Anda di halaman 1dari 19

Syok Anafilaktik

MUH. RAKIB YUNUS

DEPARTEMEN ANESTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS
TAHUN 2020
PENDAHULUAN
● Salah satu sindroma kegawatan
yang memerlukan penanganan
intensif dan agresif.
● Suatu sindroma multifaktorial
yang menuju hipoperfusi
jaringan lokal atau sistemik dan
mengakibatkan hipoksia sel dan
disfungsi multipel organ.

Klasifikasi syok :
• Syok hipovolemik
• Syok kardiogenik
• Syok distributif => syok anafilaktik, syok
sepsis, syok neurogenik
• Syok obstruktif
PENGERTIAN
● Anafilaksis adalah reaksi alergi umum pada
beberapa system organ terutama
kardiovaskular, respirasi, kulit dan
gastrointestinal yang merupakan reaksi
imunologis yang didahului dengan terpaparnya
allergen yang sebelumnya sudah tersensitasi.

Syok anafilaktik merupakan tipe paling


berat dari reaksi anafilaksis, bisa
menyebabkan kematian dalam hitungan
menit jika tidak segera ditangani.
EPIDEMIOLOGI ● Data terbaru dari studi di
Amerika Serikat, Inggris, dan
Australia tingkat insiden syok
anafilaksis antara 7-50 per
100.000/tahun.

● Di Jerman dan di negara –


negara lain menunjukkan
bahwa pemicu utama anafilaksis
yaitu makanan yang paling
sering di masa kanak – kanak,
obat – obatan, dan sengatan
serangga pada orang dewasa.

● Wanita > Laki - Laki


EPIDEMIOLOGI
ALERGEN PENYEBAB
PATOFISIOLOGI
Antigen masuk ke
dalam tubuh

Apabila tubuh terpajan


1. Vasodilatasi → hipovolemi yang relatif kembali dengan alergen
2. Spasme bronkus → sesak napas, kontraksi Sel Th 2
yang sama
vesika urinaria (inkontinensia urin), kontraksi
usus (diare)
3. Peningkatan permeabilitas kapiler → edema
(kulit, bronkus, epiglotis, dan laring) Sel B
4. Pada jantung (spasme arteri koronaria dan
depresi miokardium), jika hebat dapat
menyebabkan henti jantung mendadak Sel yang memiliki
reseptor Ig E :
Antibodi Ig E
Sel mast, basofil,
dan eosinofil

Pelepasan mediator
Mempengaruhi sel Memicu degranulasi
iinflamasi : histamin,
target : sel otot polos dari sel mast
triptase, dan sitokin
KLASIFIKASI
SISTEM
GRADE KULIT ABDOMEN JALAN NAPAS
KARDIOVASKULER

Pruritus
Kemerahan
1 - - -
Urtikaria
Angioedema
Pruritus
Rinore Takikardi
Kemerahan Mual
2 Suara serak Hipertensi
Urtikaria Keram
Dyspneu Aritmia
Angioedema
Pruritus
Edema laryng
Kemerahan Muntah
3 Bronkospasme Syok
Urtikaria Defekasi
Sianosis
Angioedema
Pruritus
Kemerahan Muntah
4 Henti napas Henti jantung
Urtikaria Defekasi
Angioedema
GEJALA KLINIS

Gejala pada kulit dan Gejala pada Gejala Penurunan TD


mukosa respirasi Gastrointestinal
Anak : TD sistolik
urtikaria generalisata, penurunan >30% TD
pruritus dengan sesak nafas, nyeri kram sistolik semula
kemerahan, wheezing akibat abdomen, muntah Dewasa : TD sistolik
pembengkakan bibir/ bronkospasme, <90 mmHg /
lidah/uvula stridor, hipoksemia penurunan >30% dari
TD sistolik semula
DIAGNOSIS
Penurunan TD setelah terpapar alergen
Onset Akut • Bayi dan anak: TD rendah atau penurunan >
30% dari TD sistolik semula.
Melibatkan kulit, jaringan
• - Dewasa: TD sistolik <90 mmHg atau
mukosa, atau keduanya penurunan >30% dari TD sistolik semula.

Tanda yang muncul setelah terpapar alergen


• Keterlibatan jaringan mukosa
dan kulit
• Gangguan respirasi
• Penurunan TD
• - Gejala gastrointestinal
TATALAKSANA
1. Penilaian langsung dengan ABCDE
(Airway, Breathing, Circulation,
Disability and exposure approach)
2. Minta pertolongan : sistem
emergency unit
3. Posisikan dengan kedua tungkai
diangkat (diganjal dengan kursi)
akan membantu menaikkan venous
return sehingga tekanan darah ikut
meningkat
4. Injeksi adrenalin (epinefrin) IM di
pertengahan paha luar 0,5 mg
(dewasa) atau 0,3 mg (anak)
dengan cepat yang dapat diulangi
5–10 menit. Biasanya berespon
dengan 1 atau 2 dosis
TATALAKSANA
5. Jika ada indikasi, berikan oksigen
dengan flow tinggi

6. 6. Jika hipotensi, berikan akses


intravena dengan larutan saline
20 ml/kgBB dengan cepat

7. Jika terjadi henti jantung (cardiac


arrest) maka prosedur resusitasi
kardiopulmoner

8. Pantau tekanan darah, HR, fungsi


jantung, status respirasi dan
oksigenasi
Pencegahan
Sebelum memberikan obat

Adakah indikasi memberikan obat?

Adakah riwayat alergi obat


sebelumnya?

Apakah pasien memiliki resiko alergi


obat?

Apakah obat tersebut harus di uji kulit


terlebih dahulu?

Adakah pengobatan pencegahan


untuk mengurangi reaksi alergi?
Pencegahan
Sewaktumemberikan obat

Kalau mungkin obat diberikan secara


oral

Sesudah memberikan suntikan pasien


harus selalu diobservasi

Beritahu pasien kemungkinan reaksi


yang terjadi

Sediakan obat/alat untuk mengatasi


keadaan darurat

Bila mungkin lakukan uji provokasi atau


desensitisasi
Pencegahan
Setelah memberikan obat

Kenali tanda dini reaksi


alergi obat

Hentikan obat bila terjadi


reaksi
Bila terjadi reaksi berikan
penjelasan dasar kepada
pasien agar terjadi tidak
terulang kembali
01
Terima
kasih
MUH. RAKIB YUNUS
MPPD DEP. ANESTESI FK.UNHAS
DAFTAR PUSTAKA
1. 1. Zainuddin AA, Oendari A, Putri A, Pamungkas A, Natsir B, Hartono D, et al. Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter. Ikat Dr Indones. 2016;406–8.
2. 2. Simons FER, Ardusso LRF, Bilò MB, El-Gamal YM, Ledford DK, Ring J, et al. World allergy organization
guidelines for the assessment and management of anaphylaxis. World Allergy Organ J.
2011;4(2):13–37.
3. 3. Ring J, Beyer K, Biedermann T, Bircher A, Duda D, Fischer J, et al. Guideline for acute therapy and
management of anaphylaxis. Allergo J Int [Internet]. 2014;23(3):96–112. Available from:
http://link.springer.com/10.1007/s40629-014-0009-1
4. 4. Converting A, Inhibitor E, Departments E, Anaphylaxis E, Anaphylaxis E, Drugs NA, et al. EAACI
Anaphylaxis Guideline Anaphylaxis: Guidelines from the European Academy of Allergy and Clinical
Immunology Short title: EAACI Anaphylaxis Guidelines. 2013;
5. 5. Resuscitation_ Council(UK). Resuscitation Council ( UK ) Emergency treatment of anaphylactic
reactions Guidelines for healthcare providers. Emerg Treat anaphylactic React Guidel Healthc Provid.
2011;(286360).
6. 6. ASCIA Australasian Society of Clinical Immunology and Allergy. Acute management of anaphylaxis.
Https://WwwAllergyOrgAu [Internet]. 2017;1–8. Available from:
https://www.allergy.org.au/images/stories/pospapers/ASCIA_ Guidelines_ Acute_ Management_ Anaphylax
is_ 2017_ Updated.pdf
7. 7. Simons FER, Sheikh A. Anaphylaxis: the acute episode and beyond. BMJ. 2013;346(7895).
8. 8. Setiati S, Alwi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. In: VI. Jakarta Pusat: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam; 2014. p. 4130–4.

Anda mungkin juga menyukai