Anda di halaman 1dari 15

Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.

2), Maret 2016

Efektivitas Antibakteri Fraksi Aktif Serai (Cymbopogon citratus)


terhadap Bakteri Streptococcus mutans

Putri Erlyn*
*
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Abstrak

Bakteri yang paling berperan dalam menyebabkan karies adalah Streptococcus mutans yang
merupakan flora normal rongga mulut. Serai (Cymbopogon citratus) adalah salah satu bahan
alam yang dapat digunakan untuk pengobatan tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektivitas antibakteri fraksi aktif serai (Cymbopogon citratus) terhadap
Streptococcus mutans, menentukan fraksi aktif, menentukan konsentrasi hambat minimum (KHM)
dan menentukan golongan senyawa aktif dari serai. Uji efektivitas antibakteri fraksi etil asetat
dengan 6 konsentrasi dilakukan dengan metode difusi agar terhadap Streptococcus mutans.
Amoksisilin digunakan sebagai kontrol positif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fraksi
yang aktif adalah etil asetat dengan nilai KHM 125 µg/ml. Golongan senyawa aktif yang
terkandung adalah alkaloid dengan nilai Rf 0,1. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
efektivitas antibakteri yang bermakna antara fraksi aktif serai dengan Amoksisilin terhadap
Streptococcus mutans.

Kata Kunci: Serai (Cymbopogon citratus), Streptococcus mutans, Kadar Hambat Minimum, efek
antibakteri.

Abstract

The bacteria who is most responsible for causing dental caries is Streptococcus mutans. This
bacteria is a normal flora in the oral cavity. Lemongrass (Cymbopogon citratus) is one of the
natural ingredients that can be used for traditional medicine. This research aim was to determine
the antibacterial efficacy of lemongrass (Cymbopogon citratus) against Streptococcus mutans, the
content of the active fraction, the minimum inhibitory concentration (MIC) and the compound of
lemongrass. Etil asetat fraction of lemongrass consist of 6 concentration, 2000 µg/ml; 1000
µg/ml; 500 µg/ml; 250 µg/ml; 125 µg/ml; dan 6,25 µg/ml. The antibacterial efficacy test carried
out with agar diffusion methods against Streptococcus mutans. Amoxicillin was used as positive
control. The results of this study showed that active fraction was etil asetat with a concentration of
125 µg. Class of active compound contains alkaloid with Rf a value 0.1. It can be
concluded that there was a significantly differences of the antibacterial efficacy between active
fraction of lemongrass and Amoxicillin against Streptococcus mutans.

Keywords: Lemongrass (Cymbopogon citratus), Streptococcus mutans, Minimum Inhibitory


Concentration, antibacterial effect.

Korespondensi= Email: putrierlyn@yahoo.com Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang


Jl. Jend. A.Yani Talang Banten 13 Ulu Palembang Telp. 0711-520045

111
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016

Pendahuluan melekat pada permukaan gigi. Lapisan


Karies merupakan penyakit gigi lengket inilah yang disebut plak. Plak
dan mulut yang paling banyak diderita akan terbentuk beberapa saat setelah
oleh lapisan masyarakat di Indonesia makan. Zat asam yang dihasilkan oleh
yang menyebabkan infeksi kejaringan bakteri dalam plak akan menyebabkan
lunak sekitar gigi, nyeri, bau mulut jaringan keras gigi larut dan
dan dianggap sebagai penyebab utama terbentuklah lubang di gigi. Proses
kehilangan gigi. Kesehatan gigi dan terbentuknya lubang pada gigi karena
mulut akhir-akhir ini telah mengalami infeksi bakteri disebut dengan karies1.
peningkatan, namun prevalensi karies Bakteri yang paling berperan dalam
gigi masih tetap tinggi di masyarakat menyebabkan karies adalah
dari berbagai ras, tingkatan ekonomi Streptococcus mutans yang merupakan
dan usia serta merupakan masalah flora normal rongga mulut yang
kesehatan yang perlu mendapatkan mendominasi komposisi bakteri dalam
perhatian. plak 2. Mikroflora normal rongga
Organisasi Kesehatan Dunia mulut ini harus mendapat perhatian
(WHO) tahun 2003 menyatakan, khusus karena kemampuannya
angka kejadian karies pada anak 60- menghasilkan enzim yang dapat
90%. Menurut data Suvei Kesehatan mensintesa karbohidrat menjadi asam
Rumah Tangga (SKRT) 2004, karies yang mampu mendemineralisasi email
merupakan masalah dalam kesehatan gigi, menginvasi dentin dan pulpa
gigi dan mulut dengan prevalensi menyebabkan iritasi pada pulpa dan
90%. Sedangkan menurut laporan periradikuler sehingga terjadi proses
Riset Kesehatan dasar tahun 2007, inflamasi pada pulpa. Prevalensi
bahwa karies menyerang 72% Streptococcus mutans pada gigi
penduduk Indonesia. Dari jumlah nekrosis atau abses perapikal sebesar
tersebut hanya 29% yang mencari 48,4%.
pertolongan dan mendapatkan Karies ditandai dengan adanya
perawatan dari tenaga kesehatan. lubang pada jaringan keras gigi, dapat
Angka tersebut menunjukkan masih berwarna coklat atau hitam. Gigi
rendahnya kesadaran masyarakat berlubang biasanya tidak terasa sakit
untuk merawat kesehatan giginya. sampai lubang tersebut bertambah
Banyak bakteri ditemukan besar dan mengenai persarafan dari
melekat pada permukaan gigi, gigi tersebut. Pada karies yang cukup
khususnya didalam plak. Keberadaan dalam, biasanya keluhan yang sering
bakteri dalam mulut merupakan suatu dirasakan pasien adalah rasa ngilu bila
hal yang normal. Bakteri tertentu gigi terkena rangsang panas, dingin,
dapat mengubah semua makanan, atau manis. Bila dibiarkan, karies akan
terutama gula, menjadi asam. Bakteri, bertambah besar dan dapat mencapai
asam, sisa makanan, dan ludah akan kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi
membentuk lapisan lengket yang yang berisi jaringan saraf dan

112
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016

pembuluh darah. Bila sudah mencapai Caranya dengan merebus rebus 40 g


kamar pulpa, akan terjadi proses serai segar dengan 2 gelas air sampai
peradangan yang menyebabkan rasa airnya tinggal setengah. Lalu cairan
sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, tersebut digunakan untuk berkumur
infeksi bakteri dapat menyebabkan selama beberapa menit.
kematian jaringan dalam kamar pulpa Penelitian yang dilakukan oleh
dan infeksi dapat menjalar ke jaringan menunjukkan bahwa ekstrak air dan
sekitar tulang penyangga gigi, ekstrak etanol daun dan batang serai
sehingga dapat terjadi abses dan memiliki daya hambat terhadap
kehilangan gigi.1 bakteri Streptococcus mutans 6.
Pasien biasanya datang ke dokter Ekstrak daun dan batang serai
gigi karena gigi berlubangnya sudah dilaporkan mengandung saponin,
merasakan sakit berdenyut semalaman flavonoid, polifenol, alkaloid, dan
dan sakit bila gigi diperiksa perkusi minyak atsiri 7. Minyak atsiri serai
ataupun bersentuhan dengan gigi memiliki aktivitas antimikroba dan
antagonisnya. Ini menandakan infeksi antibakteri terhadap Escherichia coli
sudah menjalar ke jaringan periapikal2. dan Staphylococcus aureus 8. Senyawa
Dokter gigi akan meresepkan fenol dan turunannya flavonoid
antibiotik, analgesik dan anti merupakan salah satu antibakteri yang
inflamasi. Antibiotik yang biasa bekerja dengan merusak membran
diresepkan adalah Amoxicillin yang sitoplasma sedangkan pada
merupakan antibiotik golongan konsentrasi tinggi mampu merusak
penisilin. Mekanisme kerja dari membran sitoplasma dan
9
antibiotik ini yaitu dengan mengendapkan protein sel. Alkaloid
menghambat pembentukan sintesis juga bersifat sebagai antibakteri
dinding sel bakteri.3 dengan cara merusak komponen
Hasil survey eksploratif pada penyusun peptidoglikan pada sel
masyarakat pedesaan yang dilakukan bakteri, sehingga lapisan dinding sel
pada delapan wilayah propinsi di tidak terbentuk secara utuh dan
Indonesia diperoleh keterangan bahwa menyebabkan kematian pada sel
terdapat 89 jenis tanaman yang telah bakteri tersebut 9. Berbagai kandungan
dikenal atau digunakan dalam senyawa aktif yang terkandung dalam
pengobatan atau perawatan kesehatan serai mengindikasikan bahwa serai
gigi dan mulut.4 Salah satunya adalah memiliki aktivitas antibakteri yang
serai (jawa: sereh, bukan sirih). Salah cukup besar.
satu khasiat serai adalah sebagai obat Tujuan dari penelitian ini adalah
kumur5. Pada umumnya untuk mengetahui kemampuan
memanfaatkan batang dan daun serai aktivitas antibakteri dari fraksi aktif
yang biasa digunakan untuk bumbu serai (Cymbopogon citratus) terhadap
penambah aroma masakan, sebagai bakteri Streptococcus mutans.
obat untuk meredakan sakit gigi.

113
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016

Metode Penelitian merupakan anggota floral normal


Streptococcus mutans merupakan rongga mulut yang memiliki sifat α-
bakteri gram positf (+), bersifat non hemolitik dan komensal oportunistik11.
motil (tidak bergerak), berdiameter 1-
2µm. Memiliki bentuk bulat atau bulat Pada penelitian ini bahan uji
telur, tersusun seperti rantai dan tidak yang digunakan dalam penelitian ini
membentuk spora.10. Bakteri ini adalah daun dan batang dari tanaman
tumbuh secara optimal pada suhu serai (Cymbopogon citratus) yang
sekitar 180C-400C. Streptococcus telah dibersihkan dari kotoran lalu
mutans biasanya ditemukan pada dikeringkan yang selanjutnya akan
rongga gigi manusia yang luka dan digunakan untuk pembuatan ekstrak
menjadi bakteri yang paling kondusif dan fraksi serai. Obyek penelitian ini
menyebabkan karies untuk email adalah bakteri Streptococcus mutans
gigi.12 yang didapat dari Balai Besar
Streptococcus mutans merupakan Laboratorium Kesehatan. Kelompok
bakteri yang paling penting dalam perlakuan adalah konsentrasi pelarut
proses terjadinya karies gigi 10. Bakteri dalam enam konsentrasi yaitu:
ini pertama kali diisolasi dari plak gigi 2000µg/ml, 1000µg/ml, 500µg/ml,
oleh Clark pada tahun 1924 yang 250µg/ml, 125µg/ml, dan 62,5µg/ml.
memiliki kecenderungan berbentuk Untuk memperoleh jumlah 30 maka
kokus dengan formasi rantai panjang besar sampel yang dibutuhkan adalah
apabila ditanam pada medium yang lima kali pengulangan. Kontrol positif
diperkaya seperti pada Brain Heart yang digunakan adalah Amoksisilin.
Infusion (BHI) Broth, sedangkan bila
ditanam di media agar akan Pembuatan Ekstrak
memperlihatkan rantai pendek dengan Proses ekstraksi serai yang
bentuk sel tidak beraturan. dilakukan dengan metode Maserasi
Streptococcus mutans bersifat yaitu dengan merendam simplisia
asidogenik yaitu menghasilkan asam dengan pelarut metanol dan dilakukan
asidurik, mampu hidup pada beberapa kali pengocokan atau
lingkungan asam dan menghasilkan pengadukan pada temperatur ruangan
suatu polisakarida yang lengket yang (kamar) terlindung dari cahaya
disebut dengan dextran 10. Oleh karena matahari.
kemampuan ini, Streptococcus mutans Daun dan batang serai yang
bisa menyebabkan dan mendukung sudah dikeringkan di blender sampai
bakteri lain menuju ke email gigi. halus sehingga didapatkan serbuk
Streptococcus mutans termasuk halus atau serbuk simplisia sebanyak
kelompok Streptococcus viridans yang 250 g. Serbuk simplisia dimasukan

114
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016

dalam bejana maserasi lalu etil asetat cair dan fraksi metanol-air
ditambahkan dengan pelarut Metanol, diuapkan, sehingga diperoleh fraksi
kemudian dilakukan perendaman kental. Ketiga fraksi yang diperoleh
selama 24 jam sambil sesekali diaduk diujikan aktifitas antibakterinya.
dan diamkan selama 2 hari dalam
keadaan ditutup dan terlindung dari Uji Aktifitas Antibakteri Fraksi dan
cahaya matahari. Setelah 2 hari ampas KHM
dipisahkan. Kemudian ampas Uji aktifitas antibakteri dari
dilakukan maserasi kembali dengan fraksi-fraksi hasil fraksinasi n-Heksan,
jenis dan jumlah pelarut yang sama. etil asetat dan metanol dilakukan
Setelah itu semua maserat untuk mengetahui fraksi mana yang
dikumpulkan dan diuapkan hingga memiliki senyawa aktif. Dilakukan
diperoleh ekstrak kental. dengan metode difusi agar, sebagai
berikut: cawan petri berisi agar dan
Fraksinasi Ekstrak bakteri diletakkan kertas cakram
Fraksinasi dilakukan dengan diameter 6 mm yang telah dicelupkan
metode FCC (Fraksinasi Cair-Cair) dengan fraksi n-heksan, etil asetat dan
dengan pelarut n-Heksan (pelarut non methanol masing-masing 2000 µg/ml.
polar), etil asetat (pelarut semi polar), Fraksi dilarutkan dalam
metanol (pelarut polar). Fraksinasi dimetilsulfoksida (DMSO). Setelah
dilakukan sebagai berikut: Ekstrak disimpan selama 24 jam pada suhu
dilarutkan dalam metanol dan air 370C diukur diameter hambatan yang
dengan perbandingan 3:7 sebanyak terbentuk. Pengujian aktifitas
500 mL (450 mL metanol: 1050mL antibakteri dikatakan positif apabila
air) sehingga didapatkan sebanyak disekitar kertas cakram terdapat zona
1500ml fraksi metanol air. Selanjutnya bening yang bebas dari pertumbuhan
dimasukkan kedalam labu pisah bakteri.
kemudian ditambahkan 250mL n-
Heksan, dikocok secara perlahan Prosedur kerja penentuan
setelah didiamkan terjadi pemisahan KHM adalah fraksi yang paling aktif
antara fraksi n-Heksan dan metanol- dibuat dengan konsentrasi 2000µg/ml,
air. Fraksi n-Heksan dipisahkan, 1000µg/ml, 500µg/ml, 250µg/ml,
kemudian diulangi beberapa kali 125µg/ml, dan 62,5µg/ml. Kemudian
(idealnya 4 kali) sampai larutan cawan petri berisi agar dan bakteri
berwarna bening. Fraksinasi diletakkan kertas cakram diameter 6
dilanjutkan menggunakan etil asetat mm yang telah dicelupkan dengan
dengan proses yang sama dengan n- fraksi aktif. Setelah diinkubasi selama
Heksan. Fraksi n-Heksan cair, fraksi 24 jam pada inkubator dengan suhu

115
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016

370C diukur diameter hambat yang diatas penangas air sehingga akan
terbentuk.12 terlihat bahan bioaktif yang
terkandung berdasarkan warna yang
Uji Bioautografi terbentuk. Apabila terbentuk warna
Setelah didapatkan fraksi aktif kuning berarti termasuk golongan
kemudian dilakukan uji bioautografi senyawa fenol, jika berwarna ungu
untuk mengetahui harga Rf senyawa berarti termasuk senyawa terpenoid,
aktif antibakteri dengan menggunakan dan jika berwarna coklat berarti
kromatografi lapis tipis. Prosedur uji golongan tannin.
bioautografi adalah sebagai berikut:
fraksi aktif dengan konsentrasi 1% Uji Kesetaraan Fraksi yang paling
diteteskan pada plat silika gel GF254, aktif dengan Amoksisilin
kemudian dikembangkan dengan fase
gerak yang sesuai untuk pemisahan Uji kesetaraan fraksi yang
senyawa-senyawa yang terdapat dalam paling aktif dengan Amoksisilin
fraksi. Kromatogram diletakkan dalam dilakukan dengan cara memasukan
cawan petri yang telah berisi biakkan data diameter hambatan kedalam
bakteri, bercak-bercak pada kurva standar Amoksisilin. Untuk
kromatogram diciplak kecawan petri, menentukan diameter hambatan
kromatogram dibiarkan menempel Amoxixilin dibuat larutan Amoxixilin
pada medium agar selama 1 jam dengan konsentrasi 1000 µg/ml; 500
supaya senyawa aktif berdifusi µg/ml; 100 µg/ml; 50 µg/ml; 10
kedalam medium agar, kemudian µg/ml, 1µg/ml. Larutan ini diujikan
diangkat dengan hati-hati. Setelah 24 terhadap pertumbuhan koloni bakteri
jam diinkubasi dapat dilihat bercak dengan metode difusi agar dan dibuat
atau daerah yang berwarna bening kurva standar antara diameter
merupakan daerah senyawa aktif hambatan dengan log konsentrasi
berada. Selanjutnya dihitung nilai Rf- Amoksisilin.
nya. Nilai Retondasi factor (Rf)
ditentukan dengan rumus: Hasil dan Pembahasan
Rf =
Uji Aktivitas Antibakteri dan KHM
Pengujian aktivitas antibakteri
Kromatogram kedua digunakan dari fraksi N-heksan, etil asetat dan
untuk mendeteksi senyawa kimianya metanol air dilakukan dengan metode
dengan menyemprotkan larutan H2SO4 difusi didapatkan hasil fraksi yang
pada plat silica gel, kemudian paling aktif adalah fraksi etil asetat.
dikeringkan dengan cara dipanaskan Fraksi etil asetat memiliki diameter

116
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016

hambat yang paling besar Diameter hambat merupakan


dibandingkan dengan fraksi lainnya zona bening disekitar kertas cakram
yaitu dengan rerata 13,6 lalu fraksi N- yang tidak ditumbuhi bakteri uji
heksan 8,4, sedangkan fraksi metanol karena pada kertas cakram terkandung
air tidak memiliki diameter hambat. senyawa antibakteri. Semakin besar
Hal ini terlihat dari terbentuknya zona diameter hambat yang terbentuk
bening pada gambar berikut ini : berarti kemampuannya sebagai
antibakteri juga besar. Beberapa jenis
senyawa antibakteri yang
kemungkinan terkandung pada
tanaman yaitu termasuk ke dalam
golongan terpenoid, fenol, dan
alkaloid.
Dari hasil pengukuran diameter
hambat terhadap bakteri Streptococcus
mutans fraksi etil asetat memiliki
diameter hambat 13,6 mm termasuk
kategori kuat. Ketentuan kekuatan
daya antibakteri yaitu daerah
Gambar 1: Uji Aktifitas Antibakteri (a). hambatan 20 mm atau lebih berarti
Ekstrak (b). Fraksi N-heksan (c).
Etil Asetat (d). Metanol-Air
sangat kuat, daerah hambatan 10-20
Konsentrasi 2000 µg/ml terhadap mm berarti kuat, 5-10 mm berarti
Bakteri Streptococcus mutans sedang dan daerah hambatan 5 mm
atau kurang berarti lemah.
Adanya perbedaan diameter Di dalam fraksi aktif
hambat yang terbentuk dari masing- terkandung senyawa aktif antibakteri.
masing fraksi terhadap bakteri uji Senyawa aktif ini akan menyerang
menunjukkan bahwa adanya komponen-komponen sel bakteri yang
perbedaan senyawa aktif yang terdapat memiliki sejumlah besar protein asam
di dalam ketiga fraksi serai sehingga nukleat, enzim, membran
kemampuan masing-masing fraksi semipermeabel dan dinding sel. Jika
dalam menghambat pertumbuhan komponen senyawa aktif dari fraksi
bakteri Streptococcus mutans juga serai (Cymbopogon citratus)
berbeda-beda. Kemampuan fraksi menyerang salah satu komponen sel
serai dalam menghambat pertumbuhan bakteri maka akan terjadi kerusakan
bakteri ditunjukan dengan pada sel bakteri sehingga
terbentuknya zona bening disekitar menyebabkan terhambatnya
kertas cakram. pertumbuhan bakteri. Hal ini

117
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016

menjelaskan bahwa kerusakan organism yang diuji. Hasil analisis


komponen sel bakteri dapat rerata diameter hambat fraksi etil
disebabkan oleh bereaksinya senyawa asetat serai (Cymbopogon citratus)
aktif antibakteri dengan bagian dari sel terhadap bakteri Streptococcus mutan
bakteri. dapat dilihat pada tabel berikut:

Mekanisme yang menyebabkan


terhambatnya pertumbuhan bakteri Tabel 1: Rerata Diameter Hambat
Fraksi Etil Asetat Serai
adalah kerusakan membran sel oleh
(Cymbopogon citratus) terhadap
zat aktif antibakteri. Kerusakan Bakteri Streptococcus mutans
membran sel akan mengganggu
integritas komponen-komponen Konsentrasi Etil Rerata +
seluler dan menyebabkan proses Asetat standar deviasi
respirasi bakteri tidak terjadi12. Pada 2000 µg/ml 13.40 + 0,54
akhirnya mengakibatkan tidak 1000 µg/ml 12.00 + 0,70
tercukupinya energi untuk transport 500 µg/ml 10.40 + 0,54
aktif zat hara sehingga pertumbuhan 250 µg/ml 8.80 + 0,83
bakteri terganggu. Hal ini dikarenakan
125 µg/ml 7.40 + 0,54
bakteri Streptococcus mutans
62,5 µg/ml 0.00 + 0,00
merupakan bakteri gram positif yang
memiliki struktur dinding sel yang
Pada Tabel 1. penentuan
tersusun dari lapisan peptidoglikan
Konsentrasi Hambat Minimum
yang tebal dan asam terikat yang
(KHM) dilakukan dengan beberapa
berperan sebagai penghalang
konsentrasi, tujuannya untuk
masuknya senyawa antimikroba13.
mengetahui jumlah terkecil zat aktif
Hasil uji aktivitas antibakteri antibakteri yang diperlukan untuk
menunjukkan fraksi N-heksan dan etil menghambat pertumbuhan organisme
asetat aktif terhadap bakteri bakteri yang diuji. Penentuan
Streptococcus mutans, namun konsentrasi hambat minimum (KHM)
perbedaan diameter hambat yang fraksi etil asetat dimulai dengan
dihasilkan masing-masing fraksi konsentrasi 2000 µg/ml, 1000 µg/ml,
menunjukkan bahwa fraksi etil asetat 500 µg/ml, 250 µg/ml, 125 µg/ml,
yang paling aktif dibandingkan fraksi 62,5 µg/ml dengan 5 kali
yang lainnya, sehingga pengujian pengulangan. Pada konsentrasi 2000
KHM dilakukan terhadap fraksi etil µg/ml diameter hambat yang terbentuk
asetat dengan tujuan untuk mengetahui paling besar dan diameter hambat
jumlah terkecil zat aktif antibakteri terkecil pada konsentrasi 125 µg/ml.
yang dapat menghambat pertumbuhan

118
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016

62,5 µg/ml 2000 µg/ml Semakin besar diameter


hambat maka semakin aktif zat uji
tersebut sebagai antibakteri yang
125 µg/ml
1000 µg/ml menunjukkan bahwa semakin banyak
bakteri yang dapat dihambat
500 µg/ml
pertumbuhannya oleh zat uji. Salah
250 µg/ml
satu faktor yang mempengaruhi
aktifitas zat antimikroba adalah
konsentrasi yang terkandung dalam zat
Gambar 2: Penentuan KHM Fraksi
tersebut. Semakin tinggi konsentrasi
Etil Asetat
maka sifat antimikrobanya juga
semakin kuat. Namun demikian
Berdasarkan Tabel 1 dan
diameter zona hambat bukan
Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa
merupakan indikasi mutlak dalam
konsentrasi hambat minimum (KHM)
menilai efektifitas antibakteri dari
fraksi etil asetat dalam menghambat
suatu bahan uji karena diameter zona
pertumbuhan bakteri Streptococcus
hambat yang terbentuk tidak hanya
mutans terletak pada konsentrasi 125
tergantung dari toksisitas bahan uji
µg/ml, dengan diameter hambat
namun ditentukan pula oleh beberapa
sebesar 7,40 ± 0,54. Pada Gambar 2
faktor lainnya yaitu kemampuan dan
terbentuk zona bening yang
kecepatan difusi dari bahan uji pada
menunjukkan adanya diameter hambat
media, interaksi antar komponen pada
pada masing-masing konsentrasi
media serta kondisi lingkungan in
dimana diameter hambat dari masing-
vitro.
masing konsentrasi mengalami
Dalam aplikasinya, kriteria suatu
penurunan sesuai dengan penurunan
zat antibakteri pada suatu obat dalam
nilai konsentrasi, sehingga dapat
menghambat atau mematikan
diketahui bahwa besarnya konsentrasi
organisme penyebab penyakit harus
dan diameter hambat memiliki
disertai toksisitas yang rendah
hubungan yang berbanding lurus satu
terhadap sel inang. Dengan kata lain,
sama lain. Dari pengujian konsentrasi
zat antibakteri harus memiliki kadar
hambat minimum (KHM) tabel dan
yang rendah namun efektif
gambar diatas dapat diketahui bahwa
menghambat atau membunuh bakteri.
fraksi etil asetat serai (Cymbopogon
Tujuannya agar organisme penyebab
citratus) memiliki nilai KHM yaitu
penyakit tidak mudah resisten
125 µg/ml. Berdasarkan nilai KHM
terhadap obat dan sel inang pun tidak
yang didapat dari hasil penelitian
mengalami intoksikasi.11
tersebut menunjukkan bahwa fraksi
Tinggi rendahnya aktifitas
etil asetat Tanaman serai
antibakteri memang dapat dilihat
(Cymbopogon citratus) dapat
dengan mengetahui besar kecilnya
menghambat pertumbuhan bakteri uji.
diameter zona hambat namun

119
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016

kekuatan aktifitas antibakteri lebih aktif yang memiliki nilai KHM antara
ditentukan oleh nilai KHM karena 100–500 µg/ml digolongkan sebagai
KHM menunjukkan kemampuan senyawa yang memiliki aktivitas
bakterisidal suatu zat antibakteri antibakteri yang cukup kuat. Senyawa
dalam konsentrasi minimalnya, aktif yang memiliki nilai KHM antara
sedangkan penilaian berdasarkan zona 500–1000 µg/ml digolongkan sebagai
hambat hanya menggambarkan senyawa yang memiliki aktivitas
kekuatan daya hambat suatu zat antibakteri yang lemah, dan senyawa
antibakteri tanpa menggambarkan aktif yang memiliki KHM lebih dari
konsentrasi minimal suatu zat 1000 µg/ml digolongkan sebagai
antibakteri untuk memberikan efek senyawa yang tidak memiliki aktivitas
bakterisidal 11. antibakteri.
Kekuatan daerah hambatan Hal ini dapat disimpulkan
suatu antibakteri adalah sebagai bahwa konsentrasi hambat minimum
berikut: daerah hambatan 20 mm atau (KHM) fraksi Etil Asetat Tanaman
lebih berarti sangat kuat, daerah Serai (Cymbopogon citratus) terdapat
hambatan 10 mm–20 mm berarti kuat, pada konsentrasi 125 µg/ml berarti
5 mm–10 mm berarti sedang, dan nilai KHM nya antara 100-500 µg/ml
daerah hambatan 5 mm atau kurang dan digolongkan sebagai senyawa
berarti lemah. Sedangkan menurut yang memiliki aktivitas antibakteri
Nilufar et al (2010) kategori diameter cukup kuat.
hambat dibedakan menjadi 4 yaitu
diamater hambat 7–9 mm berarti Uji Kesetaraan Fraksi Etil Asetat
lemah (insignificant), diameter hambat dengan Amoksisilin
10–12 mm berarti sedang (mild Uji kesetaraan dilakukan
aktivity), diameter hambat 13–15 mm dengan cara membandingkan diameter
berarti kuat (moderat activity) hambat minimum fraksi aktif dengan
sedangkan dimeter hambat diatas 15 diameter hambat minimum antibiotik
mm berarti sangat kuat (significant). Amoksisilin. Diameter hambatan hasil
Diameter zona hambat pengujian dengan antibiotik terhadap
berhubungan dengan KHM, karena bakteri Streptococcus mutans dibuat
KHM yang cocok dapat dalam bentuk grafik linear.
diperhitungkan dari diameter zona Selanjutnya nilai diameter hambat
hambat. Berdasarkan nilai KHM, minimum fraksi dimasukan kedalam
maka senyawa antibakteri dibedakan persamaan garis sehingga diperoleh
menjadi 4 yaitu: senyawa aktif yang nilai kesetaraan. Kesetaraan fraksi Etil
memiliki KHM kurang dari 100 µg/ml Asetat dengan Amoksisilin didapatkan
digolongkan sebagai senyawa yang dengan memasukkan diameter hambat
memiliki tingkat aktivitas antibakteri pada persamaan regresi. Uji kesetaraan
yang sangat kuat. Senyawa ini sangat fraksi etil asetat dengan Amoksisilin
baik untuk dijadikan obat. Senyawa dapat dilihat pada tabel berikut:

120
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016

Tabel 2: Hasil Uji Kesetaraan Fraksi menambah efek amoksisilin. Preparat


Etil Asetat Tanaman Serai amoksisilin asam klavulanat
Konsentrasi Konsentrasi (Augmentin) dan amoksisilin trihidrat
Fraksi Etil Asetat Amoksisilin
(Amoxil) mempunyai farmakokinetik
125 µg/ml 1,61 µg/ml
dan farmakodinamik yang serupa, dan
77,6 µg/ml 1 µg/ml
demikian pula efek samping dan reaksi
merugikannya. Jika memakai aspirin
Pada Tabel 2. dapat dilihat
dan probenesid bersama amoksisilin,
bahwa 125 µg/ml Fraksi Etil Asetat
maka kadar antibakterial serum dapat
setara dengan 1,61 µg/ml Amoksisilin
meningkat. Efek Amoksisilin
dan 1 µg/ml antibiotik Amoksisilin
berkurang jika dipakai bersama
setara dengan 77,6 µg/ml fraksi Etil
eritromisin dan tetrasiklin. Mula kerja,
Asetat. Hal ini cukup membuktikan
waktu untuk mencapai kadar puncak,
bahwa Amoksisilin masih lebih efektif
dan lama kerja dari amoksisilin dan
bila dibandingkan dengan fraksi etil
kloksasilin sangat serupa.
asetat serai dalam menghambat
Efek samping dan reaksi
pertumbuhan bakteri Streptococcus
merugikan yang sering dari pemberian
mutans.
Amoksisilin adalah hipersensitifitas
Farmakokinetik Amoksisilin
dan superinfeksi (timbulnya infeksi
diabsorpsi dengan baik melalui saluran
sekunder jika flora tubuh terganggu).
gastrointestinal. Kekuatan pengikatan
Mual, muntah atau diare merupakan
Amoksisilin pada protein 20%.
gangguan gastrointestinal yang sering.
Toksisitas obat dapat terjadi jika obat-
Ruam kulit merupakan indikator dari
obat lain yang tinggi berikatan pada
adanya reaksi alergi yang ringan
protein dipakai bersamaan dengan
sampai sedang. Reaksi alergi yang
kloksasilin. Kedua obat ini
berat dapat menjadi syok anafilaksis.
mempunyai waktu paruh. yang
Efek alergi terjadi pada 5-10% orang
singkat. Tujuh puluh persen dari
yang menerima senyawa Amoksisilin,
amoksisilin diekskresikan ke dalam
oleh karena itu pernantauan ketat
urin.
sewaktu pemberian dosis Amoksisilin
Amoksisilin adalah derivat
pertama dan dosis selanjutnya perlu
penisilin dan bersifat bakterisidal.
dilakukan.
Farmakodinamik obat ini mengganggu
sintesis dinding sel bakteri, sehingga
Uji Bioautografi
menyebabkan sel menjadi lisis.
Amoksisilin dapat diproduksi dengan Hasil uji aktivitas antibakteri
atau tanpa asam klavulanat, suatu agen menunjukan bahwa fraksi yang paling
yang mencegah pemecahan aktif dari ekstrak serai adalah etil
amoksisilin dengan menurunkan asetat, selanjutnya dilakukan uji
resistensi terhadap obat antibakterial. bioautografi dengan kromatografi lapis
Penambahan asam klavulanat tipis (KLT) untuk mengetahui

121
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016

golongan senyawa yang terdapat pada Berdasarkan Gambar 3


fraksi etil asetat dan mengetahui nilai menunjukkan bahwa pada uji KLT
Rf senyawa aktif antibakteri. fraksi aktif etil asetat terlihat adanya
Pada uji bioautografi, terlebih bercak merah pada kromatogram.
dahulu dilakukan uji KLT dengan Bercak merah ini menunjukkan bahwa
meneteskan fraksi etil asetat pada 2 didalam fraksi etil asetat terdapat
lembar kromatogram lalu diletakkan
senyawa alkaloid. Dilanjutkan dengan
didalam wadah berisi eluennya.
uji bioautografi terbentuk zona bening
Hasilnya terbentuk bercak-bercak
pada cawan petri dan dihitung nilai
bahan bioaktif. Setelah itu salah satu
Rf=0,1
kromatogram disemprot dengan cairan
H2SO4 dan terbentuklah warna merah. Senyawa alkaloid memiliki
Sedangkan kromatogram yang lain kemampuan sebagai antibakteri
diletakkan kedalam cawan petri yang dengan cara merusak komponen
telah berisi biakan bakteri, dibiarkan penyusun peptidoglikan pada sel
menempel pada medium agar selama 1 bakteri, sehingga lapisan dinding sel
jam supaya bahan bioaktif dari fraksi tidak terbentuk secara utuh dan
etil asetat berdifusi kedalam agar. menyebabkan kematian pada sel
Setelah itu kromatogram diangkat dan bakteri tersebut 10. Nilai Rf
bakteri dan agar dalam cawan petri menunjukan jenis senyawa yang
tersebut diinkubasi selama 24 jam dan diperoleh, nilai Rf untuk senyawa
terlihat zona bening yang merupakan murni dapat dibandingkan dengan
daerah aktif berada. Untuk lebih jelas nilai Rf dari senyawa standar. Setiap
dapat dilihat pada gambar berikut:
senyawa memiliki nilai Rf masing-
masing. Nilai Rf dapat didefinisikan
sebagai jarak yang ditempuh oleh
senyawa dari titik asal dibagi dengan
jarak yang ditempuh oleh pelarut dari
Zona titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf
bening
selalu lebih kecil dari 1,0.

Hasil uji fitokimia terhadap


ekstrak serai diketahui bahwa terdapat
kandungan senyawa metabolit
Gambar 3: Hasil Uji KLT dan Hasil sekunder golongan tanin, alkaloid,
Uji Bioautografi flavonoid, saponin dan minyak atsiri 7.
Hal ini sejalan dengan apa yang
ditemukan peneliti pada saat penelitian
dengan menggunakan metode

122
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) tidak terbentuk secara utuh dan


didapatkan bahwa senyawa utama menyebabkan kematian pada sel
serai yang terkandung adalah alkaloid. bakteri tersebut.
Alkaloid yang merupakan Dalam beberapa penelitian
senyawa utama dalam fraksi etil asetat menunjukkan bahwa senyawa alkaloid
serai secara umum dikenal sebagai pada tanaman memiliki daya
golongan amin, merupakan senyawa antibakteri. Senyawa alkaloid yang
organik yang terdapat pada tumbuh- juga terkandung dalam ekstrak daun
tumbuhan, bersifat basa, larut dalam tanjung memiliki daya antibakteri
pelarut alkohol. Sifat-sifat umum terhadap bakteri Salmonella typhi.
alkaloid, antara lain: dalam tumbuhan Penelitian isolasi alkaloid dari fraksi
umumnya berbentuk garam dengan etil asetat buah melur yang dilakukan
asam klorida atau asam organik, juga menunjukkan kekuatan
kadang-kadang terdapat dalam bentuk antibakteri terhadap Staphylococcus
kombinasi, terutama dengan tanin, aureus dan Escherichia coli14. Begitu
bahan harus diserbuk untuk juga dengan penelitian buah
memudahkan pelarut pengekstrak mengkudu yang dilakukan oleh
menembus ke dalam sel, alkaloid basa menyatakan alkaloid yang terkandung
umumnya tidak larut dalam air, tetapi dalam buah mengkudu mampu
larut dalam pelarut organik kurang menghambat pertumbuhan
15
polar, seperti kloroform dan eter, Escherichia coli . Senyawa alkaloid
sedangkan alkaloid garam umumnya yang terkandung dalam daun jati juga
larut dalam air tetapi tidak larut dalam dapat mempercepat penyembuhan
pelarut kurang polar. luka. Senyawa alkaloid yang
Alkaloid berfungsi sebagai terkandung dalam daun jati memiliki
detoksifikasi yang dapat menetralisir daya antibakteri yang dapat menekan
racun-racun di dalam tubuh. Alkaloid pertumbuhan bakteri patogen dan
juga bersifat sebagai antibakteri, mencegah infeksi pada luka sehingga
terbukti melalui beberapa penelitian mempercepat penyembuhan luka.
zat ini efektif membunuh bakteri
Staphylococus aureus strain A dan B, Simpulan
Staphylococcus albus, Pseudomonas Berdasarkan hasil penelitian yang
sp, Proteus sp, Escherichia coli, dan telah dilakukan, maka dapat diambil
Bacillus subtili. Alkaloid memiliki simpulan sebagai berikut :
kemampuan sebagai antibakteri
1. Fraksi etil asetat serai adalah
dengan cara merusak komponen
fraksi yang paling aktif terhadap
penyusun peptidoglikan pada sel
Streptococcus mutans
bakteri, sehingga lapisan dinding sel
dibandingkan fraksi N-heksan

123
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016

sedangkan fraksi metanol-air tidak 4. Suwondo S Skrining Tumbuhan


aktif. Obat yang Mempunyai Aktivitas
2. Fraksi etil asetat serai memiliki Antibakteri Penyebab Karies
Konsentrasi Hambat Minimum Gigi dan Pembentuk Plak.
(KHM) 125 µg/ml termasuk Bandung; Universitas
kategori cukup kuat terhadap Padjajaran; 2007.
bakteri Streptococcus mutans. 5. Wijayakusuma. Ramuan
3. Alkaloid adalah senyawa aktif Lengkap Herbal Taklukkan
antibakteri dari fraksi etil asetat Penyakit. Jakarta: Pustaka
serai. Bunda; 2008.
4. Fraksi etil asetat serai 125 µg/ml 6. Supriyanto. Potensi Ekstrak
setara dengan 1,61 µg/ml Sereh Wangi (Cymbopogon
antibiotik Amoxicilin dan 1 µg/ml nardus L.) Sebagai Anti
antibiotik Amoksisilin setara Streptococcus mutans. Bogor:
dengan 77,6 µg/ml fraksi etil Skripsi FMIPA; 2008.
asetat. 7. Hamza et al. Study the
5. Ada perbedaan efektivitas Antimicrobial Activity of lemon
antibakteri yang bermakna antara Grass Leaf Extracts. 2009
fraksi aktif serai dengan 8. Rahman H. Bioaktifitas Minyak
Amoksisilin. Amoksisilin lebih Atsiri Sereh Cymbopogon
efektif dibandingkan fraksi etil Citratus DC. Terhadap
asetat serai dalam menghambat Pertumbuhan bakteri Escherichia
pertumbuhan bakteri coli dan Staphylococcus aureus.
Streptococcus mutans. Makassar; Universitas
Hasanuddin; 2013.
9. Volk dan Wheeler. Mikrobiologi
Dasar Jasad, Edisi V. Jakarta;
Airlangga; 1993.
Daftar Pustaka 10. Manton J.W. Streptococcus
mutans and You; Home Sweet
1. Grossman LI. Grossman's
Home in your mouth.
Endodontic Practice. 12th ed.
http://microbiologyfall2010.wiki
Chandra SB, Krishna VG,
spaces.com/Casey+%26+Jesse;
editors. New Delhi: Wolters
11. Ari W.N. Streptococcus mutans,
Kluwer Health; 2010.
Si Plak Dimana-mana.
2. Lehner T. Immunology of Oral
http://mikrobia.files.wordpress.c
Diseases. Oxford: Blackwell
om/2008/05/streptococcus-
Scientific Publication; 1992.
mutans 31.pdf
3. Istiantoro YH dan Setiabudy R.
Farmakologi dan Terapi. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2007.

124
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016

12. Salni. Senyawa Antibakteri


Penginfeksi Kulit dari Karimunting
(Rhodomyrtus tomentosa (ait)
hassk) dan Uji Efektifitas Sediaan
Salepnya. Bandung; Disertasi ITB;
2003.
13. Jawetz. Mikrobiologi Kedokteran.
Edisi 20. 238 – 240. Jakarta: EGC;
1996.
14. Febrina, Zamar. 2011. Isolasi
Alkaloid Fraksi Aktif Buah Melur
sebagai Antibakteri. FMIPA
Universitas Andalas. Padang
15. Made Sumitha, Hapsari, Kerta
Besung. 2013. Perasan Daun
Mengkudu Menghambat
Pertumbuhan Escherichia coli.
Jurnal Indonesia Medicus
Veterinus. Hal 216-224.

125

Anda mungkin juga menyukai