Daun Sereh 5 PDF
Daun Sereh 5 PDF
Putri Erlyn*
*
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
Abstrak
Bakteri yang paling berperan dalam menyebabkan karies adalah Streptococcus mutans yang
merupakan flora normal rongga mulut. Serai (Cymbopogon citratus) adalah salah satu bahan
alam yang dapat digunakan untuk pengobatan tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektivitas antibakteri fraksi aktif serai (Cymbopogon citratus) terhadap
Streptococcus mutans, menentukan fraksi aktif, menentukan konsentrasi hambat minimum (KHM)
dan menentukan golongan senyawa aktif dari serai. Uji efektivitas antibakteri fraksi etil asetat
dengan 6 konsentrasi dilakukan dengan metode difusi agar terhadap Streptococcus mutans.
Amoksisilin digunakan sebagai kontrol positif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fraksi
yang aktif adalah etil asetat dengan nilai KHM 125 µg/ml. Golongan senyawa aktif yang
terkandung adalah alkaloid dengan nilai Rf 0,1. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
efektivitas antibakteri yang bermakna antara fraksi aktif serai dengan Amoksisilin terhadap
Streptococcus mutans.
Kata Kunci: Serai (Cymbopogon citratus), Streptococcus mutans, Kadar Hambat Minimum, efek
antibakteri.
Abstract
The bacteria who is most responsible for causing dental caries is Streptococcus mutans. This
bacteria is a normal flora in the oral cavity. Lemongrass (Cymbopogon citratus) is one of the
natural ingredients that can be used for traditional medicine. This research aim was to determine
the antibacterial efficacy of lemongrass (Cymbopogon citratus) against Streptococcus mutans, the
content of the active fraction, the minimum inhibitory concentration (MIC) and the compound of
lemongrass. Etil asetat fraction of lemongrass consist of 6 concentration, 2000 µg/ml; 1000
µg/ml; 500 µg/ml; 250 µg/ml; 125 µg/ml; dan 6,25 µg/ml. The antibacterial efficacy test carried
out with agar diffusion methods against Streptococcus mutans. Amoxicillin was used as positive
control. The results of this study showed that active fraction was etil asetat with a concentration of
125 µg. Class of active compound contains alkaloid with Rf a value 0.1. It can be
concluded that there was a significantly differences of the antibacterial efficacy between active
fraction of lemongrass and Amoxicillin against Streptococcus mutans.
111
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016
112
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016
113
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016
114
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016
dalam bejana maserasi lalu etil asetat cair dan fraksi metanol-air
ditambahkan dengan pelarut Metanol, diuapkan, sehingga diperoleh fraksi
kemudian dilakukan perendaman kental. Ketiga fraksi yang diperoleh
selama 24 jam sambil sesekali diaduk diujikan aktifitas antibakterinya.
dan diamkan selama 2 hari dalam
keadaan ditutup dan terlindung dari Uji Aktifitas Antibakteri Fraksi dan
cahaya matahari. Setelah 2 hari ampas KHM
dipisahkan. Kemudian ampas Uji aktifitas antibakteri dari
dilakukan maserasi kembali dengan fraksi-fraksi hasil fraksinasi n-Heksan,
jenis dan jumlah pelarut yang sama. etil asetat dan metanol dilakukan
Setelah itu semua maserat untuk mengetahui fraksi mana yang
dikumpulkan dan diuapkan hingga memiliki senyawa aktif. Dilakukan
diperoleh ekstrak kental. dengan metode difusi agar, sebagai
berikut: cawan petri berisi agar dan
Fraksinasi Ekstrak bakteri diletakkan kertas cakram
Fraksinasi dilakukan dengan diameter 6 mm yang telah dicelupkan
metode FCC (Fraksinasi Cair-Cair) dengan fraksi n-heksan, etil asetat dan
dengan pelarut n-Heksan (pelarut non methanol masing-masing 2000 µg/ml.
polar), etil asetat (pelarut semi polar), Fraksi dilarutkan dalam
metanol (pelarut polar). Fraksinasi dimetilsulfoksida (DMSO). Setelah
dilakukan sebagai berikut: Ekstrak disimpan selama 24 jam pada suhu
dilarutkan dalam metanol dan air 370C diukur diameter hambatan yang
dengan perbandingan 3:7 sebanyak terbentuk. Pengujian aktifitas
500 mL (450 mL metanol: 1050mL antibakteri dikatakan positif apabila
air) sehingga didapatkan sebanyak disekitar kertas cakram terdapat zona
1500ml fraksi metanol air. Selanjutnya bening yang bebas dari pertumbuhan
dimasukkan kedalam labu pisah bakteri.
kemudian ditambahkan 250mL n-
Heksan, dikocok secara perlahan Prosedur kerja penentuan
setelah didiamkan terjadi pemisahan KHM adalah fraksi yang paling aktif
antara fraksi n-Heksan dan metanol- dibuat dengan konsentrasi 2000µg/ml,
air. Fraksi n-Heksan dipisahkan, 1000µg/ml, 500µg/ml, 250µg/ml,
kemudian diulangi beberapa kali 125µg/ml, dan 62,5µg/ml. Kemudian
(idealnya 4 kali) sampai larutan cawan petri berisi agar dan bakteri
berwarna bening. Fraksinasi diletakkan kertas cakram diameter 6
dilanjutkan menggunakan etil asetat mm yang telah dicelupkan dengan
dengan proses yang sama dengan n- fraksi aktif. Setelah diinkubasi selama
Heksan. Fraksi n-Heksan cair, fraksi 24 jam pada inkubator dengan suhu
115
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016
370C diukur diameter hambat yang diatas penangas air sehingga akan
terbentuk.12 terlihat bahan bioaktif yang
terkandung berdasarkan warna yang
Uji Bioautografi terbentuk. Apabila terbentuk warna
Setelah didapatkan fraksi aktif kuning berarti termasuk golongan
kemudian dilakukan uji bioautografi senyawa fenol, jika berwarna ungu
untuk mengetahui harga Rf senyawa berarti termasuk senyawa terpenoid,
aktif antibakteri dengan menggunakan dan jika berwarna coklat berarti
kromatografi lapis tipis. Prosedur uji golongan tannin.
bioautografi adalah sebagai berikut:
fraksi aktif dengan konsentrasi 1% Uji Kesetaraan Fraksi yang paling
diteteskan pada plat silika gel GF254, aktif dengan Amoksisilin
kemudian dikembangkan dengan fase
gerak yang sesuai untuk pemisahan Uji kesetaraan fraksi yang
senyawa-senyawa yang terdapat dalam paling aktif dengan Amoksisilin
fraksi. Kromatogram diletakkan dalam dilakukan dengan cara memasukan
cawan petri yang telah berisi biakkan data diameter hambatan kedalam
bakteri, bercak-bercak pada kurva standar Amoksisilin. Untuk
kromatogram diciplak kecawan petri, menentukan diameter hambatan
kromatogram dibiarkan menempel Amoxixilin dibuat larutan Amoxixilin
pada medium agar selama 1 jam dengan konsentrasi 1000 µg/ml; 500
supaya senyawa aktif berdifusi µg/ml; 100 µg/ml; 50 µg/ml; 10
kedalam medium agar, kemudian µg/ml, 1µg/ml. Larutan ini diujikan
diangkat dengan hati-hati. Setelah 24 terhadap pertumbuhan koloni bakteri
jam diinkubasi dapat dilihat bercak dengan metode difusi agar dan dibuat
atau daerah yang berwarna bening kurva standar antara diameter
merupakan daerah senyawa aktif hambatan dengan log konsentrasi
berada. Selanjutnya dihitung nilai Rf- Amoksisilin.
nya. Nilai Retondasi factor (Rf)
ditentukan dengan rumus: Hasil dan Pembahasan
Rf =
Uji Aktivitas Antibakteri dan KHM
Pengujian aktivitas antibakteri
Kromatogram kedua digunakan dari fraksi N-heksan, etil asetat dan
untuk mendeteksi senyawa kimianya metanol air dilakukan dengan metode
dengan menyemprotkan larutan H2SO4 difusi didapatkan hasil fraksi yang
pada plat silica gel, kemudian paling aktif adalah fraksi etil asetat.
dikeringkan dengan cara dipanaskan Fraksi etil asetat memiliki diameter
116
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016
117
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016
118
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016
119
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016
kekuatan aktifitas antibakteri lebih aktif yang memiliki nilai KHM antara
ditentukan oleh nilai KHM karena 100–500 µg/ml digolongkan sebagai
KHM menunjukkan kemampuan senyawa yang memiliki aktivitas
bakterisidal suatu zat antibakteri antibakteri yang cukup kuat. Senyawa
dalam konsentrasi minimalnya, aktif yang memiliki nilai KHM antara
sedangkan penilaian berdasarkan zona 500–1000 µg/ml digolongkan sebagai
hambat hanya menggambarkan senyawa yang memiliki aktivitas
kekuatan daya hambat suatu zat antibakteri yang lemah, dan senyawa
antibakteri tanpa menggambarkan aktif yang memiliki KHM lebih dari
konsentrasi minimal suatu zat 1000 µg/ml digolongkan sebagai
antibakteri untuk memberikan efek senyawa yang tidak memiliki aktivitas
bakterisidal 11. antibakteri.
Kekuatan daerah hambatan Hal ini dapat disimpulkan
suatu antibakteri adalah sebagai bahwa konsentrasi hambat minimum
berikut: daerah hambatan 20 mm atau (KHM) fraksi Etil Asetat Tanaman
lebih berarti sangat kuat, daerah Serai (Cymbopogon citratus) terdapat
hambatan 10 mm–20 mm berarti kuat, pada konsentrasi 125 µg/ml berarti
5 mm–10 mm berarti sedang, dan nilai KHM nya antara 100-500 µg/ml
daerah hambatan 5 mm atau kurang dan digolongkan sebagai senyawa
berarti lemah. Sedangkan menurut yang memiliki aktivitas antibakteri
Nilufar et al (2010) kategori diameter cukup kuat.
hambat dibedakan menjadi 4 yaitu
diamater hambat 7–9 mm berarti Uji Kesetaraan Fraksi Etil Asetat
lemah (insignificant), diameter hambat dengan Amoksisilin
10–12 mm berarti sedang (mild Uji kesetaraan dilakukan
aktivity), diameter hambat 13–15 mm dengan cara membandingkan diameter
berarti kuat (moderat activity) hambat minimum fraksi aktif dengan
sedangkan dimeter hambat diatas 15 diameter hambat minimum antibiotik
mm berarti sangat kuat (significant). Amoksisilin. Diameter hambatan hasil
Diameter zona hambat pengujian dengan antibiotik terhadap
berhubungan dengan KHM, karena bakteri Streptococcus mutans dibuat
KHM yang cocok dapat dalam bentuk grafik linear.
diperhitungkan dari diameter zona Selanjutnya nilai diameter hambat
hambat. Berdasarkan nilai KHM, minimum fraksi dimasukan kedalam
maka senyawa antibakteri dibedakan persamaan garis sehingga diperoleh
menjadi 4 yaitu: senyawa aktif yang nilai kesetaraan. Kesetaraan fraksi Etil
memiliki KHM kurang dari 100 µg/ml Asetat dengan Amoksisilin didapatkan
digolongkan sebagai senyawa yang dengan memasukkan diameter hambat
memiliki tingkat aktivitas antibakteri pada persamaan regresi. Uji kesetaraan
yang sangat kuat. Senyawa ini sangat fraksi etil asetat dengan Amoksisilin
baik untuk dijadikan obat. Senyawa dapat dilihat pada tabel berikut:
120
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016
121
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016
122
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016
123
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016
124
Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.2), Maret 2016
125