Anda di halaman 1dari 3

*MEWUJUDKAN CINTA

NABI YANG HAKIKI*

Alhamdulillah, kita masih dikaruniai Iman dan


Islam. Puji syukur ke hadirat ilahi rabbi atas
segala nikmatnya. Shalawat dan salam semoga
senantiasa dicurahkan kepada junjungan alam
Nabi Muhammad SAW.
 
Marilah kita terus berusaha meningkatkan
ketakwaan kita kepada Allah, kapan pun dan di
mana pun kita berada. Sungguh, Allah akan
muliakan orang-orang yang bertakwa, tidak
hanya di dunia tapi juga di akhirat.
 
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
 
Kita telah memasuki bulan Rabbiul Awwal,
bulan kelahiran Nabi Muhammad
SAW.  Berbagai acara biasanya diadakan untuk
memperingati hari kelahiran beliau SAW,
orang yang paling berjasa bagi kita semua
sehingga kita dalam iman dan Islam.
 
Lalu *apa wujud cinta kepada beliau?
*  Menarik apa yang dituturkan Anas bin Malik
ra: Seorang Arab berkata kepada Rasul SAW,
“Kapan Hari Kiamat?” Rasulullah SAW balik
bertanya kepada dia, “*Apa yang* telah
*engkau siapkan untuk* menghadapi *Hari
Kiamat?*” Dia berkata, *“Cinta kepada Allah
dan Rasul-Nya.”* Beliau bersabda, *“Engkau
bersama dengan yang engkau cintai.”* (HR
Muslim, an-Nasa’i, al-Bazzar, dan Ibnu
Khuzaimah).
 
Tentu, tak ada seorang Muslim pun yang tidak
ingin bersama Nabi SAW kelak. Maka,
*kecintaan kepada Nabi SAW harus
diwujudkan sekarang*. Bukan sembarang
cinta, apalagi cinta dusta. Tetapi cinta yang
nyata dan sempurna.
 
Anas bin Malik ra menuturkan bahwa Rasul
SAW bersabda,

‫الَ ي ُْؤ ِمنُ أَ َح ُد ُك ْم َح َّتى‬


ْ‫ون أَ َحبَّ إِ َل ْي ِه ِمن‬ َ ‫أَ ُك‬
‫اس‬
ِ َّ
‫ن‬ ‫ال‬‫و‬ َ ‫ه‬
ِ ‫د‬ِ َ
‫ل‬ ‫َوالِ ِد ِه َو َو‬
َ ‫أَجْ َم ِع‬
‫ين‬
“*Tidak sempurna iman salah seorang* dari
kalian *sampai aku lebih dia cintai daripada
anaknya, orang tuanya, dan seluruh
manusia.*”
(HR al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Ibnu Majah,
an-Nasai, al-Baihaqi, al-Hakim, dan Ibnu
Hibban).
 
Itulah mengapa dulu para Sahabat senantiasa
berlomba-lomba menunjukkan cinta mereka
kepada Rasulullah SAW. Mereka
biasa mendahulukan Rasulullah Saw. di atas
segala urusan dan kepentingan mereka. Mereka
lebih mengutamakan Rasul SAW. atas siapa
pun, termasuk atas saudara dan kerabat mereka,
bahkan atas orang tua mereka sendiri.
 
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
 
Rasulullah SAW bersabda:
 

َ‫ث َمنْ ُكنَّ ِفي ِه َو َجد‬ ٌ َ‫َثال‬


َ ‫ أَنْ َي ُك‬:‫ان‬
‫ون‬ ِ ‫َحالَ َو َة اإلِي َم‬
‫هَّللا ُ َو َرسُولُ ُه أَ َحبَّ إِ َل ْي ِه‬
َّ‫ َوأَنْ ُي ِحب‬،‫ِممَّا ِس َوا ُه َما‬
،ِ ‫ال َمرْ َء الَ ُي ِح ُّب ُه إِاَّل هَّلِل‬
‫َوأَنْ َي ْك َر َه أَنْ َيعُودَ ِفي‬
ْ‫ال ُك ْف ِر َك َما َي ْك َرهُ أَن‬
‫ار‬
ِ ‫ن‬َّ ‫ال‬ ‫ي‬ ‫ف‬
ِ ‫ف‬
َ َ
‫ذ‬ ْ
‫ق‬ ‫ُي‬
Ada tiga hal, yang jika ketiganya ada pada
siapa saja, niscaya dia merasakan kelezatan
iman: Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai
dari selain keduanya; dia mencintai seseorang
hanya karena Allah; dan dia benci kembali
pada kekufuran sebagaimana dia benci
dimasukkan ke dalam neraka
(HR al-Bukhari dan Muslim).
 
Kecintaan hamba kepada Rabb-nya adalah
dengan melakukan ketaatan kepada-Nya. Tidak
menyalahi-Nya. Demikian juga kecintaan
kepada Rasulullah SAW.
 
*Wujud cinta kepada Allah SWT dan Rasul-
Nya adalah dengan menaati syariah-Nya*.
*Ketaatan pada syariah-Nya harus di atas
ketaatan pada selainnya*, baik tokoh,
cendekiawan, ajaran, aturan, paham, hukum,
ideologi dan lain-lain.
 
Karena itu, *cinta kepada Allah SWT* harus
dibuktikan secara nyata dengan mengikuti dan
*meneladani Rasulullah SAW*, yakni dengan
*mengikuti risalah* yang beliau bawa. Itulah
*syariah Islam*. Allah SWT berfirman:
 

‫هَّللا‬
َ ‫ُّون‬ َ ‫قُ ْل إِنْ ُك ْن ُت ْم ُت ِحب‬
‫هَّللا‬
ُ ‫َفا َّت ِبعُو ِني يُحْ ِب ْب ُك ُم‬
ُ ‫هَّللا‬‫و‬ َ ‫م‬ْ ُ
‫ك‬ ‫ب‬
َ ‫و‬ ُ
‫ن‬ ُ
‫ذ‬ ‫َو َي ْغ ِفرْ َل ُك ْم‬
‫َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬
Katakanlah, “*Jika kalian* benar-benar
*mencintai Allah, ikutilah aku*, niscaya Allah
mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa
kalian.” Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (TQS Ali Imran [3]: 31).
 
Imam Ibnu Katsir di dalam Tafsîr al-Qurân al-
Azhîm menjelaskan ayat ini dengan
menyatakan, “Ayat yang mulia ini menetapkan
bahwa *siapa saja yang mengklaim cinta
kepada Allah, sedangkan ia tidak berada di
jalan Muhammad SAW*. (tharîqah al-
Muhammadiyyah), *maka ia berdusta sampai
ia mengikuti syariah Muhammad SAW. secara
keseluruhan*.
 
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
 
Jadi cinta yang hakiki akan melahirkan
ketaatan. Ketaatan merupakan bukti kecintaan.
Adalah dusta, mengatakan cinta kepada Nabi
SAW tapi lebih taat kepada selain beliau.
*Adalah dusta, mengaku umat Nabi tapi
petunjuk Nabi SAW diganti oleh petunjuk
selainnya serta hukum-hukum yang beliau
bawa ditinggalkan dan diganti dengan hukum-
hukum yang lainnya*.
 
Dengan demikian, pernyataan cinta kepada
Nabi SAW harus mewujud dalam kecintaan
pada syariah Islam.  Dan  itu akan
menghasilkan kerinduan pada
penerapannya.  *Kerinduan pada penerapan
syariah akan melahirkan amal dan perjuangan
untuk mewujudkan penerapan syariah secara
kâffah*.
 
Semua itu akan menjadi *kunci mendapatkan
penjagaan dari Allah SWT*.
Rasul SAW berpesan:
 

‫ك احْ َف ِظ‬َ ‫احْ َف ِظ هَّللا َ َيحْ َف ْظ‬


َ ‫هَّللا َ َت ِج ْدهُ ُت َجا َه‬
‫ك‬
*Jagalah Allah niscaya Allah
menjagamu*.  Jagalah Allah niscaya engkau
mendapati Allah di hadapanmu… (HR at-
Tirmidzi dan Ahmad).
 
Al-Hafizh Ibnu Rajab di dalam Jâmi’ al-‘Ulûm
wa al-
Hikam menjelaskan: *IhfazhilLâh (Jagalah
Allah) maksudnya adalah menjaga hudûd, hak-
hak, perintah-perintah dan larangan-larangan-
Nya*.  Menjaga semua itu adalah dengan
menaati perintah-perintah Allah, menjauhi
larangan-larangan-Nya dan tidak melanggar
hudûd (batasan-batasan)-Nya. 
 
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
 
*Jika suatu umat atau bangsa tidak menjaga
Allah, tidak menjaga hudûd-Nya,
menelantarkan syariah-Nya, bahkan memusuhi
orang yang memperjuangkan penerapan hudûd
dan syariah-Nya, maka Allah tidak akan
menjaga umat atau bangsa tersebut. Pasti
kerusakan terjadi di mana-mana*.
 
Maka, Maulid Nabi SAW ini, *mari kita
jadikan momentum kembali kepada syariah
Islam. Hanya itu yang akan menyelematkan
negeri dan umat ini*.   Wujudkan cinta kita
yang hakiki kepada Nabi SAW.

Anda mungkin juga menyukai