Anda di halaman 1dari 6

SPORTING ARTICLE DAN CRITICAL REVIEW

MANUSIA DAN HARAPAN HIDUP


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang diampu oleh:
Tugiyo, Drs, MM.

Disusun oleh Kelompok 5:


Sayyidah Bilqis Safira Eltsani (142170065)
Farah Harum Apsari I Putri (142170080)
Ardelia Kumala Helga (142170093)
Cestlavietria Ramadhani P (142170094)
Taufik Gilang Ramadhan (142170096)
Sunu Wicaksono (142170098)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018
Membahas Harapan Hidup Membuat Pasien
Kanker Lebih Realistis
Windratie, CNN Indonesia | Kamis, 08/10/2015 09:35 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika dokter mendiskusikan prognosis (ramalan kesehatan) dengan
pasien kanker stadium lanjut, maka pasien tersebut dapat memiliki pandangan yang lebih
realistis terhadap harapan hidup mereka, berdasarkan sebuah penelitian baru.
Selain itu, berdasarkan laporan yang dipublikasikan dalam Journal of Clinical Oncolgy itu,
pasien juga tampak tidak mengalami penuruan kesejahteraan emosional.
“Sebagian besar pasien kanker kronis, yang mengatakan bahwa mereka ingin tahu tentang
prognosis mereka, secara mengejutkan tampak tabah menerimanya,” kata penulis senior Holly G.
Prigerso dari Weill Cornel Medical College di New York City.
Setiap pasien perlu mengetahui ramalan kesehatan atau prognosis mereka, termasuk harapan
hidup, dan hasil pengobatan yang diharapkan. Misalnya, pasien harus tahu bahwa kemoterapi
tidak dapat menyembuhkan kanker yang tidak dapat disembuhkan, kata Prigerson.
“Penyedia layanan kesehatan sering enggan untuk mengomunikasikan berita suram,” katanya
seperti dilaporkan Reuters.
Dalam melakukan penelitian ini, para ilmuwan melibatkan sekitar 590 pasien yang mengidap
kanker metastasis tingkat lanjut. Para pasien ini telah diobati dengan setidaknya satu putaran
kemoterapi paliatif. Perawatan tersebut lebih dimaksudkan untuk meningkatkan kenyamanan,
daripada mengobati.
Para peneliti lalu bertanya kepada pasien, apakah ahli onkologi mereka pernah memberikan
prognosis perkiraan harapan hidup. Pasien juga kemudian diminta memperkirakan harapan hidup
mereka sendiri, menyelesaikan penilaian tentang tekanan emosional, apakah mendapat arahan
kemajuan penyakit, dan apakah memiliki pilihan perawatan untuk akhir hidup mereka.
Para pasien juga menggambarkan hubungan dengan dokter mereka. Setengah dari pasien
bertahan hidup selama kurang dari enam bulan setelah dimulainya penelitian. Sekitar 70 persen
dari pasien ingin untuk diberitahu tentang harapan hidup mereka. Namun, hanya 18 persen dari
pasien yang ingat pernah mendiskusikan hal ini dengan ahli onkologi mereka.
Setengah dari pasien bersedia memperkirakan harapan hidup mereka. Dan, orang-orang yang
ingat pernah memiliki percakapan prognosis dengan dokter mereka memperkirakan harapan
hidup yang dekat dengan kelangsungan hidup mereka yang sebenarnya, dibandingkan mereka
yang tidak.
Lebih lanjut studi tersebut menemukan bahwa berbicara dengan dokter tentang harapan hidup
tidak menyebabkan buruknya hubungan antara dokter dan pasien, atau menambah kesedihan
yang lebih tinggi.
Prigerson mengatakan, hal ini mendorong pasien lebih realistis dalam memperkirakan harapan
hidup mereka, lebih mungkin untuk menyelesaikan pengobatan, dan keinginan untuk
mendapatkan perawatan yang nyaman.
“Tidak ada dampak emosional yang merusak hubungan mereka dengan onkologi mereka,” kata
Prigerson.
RESUME ARTIKEL

Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika dokter mendiskusikan prognosis (ramalan kesehatan) dengan
pasien kanker stadium lanjut, maka pasien tersebut dapat memiliki pandangan yang lebih
realistis terhadap harapan hidup mereka, berdasarkan sebuah penelitian baru.
Menurut Prigerson, Setiap pasien perlu mengetahui ramalan kesehatan atau prognosis mereka,
termasuk harapan hidup, dan hasil pengobatan yang diharapkan. Misalnya, pasien harus tahu
bahwa kemoterapi tidak dapat menyembuhkan kanker yang tidak dapat disembuhkan.
Dalam melakukan penelitian ini, para ilmuwan melibatkan sekitar 590 pasien yang mengidap
kanker metastasis tingkat lanjut. Para pasien ini telah diobati dengan setidaknya satu putaran
kemoterapi paliatif. Perawatan tersebut lebih dimaksudkan untuk meningkatkan kenyamanan,
daripada mengobati.
Para peneliti lalu bertanya kepada pasien, apakah ahli onkologi mereka pernah memberikan
prognosis perkiraan harapan hidup. Pasien juga kemudian diminta memperkirakan harapan hidup
mereka sendiri, menyelesaikan penilaian tentang tekanan emosional, apakah mendapat arahan
kemajuan penyakit, dan apakah memiliki pilihan perawatan untuk akhir hidup mereka.
Setengah dari pasien bertahan hidup selama kurang dari enam bulan setelah dimulainya
penelitian. Sekitar 70 persen dari pasien ingin untuk diberitahu tentang harapan hidup mereka.
Namun hanya 18 persen dari pasien yang ingat pernah mendiskusikan hal ini dengan ahli
onkologi mereka.
Setengah dari pasien bersedia memperkirakan harapan hidup mereka. Dan, orang-orang yang
ingat pernah memiliki percakapan prognosis dengan dokter mereka memperkirakan harapan
hidup yang dekat dengan kelangsungan hidup mereka yang sebenarnya, dibandingkan mereka
yang tidak.
Studi tersebut menemukan bahwa berbicara dengan dokter tentang harapan hidup tidak
menyebabkan buruknya hubungan antara dokter dan pasien, atau menambah kesedihan yang
lebih tinggi. Hal ini justru mendorong pasien lebih realistis dalam memperkirakan harapan hidup
mereka, lebih mungkin untuk menyelesaikan pengobatan, dan keinginan untuk mendapatkan
perawatan yang nyaman.
CRITICAL REVIEW

A. Kondisi Ideal
Harapan atau asa dalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang
diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang
akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini
bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun adakalanya
harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba
menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan "berpikir
positif" yang merupakan salah satu cara terapi/ proses sistematis dalam psikologiuntuk
menangkal "pikiran negatif" atau "berpikir pesimis".
Secara umum, orang yang berpikir positif cenderung lebih mudah menjalani gaya
hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan sehat, olahraga teratur, serta menjauhi
kebiasaan buruk mengonsumsi minuman keras atau merokok.
Berbagai masalah manusia, mulai dari gangguan tidur, depresi, stres, kecemasan,
penuaan dini, hingga kenaikan berat badan ternyata sering kali dapat diatasi dengan
berpikir positif. Oleh sebab itu belum tentu susah sembuh dari sakit diakibatkan oleh
metode pengobatan yang tidak efektif, tetapi lebih karena pikiran-pikiran negatif yang
dipelihara seseorang.

B. Kondisi Riil
Di dunia ini begitu banyak orang yang kehilangan gairah hidup, bukan akibat
bertambahnya usia atau lemahnya fisik, melainkan karena “harapan” mereka musnah.
Bisa jadi karena mereka baru saja di vonis oleh dokternya mengidap penyakit terminal
seperti kanker dll. Pernah tau kah bahwa seringkali pasien-pasien terminal tersebut
meninggal bukan karena penyakit kankernya melainkan karena depresi & hilangnya
"Harapan Hidup", karena Kurangnya semangat dan dukungan sekitar menjadikan
seseorang menjadi putus asa.
Hilangnya harapan hidup sudah menjadi hal yang wajar ketika seseorang
divonis penyakit mematikan, berbahaya, atau tidak ada obatnya dan ketika seseorang
kehilangan harapan hidup maka menimbulkan energi negatif yang mensugesti orang
tersebut sehingga hal tersebutlah yang menyebabkan psikis terganggu dan dapat
menuntun ke depresi atau bahkan bunuh diri.

C. Solusi
1. Memotivasi diri sendiri agar memiliki semangat untuk hidup.
2. Butuhnya dorongan dan semangat dari lingkungan sekitar.
3. Berkomunikasi dengan dokter tentang harapan hidup agar mengetahu tahapan apa
yang seharusnya di lakukan selanjutnya.
4. Menjaga pola makan dan menerapkan pola hidup yang sehat agar terhindar dari
penyakit yang tidak di inginkan.
5. Pihak rumah sakit harus melakukan transparansi ketika pasien sakit melakukan
komunikasi tentang harapan hidup.
6. Membatu dengan memberikan rasa nyaman agar bisa merasa lebih bahagia.
7. Keluarga harus bisa memberikan waktu dan dukungan agar memiliki semangat dan
harapan hidupnya lagi.

Anda mungkin juga menyukai