DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Aqidah yang Berkaitan dengan Umat dan Teknlogi Secara Temporer dan
Kontemporer” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada ibu Yoyoh Wafiroh, S.Ag., M.Ag. selaku dosen Politik Gender
Dan Demokrasi atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan
kepada penulis dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan
makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Deni Achmad F.
NPM. 175001092
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah
B. Pengertian Teknologi
C. Teologi Islam Temporer
D. Teologi Islam Kontemporer
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan kita
sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang yang
beriman (mu’min). Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam diri
seseorang secara dogmatis, sebab proses keimanan harus disertai dalil-dalil aqli.
Akan tetapi, karena akal manusia terbatas maka tidak semua hal yang harus diimani
dapat diindra dan dijangkau oleh akal manusia. Para ulama sepakat bahwa dalil-dalil
aqli yang haq dapat menghasilkan keyakinan dan keimanan yang kokoh. Sedangkan
dalil-dalil naqli yang dapat memberikan keimanan yang diharapkan hanyalah dalil-
dalil yang qath’i Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan
perkembangan IPTEK yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan
antara sistem nilai dan norma-norma Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut
Mehdi Ghulsyani (1995), dalam menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan muslim
dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok;
(1) Kelompok yang menganggap IPTEK modern bersifat netral dan berusaha
melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Quran
yang sesuai;
(2) Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga
mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang
tidak islami
(3) Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya.
Untuk kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-Faruqi yang mengintrodusir
istilah “islamisasi ilmu pengetahuan”. IPTEK menurut Islam haruslah bermakna
ibadah.Yang dikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-bentuk IPTEK
yang mampu mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritialitas, martabat
manusia secara alamiah. Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan
membawa manusia ketingkat yang lebih rendah martabatnya.
Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari
yang islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan
martabat manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah swt. Kebenaran
IPTEK menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu
sendiri. IPTEK akan bermanfaat apabila:
(1) Mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya,
(2) Dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik),
(3) Dapat memberikan pedoman bagi sesama,
(4) Dapat menyelesaikan persoalan umat.
Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat dikatakan mengandung kebenaran
apabila ia mengandung manfaat dalam arti luas. Ada beberapa kemungkinan
hubungan antara agama dan iptek:
(1) Berseberangan atau bertentangan.
(2) Bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai
(3) Tidak bertentangan satu sama lain
(4) Saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek
atau iptek mendasari penghayatan agama.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah
1. Mengetahui aqidah umat islam
2. Mengetahui aqidah islam secara temporer
3. Mengetahui aqidah islam secara kontemporer
D. Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah
1. Secara Bahasa (Etimologi) :
Kata "‘aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth
(ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq
(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan
kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di
antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu
(penetapan).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang
yang mengambil keputusan.Sedang pengertian aqidah dalam agama
maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan
perbuatan.Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada
Rasul.Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id.
Aqidah islam itu sendiri bersumber dari Al-Qur’an dan As Sunah,
bukan dari akal atau pikiran manusia. Akal pikiran itu hanya
digunakan untuk memahami apa yang terkandung pada kedua sumber
aqidah tersebut yang mana wajib untuk diyakini dan diamalkan.
B. Pengertian Teknologi
Kata teknologi secara harfiah berasal dari bahasa latin’’texere’’yang berarti
menyusun atau membangun. Sehingga istilah teknologi seharusnya tidak terbatas
pada penggunaan mesin, meskipun dalam arti sempit hal tersebut sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Roger (1983) teknologi adalah
suatu rancangan (desain) untuk alat bantu tindakan yang mengurangi
ketidakpastian dalam hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu hal yang
diinginkan. Jacques Ellul (1967) mengartikan teknologi sebagai keseluruhan
metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap
kegiatan manusia.
Mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran,
sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh adl firman Allah SWT dalam surat
Al-Anbiya ayat 80 yg artinya “Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju
besi utk kamu guna memelihara diri dalam peperanganmu.” Dari keterangan itu
jelas sekali bahwa manusia dituntut utk berbuat sesuatu dgn sarana
teknologi.Sehingga tidak mengherankan jika abad ke-7 M telah banyak lahir
pemikir Islam yg tangguh produktif dan inovatif dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.Kepeloporan dan keunggulan umat Islam dalam
bidang ilmu pengetahuan sudah dimulai pada abad ke-7.Tetapi sangat
disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan itu tidak sempat ditindaklanjuti dengan
sebaik-baiknya sehingga tanpa sadar umat Islam akhirnya melepaskan
kepeloporannya.Lalu bangsa Barat dengan mudah mengambil dan mentransfer
ilmu dan teknologi yg dimiliki dunia Islam dan dengan mudah pula mereka
membuat licik yaitu membelenggu para pemikir Islam sehinggu sampai saat ini
bangsa Baratlah yg menjadi pelopor dan pengendali ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Begitulah menurut catatan sejarah, bangsa Barat berhasil mengambil khazanah
ilmu pengetahuan yg telah dikembangkan lebih dahulu oleh kaum muslimin
kemudian mereka mengembangkannya di atas paham materialisme, tanpa
mengindahkan lagi nilai-nilai Islam. Sehingga terjadilah perubahan total sampai
akhirnya terlepas dari sendi-sendi kebenaran. Para ilmuwan Barat dari abad ke
abad kian mendewa-dewakan rasionalitas bahkan telah mentuhankan ilmu dan
teknologi sebagai kekuatan hidupnya. Mereka menyangka bahwa dengan IPTEK
mereka pasti bisa mencapai apa saja yang ada di bumi ini. Dan merasa dirinya
kuasa pula menundukkan langit, bahkan mengira akan dapat menundukkan
segala yg ada di bumi dan langit. Sehingga tokoh-tokoh mereka merasa
mempunyai hak untuk memaksakan ilmu pengetahuan dan teknologinya itu
kepada semua yang ada di bumi agar mereka bisa mendikte dan memberi
keutusan terhadap segala permasalahan di dunia.
Istilah ilmu Kalam atau ilmu teologi Islam bersinonim dengan nama ilmu tauhid,
ilmu fiqh al-akbar, ilmu ushuluddin dan ilmu aqidah. pada dasarnya inti kajian
dari ilmu kalam ini adalah membahas tentang teori-teori yang menjadi dasar
pondasi Agama Islam. Ilmu Kalam berusaha menjelaskan dasar-dasar akidah
Islam dan menyelaraskannya dengan akal rasional manusia.
Sebagaimana ilmu ushul fiqh yang menjadi titik utama dalam perumusan dan
pembahasan ilmu fiqh, Ilmu Kalam adalah ilmu yang membahas dan mengkaji
secara lebih dalam tentang aspek-aspek Aqidah Islam.Ilmu teologi Islam (atau
Aqidah) ini bisa dibilang sebagai episteme Islam dan inti dari kepribadian Islam
sehari-hari. Dimana sikap beragama umat Islam bisa dilihat dari doktrin aqidah
yang mempengaruhi pola berpikir dan berperilaku penganut agama
tersebut(muslim).
ilmu Teologi (ilmu Kalam) ini adalah membahas tentang "alam pikiran Islam" dan
"jiwa Islam". Karena pada perkembangannya, pola pemikiran seseorang dalam
memandang Akidahnya, akan mempengaruhi bagaimana seorang muslim berpikir,
bertingkah laku dan juga dalam menafsirkan Alquran dan juga hukum Syariat.
contohnya, Madzhab Ahl Hadits atau Tradisional, mereka akan memahami ilmu
Aqidah sebagai suatu dogmatika yang tidak bisa dibantah dan tak perlu
dipertentangkan, pokoknya "samina wa Athana"-lah.
Pola perumusan Aqidah dan juga penafsiran terhadap ayat-ayat quran beserta
hukum syara' mereka bangun dengan kerangka rasional dengan menggunakan
ilmu logika dan filsafat, sehingga pemahaman keagamaan mereka lebih bersifat
progresif, liberal, logis. Dan sebaliknya kaum tradisi pada umumnya cenderung
statis dan pasif. Karena bagi kaum Tradisi, ilmu Teologi/aqidah hanya untuk di
ketahui dan di imani, bukan untuk dibahas secara dalam-dalam yang malah
'ditakutkan' akan membuat kekaburan pada prinsip pokok Islam.
Perkembangan Ilmu Kalam atau teologi Islam selalu berjalan dengan polemik dan
perdebatan antara kaum Rasional dan Tradisional.masing-masing madzhab
pemikiran selalu mengunggulkan metode teologinya masing-masing. perlu digaris
bawahi, perkembangan Ilmu teologi Islam berkembang lewat budaya debat dan
polemik sehingga penafsiran dan interpretasi terhadap ilmu Aqidah berkembang
secara dinamis. Hingga pada akhirnya, pergulatan ijtihadiah pada bidang aqidah
atau teologi berhenti pada kira-kira abad 12-13 masehi dengan ditandai dominasi
kaum Tradisional.
Kaum konservatif Islam yang berhasil mendominasi dunia Islam saat itu berusaha
untuk membekukan seluruh kegiatan ijtihad pada keilmuan Islam baik dibidang
tafsir, fiqh, aqidah dengan menciptakan budaya taklid dalam dunia Islam. Istilah
taklid adalah mengekor pendapat atau pemikiran para ulama mujtahid zaman
dahulu, hal ini dilakukan oleh mereka (para ulama) dengan tujuan agar perdebatan
dan perselisihan diantara umat Islam bisa berhenti dan diredam.
Tetapi ternyata dampak negatif dari budaya taklid tersebut adalah tradisi keilmuan
dan intelektual Islam mengalami mati suri sehingga umat Islam jatuh pada
pemikiran yang jumud dan sederhana karena sikap kritis mereka telah 'dipenggal'
oleh budaya taklid. Dan akibat dari budaya taklid tersebut sangat berdampak bagi
kemunduran peradaban umat Islam (khususnya dalam ranah intelektual) dan
dampak dari budaya tersebut itu masih dapat kita rasakan sampai sekarang.
Karena sebab tersebut, maka jadilah ilmu teologi/aqidah Islam sebagai ilmu
dogmatika Islam yang kaku, membeku dan sedikitpun tak boleh dibantah dan
hanya wajib di Imani. Inilah yang akhirnya membuat ilmu teologi yang notabene
sebagai alam pikiran Islam menjadi mati dan statis
Padahal perlu ditekankan bahwa Ilmu aqidah atau teologi(ilmu kalam) adalah
suatu metode Islami/sudut pandang Islam yang dimana ia akan memperngaruhi
umat Islam dalam berfikir, menafsirkan Al-quran dan menyusun ilmu fiqh. Jikalau
Ilmu Teologi tidak berkembang dan cenderung statis dan sifatnya pun pasif (juga
selalu defensif pada perkembangan zaman) maka hasil dari penafsiran quran dan
interpretasi fiqh untuk menyelaraskan dengan konteks modernpun tidak sesuai
harapan.
Pada dasarnya, untuk merubah dan membangun kembali spirit keislaman yang
toleran, progresif dan liberal di zaman ini, tak ayal persoalan merekonstruksi
kembali disiplin Teologi Islam sangat penting sekali disamping merekonstruksi
disiplin ilmu keislaman yang lain seperti fiqh, tafsir, Hadits, dll. Pembahasan
Teologi Islam saat ini haruslah membahas isu-isu kontemporer, dimana kita harus
menyandingkan teks dogmatik dengan konteks realitas yang terus
berkembang.maka dengan begitu progresivitas umat Islam khususnya dibidang
ilmu pengetahuan diharapkan akan berkembang.
Dengan mengembangkan dan merekonstruksi ilmu Teologi islam Kontemporer,
agama Islam bisa dengan mantap terus berdialog dan memberi solusi pada
perkembangan zaman. Menghidupkan kembali alam pikiran islam amat
dibutuhkan oleh umat Islam saat ini, dimana saat ini umat Islam sedang
terombang ambing dan merasa terhantam oleh kemajuan zaman yang bersifat
sekuler sehingga seolah-olah umat Islam kini kehilangan jati dirinya dan tak tahu
bagaimanakah menghadapi serangan kemodernan yang bersifat sekuler dan
materialistis.
A.Kesimpulan
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan.Paradigma inilah yang
seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang.Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan
pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan.Ini bukan berarti
menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan
menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan.Maka ilmu pengetahuan yang sesuai
dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan
dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.Kedua, menjadikan Syariah Islam
(yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan
sehari-hari.Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam,
bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang.Standar
syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada
ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam).Umat Islam boleh memanfaatkan
iptek, jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek telah
diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia
menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.
B. Saran