Anda di halaman 1dari 14

Hamruni dan Ricky Satria W, Eksistensi Pesantren dan Kontribusinya dalam Pendidikan Karakter

EKSISTENSI PESANTREN DAN KONTRIBUSINYA


DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

Hamruni
Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta;

Ricky Satria W.
Mahasiswa Program Magister Konsentrasi Pemikiran Pendidikan Islam, Prodi
Pendidikan Islam, di Fakultas yang sama

Abstract
Historically, boarding schools (pesantren) since its inception has never silent in face of religious social
problems. Activities pesantren in response to global problems has been demonstrated since the early
days of glory. Involvement of schools in globalized world has been proved by historical facts are not
possible to be denied. Pesantren with various elements of education has been able to develop character
HGXFDWLRQ WR EH PD[LPDO 7KLV LV UHÁHFWHG LQ SODQWLQJ RI WKHRUHWLFDO YDOXH REWDLQHG IURP VWXGLHV ERRN LQ
form of real practices in daily life. Habit can form a good character to students, and process naturally
without forced. Success of schools in shaping character invites many other institutions to emulate
design of schools, ie educational boarding. Many education experts believe that concept of a boarding
education such as that implemented by schools actually capable of shaping students’ character.
Keywords: Existence of Pesantren, Character Education, Education Boarding, Naturally.

Abstrak
Secara historis, pesantren sejak awal berdirinya tidak pernah diam dalam menghadapi problem sosial
keagamaan. Aktivitas pesantren dalam merespon persoalan global telah dibuktikan semenjak masa-
masa awal kejayaannya. Keterlibatan pesantren dalam dunia global telah dibuktikan oleh fakta sejarah
\DQJ WLGDN PXQJNLQ XQWXN GLQDÀNDQ 3HVDQWUHQ GHQJDQ EHUEDJDL HOHPHQ SHQGLGLNDQQ\D WHODK PDPSX
mengembangkan pendidikan karakter secara lebih maksimal. Hal ini tercermin dari penanaman nilai
teoritis yang didapat dari kajian-kajian kitab ke dalam bentuk praktek-praktek nyata dalam kehidupan
keseharian. Kebiasaan itu dapat membentuk karakter yang baik terhadap santri, dan proses itu berjalan
secara alamiah tanpa dipaksakan. Keberhasilan pesantren dalam membentuk karakter mengundang
banyak lembaga lainya untuk meniru desain pesantren, yakni pendidikan berasrama. Banyak ahli
pendidikan meyakini bahwa konsep pendidikan berasrama seperti yang dilaksanakan oleh pesantren
benar-benar mampu membentuk karakter anak didik.
Kata Kunci: Eksistensi Pesantren, Pendidikan Karakter, Pendidikan Berasrama, Secara Alamiah.

Pendahuluan menjadi modal dasar seorang muslim


Islam adalah agama yang men- untuk menjalani hidup, termasuk dida-
junjung tinggi asas moralitas dalam lamnya cara bersosialisasi antar sesama
tatanan kehidupan manusia. Sehingga, manusia. Sistem tersebut merupakan
salah satu pilar utama yang menjadi panduan langsung yang berasal dari
kebanggaan umat Islam adalah diba- Allah SWT, kemudian di bawakan
ngunnya satu sistem perilaku yang oleh para nabi dan rasul Allah lewat

197
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

syi’ar, perilaku sehari-hari serta dalam Dari permasalahan tersebut, sesung-


berbagai isi kitab. Sistem tersebutlah guhnya pesantren telah lama mem-
yang kemudian dikenal sebagai berikan solusi konkrit yang dimulai
akhlaqul karimah $UKDP www. dari konsep pendidikan khas pesantren
kompasiana.com). yang berasaskan karakter. Keberhasilan
Kebrutalan dan rusaknya mo- pesantren dalam meminimalisir
ralitas berakibat pada rusaknya ta- degradasi moral sudah banyak ditiru
tanan kehidupan lainnya. Di level oleh lembaga pendidikan negeri mau-
penyelenggara negara misalnya, ke- pun swasta mulai dari metode pem-
rusakan akhlak menyebabkan tumbuh belajaran hingga konsep pondok/
suburnya budaya korupsi, kolusi dan asrama seabagai sistem pembiasaaan
nepotisme, buruknya mutu dan kualitas dan pengaplikasian teoritik didalam
pelayanan publik yang pada akhirnya kelas.
menghancurkan kehidupan masyarakat Pesantren dengan berbagai elemen
kita karena fungsi pemerintah sebagai pendidikannya adalah lembaga yang
pelayan sudah tidak berjalan. Dalam mampu mengembangkan pendidikan
konteks kehidupan bermasyarakat, karakter secara lebih maksimal. Hal
rusaknya akhlak menyebabkan para ini tercermin dari penanaman nilai
pemuda kehilangan jati diri, seringnya teoritis yang didapat dari kajian kitab
terjadi perkelahian dan tawuran antara ke dalam bentuk praktek kesehariannya
mereka. Pembunuhan, perkelahian secara simultan. Kebiasaan itu dapat
antara anggota masyarakat juga meru- membentuk karakter secara alamiah
pakan efek langsung rusaknya fondasi WDQSD WHUDVD )DX]DQ 8QWXN
akhlak sebuah bangsa. Kerusakan itu sangat penting untuk dikaji
akhlak di level pemerintahan dan bagaimana kontribusi pesantren dalam
masyarakat ini adalah fakta yang jelas pendidikan karakter dan perannya
WHUOLKDW VDDW LQL +XVDLQL ZZZ membendung praktik degradari moral
kompasiana.com). dalam masyarakat.
Ary Ginanjar Agustian pendiri
(64 /HDGHUVKLS &HQWHU PHQJDWDNDQ Hakikat Pesantren
bahwa degradasi akhlak yang terjadi Menurut pengertian dasarnya, pe-
di Indonesia saat ini disebabkan oleh santren adalah “tempat belajar para
hilangnya keimanan dalam diri bangsa. santri”, sedang pondok berarti “rumah
Idealnya degradasi akhlak itu didasari atau tempat sederhana yang terbuat
nilai moral seperti kejujuran, namun dari bambu”. Di samping itu, pondok
kebenaran itu telah hilang. Selanjutnya, mungkin juga berasal dari bahasa Arab
timbul sebuah pertanyaan kenapa “funduk” berarti “hotel” atau “asrama”.
nilai-nilai moral itu hilang? Menurut Ada beberapa istilah yang ditemukan
Ary,nilai-nilai itu hilang karena akar dan sering digunakan untuk menunjuk
dasarnya telah hilang yaitu keimanan jenis pendidikan Islam tradisional khas
$U\ *LQDQMDU www.hidayatullah. Indonesia atau yang lebih terkenal
com). dengan sebutan pesantren. Di Jawa

198
Hamruni dan Ricky Satria W, Eksistensi Pesantren dan Kontribusinya dalam Pendidikan Karakter

termasuk Sunda dan Madura, umumnya dengan sengaja untuk mengembangkan


dipergunakan istilah pesantren atau NDUDNWHU \DQJ EDLN good character)
pondok, di Aceh dikenal dengan Istilah berlandaskan kebajikan-kebajikan
Dayah atau rangkung atau meunasah, core virtues) yang secara objektif baik
sedangkan di Minangkabau disebut bagi individu maupun masyarakat.
Surau 6DPVXUURKPDQ 0XO\DVD PHQJHPXNDNDQ
Sehingga dapat disederhanakan bahwa bahwa pendidikan karakter merupakan
pesantren merupakan a place where SHQDQDPDQ NHELDVDDQ KDELW WHQWDQJ
student live, yaitu sebuah tempat dimana hal-hal yang baik dalam kehidupan,
seorang santri atau murid tinggal dan sehingga seseorang memiliki kesadaran
menetap disana dalam rangka belajar. dan pemahaman yang tinggi serta
Hasani Nawawie memberikan kepedulian dan komitmen untuk
GHÀQLVL SHVDQWUHQ VHVXDL GHQJDQHVHQVL menerapkan kebajiakan dalam kehidu-
dan fungsi fundamentalnya, yakni pan sehari-hari.
lembaga yang berfungsi untuk mem- Ada empat alasan mendasar
bentuk para anggotanya agar bertakwa mengapa lembaga pendidikan pada
kepada Allah Swt. Sebagaimana didi- saatini perlu lebih bersungguh-sungguh
rikannya masjid yang berfungsi untuk menjadikan dirinya tempat terbaik
membangun ketakwaan bagi setiap bagi pendidikam karakter. Keempat
individu muslim, maka demikian pula DODVDQ LWX DGDODK D NDUHQD EDQ\DN
pesantren juga dibangun dengan asas NHOXDUJD WUDGLVLRQDO PDXSXQ QRQ
yang inheren dengan tujuan pemba- tradisional) yang tidak melaksanakan
QJXQDQ PDVMLG 7LP 3HQXOLV 3XVWDND SHQGLGLNDQ NDUDNWHU E 6HNRODK WLGDN
Sidogiri, 2008: 184). hanya bertujuan membentuk anak
Dilihat dari posisi kelembagaannya, yang cerdas, tetapi juga anak yang
pesantren bermakna sebagai lembaga EDLN F NHFHUGDVDQ VHVHRUDQJ KDQ\D
pendidikan yang tetap istiqamah mela- bermakna manakala dilandasai dengan
kukan perannya sebagai pusat penda- NHEDLNDQ G NDUHQD PHPEHQWXN DQDN
laman ilmu-ilmu agama WDIDTTXK ÀGGLLQ didik agar berkarak tertangguh bukan
dan lembaga dakwah Islamiyah serta ikut sekedar tambahan pekerjaan bagi guru,
mencerdaskan kehidupan masyarakat, melainkan tanggungjawab yang melekat
dibuktikan dengan keberhasilannya SDGD SHUDQ VHRUDQJ JXUX 6DSWRQR
dalam mencetak tokoh-tokoh agama, 2011: 24)
pejuang bangsa serta tokoh masyarakat, 0HQXUXW 5DWQD 0HJDZDQJL
baik di masa pra-kemerdekaan, setelah 67), ada sembilan pilar karakter yang layak
kemerdekaan maupun di masa kini diajarkan kepada peserta didik dalam
$EGXOODK konteks pendidikan karakter, yakni
&LQWD 7XKDQ GDQ VHJHQDS FLSWDDQ
Hakikat Karakter 1\D love Allah, trust, reverence, loyality);
0HQJXWLS /LFNRQD 6DSWRQR NHPDQGLDUDQ GDQ WDQJJXQJMDZDE
23)menyatakan bahwa pendidikan responsibility, excellence, self reliance,
karakter adalah upaya yang dilakukan discipline NHMXMXUDQ GDQ DPDQDK

199
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

ELMDNVDQD trustworthiness, reliability, pendidikan, tolok-ukur keberhasilan dan


honesty KRUPDW GDQ VDQWXQ respect, kualitas hasil pendidikan. Kurikulum
courtesy, obedience 'HUPDZDQ VXND pesantren lebih menekankan pada
PHQRORQJ GDQ JRWRQJ UR\RQJ love, pelajaran agama dan bersumber pada
compassion, caring, empathy, generousity, kitab-kitab klasik. Kurikulum pesantren
moderation, cooperation SHUFD\D berdasarkan tingkat kemudahan dan
GLUL NUHDWLI SHNHUMD NHUDV FRQÀGHQFH, kompleksitas ilmu atau masalah yang
assertiveness, creativity, determination, dibahas dalam kitab. Secara umum,
and enthusiasm NHSHPLPSLQDQ sistem pesantren terdiri menjadi 5
GDQ NHDGLODQ justice, fairness, mercy, elemen yang merupakan satu kesatuan
leadership EDLN GDQ UHQGDK KDWL yang tidak dapat dipisahkan, yaitu:
kindness, friendliness, humanity, modesty); 0DVMNXU
WROHUDQVL NHGDPDLDQ GDQ NHVDWXDQ 1. Pondok sebagai asrama bagi para
tolerance, ÁH[LELOLW\, peacefulness). santri, berkumpul dan belajar di
Karakter dapat dilihat dari tingkah bawah bimbingan kyai. Kata pondok
laku ketika orang berinteraksi. Secara disusun dengan kata pesantren
psikologis kita dapat mengetahui sifat- menjadi pondok pesantren yang
sifat yang demikian nampak dan seolah merupakan bentuk lembaga
dapat mewakili kepribadian seseorang. pendidikan ke-Islaman yang khas
Sedangkan dalam arti etis, karakter Indonesia.
harus mengenai niai-nilai dasar yang 2. Masjid merupakan unsur yang
baik dan dapat menunjukkan sifat- sangat penting dalam pesantren,
sifat yang positif, dapat dipegang karena di masjid inilah merupakan
perkataannya, mempunyai pendirian sentral pelaksanaan pendidikan
teguh, bersahaja, terpuji dan memiliki dibawah asuhan kyai.
integritas yang tinggi. Ketika kita melihat 3. Pengajaran kitab klasik atau kitab
serang berkarakter maka hakikatnya kuning. Kitab-kitab klasik yang
orang tersebut memegang teguh prinsip yang diajarkan di pesantren pada
bahwa setiap perbuatan harus dapat umumnya dapat dikelompokkan
dipertanggungjawabkan oleh dirinya menjadi delapan yaitu: Nahwu dan
sendiri. Sehingga, kesadaran yang sharaf, ÀTK XVKXO ÀTK +DGLWV WDIVLU
demikian sangat perlu ditanamkan tauhid,tasawuf dan cabang-cabang
kepada anak didik agar kedepan mereka yang lain seperti tarikh, balaghah
memiliki pribadi-pribadi tangguh yang dansebagainya.
memiliki integritas dan tanggungjawab 4. Santri, yaitu para siswa yang
yang tinggi. mendalami ilmu-ilmu agama di
pesantren,baik tinggal di pondok
Sistem Pendidikan Pesantren maupun pulang setelah selesai
Kurikulum merupakan salah satu waktu belajar. Dalam bahasa lain
komponen yang penting sebagai acuan ada santri mukim ialah santri yang
untuk menentukan isi pengajaran, berasal dari daerah yang jauh dan
mengarahkan proses mekanisme menetap dalam pondok pesantren,

200
Hamruni dan Ricky Satria W, Eksistensi Pesantren dan Kontribusinya dalam Pendidikan Karakter

dan santri kalong ialahsantri yang ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta


berasal dari daerah sekitar pesantren dalam mengamalkan sejarah Islam
biasanya mereka tidak menetap secara utuh dan dinamis.
dalam pesantren. 4. Mendidik santri untuk memperoleh
5. Kyai atau pengasuh pondok pesan- kepribadian dan mempertebal se-
tren merupakan elemen yang sangat managat kebangsaan agar da-
esensial bagi suatu pesantren. Rata- pat menumbuhkan manusia-ma-
rata pesantren yang berkembang di nusia pembangunan yang dapat
Jawa dan Madura sosok kyai begitu membangun dirinya dan bertang-
sangat berpengaruh, karismatik, gungjawab kepada pembangunan
berwibawa, sehingga amat disegani bangsa dan negara.
oleh masyarakat di lingkungan
SHVDQWUHQ %HOLDX PHUXSDNDQ ÀJXU Berdasarkan kurikulum atau sistem
atau sosok yang menjadi tokoh pendidikan yang dipakai, pesantren
sentral atau tokoh panutan dalam mempunyai tiga tipe, yaitu:
lingkungan pesantren. Selain diang- 1. Pesantren Tradisional/Salaf
gap pemimpin tertinggi, kyai juga Pesantren ini masih mempertahan-
dianggap sebagai sumber belajar kan bentuk aslinya dengan menga-
oleh para santrinya. jarkan kitab yang ditulis oleh ulama
abad ke-15 dengan menggunakan
Secara umum, tujuan sistem pen- bahasa Arab. Pola pengajarannya
didikan pesantren adalah membina dengan menerapkan sistem halaqah
warga negara agar berkepribadian atau mangaji tudang yang dilak-
muslim sesuai dengan ajaran-ajaran sanakan di masjid. Hakikat dari
agama Islam dan mananamkan rasa sistem pengajaran halaqah ini adalah
keagamaan tersebut pada semua segi penghapalan yang titik akhirnya
kehidupannya serta menjadiakannya dari segi metodologi cenderung
sebagai orang yang berguna bagi agama, kepada terciptanya santri yang
masyarakat dan negara. Sedangkan menerima dan memiliki ilmu.
tujuan khusus suatu sistem pendidikan Artinya ilmu tidak berkembang
SHVDQWUHQ DGDODK 0DVMNXU ke arah paripurnanya ilmu itu,
1. Mendidik santri anggota masyarakat melainkan hanya terbatas pada apa
untuk menjadi seorang muslim yang diberikan kyai. Kurikulum
yang sepenuhnya ditentukan oleh kyai
2. Bertakwa kepada Allah. Berakhlak SHQJDVXK SRQGRN ,GULV, 2013: 16).
mulia, memiliki kecerdasan, ke- 2. Pesantren Modern
terampilan dan sehat lahir batin Pesantren ini merupakan pengem-
sebagai warga negara yang bangan tipe pesantren karena
berpancasila. orientasi belajarnya cenderung
3. Mendidik santri untuk menjadikan mengadopsi seluruh sistem belajar
manusia muslim selaku kader-kader klasikal dan meninggalkan sistem
ulama dan muballigh yang berjiwa belajar tradisional. Penerapan

201
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

sistem belajar modern ini terutama Seorang kyai menghadapi santri satu
tampak pada penggunaan kelas persatu, secara begantian. Pelaksana-
belajar baik dalam bentuk madrasah anya, santri yang banyak datang
maupun sekolah. Kurikulum yang bersama, kemudian mereka antri
dipakai adalah kurikulum nasional menuggu giliran masing-masing.
%DKUL .HGXGXNDQ SDUD Kedua: Bandungan. Metoda ini sering
kyai sebagai koordinator pelaksana disebut dengan halaqah, di mana dalam
proses pembelajaran dan sebagai pengajian, kitab yang dibaca oleh kyai
pengajar di kelas. Perbedaannya hanya satu, sedangkan para santrinya
dengan sekolah dan madrasah membawa kitab yang sama, lalu santri
terletak pada porsi pendidikan mendengarkan dan menyimak bacaan
agama Islam dan bahasa Arab lebih kyai.
menonjol sebagai kurikulum lokal. Ketiga: Weton. Istilah weton berasal
3. Pesantren Komprehensif dari bahsa Jawa yang diartikan berkala
Tipe pesantren ini merupakan atau berwaktu. Pengajian weton tidak
sistem pendidikan dan pengajaran merupakan pengajian rutin harian,
gabungan antara tradisional dan misalnya pada setia selesai shalat Jum’at
modern. Pendidikan diterapkan dan selainnya.
dengan pengajaran kitab kuning Selain yang tiga di atas ada lagi
dengan metode sorongan, bandongan metode-metode yang diterapkan dalam
dan wetonan yang biasanya diajarkan pesantren seperti, musyawarah/bahtsul
pada malam hari sesudah salat masa’il. Metode ini merupakan metode
Magrib dan sesudah salat Subuh. pembelajaran yang mirip dengan metode
Proses pembelajaran sistem klasikal diskusi. Beberapa santri membentuk
dilaksanakan pada pagi sampai halaqah yang dipimpin langsung
siang hari seperti di madrasah/ oleh kyai/ustadz untuk mengkaji
VHNRODK SDGD XPXPQ\D %DKUL suatu persoalan yang telah ditentukan
2001: 15). sebelumnya. Juga ada metode hafalan
muhafazhah), demonstrasi/pratek
Sedangkan metode atau model dan ubudiyah, muhawarah, mudzakarah, majlis
bentuk pembelajaran yang biasanya ta’lim 0DVMNXU
digunakan dalam sistem pendidikan
SHVDQWUHQ ELVD GLVSHVLÀNDVLNDQ PHQMDGL Tantangan Pesantren di Era
MHQLV \DLWX VHEDJDL EHULNXW +DVEXOODK Globalisasi
1996: 50-52): Secara historis, pesantren sejak
Pertama: Sorogan. Kata sorogan awal berdirinya tidak pernah diam
berasal dari bahasa Jawa yang berarti dalam menghadapi problem sosial
“sodoranatau disodorkan”. Maksudnya keagamaan. Aktivitas pesantren dalam
suatu sistem belajar secara individual merespon persoalan global telah
dimana seorang santri berhadapan dibuktikan semenjak masa-masa awal
dengan seorang guru, terjadi interak- kejayaannya. Keterlibatan pesantren
sisaling mengenal di antara keduanya. dalam dunia global telah dibuktikan

202
Hamruni dan Ricky Satria W, Eksistensi Pesantren dan Kontribusinya dalam Pendidikan Karakter

oleh fakta sejarah yang tidak mungkin pemerintah Arab Saudi yang menganut
XWXN GLQDÀNDQ 5HVSRQ SHVDQWUHQ faham Wahabi. Komite ini mengusul-
terhadap permasalahan global antara kan kepada pemerintah Saudi agar
ODLQ 6DPVXUURKPDQ memberikan kebebasan kepada praktik
Pertama, pesantren pernah merespon bermadzhab dalam menjalankan
tantangan global dalam menghadapi agama. Komite internasional ini di-
kolonialisme bangsa barat yang ketika itu bentuk di Surabaya, yang dihasilkan
sedang melakukan ekspansi ke negeri- melalui forum rapat yang dihadiri
negeri jajahannya, termasuk Indonesia. ulama pesantren, berbarengan dengan
Lembaga pendidikan pesantren dimasa lahirnya keputusan mereka mendidikan
kolonialisme tetap hidup dan berkem- -DP·L\\DK 1DKGODWXO 8ODPD 18
bang di atas kekuatan sendiri. Bahkan Dua peristiwa tentang peran ulama
lembaga ini bagi pemerintah Belanda, pesantren ini mencerminkan bahwa
bukan saja dipandang tidak bermanfaat dalam kondisi perubahan apapun,
bagi tujuan-tujuan kolonial, akan tetapi dalam skala lokal, regional maupun
dipandang sebagai lembaga yang global, pesantren telah berusaha untuk
sangat berbahaya dan mengancam mampu menjawab tantangan yang
upaya kolonialisme. Pandangan berkembang dan memberikan layanan
bangsa Belanda itu bukan tanpa sebab, terbaik bagi masyarakat.
karena ketika itu lembaga pesantren Namun demikian, pesantren juga
merupakan tempat persemaian yang harus tetap perlu waspada terhadap
amat subur bagi kader-kader pejuang isu-isu global yang membuat beberapa
melawan praktik penjajahan. Atas pesantren akhirnya kehilangan kharis-
dasar pandangan tersebut, maka ketika matiknya di tengah masyarakat, lebih
itu pesantren mengalami tekanan parah lagi kasus yang terjadi dibebera-
yang sangat berat, bahkan dianggap pa persantren digenaralisir sehingga
oleh kolonial barat sebagai sarang berdampak kepada semua pesantren
pemberontak dan ancaman bagi di Indonesia. Misalnya, munculnya
kenyamanan kekuasaan kolonial di berbagai gerakan Islam yang mempu-
bumi Indonesia, khususnya. Hal itu nyai karakter yang ekstrim, keras dan
terjadi karena para kyai di pesantren kurang toleran dalam menghadapi
selalu memberikan pengajaran kepada perbedaan. Hal tersebut pada gilirannya
para santrinya untuk mencintai tanah menjadi tantangan dakwah yang harus
DLU hubbul wathan), serta menanamkan dihadapi oleh pesantren. Tantangan
sikap patriotik, meski awalnya itu kini muncul kembali dalam bentuk-
merupakan lembaga pendidikan dalam bentuk Islam lain yang sama radikalnya
ELGDQJ NHDJDPDDQ 6DPVXUURKPDQ dalam praktik sosio-religius-kultural.
2010: 211). Bahkan tidak hanya itu, di era reformasi,
Kedua, kalangan pesantren yang wajah radikalisme pesantren kian
tergabung dalam komite hijaz yang PHPSULKDWLQNDQ 6DPVXUURKPDQ
dipelopori elit ulama pernah memper- 210), sehingga perlu kesadaran dari
juangkan hukum bermadzhab kepada semua pihak, khususnya pesantren,

203
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

agar segera bergerak melakukan hembuskan era kemerdekaan atas


introspeksi terhadap ajaran dasarnya, dunia pendidikan telah menyebabkan
sebagai upaya menghadapi tantangan lembaga-lembaga pendidikan lainnya
radikalisme, sehingga pesantren tidak bermunculan dengan leluasa. Sekolah-
terlalu kaku dalam mentransfer serta sekolah negeri maupun swata men-
menyikapi perubahan-perubahan sosial dapat sambutan yang baik dari
yang terjadi saat ini. masyarakat. Kehadiran sekolah-sekolah
Era globalisasi juga menghadirkan ini menjadikan harga pesantren di
wajah baru dalam interaksi sosial hadapan masyarakat mulai turun.
masyarakat modern. Di era ini terjadi Pesantren dianggap tidak lagi mampu
kompetisi yang sangat ketat, baik secara menghadapi tantangan pembangunan
individu maupun kelompok. Karena di abad sains dan teknologi.
kompetisi tidak hanya terjadi antara Tantangan selanjutnya adalah tan-
kelompok yang sama-sama kuat, tetapi tangan ekonomi. Perekonomian masya-
juga antara yang kuat dan yang lemah. rakat Indonesiaberada pada tingkat
Pergerakan informasi yang cepat dan yang sangatrendah, angka kemiskin-
kompetisi yang ketat ini menjadi an makinmeningkat, dan penghasilan
tantangan tersendiri bagi pesantren. makin jauhdari cukup untuk memenuhi
Pesantren sebagai institusi pencetak kebutuhan.Oleh karena itu, penciptaan
pemimpin masa depan dan pusat kemakmuran dirasakan amat men-
pemberdaya masyarakat harus mampu desak, jika kita tidakmau ketinggal-an
mencetak generasi yang memiliki oleh negara-negara tetangga dengan
sumber daya yang mapan yang dapat segala akibatnya. Halini tidak hanya
bersaing ketat dalam pentas global. menuntut peluang kerjabaik disediakan
Oleh karena itu, pesantren harus dapat oleh pemerintah maupun swasta, tetapi
menghadapi era globalisasi yang pada bekal sumber daya yang memadai.
awalnya merupakan tantangan dan Membangun masyarakat tidak sela-
rintangan menjadi peluang emas bagi lu dengan memberikan apa yangmereka
pembangunan masyarakat Indonesia. butuhkan tetapi memberikan sesuatu
Tentunya, pesantren harus berproses yang dapat mencapai apa yang mereka
dan berubah sesuai dengan kebutuhan butuhkan. Dalam hal ini, pesantren dapat
masyarakat global dengan tidak berperan maksimaldengan memberikan
meninggalkan tradisi lama yang masih bekal ilmu dan keterampilan yang cukup.
GLDQJJDS EDLN -DPDOXGGLQ Pesantren juga harus mampu mandiri,
Selanjutnya, tantangan yang harus biaya sekolah yang tinggi di pesantren
diemban oleh pesantren adalah ber- yang berkwalitas menyurutkan minat
kaiatan dengan peningkatan mutu pen- orang tua menyekolahkan anaknya
didikan dan dapat menjawab tantangan kepesantren dengan dalih eknomi,
zaman. Walapun sekarang Indonesia ditambah lagi pendidikan yang di-
sudah mendapatkan kemerdekaan selenggarakan pemerintah lebih murah
bukan berarti pesantren lantas bebas bahkan bisa dibilang gratis menjadi
dari masalah. Angin segar yang di- pertimbangan tersendiri bagi orang

204
Hamruni dan Ricky Satria W, Eksistensi Pesantren dan Kontribusinya dalam Pendidikan Karakter

tua untuk memasukkan anaknya apalagi dalam penguasaan informasi


kepesantren. dan teknologi yang masih belum
Lebih lanjut Saifuddin Amir dalam optimal. Hal tersebut dapat dilihat
EXNXQ\D PHQMHODVNDQ VHFDUD VSHVLÀN dalam proses pendokumentasian
ada beberapa tantangan dan masalah data base) santri dan alumni
yang dihadapi pesantren disebabkan pesantren yang masih kurang
keterbatasan kemampuan pengelolanya terstruktur.
\DLWX VHEDJDL EHULNXW 6DLIXGGLQ 4. Kemandirian ekonomi kelem-
57). bagaan. Kebutuhan keuangan
selalu menjadi kendala dalam me-
1. Sarana dan prasarana penunjang lakukan aktivitas pesantren, baik
yang terlihat masih kurang yang berkaitan dengan kebutuhan
memadai. Selama ini, kehidupan pengembangan pesantren maupun
pondok pesantren yang penuh dalam proses aktivitas keseharian
kesederhanaan dan kebersahaja- pesantren. Tidak sedikit proses
annya tampak masih memerlukan pembangunan pesantren berjalan
tingkat penyadaran dalam melak- dalam waktu lama yang hanya
sanakan pola hidup yang bersih menunggu sumbangan atau donasi
dan sehat yang didorong oleh dari pihak luar, bahkan harus
penataan dan penyediaan sarana melakukan penggalangan dana di
dan prasarana yang layak dan pinggir jalan.
memadai. 5. Kurikulum yang berorientasi
2. Sumber daya manusia. Sekalipun life skills santri dan masyarakat.
sumber daya manusia dalam Pesantren masih berkonsentrasi
bidang keagamaan tidak dapat pada peningkatan wawasan dan
diragukan lagi, tetapi dalam pengalaman keagamaan santri
rangka meningkatkan eksistensi dan masyarakat. Apabila melihat
dan peranan pondok pesantren tantangan kedepan yang semakin
dalam bidang kehidupan sosial berat, peningkatan kapasitas
masyarakat, diperlukan perhatian santri dan masyarakat tidak hanya
yang serius. Penyediaan dan pe- cukup dalam bidang keagamaan
ningkatan sumber daya manusia semata, tetapi harus ditunjang oleh
dalam bidang manajemen kelem- kemampuan yang bersifat keahlian.
bagaan, serta bidang-bidang yang
berkaitan dengan kehidupan sosial Prospek Pesantren
masyarakat, harus menjadi prioritas Pemerintah memiliki perhatian
pesantren. melalui Undang-Undang Republik
3. Manajemen kelembagaan. Mana- Indonesia nomor 20 tahun 2003 yang
jemen merupakan unsur penting diperkuat dengan Peraturan Pemerintah
dalam pengelolaan pesantren. Pada Nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan
saat ini masih terlihat bahwa pe- Agama dan Pendidikan Keagamaan.
santren dikelola secara tradisional Dalam peraturan pemerintah tersebut

205
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

dijelaskan eksistensi pesantren dalam yang sesuai dengan ketentuan yang


pasal 26, sebagai berikut: berlaku dan dibuktikan dengan ijazah/
1. Pesantren menyelenggarakan pen- Syahadah.
didikan dengan tujuan menanamkan Pesantren juga berhasil mengem-
keimanan danketakwaan kepada bangkan perguruan tinggi. Pada tahun
Allah SWT, akhlak mulia, serta tradisi 2001 Pesantren Kalibeber, Wonosobo,
pesantren untuk mengembangkan Jawa Tengah mendirikan Universitas
kemampuan, pengetahuan, dan 6DLQV $O 4XU·DQ 816,4 3DGD WDKXQ
keterampilan peserta didik untuk 2008 dibuka Program Pascasarjana
menjadi ahli ilmu agama Islam bidang studi Pendidikan Islam dan
PXWDIDTTLK ÀGGLQ) dan/atau VWXGL ,OPX $O 4XU·DQ 3DGD WDKXQ
menjadi muslim yangmemiliki ke- PDKDVLVZD 816,4 PHQFDSDL OLPD
terampilan/keahlian untuk mem- ribu orang, dengan membina beberapa
bangun kehidupan yang Islami fakultas, yaitu Fakultas Teknik dan
dimasyarakat. Ilmu Komputer, Fakultas Bahasa dan
2. Pesantren menyelenggarakan pen- Sastra, Fakultas Ekonomi, Akademi
didikan diniyah atau secara terpadu Keperawatan, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dengan jenispendidikan lainnya dan Keguruan, Fakultas Dakwah
pada jenjang pendidikan anak usia dan Komunikasi, Fakultas Syariah
dini, pendidikan dasar, menengah, dan Hukum Islam serta Program
dan/atau pendidikan tinggi. 3DVFDVDUMDQD 'KRÀHU 7LGDN
3. Peserta didik dan/atau pendidik di berhenti disana saja, beberapa pesantren
pesantren yang diakui keahliannya yang lain mulai membuka perguruan
di bidang ilmu agama tetapi tinggi dan membuka fakultas-fakultas
tidak memiliki ijazah pendidikan yang tidak hanya berkaitan dengan
formal dapat menjadi pendidik agama, namun fakultas lain seperti
mata pelajaran/kuliah pendidikan kedokteran, sains dan lain sebagainya.
agama di semua jalur, jenjang, dan Ini membuktikan bahwa pesantren
jenis pendidikan yang memerlukan, sadar betul untuk harus selalu berbenah
setelah menempuh uji kompetensi sehingga prospek pesantren kedepan
sesuai ketentuan Peraturan lebih cerah dan dapat diperhitungkan
Perundang-undangan. oleh masyarakat.

Jika kita perhatikan, pesantren Peran Pesantren dalam Pendidikan


sangat mendapatkan perhatian Karakter
khusus dan diakui secara yuridis oleh Sudah seharusnya bila pesantren
pemerintah. Hal ini memberikan penga- melaksanakan sistem pendidikan yang
kuan terhadap alumni pesantren untuk sangat memperhatikan masalah karak-
menjadi pendidik dalam mengajarkan ter,bahkan bisa dikatakan dalam dunia
ilmu agama pada semua jalur, jenjang pesantren akhlak menjadi nomor satu
dan jenis pendidikan setelah mendapat dan yang paling penting dari segalanya.
pengakuan melalui uji kompetensi Keberhasilan seorang kyai adalah ketika

206
Hamruni dan Ricky Satria W, Eksistensi Pesantren dan Kontribusinya dalam Pendidikan Karakter

santri-santrinya memiliki akhlakyang ontologis pesantren. Dan semua


baik, sehingga dapat menjadi uswah aktivitas pesantren selaludilandasi nilai-
atau contoh bagi masyarakat sekitarnya. QLODL DO 4XU·DQ GDQ +DGLV VHKLQJJD
Pesantren adalah salah satu lembaga ketika berkiprah di masyarakat,
yang menjadi pusat pengembangan santrimempunyai keteguhan untuk
ilmu agama. Berbagai teori keilmuan mempertahankan nilai-nilai religiusnya
dari berbagai disiplin ilmu yang dikaji )DX]DQ
di pesantren menjadi acuan untuk Abdullah Syukri Zarkasyi menya-
dipraktekkan. Kecenderungan untuk takan bahwa pesantren mempunyai
mempraktekkan nilai-nilai teoritis yang keunggulan dan karasteristik khusus
diperoleh santri dari kajian-kajiannya dalam mengaplikasikan pendidikan
adalah sebuah sebuah keniscayaan EDJL DQDN GLGLNQ\D VDQWUL +DO LWX
karena dalam konteks keislaman ilmu dikarenakan oleh hal-hal berikut:
dikatakan bermanfaat kalau diamalkan. )DX]DQ
Nilai amaliah inilah yang membedakan Pertama, adanya jiwa dan falsafah.
diri seseorang dari entitas-entitas Jiwa dan falsafah yang ditanamkan
lainnya yang menempatkannya pada kepada santri akan menjamin kelang-
posisi sebagai khalifah di muka bumi. sungan lembaga pendidikan bahkan
Dan hasil terbesar yang akan diperoleh menjadi motor penggerak bagi seluruh
adalah pengetahuan tentang Tuhan penghuni pesantren. Diantara falsafah
yang terimplementasikan dalam nilai itu yaitu Panca Jiwa yang terdiri dari;
praktisnya. Nilai praktek inilah yang D NHLKNODVDQ E NHVHGHUKDQDDQ
mempengaruhi pembentukan karakter F NHPDQGLULDQ G XNKXZDK
pada santri yang menempatkan dirinya ,VODPL\DK GDQ H NHEHUVDPDDQ GDODP
SDGD QLODL NHPXOLDDQ )DX]DQ menentukan lapangan perjuangan
157). dan kehidupan. Kedua, terwujudnya
Keberhasilan pesantren dalam integralitas dalam jiwa, nilai, sistem
membentuk karakter mengundang dan standar operasional pelaksanaan.
banyak lembaga lainya untuk meniru Terciptanya integralitas yang solid
desain pesantren. Buktinya, banyak pada jajaran para pendidik hingga anak
lembaga-lembaga yang meniru didik, terhadap pemahaman jiwa, nilai,
formulasi pesantren dengan mendirikan visi, misi dan orientasi, sistem hingga
pendidikan berasrama. Mereka meyakini standar operasional pelaksanaan yang
bahwa konsep pendidikan berasrama sama, sehingga mampu memadukukan
seperti pesantren benar-benar mampu seluruh komponen pesantren dalam
membentuk karakter anak didiknya. satu barisan. Ketiga, terciptanya tri pusat
Karena karakter yang tertanam dalam pendidikan yang terpadu Tri pusat
diri santri sebagai buah aplikasi nilai pendidikan terpadu merupakan tiga
teori, bukan sekadar keterampilan faktor yang menopang dan mendukung
atau kemampuan instingnya, tetapi keberhasilan pendidikan yang terdiri
kemampuan untuk mempertahankan dari pendidikan sekolah, pendidikan
nilai-nilai kesantriannya berdasarkan keluarga, dan pendidikan masyarakat.

207
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

Keempat, totalitas pendidikan, pesantren berdialektika dalam proses perubahan.


menerapkan totalitas pendidikan 'DODP SHUDQ \DQJ NHGXD defensive
dengan mengandalkan keteladanan, system), agama menjadi semacam
penciptaan lingkungan dan pembiasaan kekuatan kehidupan yang semakin
melalui berbagai tugas dan kegiatan. kompleks di tengah derasnya arus
Rutinitas pendidikan di pesantren peubahan. Masyarakat yang berpegang
yang berlangsug selama hampir 24 jam pada nilai-nilai religius akan mempunyai
mencerminkan totalitas pendidikan yang kemampuan untuk mempertahankan
mencakup tiga aspek pendidikan yaitu diri dan tidak ada rasa kekhawatiran
kognitif, afektif, dan psikomotorik. serta keragu-raguan dalam menghadapi
Melihat rentetan aktivitas santri di tantangan kehidupan.
pesantren mulai dari bangun pagi hingga Dari analisis tersebut bisa dipa-
tidur di malam hari, memungkinkan hami bahwa pesantren tetap menjadi
karakter lebih mudah tertanam dalam primadona masyarakat dalam mem-
diri santri karena nilai pendidikan bendung derasnya arus globalisasi dan
yang diterima santri dari ketiga aspek budaya budaya barat yang menggurita.
pendidikan telah terimplementasikan Sehingga prospek pesantren sebagai
dalam dialektika kehidupannya. lembaga pendidikan Islam kedepan
Ditambah lagi dengan penanaman masih tetap cerah dan dibutuhkan.
karakter keagamaan yang kuat dengan Pesantren telah menerapkan pendidikan
pengawasan yang ketat sehingga santri karakter dan secara konsisten mampu
diharapkan mempunyai karakter agama membentengi setiap pribadi santri
yang kuat,mengamalkan nilai-nilai terhadap derasnya budaya Barat yang
ajaran agama dengan baik, memiliki masuk ke Indonesia. Selain itu, pesantren
akhlak sesuai dengan ajaran Islam, juga menerapkan pengawasan yang
serta mampu memaknai kehidupan ketat menyangkut tata norma, baik
EHUGDVDUNDQ DO 4XU·DQ GDQ +DGLV peribadatan maupun norma sosial.
)DX]DQ Selanjutnya, kiprah pesantren
di tengah-tengah masyarakat dapat
Kesimpulan terwujud melalui peran-peran strategis
Secara sosiologis, menurut Thomas pesantren. Peran strategis tersebut ter-
2·'HD DGD GXD SHUDQ cermin dalam fungsi pesantren seperti
lembaga-lembaga keagamaan seperti GLNHPXNDNDQ )DX]DQ
pesantren, yaitu: peran sebagai directive berikut: Pertama: Pesantren sebagai
system dan defensive system.Dalam peran lembaga pendidikan keagamaan yang
\DQJ SHUWDPD directive system), agama bertujuan untuk mentransfer dan me-
ditempatkan sebagai referensi utama ngembangkan ilmu-ilmu agama. Kedua:
dalam proses perubahan. Dengan Pesantren sebagai lembaga pengka-
demikian, agama akan dapat berfungsi deran yang telah berhasil mencetak
sebagai supremasi moralitas yang kader umat dan kader bangsa. Ketiga:
memberikan landasan dan kekuatan Pesantren sebagai lembaga sosial yang
etik-spiritual masyarakat ketika mereka PHQJDMDUNDQ DQDN GLGLN VDQWUL KLGXS

208
Hamruni dan Ricky Satria W, Eksistensi Pesantren dan Kontribusinya dalam Pendidikan Karakter

berkomunitas dengan lingkungan M. Idris Usman, Pesantren Sebagai


sosial di lingkungannya, mengajarkan Lembaga Pendidikan Islam,2013.
bagaimana hakikat kehidupan. Keempat: Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter
Pesantren sebagai agen reformasi Solusi yang Tepat untuk Membangun
Bangsa,Bogor: Indonesia Heritage
sosial yang menciptakan perubahan
Foundation, 2007.
dan perbaikan dalam kehidupan
Saifuddin Amir, Pesantren, Sejarah
masyarakat.
dan Perkembangannya, Bandung:
Pustaka Pelajar, 2006.
Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA: .DUDNWHU :DZDVDQ 6WUDWHJL GDQ
langkah Praktis,Jakarta: Erlangga,
Amin, Haedari, Masa Depan Pesantren 2011.
dalam Tantangan Modernitas
dan Tantangan Kompleksitas Samsurrohman, M.Si., Pesantren Dan
Global,Jakarta: IRD Press, 2004. Tantangan Arus Global, Dakwah
Pesantren Di Era Globalisasi, Jurnal
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan $O 4DODP 9RO ;,,,
Karakter,Jakarta: Bumi Aksara,
2011. Sumarsono Mestoko, Pendidikan di
Indonesia, dari Zaman ke Zaman,
Fauzan, Peran Pesantren dalam Mengem- Jakarta: Departemen Pendidikan
bangkan Pendidikan Karakter. Al- dan Kebudayaan Badan Penelitian
Furqoniah: Vol. 1 No. 1 Agustus dan Pengembangan Pendidikan
2015. dan Kebudayaan, 1979.
Fatah Syukur, Dinamika Pesantren dan Tim Penulis Pustaka Sidogiri,
Madrasah,Yogyakarta: Pustaka Mengapa Saya Harus Mondok di
Pelajar, 2002. Pesantren,Pasuruan: Pustaka
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Sidogiri, 2008.
Islam, -DNDUWD 37 5HPDMD *UDÀQGR Thomas O’Dea, Sosiology of Religion
Persada, 1996. (Terjemahan), Jakarta: Rajawali,
Marwan Saridjo, Sejarah Pondok Pesantren 1987.
di Indonesia, Jakarta: Dharma Zarkasyi, Abdullah Syukri, Gontor
Bhakti, 1982. dan Pembaharuan pendidikan Pe-
Masjkur, Integrasi Sekolah ke Dalam Sistem santren,Jakarta: PT Raja Grapindo
Pendidikan Pesantren, Surabaya: Persada, 2005.
Diantama. 2007 http://www.kompasiana.com
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren http://www.hidayatullah.com
Berwawasan Lingkungan: Kasus
Pondok Pesantren An-Nuqayah
Guluk-Guluk Sumenep Madura,
Jakarta: Pedoman Ilmu. 2001.

209
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

210

Anda mungkin juga menyukai