(PERTEMUAN 6)
Oleh :
Pretty Octavia Siburian
NPM : 1915100302
Kelas : Reguler I_Cluster II IIID 08:00 - 09:30
Kode kelas : 510000334
Dosen Pengampuh : Fitri Yani Panggabean, SE.,M.Si
Mata Kuliah : Etika Profesi Akuntansi
Prodi Akuntansi
Fakultas Sosial Sains
Universitas Pembangunan Pancabudi
Medan 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat nikmatnya dan atas kehendak-
Nya lah makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penulisan makalah pembelajaran
semester 3 ini bertujuan untuk melengkapi nilai mata kuliah Etika Profesi Akuntansi semester
III Tahun Akademik 2020.
Penulis menyadari, bahwa sebagai mahasiswa yang ilmu pengetahuannya belum seberapa
sehingga makalah ini masih memiliki kekurangan, maka dari itu diharapkan adanya kritik dan
saran yang positif agar makalah ini menjadi lebih baik. Harapan Penulis, mudah-mudahan
review makalah yang sederhana ini banyak memiliki manfaat yang baik dan sesuai yang
diharapkan.
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
Pendahuluan
Baik dari segi moral dan hakikat manusia maupun dari segi hakikat kegiatan bisbis itu
sendiri, semua kita kiranya sepakat bahwa tidak benar jika manajer hanya punya tanggung
jawab dan kewajiban moral kepada para pemegang saham. Sebagai manusia dan sebagai
manajer sekaligus mereka mempunyai tanggung jawab dan kewajiban moral sekian banyak
orang dan pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan dan operasi bisnis perusahaan yang
dipimpinnya. Mereka mempunyai tanggung jawab dan kewajiban moral untuk
memperhatikan hak dan kepentingan karyawan, konsumen, pemasok, penyalur, masyarakat
setempat, dan seterusnya. Singkatnya, tanggung jawab dan kewajiban moral mereka tidak
hanya tertuju kepada stakeholders tetapi juga kepada stakeholders pada umumnya.
Para manajer bekerja dalam sebuah dunia yang secara moral penuh dengan tanggung
jawab yang beragam, bahkan sering saling bertentangan. Mereka bukan sekedar alat yang
punya dan dibatasi hanya pada satu tanggung jawab dan kewajiban yang lebih luas dari
sekedar kepada para pemilik modal. Dan yang menarik, tanggung jawab dan kewajiban moral
ini tidak hanya menyangkut dan berintikan keuntungan finansial sebesar-besarnya. Kalaupun
benar bahwa tanggung jawab dan kewajiban moral para manajer hanya tertuju pada
stakeholders, tanggung jawab dan kewajiban moral mereka tidak hanya sebatas uang. Karena,
manusia dan masyarakat para pemegang saham punya sekian banyak kepentingan lain lebih
dari sekedar uang belaka. Merekapun memiliki kepentingan, misalnya agar tercipta sebuah
sistem moral yang yang baik, tertib dan aman. Dan karena itu, para manajer punya tanggung
jawab dan kewajiban moral untuk menjaga agar hak dan kepentingan semua pihak yang
berkaitan dengan kegiatan binis perusahaannya tidak dirugikan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika
Etika berasal di kata Yunani etbos, yang dalam bentuk jamaknya (ta etba)
berarti adat istiadat atau “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam pengertian ini etika
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada
suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan nilai-
nilai, tata cara hidup yang baik,aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut
dan titawarkan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi
yang lain. kebiasaan ini lalu terungkap dalam perilaku berpola yang terus berulang
sebagai sebuah kebiasaan.
Etika dapat dirumuskan sebagai sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai
nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia
dan mengenai masalah – masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada
nilai dan norma-norma moral yang umum diterima.
Dalam bahasa Kant, etika berusaha menggugah kesadaran manusia untuk
bertindak secara otonom dan bukan secara heteronom. Etika bermaksud membantu
manusia untuk bertindak secara bebas tetapi dapat dipertanggungjawabkan. Kebebasan
dan tanggung jawab adalah unsur pokok dari otonomi moral yang merupakan salah satu
prinsip utama moralitas, termasuk etika bisnis sebagaimana yang telah dibahas.
4
2.3.1 Perusahaan sebagai Pelaku Bisnis
Pelaku bisnis adalah pemimpin dibidang bisnis tertentu yang harus bertanggung
jawab terhadap pelanggan, karyawan, pemegang saham atau pemilik, mitra kerja
dan masyarakat pada umumnya. Dengan penyelenggaraan tanggung jawab etika
tersebut dalam kegiatan bisnis, maka akan dapat mendukung keberhasilan bisnis.
Beberapa praktik etika yang berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan dan
diperkirakan berpengaruh positif dalam menjaga pertumbuhan dan keberhasilan
bisnis adalah:
a. Menawarkan kebahgiaan kepada segenap stakeholder
b. Memberi imbalan kepada karyawan di luar gaji pokok
c. Mengapresiasi perusahaan
d. Mewujudkan budaya yang bernilai luhur
e. Peningkatan kualitas material dan spiritual
f. Menawarkan nilai kenyamanan, kegairahan dan kesejahteraan
g. Mendedikasikan diri bagi kepentingan kesejahteraan bersama
h. Tidak cenderung memaksakan keuntunga jangka pendek
i. Keyakinan bahwa keberadaan bisnis dapat memberikan manfaat
j. Menawarkan harapan masa depan kepada karyawan
k. Membina hubungan impersonal antara pemilik dengan perusahaan
l. Kepedulian pebisnis dalam mengemban nilai luhur
Langkah dalam membangun etika bisnis
a. Memenuhi legalitas, mendengar suara hati
b. Memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan
c. Memperlakukan orang lain sebagimana mereka ingin diperlakukan
d. Memikirkan kepentingan masa depan
e. Memberikan yang terbaik bagi orang lain
f. Mengembalikan keimanan kepada Tuhan YME
5
c. Memelihara kesehatan produk dan kesehatan lingkungan konsumen
d. Tanggap dan hormat terhadap martabat konsumen
e. Menghormati integritas kultur yang berlaku pada konsumen
Untuk menjamin kesejahteraan pegawai, pelaku usaha hendaknya menggunakan dasar
persaingan usaha bebas yang menjamin hak konsumen manapun untuk membuat
pilihan yang terinformasi dan tidak terbentuk dari suatu konsumen alternatif.
Hal-hal yang harus diperhatikan perusahaan terhadap produk atau jasa adalah:
a. Keamanan produk / mutu produk yang dapat diterima konsumen
b. Pemasangan iklan yang bertanggung jawab
c. Desain produk dan jasa harus memenuhi ketentuan dan peraturan
d. Bahan baku harus sesuai dengan peraturan pemerintah
e. Produksi produk harus dibuat tanpa cacat
f. Pengawasan mutu produk harus diperiksa secara teratur
g. Kemasan, label dan peringatan harus dikemas secara aman
6
2.6 Etika Perusahaan terhadap Lingkungan
Tujuan etika lingkungan adalah untuk melindungi lingkungan, udara, air, bumi,
dari kegiatan bisnis dan individu. Kewajiban etis yang implisit bagi kita semua adalah
berpikir jangka panjang mengenai kesehatan planet dan lingkungannya untuk diri kita
sendiri dan generasi yang akan datang.
7
3. Pemegang Saham
a. Menetapkan manajemen yang profesional dan tekun
b. Memperlihatkan informasi yang relevan terhadap investor
c. Menghemat, melindungi, dan menumbuhkan aset – aset investor
d. Menghormati permintaan, saran dan keluhan solusi dari investor
4. Pemasok
a. Mengusahakan terwujudnya prisip keadilan dan keujujuran
b. Menjamin aktivitas bisnis terbebas dari pemaksaan
c. Membantu terciptanya stabilitas hubungan janka panjang dengan pemasok
d. Berbagi informasi dengan pemasok
e. Membayar pemasok tepat pada waktunya
f. Mencari, mendukung dan mengutamakan pemasok
5. Pesaing
a. Mengembangkan pasar terbuka untuk perdagangan dan inverstasi
b. Mengembangkan perilaku yang bersaing dan menguntungkan secara sosial
c. Menghindarkan dari pemberian gaji atau hadiah yang dapat dipertanyakan
d. Menghormati hak cipta dan hak paten
e. Menolak untuk mencuri gagasan baik inovasi maupun penciptaan produk
6. Masyarakat
a. Menghormati hak asasi manusia dan lembaga – lembaga demokrasi
b. Mengakui kewajiban kepada pemerintah dan masyarakat
c. Bekerjasama dengan kekuatan-kekuatan yang ada di masyarakat
d. Mengembangkan pembangunan berklanjutan
e. Mendukung perdamaian keamanan, keanekaragaman, dna keutuhan sosial
f. Menghormati keutuhan budaya lokal
8
Karena peran pemilik dan manajer amat menentukan awal dari keberadaan suatu
perusahaan dimana pemilik memberi kemungkinan melalui penyediaan fasilitas
sedangkan manajer mendapatkan mandat dari pemilik untuk mewuudkannya melaui
aktivitas rill, maka kedunya merupakan persyaratan internal sutau bisnis yang sering
digolongkan sebagai pihak yang berkepentingan internal (internal stakeholder)
Dengan status yang disandangnya, perusahaan membentuk perilaqku terhadap
berbagai stakeholder –nya didalam system atau struktur ekonomi tempatnya beroprasi.
Perilaku itu didasari suatu asumsi motivasional bahwa perusahaan merefleksikan sifat
hakiki manusia ekonomi yang rasional, yaitu berbuat sedemikian rupa untuk
mendapatkan nilai sebesar-besarnya pada pengeluaran nilai yang paling sedikit.
Singkatnya, maksimalisasi keuntungan sebagai upaya maksimalisasi nilai
perusahaan yang dimiliki pemegang saham (stakeholder’s value). Dengan motivasi itu
pula, perusahaan menyusun strateginya.
Berlainan dengan perilaku terhadap institusi –institusi pasar (primary
stakeholders) yang bisa secara terang-terangan dan langsung dimotivasi untuk
maksimalisasi keuntungan, perilaku perusahaan terhadap institusi-institusi diluar pasar
( secondary stakeholder ) lebih menekankan upaya untuk memperoleh citra baik
keseluruhan perusahaan beserta produk dan proses produksinya, walaupun disadari pula
bahwa pada akhirnya akan mempengaruhi suksesnya hubungan dengan institusi-institusi
pasar.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Singkatnya, kita dapat mengatakan bahwa Unilever menjadi organisasi terbesar
adalah memenuhi kebutuhannya dari pelanggan dan masyarakat dengan cara paralel.
Kinerja masa lalu dan masa kini implikasi terhadap tanggung jawab sosial perusahaan
adalah menyoroti snapshot jernih implikasi masa depan yang lebih besar. Stakeholder
Unilever dan badan usaha mereka dalam dilapisi dengan program pembangunan masa
depan yang berkaitan dengan masyarakat.
10