ID Eksistensi Pesantren Dan Kontribusinya D PDF
ID Eksistensi Pesantren Dan Kontribusinya D PDF
Hamruni
Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta;
Ricky Satria W.
Mahasiswa Program Magister Konsentrasi Pemikiran Pendidikan Islam, Prodi
Pendidikan Islam, di Fakultas yang sama
Abstract
Historically, boarding schools (pesantren) since its inception has never silent in face of religious social
problems. Activities pesantren in response to global problems has been demonstrated since the early
days of glory. Involvement of schools in globalized world has been proved by historical facts are not
possible to be denied. Pesantren with various elements of education has been able to develop character
HGXFDWLRQ WR EH PD[LPDO 7KLV LV UHÁHFWHG LQ SODQWLQJ RI WKHRUHWLFDO YDOXH REWDLQHG IURP VWXGLHV ERRN LQ
form of real practices in daily life. Habit can form a good character to students, and process naturally
without forced. Success of schools in shaping character invites many other institutions to emulate
design of schools, ie educational boarding. Many education experts believe that concept of a boarding
education such as that implemented by schools actually capable of shaping students’ character.
Keywords: Existence of Pesantren, Character Education, Education Boarding, Naturally.
Abstrak
Secara historis, pesantren sejak awal berdirinya tidak pernah diam dalam menghadapi problem sosial
keagamaan. Aktivitas pesantren dalam merespon persoalan global telah dibuktikan semenjak masa-
masa awal kejayaannya. Keterlibatan pesantren dalam dunia global telah dibuktikan oleh fakta sejarah
\DQJ WLGDN PXQJNLQ XQWXN GLQDÀNDQ 3HVDQWUHQ GHQJDQ EHUEDJDL HOHPHQ SHQGLGLNDQQ\D WHODK PDPSX
mengembangkan pendidikan karakter secara lebih maksimal. Hal ini tercermin dari penanaman nilai
teoritis yang didapat dari kajian-kajian kitab ke dalam bentuk praktek-praktek nyata dalam kehidupan
keseharian. Kebiasaan itu dapat membentuk karakter yang baik terhadap santri, dan proses itu berjalan
secara alamiah tanpa dipaksakan. Keberhasilan pesantren dalam membentuk karakter mengundang
banyak lembaga lainya untuk meniru desain pesantren, yakni pendidikan berasrama. Banyak ahli
pendidikan meyakini bahwa konsep pendidikan berasrama seperti yang dilaksanakan oleh pesantren
benar-benar mampu membentuk karakter anak didik.
Kata Kunci: Eksistensi Pesantren, Pendidikan Karakter, Pendidikan Berasrama, Secara Alamiah.
197
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016
198
Hamruni dan Ricky Satria W, Eksistensi Pesantren dan Kontribusinya dalam Pendidikan Karakter
199
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016
200
Hamruni dan Ricky Satria W, Eksistensi Pesantren dan Kontribusinya dalam Pendidikan Karakter
201
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016
sistem belajar modern ini terutama Seorang kyai menghadapi santri satu
tampak pada penggunaan kelas persatu, secara begantian. Pelaksana-
belajar baik dalam bentuk madrasah anya, santri yang banyak datang
maupun sekolah. Kurikulum yang bersama, kemudian mereka antri
dipakai adalah kurikulum nasional menuggu giliran masing-masing.
%DKUL .HGXGXNDQ SDUD Kedua: Bandungan. Metoda ini sering
kyai sebagai koordinator pelaksana disebut dengan halaqah, di mana dalam
proses pembelajaran dan sebagai pengajian, kitab yang dibaca oleh kyai
pengajar di kelas. Perbedaannya hanya satu, sedangkan para santrinya
dengan sekolah dan madrasah membawa kitab yang sama, lalu santri
terletak pada porsi pendidikan mendengarkan dan menyimak bacaan
agama Islam dan bahasa Arab lebih kyai.
menonjol sebagai kurikulum lokal. Ketiga: Weton. Istilah weton berasal
3. Pesantren Komprehensif dari bahsa Jawa yang diartikan berkala
Tipe pesantren ini merupakan atau berwaktu. Pengajian weton tidak
sistem pendidikan dan pengajaran merupakan pengajian rutin harian,
gabungan antara tradisional dan misalnya pada setia selesai shalat Jum’at
modern. Pendidikan diterapkan dan selainnya.
dengan pengajaran kitab kuning Selain yang tiga di atas ada lagi
dengan metode sorongan, bandongan metode-metode yang diterapkan dalam
dan wetonan yang biasanya diajarkan pesantren seperti, musyawarah/bahtsul
pada malam hari sesudah salat masa’il. Metode ini merupakan metode
Magrib dan sesudah salat Subuh. pembelajaran yang mirip dengan metode
Proses pembelajaran sistem klasikal diskusi. Beberapa santri membentuk
dilaksanakan pada pagi sampai halaqah yang dipimpin langsung
siang hari seperti di madrasah/ oleh kyai/ustadz untuk mengkaji
VHNRODK SDGD XPXPQ\D %DKUL suatu persoalan yang telah ditentukan
2001: 15). sebelumnya. Juga ada metode hafalan
muhafazhah), demonstrasi/pratek
Sedangkan metode atau model dan ubudiyah, muhawarah, mudzakarah, majlis
bentuk pembelajaran yang biasanya ta’lim 0DVMNXU
digunakan dalam sistem pendidikan
SHVDQWUHQ ELVD GLVSHVLÀNDVLNDQ PHQMDGL Tantangan Pesantren di Era
MHQLV \DLWX VHEDJDL EHULNXW +DVEXOODK Globalisasi
1996: 50-52): Secara historis, pesantren sejak
Pertama: Sorogan. Kata sorogan awal berdirinya tidak pernah diam
berasal dari bahasa Jawa yang berarti dalam menghadapi problem sosial
“sodoranatau disodorkan”. Maksudnya keagamaan. Aktivitas pesantren dalam
suatu sistem belajar secara individual merespon persoalan global telah
dimana seorang santri berhadapan dibuktikan semenjak masa-masa awal
dengan seorang guru, terjadi interak- kejayaannya. Keterlibatan pesantren
sisaling mengenal di antara keduanya. dalam dunia global telah dibuktikan
202
Hamruni dan Ricky Satria W, Eksistensi Pesantren dan Kontribusinya dalam Pendidikan Karakter
oleh fakta sejarah yang tidak mungkin pemerintah Arab Saudi yang menganut
XWXN GLQDÀNDQ 5HVSRQ SHVDQWUHQ faham Wahabi. Komite ini mengusul-
terhadap permasalahan global antara kan kepada pemerintah Saudi agar
ODLQ 6DPVXUURKPDQ memberikan kebebasan kepada praktik
Pertama, pesantren pernah merespon bermadzhab dalam menjalankan
tantangan global dalam menghadapi agama. Komite internasional ini di-
kolonialisme bangsa barat yang ketika itu bentuk di Surabaya, yang dihasilkan
sedang melakukan ekspansi ke negeri- melalui forum rapat yang dihadiri
negeri jajahannya, termasuk Indonesia. ulama pesantren, berbarengan dengan
Lembaga pendidikan pesantren dimasa lahirnya keputusan mereka mendidikan
kolonialisme tetap hidup dan berkem- -DP·L\\DK 1DKGODWXO 8ODPD 18
bang di atas kekuatan sendiri. Bahkan Dua peristiwa tentang peran ulama
lembaga ini bagi pemerintah Belanda, pesantren ini mencerminkan bahwa
bukan saja dipandang tidak bermanfaat dalam kondisi perubahan apapun,
bagi tujuan-tujuan kolonial, akan tetapi dalam skala lokal, regional maupun
dipandang sebagai lembaga yang global, pesantren telah berusaha untuk
sangat berbahaya dan mengancam mampu menjawab tantangan yang
upaya kolonialisme. Pandangan berkembang dan memberikan layanan
bangsa Belanda itu bukan tanpa sebab, terbaik bagi masyarakat.
karena ketika itu lembaga pesantren Namun demikian, pesantren juga
merupakan tempat persemaian yang harus tetap perlu waspada terhadap
amat subur bagi kader-kader pejuang isu-isu global yang membuat beberapa
melawan praktik penjajahan. Atas pesantren akhirnya kehilangan kharis-
dasar pandangan tersebut, maka ketika matiknya di tengah masyarakat, lebih
itu pesantren mengalami tekanan parah lagi kasus yang terjadi dibebera-
yang sangat berat, bahkan dianggap pa persantren digenaralisir sehingga
oleh kolonial barat sebagai sarang berdampak kepada semua pesantren
pemberontak dan ancaman bagi di Indonesia. Misalnya, munculnya
kenyamanan kekuasaan kolonial di berbagai gerakan Islam yang mempu-
bumi Indonesia, khususnya. Hal itu nyai karakter yang ekstrim, keras dan
terjadi karena para kyai di pesantren kurang toleran dalam menghadapi
selalu memberikan pengajaran kepada perbedaan. Hal tersebut pada gilirannya
para santrinya untuk mencintai tanah menjadi tantangan dakwah yang harus
DLU hubbul wathan), serta menanamkan dihadapi oleh pesantren. Tantangan
sikap patriotik, meski awalnya itu kini muncul kembali dalam bentuk-
merupakan lembaga pendidikan dalam bentuk Islam lain yang sama radikalnya
ELGDQJ NHDJDPDDQ 6DPVXUURKPDQ dalam praktik sosio-religius-kultural.
2010: 211). Bahkan tidak hanya itu, di era reformasi,
Kedua, kalangan pesantren yang wajah radikalisme pesantren kian
tergabung dalam komite hijaz yang PHPSULKDWLQNDQ 6DPVXUURKPDQ
dipelopori elit ulama pernah memper- 210), sehingga perlu kesadaran dari
juangkan hukum bermadzhab kepada semua pihak, khususnya pesantren,
203
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016
204
Hamruni dan Ricky Satria W, Eksistensi Pesantren dan Kontribusinya dalam Pendidikan Karakter
205
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016
206
Hamruni dan Ricky Satria W, Eksistensi Pesantren dan Kontribusinya dalam Pendidikan Karakter
207
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016
208
Hamruni dan Ricky Satria W, Eksistensi Pesantren dan Kontribusinya dalam Pendidikan Karakter
209
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016
210