MAKALAH
OLEH :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN
2020
0
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan benar, serta tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai SISTIM
MUAMALAH DALAM ISLAM. Makalah ini di buat berdasarkan informasi yang
tersedia dalam website terpercaya, dan di bantu oleh berbagai pihak untuk
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini, oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
RIZKY SAPUTRA
NIM. 2006010003
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muamalah ialah semua hukum syariat yang bersangkutan dengan urusan
duniawi, dengan memandang kelanjutan hidup seseorang yang lain, seperti jual beli,
tukar-menukar, pinjam-meminjam, beri-memberi, dan lain-lainnya. Fiqh muamalah
adalah ilmu tentang hukum syara’ yang mengatur hubungan antara manusia dengan
manusia lain yang sasarannya adalah harta benda atau mal. Hubungan tersebut
sangat luas karena mencakup hubungan antara sesama manusia, baik muslim
maupun non muslim.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas untuk berhubungan dengan
orang lain dalam kerangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia
sangat beragam, sehingga terkadang secara pribadi ia tidak mampu untuk
memenuhinya, dan harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan antara satu
manusia dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan, harus terdapat aturan
yang menjelaskan hak dan kewajiban keduanya berdasarkan kesepakatan. Proses
untuk membuat kesepakatan dalam kerangka memenuhi kebutuhan keduanya, lazim
disebut dengan proses untuk berakad atau melakukan kontrak. Hubungan ini
merupakah fitrah yang sudah ditakdirkan oleh Allah. karena itu ia merupakan
kebutuhan sosial sejak manusia mulai mengenal arti hak milik. Islam sebagai agama
yang komprehensif dan universal memberikan aturan yang cukup jelas dalam akad
untuk dapat diimplementasikan dalam setiap masa.
Dalam pembahasan fiqih, akad atau kontrak yang dapat digunakan
bertransaksi sangat beragam, sesuai dengan karakteristik dan spesifikasi kebutuhan
yang ada. Sebelum membahas lebih lanjut tentang pembagian atau macam-macam
akad secara spesifik, akan dijelaskan teori akad secara umum yang nantinya akan
dijadikan sebagai dasar untuk melakukan akad-akad lainnya secara khusus . Maka
dari itu, dalam makalah ini saya akan mencoba untuk menguraikan mengenai
berbagai hal yang terkait dengan akad dalam pelaksanaan muamalah di dalam
kehidupan kita sehari-hari.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam pembuatan
makalah ini adalah sbb :
1. Apa definisi dari muamalah ?
2. Bagaimana konsep muamalah dalam Islam ?
3. Hal-hal apa saja yang bersangkutan dengan muamalah ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari pembuatan makalah
ini yaitu untuk :
1. Memahami arti dari muamalah
2. Mengetahui konsep muamalah dalam islam
3. Mengetahui hal-hal yang bersangkutan dengan muamalah
D. Manfaat
Ada banyak sekali manfaat yang baik dalam mempelajari muamalah, salah
satunya yaitu kita dapat menambah ilmu mengenai muamalah dan menerapkan hal-
hal yang baik yang kita pelajari dari mumalah dalam kehidupan sehari-hari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Muamalah
Pengertian muamalah pada mulanya memiliki cakupan yang luas, seba-
gaimana dirumuskan oleh Muhammad Yusuf Musa , yaitu Peraturan-peraturan
Allah yang harus diikuti dan dita’ati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga
kepentingan manusia”. Namun belakangan ini pengertian muamalah lebih banyak
dipahami sebagai aturan-aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia dalam memperoleh dan mengembangkan harta benda atau lebih tepatnya
dapa dikaakan sebagai aturan Islam tentang kegiatan ekonomi yang dilakukan
manusia.
Fiqih Muamalah adalah pengetahuan tentang kegiatan atau transaksi yang
berdasarkan hukum-hukum syariat, mengenai perilaku manusia dalam
kehidupannya yang diperoleh dari dalil-dalil islam secara rinci. Ruang lingkup fiqih
muamalah adalh seluruh kegiatan muamalah manusia berdasarkan hokum-hukum
islam yang berupa peraturan-peraturan yang berisi perintah atau larangan seperti
wajib,sunnah,haram,makruh dan mubah.hokum-hukum fiqih terdiri dari hokum-
hukum yang menyangkut urusan ibadah dalam kaitannya dengan hubungan vertical
antara manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia lainnya.
3
hutang), Ash-Shulhu (perdamaian bisnis), Adh-Dhaman (jaminan, asuransi),
Syirkah (tentang perkongsian), Wakalah (tentang per-wakilan), Wadi’ah (tentang
penitipan), ‘Ariyah (tentang peminjaman), Mudharabah (syirkah modal dan tenaga),
Musaqat (syirkah dalam pengairan kebun), Muzara’ah (kerjasama per-tanian),
Kafalah (pen-jaminan), Taflis (jatuh bangkrut), Al-Hajru (batasan ber-tindak),
Ji’alah (sayembara, pemberian fee), Qaradh (pejaman), transaksi valas, ’Urbun
(panjar/DP), Ijarah (sewa-menyewa), Riba, konsep uang dan kebi-jakan moneter,
Shukuk (surat utang atau obligasi), Faraidh (warisan), Luqthah (barang tercecer),
Waqaf, Hibah, Washiat, Iqrar, Qismul fa’i wal ghanimah (pem-bagian fa’i dan
ghanimah), Qism ash-Shadaqat (tentang pembagian zakat), Ibrak (pembebasan
hutang), Muqasah (Discount), Kharaj, Jizyah, Dharibah,Ushur, Baitul Mal dan
Jihbiz, Kebijakan fiskal Islam, Keadilan Distribusi, Perburuhan (hubungan buruh
dan ma-jikan, upah buruh), monopoli, Pasar modal Islami dan Reksadana, Asuransi
Islam, Bank Islam, Pegadaian, MLM, dan lain-lain.
4
sumber fiqih kedua setelah Al-Quran yang berlaku dan mengikat bagi umat
islam.
Ijma’ dan Qiyas
Ijma’ adalah kesepakatan mujtahid terhadap suatu hukum syar’i dalam suatu
masa setelah wafatnya Rasulullah SAW. Suatu hukum syar’i agar bisa
dikatakan sebagai ijma’, maka penetapan kesepakatan tersebut harus
dilakukan oleh semua mujtahid, walau ada pendapat lain yang menyatakan
bahwa ijma’ bisa dibentuk hanya dengan kesepakatan mayoritas mujtahid
saja. Sedangkan qiyas adalah kiat untuk menetapkan hukum pada kasus baru
yang tidak terdapat dalam nash (Al-Qur’an maupun Al-Hadist), dengan cara
menyamakan pada kasus baru yang sudah terdapat dalam nash.
5
1. Fiqh mu'amalat dibangun di atas dasar-dasar umum yang dikandung oleh
beberapa nash berikut:
a) Firman Allah,
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian makan harta di antara
kalian dengan cara yang batil; kecuali dengan cara perdagangan atas dasar
kerelaan di antara kalian." (QS. An-Nisa`: 29)
"Janganlah kalian makan harta di antara kalian dengan cara yang batil dan
janganlah kalian menyuap dengan harta itu, dengan maksud agar kamu
dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal
kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 188)
b) Firman Allah,
"Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (QS. Al-Baqarah:
275)
c) Ibnu 'Umar ra menyatakan bahwa Rasulullah saw. melarang jual beli gharar
(mengandung ketidakjelasan). (HR. Muslim, 10/157 dan al-Baihaqiy di
dalam as-Sunanul Kubra, 5/338)
2. Pada asalnya, hukum segala jenis muamalah adalah boleh. Tidak ada satu
model/jenis muamalah pun yang tidak diperbolehkan, kecuali jika didapati
adanya nash shahih yang melarangnya, atau model/jenis muamalah itu
bertentangan dengan prinsip muamalah Islam. Dasarnya adalah firman Allah,
"Katakanlah, 'Terangkanlah kepadaku tentang rizki yang diturunkan Allah
kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan sebagiannya halal.'
Katakanlah, 'Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini),
ataukah kamu mengada-ada atas nama Allah.'." (QS. Yunus: 59).
6
Namun demikian, dalam tataran praktis, Islam—khususnya dalam muamalah—
bersifat murunah. Murunah artinya lentur, menerima perubahan dan adaptasi
sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, selama tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip yang tsubut.
Bertolak dari sini, banyak hukum muamalah yang berjalan seiring dengan
maslahat yang dikehendaki Syar’i ada padanya. Maknanya, jika maslahatnya
berubah, atau maslahatnya hilang, maka hukum muamalah itu pun berubah. Al-'Izz
bin 'Abdussalam menyatakan, "Setiap aktivitas yang tujuan disyariatkannya tidak
terwujud, aktivitas itu hukumnya batal."
Dengan bahasa yang berbeda, asy-Syathibiy sependapat dengan al-'Izz..
Asy-Syathibiy berkata, "Memperhatikan hasil akhir dari berbagai perbuatan adalah
sesuatu yang mu'tabar (diakui) menurut syariat."
7
Bekerja sama dalam kegiatan usaha, dalam hal ini salah satu pihak dapat
menjadi pemberi pembiayaan dimana atas manfaat yang diperoleh yang timbul dari
pembiayaan tersebut dapat dilakukan bagi hasil. Kerjasama ini dapat berupa
pembiayaan usaha 100% melalui akad mudharaba maupun pembiayaan usaha
bersama melalui akad musyaraka. Kerjasama dalam perdagangan, di mana untuk
meningkatkanØ perdagangan dapat diberikan fasilitas-fasilitas tertentu dalam
pembayaran maupun penyerahan obyek. Karena pihak yang mendapat fasilitas akan
memperoleh manfaat, maka pihak pemberi fasilitas berhak untuk mendapatjan bagi
hasil (keuntungan) yang dapat berbentuk harga yang berbeda dengan harga tunai.
Kerja sama dalam penyewaan asset dimana obyek transaksi adalah manfaat
dari penggunaan asset. Kegiatan hubungan manusia dengan manusia (muamalah)
dalam bidang ekonomi menurut Syariah harus memenuhi rukun dan syarat tertentu.
Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dan menjadi dasar terjadinya sesuatu, yang
secara bersama-sama akan mengakibatkan keabsahan. Rukun transaksi ekonomi
Syariah adalah:
1) Adanya pihak-pihak yang melakukan transaksi, misalnya penjual dan
pembeli, penyewa dan pemberi sewa, pemberi jasa dan penerima jasa.
2) Adanya barang (maal) atau jasa (amal) yang menjadi obyek transaksi.
3) Adanya kesepakatan bersama dalam bentuk kesepakatan menyerahkan (ijab)
bersama dengan kesepakatan menerima (kabul).
Disamping itu harus pula dipenuhi syarat atau segala sesuatu yang
keberadaannya menjadi pelengkap dari rukun yang bersangkutan. Contohnya syarat
pihak yang melakukan transaksi adalah cakap hukum, syarat obyek transaksi adalah
spesifik atau tertentu, jelas sifat-sifatnya, jelas ukurannya, bermanfaat dan jelas
nilainya.
Obyek transaksi menurut Syariah dapat meliputi barang (maal) atau jasa,
bahkan jasa dapat juga termasuk jasa dari pemanfaatan binatang. Pada prinsipnya
obyek transaksi dapat dibedakan kedalam:
a. obyek yang sudah pasti (ayn), yaitu obyek yang sudah jelas keberadaannya
atau segera dapat diperoleh manfaatnya.
8
b. obyek yang masih merupakan kewajiban (dayn), yaitu obyek yang timbul
akibat suatu transaksi yang tidak tunai.
Secara garis besar aqad dalam fiqih muamalah adalah sebagai berikut :
1) Aqad mudharaba
Ikatan atau aqad Mudharaba pada hakekatnya adalah ikatan penggabungan
atau pencampuran berupa hubungan kerjasama antara Pemilik Usaha dengan
Pemilik Harta.
2) Aqad musyarakah
Ikatan atau aqad Musyaraka pada hakekatnya adalah ikatan penggabungan
atau pencampuran antara para pihak yang bersama-sama menjadi Pemilik
Usaha.
3) Aqad perdagangan
Aqad Fasilitas Perdagangan, perjanjian pertukaran yang bersifat keuangan
atas suatu transaksi jual-beli dimana salah satu pihak memberikan fasilitas
penundaan pembayaran atau penyerahan obyek sehingga pembayaran atau
penyerahan tersebut tidak dilakukan secara tunai atau seketika pada saat
transaksi.
4) Aqad ijarah
Aqad Ijara, adalah aqad pemberian hak untuk memanfaatkan Obyek melalui
penguasaan sementara atau peminjaman Obyek dgn Manfaat tertentu dengan
membayar imbalan kepada pemilik Obyek. Ijara mirip dengan leasing namun
tidak sepenuhnya sama dengan leasing, karena Ijarah dilandasi adanya
perpindahan manfaat tetapi tidak terjadi perpindahan kepemilikan
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan
dahwa Fiqih Muamalah merupakan ilmu yang mempelajari segala perilaku manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tujuan memperoleh falah (kedamaian
dan kesejahteraan dunia akhirat). Perilaku manusia di sini berkaitan dengan
landasan-landasan syariah sebagai rujukan berperilaku dan kecenderungan-
kecenderungan dari fitrah manusia. Kedua hal tersebut berinteraksi dengan porsinya
masing-masing sehingga terbentuk sebuah mekanisme ekonomi (muamalah) yang
khas dengan dasar-dasar nilai ilahiyah.
B. Saran
Dengan terselesainya makalah ini diharapkan seluruh elemen baik para
mahasiswa, maupun masyarakat pembaca lainnya agar tetap senantiasa mau
mempelajari dan mengamalkan sistim muamalah di dalam kehidupan kita sehari-
hari menurut bidangnya masing-masing.
10
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Jabir El-Jazairi, Pola Hidup Muslim (Minhajul Muslim Muamalah)
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991).
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Eds.1 (Jakarta: AMZAH, 2010).
Ibnu Mas’ud, Edisi Lengkap Fiqih Madzhab Syafi’i (Bandung: Pustaka Setia,
2007).
Ismail Nawawi, Fiqh Muamalah: Hukum Ekonomi, Bisnis dan Sosial (Surabaya:
Putra Media Nusantara, 2010).
Muhammad Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam; Fiqh Muamalah
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. 1, 2003), 101.
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah (Jakarta: CV PUSTAKA SETIA, 2001).
Yusuf Al-Qardawi, "Hudal Islam, Fatwa Mu'ashirah" Terjemah (Surabaya: Risalah
Gusti, Cet II, 1996).
11