atau di belakang mata. Sakit kepala ini dapat
berlangsung lama, yang dikenal dengan periode cluster yang bisa berlangsung
hingga enam minggu. Gejala cluster headache ditandai dengan
- Rasa sakit muncul di bagian belakang mata
- Rasa sakit muncul di satu sisi
- Sakit kepala dapat menyebabkan mata berair dan hidung tersumbat
- Terjadi satu hingga dua jam setelah seseorang tidur.
Beberapa gejala cephalgia jenis ini juga mirip migrain, tapi umumnya cluster
headache tidak menyebabkan mual.

3. Gejala migrain
Migraine headache atau migrain atau dikenal juga dengan sakit kepala sebelah
adalah sakit kepala berat yang dapat menyebabkan jantung berdenyut-denyut.
Gejala migrain adalah sebagai berikut ini:
- Perasaan berdenyut di kepala
- Mual Rasa sakit di satu sisi kepala
- Sensitif terhadap suara dan cahaya
- Muntah
Sakit kepala migrain dapat sanagt parah hingga seseorang menjadi sulit
berkonsentrasi dan sulit untuk beraktivitas sehari-hari.
4. Gejala rebound headache
Rebound headache merupakan jenis cephalgia yang terjadi akibat seseorang
berhentuk mengonsumsi obat tertentu yang digunakan secara teratur untuk
mengatasi sakit kepala. Gejala sakit kepala rebound meliputi:
- Sifat mudah marah
- Mual
- Gelisah
- Kesulitan mengingat detail penting
Gejala dapat berbeda tergantung pada obat yang dikonsumsi. Sakit kepala ini
cendering terjadi seitap hari dan umumnya lebih buruk di pagi hari. Kondisi ini dapat
membaik dengan obat, tetapi dapat muncul kembali setelah obat habis.

5. Gejala thunderclap headache


Sakit kepala jenis ini adalah sakit kepala parah yang terjadi sangat dengan sangat
cepat. Kemunculannya dapat tiba-tiba dan dapat bertahan hingga lima menit. Sakit
kepala jenis ini dapat mengindikasikan masalah dengan pembuluh darah di otak.
Gejala dari thunderclap headache adalah durasinya yang pendek, namiun sifatnya
intens.

6. Gejala sakit kepala alergi atau sinus


Sakit kepala alergi atau sinus terjadi akibat reaksi alergi. Sakit kepala ini juga sering
tertukar dengan migrain. Sakit kepala sinus atau alergi adalah jika sakit kepala
diberengi dengan gejala seperti berikut ini: Rasa sakit dan tekanan pada pipi, alis,
atau dahi Rasa sakit yang bertambah ketika membungkuk ke depan atau berbaring
Hidung tersumbat Kelelahan Sakit gigi bagian atas

7. Gejala sakit kepala hormonal


Sakit kepala hormonal adalah sakit kepala yang disebabkan oleh naik turunnya
hormon dalam tubuh. Wanita umumnya mengalami ini ketika menstruasi, akibat
konsumsi pil KB, atau akibat kehamilan. Sakit kepala hormonal biasanya dibarengi
dengan gejala:
- Nafsu makan menurun
- Kelelahan
- Jerawat
- Nyeri sendi
- Sembelit
- Koordinasi tubuh menurun
- Intensitas buang air kecil menurun

8. Gejala sakit kepala akibat kafein


Kafein memberikan pengaruh terhadap aliran darah ke otak. Hal ini menyebabkan
terlalu banyak kafein menyebabkan Anda sakit kepala. Sakit kepala akibat kafein
biasanya dibarengi dengan gejala seperti berikut ini:
- Kelelahan
- Cemas
- Sulit berkonsentrasi
- Menekan mood
- Mudah marah
- Energi menurun
- Tremor

9. Gejala sakit kepala darah tinggi


Sakit kepala memang dikenal sebagai salah satu gejala darah tinggi. Jika mengalami
sakit kepala akibat darah tinggi, gejala yang mungkin dirasakan adalah sebagai
berikut ini:
- Sakit di kedua sisi kepala hingga kesulitan beraktivitas
- Lelah dan kebingungan
- Gangguan penglihatan
- Nyeri dada
- Kesulitan bernapas
- Detak jantung tidak teratur
- Ada darah dalam utin
- Berdebar di dada, leher, dan telinga.
10. Gejala exertion headache
Exertion headache adalah sakit kepala yang terjadi dengan cepat setelah melakukan
aktivitas fisik yang intens, seperti berolahraga. Sakit kepala ini umumnya tidak
bertahan terlalu lama. Gejala dari exertion headache adalah seperti:
- Sakit kepala di kedua sisi kepala
- Muntah
- Leher kaku
- Penglihatan ganda
- Hilang kesadaran.

11. Gejala post-traumatic headache


Post-traumatic headache atau sakit kepala pasca-trauma adalah sakit kepala yang
terjadi setelah adanya cedera kepala. Gejala sakit kepala ini terasa seperti migrain
atau tension headache. Gejala lain yang mungkin muncul adalah seperti:
- Sakit leher
- Sakit kepala yang semakin kuat ketika bergerak, batuk, membungkuk, atau
menggerakkan kepala
- Penglihatan ganda
- Mata lelah
- Sulit berkonsentasi
- Gelisah
- Depresi
- Hilang selera makan
- Kesulitan mendengar
- Sulit tidur
- Gelisah
- Gangguan pendengaran
- Mual dan muntah
- Sensitif terhadap kebisingan
- Sensitif terhadap cahaya
- Telinga mendengung
A.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG & HASILNYA SECARA TEORITIS
1. Rontgen kepala : mendeteksi fraktur dan penyimpangan struktur.
2. Rontgen sinus : Mengkonfirmasi diagnosa sinusitis dan mengidentifikasi masalah-
masalah struktur, malformasi rahang.
3. Pemeriksaan visual : ketajaman, lapang pandang, refraksi, membantu dalam
menentukan diagnosa banding.
4. CT scan Otak : Mendeteksi masa intracranial, perpindahan ventrikuler atau hemoragi
Intracranial.
5. Sinus : Mendeteksi adanya infeksi pada daerah sfenoldal dan etmoidal
6. MRI : Mendeteksi lesi/abnormalitas jaringan, memberikan informasi tentang
biokimia, fisiologis dan struktur anatomi.
7. Ekoensefalografi : mencatat perpindahan struktur otak akibat trauma, CSV atau
space occupaying lesion.
8. Elektroensefalografi : mencatat aktivitas otak selama berbagai aktivitas saat episode
sakit kepala.
9. Angeografi serebral : Mengidentifikasi lesivaskuler.
10. HSD : leukositosis menunjukkan infeksi, anemia dapat menstimulasi migren.
11. Laju sedimentasi : Mungkin normal, menetapkan ateritis temporal, meningkat pada
inflamasi.
12. Elektrolit : tidak seimbang, hiperkalsemia dapat menstimulasi migren.
13. Pungsi lumbal : Untuk mengevaluasi/mencatat peningkatan tekanan CSS, adanya sel-
sel abnormal dan infeksi.

A.4. PENATALAKSANAAN MEDIS


Penatalaksanaannya dapat dilakukan secara farmakologis maupun non farmakologis
(Wikipedia, 2010) :
a. Secara Farmakologis
1) Penggunaan obat analgesic
Metode pengobatan yang paling umum kronis adalah penggunaan obat.
Banyak orang mencoba untuk mencari bantuan dari obat-obatan analgesik
nyeri seperti aspirin, asetaminofen, senyawa aspirin, ibuprofen, dan
narkotika. Namun demikian ada beberapa jenis obat seperti Ergotamin
(Cafergot), triptans (Imitrex), dan prednisone (Deltasone) bila digunakan
dalam jangka panjang dapat mengakibatkan peningkatan sakit kepala. Obat
penghilang rasa sakit tersebut hanya membantu sementara, tetapi sakit
kepala menjadi lebih re-aktif dan tumbuh dalam intensitas bila digunakan
terus-menerus (sakit kepala rebound). Ini benar-benar dapat membuat tubuh
kurang responsif terhadap pengobatan pencegahan. Oleh karena itu, obat
analgesik sering disarankan untuk sakit kepala yang tidak kronis di alami.

2) Profilaksis (pencegahan) obat


Obat-obatan yang umum yang paling sering digunakan untuk mengobati
chepalgia kronis disebut obat-obatan profilaksis, yang digunakan untuk
mencegah sakit kepala. Obat-obatan profilaksis direkomendasikan untuk
pasien sakit kepala kronis karena percobaan bervariasi membuktikan bahwa
obat mengurangi frekuensi, keparahan, dan kecacatan yang berhubungan
dengan sakit kepala kronis. Mayoritas obat profilaksis bekerja dengan
menghambat atau meningkat neurotransmissions di otak, sering mencegah
otak dari menafsirkan sinyal rasa sakit.
Pencegahan obat-obatan termasuk gabapentin (gabapentin), Tizanidine
(Zanaflex), fluoxetine (Prozac), amitriptyline (Elavil), dan topiramate
(Topamax). Dalam pengujian, gabapentin ditemukan untuk mengurangi
jumlah hari sakit kepala per bulan sebesar 9,1% . Tizanidine ditemukan untuk
mengurangi frekuensi sakit kepala rata-rata per minggu, intensitas sakit
kepala, dan durasi sakit kepala berarti. Melalui penelitian, Fluoxetine
menghasilkan peringkat suasana hati lebih baik dan “peningkatan yang
signifikan dalam-bebas hari sakit kepala.” Satu studi menemukan bahwa
frekuensi sakit kepala selama jangka waktu 28 hari menurunkan untuk pasien
sakit kepala kronis pada penggunaan topiramate. Obat lain untuk mencegah
sakit kepala adalah toksin botulinum tipe A (BoNTA atau BOTOX), yang
diberikan melalui suntikan.
b. Secara Non farmakologis
1) Terapi Fisik
Dalam terapi fisik, pasien bekerja sama dengan ahli terapi untuk
membantu mengidentifikasi dan mengubah kebiasaan fisik atau kondisi yang
mempengaruhi sakit kepala kronis. Terapi fisik untuk sakit kepala harian
kronis berfokus pada tubuh bagian atas, termasuk punggung atas, leher, dan
wajah. Therapist menilai dan meningkatkan tubuh postur pasien, yang dapat
memperburuk sakit kepala. Selama sesi latihan, terapis menggunakan terapi
manual, seperti pijat, peregangan, atau gerakan bersama untuk melepaskan
ketegangan otot. Metode lain untuk mengendurkan otot termasuk
penggunaan rangsangan panas, kantong es, dan “rangsangan listrik.” Terapis
juga mengajarkan penderita sakit kepala kronis-latihan di rumah untuk
memperkuat dan peregangan otot- otot yang dapat memicu sakit kepala.
Dalam terapi fisik, pasien harus mengambil peran aktif untuk berlatih latihan
dan melakukan perubahan atau dia gaya hidupnya untuk itu menjadi
perbaikan.
2) Akupunktur
Studi akupunktur di Jerman menemukan bahwa 52,6% pasien melaporkan
penurunan frekuensi sakit kepala.
3) Relaksasi
Relaksasi membantu untuk mengurangi ketegangan internal, yang
memungkinkan seseorang untuk mengendalikan sakit kepala yang dipicu oleh
stres.Latihan relaksasi mencakup 2 metode yaitu :
a) Metode Fisik
Relaksasi otot progresif dan teknik pernapasan dalam.
b) Metode Mental
Meditasi, relaksasi membantu tubuh untuk melepas lelah, mencegah
pembentukan sakit kepala.
4) Biofeedback
Biofeedback sering digunakan untuk mengevaluasi efektivitas pelatihan
relaksasi. Salah satu biofeedback tes paling umum adalah electromyograph
(EMG), yang mengevaluasi aktivitas listrik yang dihasilkan oleh otot.
Biofeedback juga dapat mengukur aktivitas otak listrik melalui uji yang disebut
electroencephalograph (EEG). Tes lain, yang disebut termograf, mengukur suhu
kulit, karena ketika seseorang santai mereka telah meningkatkan aliran darah
dan temperatur yang lebih tinggi. Cara lain adalah BVP biofeedback, yang
mengajar pasien bagaimana mengatur dan mengurangi amplitudo nadi dengan
membatasi arteri. Ketika tegang, seseorang meningkatkan aktivitas kelenjar
keringat, yang diukur dengan pengujian electrodermograph tangan. Metode
Biofeedback telah terbukti dapat digunakan. Sebuah penelitian yang
melibatkan lima belas sesi perawatan ditemukan bahwa biofeedback berhasil
dalam mengurangi baik frekuensi dan tingkat keparahan sakit kepala di debit
dan dari waktu ke waktu. Biofeedback memungkinkan penderita sakit kepala
untuk mengidentifikasi masalah dan kemudian berusaha untuk menguranginya.
5) Perubahan dalam diet
Banyak penderita sakit kepala kronis gagal untuk mengenali makanan atau
minuman sebagai faktor sakit kepala, karena konsumsi mungkin tidak konsisten
menyebabkan sakit kepala atau sakit kepala bisa tertunda. Banyak bahan kimia
dalam makanan tertentu dapat menyebabkan sakit kepala kronis, termasuk
kafein, monosodium glutamat ( MSG), nitrit, nitrat, tyramine, dan alkohol.
Beberapa makanan dan minuman yang penderita sakit kepala kronis disarankan
untuk menghindari termasuk minuman berkafein, coklat, daging olahan, keju
dan produk susu fermentasi, kacang, dan alkohol.
6) Terapi perilaku dan terapi psikologis
Psikologi dan terapi perilaku mengidentifikasi situasi stress dan mengajarkan
pasien dengan sakit kepala kronis bereaksi berbeda, mengubah perilaku
mereka, atau menyesuaikan sikap untuk mengurangi ketegangan yang
mengarah ke sakit kepala. Perlakuan terutama berfokus pada “emosional,
mental, perilaku, dan faktor-faktor sosial” sebagai dampak sakit kepala mereka.
Pasien hanya disarankan untuk menghindari stres ketika mereka berbagi beban
atau masuk akal dengan orang lain.
A.6. PATHWAY (Dibuat skema hingga muncul masalah keperawatan )

 Stress
 Kelelahan

CHEPALGIA

Peningkatan TIK Perubahan status kesehatan

Pelepasan meditor kimia (Bradikinin,


Kurang informasi
histamine, prostaglandin)

Menyentuh ujung saraf afferent Menunjukkan persepsi yang keliru


terhadap masalah

Proses tranduksi
Defisit pengetahuan
tentang Chelpagia
Transmisi

Nyeri akut

Merangsang RAS

Klien sering terjaga

Aktifitas tidur terganggu

Gangguan pola tidur


B. ASUHAN KEPERAWATAN
B.1. DAFTAR DX KEPERAWATAN YG MUNGKIN MUNCUL PADA KASUS(Minimal 3
diagnosis Keperawatan) & DEFINISI MASALAH KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
(Lihat buku SDKI, SLKI dan SIKI)

1) Diagnosis Keperawatan : Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol


tidur.
Definisi :
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.

DS & DO Yg mendukung :
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka pola tidur membaik

Rencana Intervensi (monitoring, terapeutik, kolaboratif, health education)


Observasi :
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. kopi, teh,
alkohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
- Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik :
- identifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan
temp
- Batasi waktu tidur siang, jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus
tidur-terjaga
Edukasi :
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan meneppat kebias an walktlu tdur
- Anjurkan menghindar makanan/minuman yang mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap
tid
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi temadap gangguan pola tidur (mis.
psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya

2) Diagnosis Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Definisi :
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
ringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
DS & DO Yg mendukung :
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindar nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka tingkat nyeri
menurun

Rencana Intervensi (monitoring, terapeutik, kolaboratif, health education)


Observasi :
- Identifkasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifkasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresure, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, komipres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

3) Diagnosis Keperawatan : Defisit pengetahuan tentang Chepalgia berhubungan


dengan kurang terpapar informasi

Definisi :
Ketiadaan atau kurang informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu
DS & DO Yg mendukung :
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif
1. Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
2. Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
Gejala dan Tanda Minor
Objektif
1. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
2. Menunjukkan perilaku berlebihan (mis. apatis, bermusuhan, agitasi, histeria)

Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka tingkat pengetahuan
meningkat

Rencana Intervensi (monitoring, terapeutik, kolaboratif, health education)

Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- Identifkasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
- Jekaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA

1. PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

2. PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

3. PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

4. Isni Rahayu, Mutia. 2019. Cephalgia (Sakit Kepala): Jenis, Gejala, Penyebab, dan
Pengobatan. Diakses dari : https://doktersehat.com/cephalgia/ pada 16 November 2020.

5. Nurmala, Mila. Laporan Pendahuluan Chepalgia. Diakses dari :


https://www.academia.edu/41951422/LAPORAN_PENDAHULUAN_CHEPALGIA pada 16
November 2020.

6. Irwan Waridi, Muhammad. 2011. Asuhan Keperawatan Chepalgia. Diakses dari :


https://id.scribd.com/document/75582309/ASUHAN-KEPERAWATAN-CHEPALGIA pada 16
November 2020.

Anda mungkin juga menyukai