*Mahasiswa Kepaniteraan
**Staf Pengajar Bagian Penyakit Dalam
***Staf Pengajar Bagian Kesehatan Kerja
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia
Email: Febyohanes2@ymail.com
Abstrak
Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara
maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu pemicu penyakit kardiovaskular adalah
trombosis yang berperan penting pada patogenesis penyakit kardiovaskular yang dapat dicegah
dengan obat-obatan antitrombosis. Trombosis merupakan proses pembentukan, atau adanya darah
beku yang terdapat di dalam pembuluh darah atau kavitas jantung. Ada dua macam trombosis, yaitu
trombosis arterial (trombus putih) yang ditemukan pada arteri, dimana pada trombus tersebut
ditemukan lebih banyak platelet, dan trombosis vena (trombus merah) yang ditemukan pada
pembuluh darah vena dan mengandung lebih banyak sel darah merah dan lebih sedikit platelet.
Peranan pengobatan herbal diperlukan sebagai terapi komplementer yang dapat dimanfaatkan untuk
menekan progesifitas pembentukan trombosis yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada
penyakit kardiovaskular.
Pada makalah ini akan dibahas peranan daun Sambiloto (andrographolide) sebagai
antitrombosit yang melibatkan peningkatan endothelial nitric oxide synthase - nitric oxide siklus jalur
guanosin monophosphate, yang diikuti dengan inhibisi kaskade phosphoinositide 3-kinase /Akt-p38
Mitogen-activated protein kinase dan kaskade phospolipase C γ2-protein kinase C yang akan
menginhibisi mobilisasi kadar Ca2+, dan pada akhirnya menghambat agregasi trombosit. Agregasi
trombosit berperan penting dalam berbagai kelainan tromboemboli pada berbagai penyakit
kardiovaskular. Oleh karenanya peran andrographolide dengan aktivitas antitrombosisnya memiliki
potensi sebagai pengobatan komplementer pada pencegahan pembentukan trombus.
Kata kunci: andrographolide, antitrombosis, endothelial nitric oxide synthase - nitric oxide/cyclic
guanosin mono phosphate
Abstract
Cardiovascular disease is one of the leading and foremost causes of death in both developed and
developing country, including Indonesia. One of the triggers that cause cardiovascular disease is
thrombosis which plays an important role in the pathophysiology of acute cardiovascular disease that
is preventable with antithrombotic drugs. Thrombosis is the process of forming, or already existed,
blood clot in the blood vessel or heart cavity. There are two types of thrombosis, arterial thrombosis
(white thrombi) which is found in arterial vessel and more predominated by platelets; and vein
thrombosis (red thrombi) which is found in vein vessel and more predominated by red blood cells and
less platelets. The role of herbal medication as a complementary medicine can be used to inhibit the
progression of thrombosis formation that may cause various complications in cardiovascular disease.
This review will discuss that Sambiloto leaf (andrographolide) plays a role in antiplatelet activity,
which may involve the activation of the endothelial nitric oxide synthase - nitric oxide/cyclic guanosin
mon phosphate pathway, resulting in the inhibition of the phosphoinositide 3-kinase /Akt p38
Mitogen-activated protein kinase and phospolipase C γ2-protein kinase C cascades, followed by the
inhibition of relative Ca2+ mobilization and, eventually, inhibition of platelet aggregation. Platelet
aggregation plays important roles in a various thromboembolic disorders. Therefore, the role of
andrographolide in antiplatelet activation may represent a high therapeutic as complementary
medicine to treat thrombus formation.
Gambar 1. Skema hipotetikal yang menunjukkan signal inhibitori aktivasi trombosit oleh andrographolide.
Kolagen terikat pada reseptor kemudian mengaktivasi kaskade PLCγ2-DGA-PKC dan PI3 kinase / Akt-p38MAPK. P38
MAPK dapat mengaktivasi cPLA2, yang mengkatalisis pelepasan arachidonic acid / asam arakidonat (AA) untuk
memproduksi pembentukan thromboxane A2 (TxA2). Andrographolide (andro) dapat mengaktivasi endothelial nitric oxide
synthase (eNOs)-NO- siklus GMP pathway, diikuti dengan inhibisi kaskade PLCγ2-DGA-PKC dan PI3 kinase / Akt, dan
pada akhirnya menginhibisi aktivasi trombosit. sGC: soluble guanylate cyclase, VASP: vasodilator-stimulated
phosphoprotein, DTS: dense tubular system.21-22
ABSTRAK
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian utama di negara maju dan berkembang. Salah
satu cara mencegah kerugian yang ditimbulkan Penyakit jantung koroner, maka diperlukan diagnosa yang lebih
dini. Terapi modalitas treadmill test merupakan salah satu cara untuk menegakkan diagnosa pasien dengan
penyakit jantung koroner, mengevaluasi pengobatan pada pasien angina atau infark miokard dan
mengembangkan latihan fisik pada pasien dengan gangguan jantung. Waktu pelaksanaan treadmill test
dilaksanakan selama 30–60 menit. Hasil treadmill test berupa: Normal, coronary artery desease (CAD), arytmia.
Pasien biasanya menjalani pemeriksaan treadmill tes mengalami masalah Ansietas, Penurunan curah jantung dan
Perubahan perfusi jaringan. Perawat perlu mengatasi masalah pasien tesebut agar hasil pemeriksaan yang akurat
dan optimal
ABSTRACT
Coronary heart disease is the leading cause of death in developed and developing countries . One way
to prevent losses caused coronary heart disease , it requires early diagnosis . Therapeutic modalities treadmill
test is one way to establish the diagnosis of patients with coronary heart disease , evaluating treatment in
patients with angina or myocardial infarction and develop physical exercise in patients with heart problems . The
timing of the treadmill test carried out for 30-60 minutes . The results of a treadmill test : Normal , coronary
artery desease ( CAD ) , arytmia . Patients underwent treadmill tests usually have problems Anxiety , Decreased
cardiac output and tissue perfusion changes . Nurses need to address the patient's proficiency level so that the
results are accurate and optimal inspection
Alamat Korespondensi : Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 8C Surabaya, Telp. 031-5038487
Merekam aktivitas kelistrikan jantung terhadap curah jantung dan perubahan pola
selama latihan fisik yang berdampak terhadap EKG. Bila curah jantung berkurang, maka
peningkatan kebutuhan oksigen pada jantung. jumlah oksigen yang mencapai jaringan akan
Biasanya pasien berjalan di atas treadmill atau berkurang. Dengan berkurangnya oksigen ini
menggunakan sepeda statis dengan akan menimbulkan rangsangan syaraf
meningkatkan tingkat kesulitan secara bertahap. simpatik untuk memenuhi kebutuhan aksigen
Selama latihan EKG, heart rate dan tekanan dan menurunnya metabolisme sel sehingga
darah selalu dimonitor. akan menimbulkan kelelahan.
Nama Lain treadmill test antara lain: 7. Mengevaluasi respon tekanan darah
Exercise treadmill ECG, ECG-exercise treadmill terhadap latihan pada pasien dengan
test, EKG-exercise treadmill test, stress EKG, borderline hipertensi.
stress test, exercise treadmill test, exercise 8. Treadmill test pada kasus ini digunakan
electrocardiography. untuk membedakan bahwa peningkatan
tekanan darah itu disebabkan oleh
2. Indikasi Pemeriksaan Treadmill test rangsangan aktifitas fisik atau keadaan
Indikasi pemeriksaan teradmill test dilakukan patologi pada system kardiovaskuler
pada pasien sebagai berikut: 9. Mengidentifikasi kelainan irama jantung.
1. Pasien dengan gejala dan tanda yang 10. Disritmia adalah kelainan denyut jantung
mengarah pada coronary artery diseases yang meliputi gangguan frekuensi atau irama
(CAD) atau keduanya. Disritmia dapat diidentifikasi
2. Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dengan menganalisa EKG. Disritmia dapat
dan komplikasi sebagai akibat penyempitan muncul, apabila terjadi ketidakseimbangan
lumen arteri dan penyumbatan aliran darah pada salah satu sifat dasar jantung.
ke jantung. suplay darah yang tidak adekuat Ketidakseimbangan ini dapat disebabkan
(iskemik) yang ditimbulkan sel–sel otot oleh aktivitas normal seperti latihan atau
kekurangan komponen darah. Manifestasi stress tes, hal ini terjadi karena peningkatan
utama iskemia miokardium adalah nyeri respon miokardium terhadap stilumus
dada. Salah satu faktor yang dapat terutama syaraf simpatik yang menyebabkan
menimbulkan nyeri angina adalah latihan peningkatan eksitabilitas.
fisik karena kebutuhan oksigen jantung 11. Membantu mengembangkan program latihan
meningkat. Diagnosa ini salah satunya yang aman.
dapat ditegakkan dengan stress tes, 12. Pasien yang mengalami serangan MI akut
terutama pada iskemia tersamar (secara dan bebas dari gejala maka program
obyektif ischemia yaitu dengan stress tes rehabilitasi aktif harus dimulai. Tujuan
tetapi pasien tidak menunjukkan gejala) rehabilitasi adalah mengembangkan dan
3. Pasien dengan faktor resiko terhadap memperbaiki kualitas hidup serta mendorong
coronary artery diseases (CAD ) aktivitas fisik dan penyesuaian fisik. Tujuan
4. Riwayat kesehatan, sebagai bagian dari toleransi latihan dicapai melalui penyesuaian
pengkajian kardiovaskuler terutama faktor fisik, yang dilakukan untuk memperbaiki
resiko. Faktor resiko dibedakan menjadi dua efisiensi jantung.
yaitu yang tidak dapat dirubah (riwayat 13. Mengevaluasi efektivitas pengobatan pada
keluarga dengan masalah jantung, angina dan ischemic.
peningkatan usia, jenis kelamin, ras) dan 14. Pasien yang mendapat obat yang biasa
dapat dirubah ( kadar kolesterol, tinggi digunakan untuk meningkatkan suplai
tekanan darah, merokok, kadar glukosa oksigen, vasodilor (nitrat), antikoagulan dan
darah, obesitas, inaktivitas fisik, stress, trombolitik. Nitrogliserin menyebabkan
penggunaan kontrasepsi oral).untuk dilatasi arteri dan vena yang mengakibatkan
meyakinkan kondisi pasien dengan riwayat pengumpulan darah di perifer, sehingga
tersebut maka diperlukan diagnosa dini menurunkan jumlah darah yang kembali ke
untuk menentukan kesehatan pasien. jantung (preload ) dan mengurangi beban
5. Mengevaluasi kemampuan latihan ketika kerja jantung.
pasien tidak dapat menjelaskan tentang
kelelahan dan nafas pendek. 1. Risiko treadmill tes
6. Pasien yang tidak dapat menentukan Treadmil tes cukup aman, karena
penyebab dari adanya perubahan dalam pelaksanaannya dibawah pengawasan dokter
tubuhnya akan mempersulit dalam atau tekniker yang mengetahui seandainya
menegakkan diagnosa. Untuk membantu terjadi kegawatan pada pasien saat melakukan
menegakkan diagnosa, maka dokter akan treadmill.
melakukan salah satu tes diagnosa yaitu
stress tes. Fokus utama pengkajian adalah 2. Tipe treadmill test
Tipe treadmill test antara lain sebagai berikut: meraguakan (false negative/hasil treadmill
1. Dobutamine atau adenosine stress test normal tapi kondisi sebenarnya adalah
2. Latihan ini digunakan pada pasien yang sakit) karena kondisi jantung dalam
tidak sanggup melakukan latihan. Obat keadaan membaik padahal malah
diberikan untuk meningkatkan kerja sebaliknya.
jantung jika dilakukan latihan. Cara ini 5. Jika pasien menggunakan inhaler, maka
untuk menentukan respon jantung dianjurkan untuk dibawah pada saat test.
terhadap stress tetapi bukan latihan wajib. 6. Jika pasien diabetes :
3. Stress echocardiogram 1. Jika pasien mendapatkan insulin untuk
4. Test ini melihat garis grafik pergerakan mengontrol gula darah, sering dokter
jantung. Stress echo dapat memberikan menganjurkan dosis ½ nya pada pagi
visualisasi yang akurat tentang pergerakan hari dan makan 4 jam sebelum latihan.
dinding jantung dan kemampuan 2. Jika pasien mendapatkan pil untuk
memompa ketika jantung mengalami mengontrol gula darah, maka jangan
stress. minum obat sampai latihan selesai.
5. Thallium ( nuclear ) stress test 3. dimonitor glukosanya, maka glukosa
6. Tes ini membantu untuk menentukan harus dicek sebelum dan sesudah
bagian jantung yang sehat dan berfungsi latihan.
normal dengan yang tidak. Sebelum 7. pasien dianjurkan untuk menggunakan
latihan, pasien disuntikan sedikit bahan sepatu yang bersole dari karet, celana
radioaktif pada tangan. Kemudian dokter yang nyaman, dan baju yang longgar.
menggunakan camera khusus untuk
mengidentifikasi pemancaran sinar dari 4. Waktu pelaksanaan
bahan radioaktif dengan melihatkan Waktu pelaksanaan treadmill test dilaksanakan
gambaran yang jelas pada jaringan selama 30–60 menit
jantung di monitor. Teknik ini
menggunakan titik hot dan cold yang 5. Pelaksanaan treadmill test
diindikasikan pada area otot jantung pada Prosedur pelaksanaan treadmill test sebagai
sebelum, selama dan sesudah latihan. berikut:
1. Dokter/tekniker membersihkan sebagian
3. Persiapa pasien sebelum latihan dada dan meletakkan electrode pada area
Persiapan pasien sebelum latihan adalah: tersebut. Electrode dihubungkan dengan
1. Tidur cukup sebelum latihan electrocardiograph monitor ( EKG/ECG )
Kondisi tidak segar atau stress atau emosi 2. Pasien di ukur heart rate dan tekanan
akibat situasi yang menegangkan akan darah sebelum latihan
menyebabkan frekuensi jantung 3. Pasien melakukan treadmil atau bersepeda
meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan statis. Treadmill dimulai pada kecepatan
meningkatkannya tekanan darah, dengan Warm-up dan tiap tiga menit kecepatan
demikian beban kerja jantung akan dinaikkan.
meningkat. 4. Pengukuran tekanan darah dan heart rate
2. Tidak makan atau minum selama 4 jam diambil di menit ke 2 pada setiap tahap.
sebelum latihan. 5. Jarak tempuh treadmill atau sepeda statis
Makan dan minum akan meningkatkan adalah 2 – 3 mil/jam
aliran darah ke daerah mesenteric untuk 6. Hal – hal yang harus diperhatikan selama
pencernaan, sehingga menurunkan pelaksanaan treadmill tes adalah : tekanan
ketersediaan darah untuk suplai jantung. darah, heart rate, irama jantung,
Kondisi ini akan mengakurkan hasil stress pernafasan, perubahan EKG,
tes. ketidaknyamanan pasien pada dada.
3. Tidak makan atau minum bahan – bahan 7. Tempat pembacaan kelainan EKG
yang mengandung cafein selama 12 jam a. Leads 2, 3 dan aVF :
sebelum latihan. melihat bagian bawah atau
Bahan–bahan yang mengandung kafein inferior
akan menimbulkan stimulasi terhadap b. Leads V1 dan V2 :
syaraf simpatik, hal ini akan mempengaruhi melihat septum atau sekat.
frekuensi jantung, irama, dan tekanan c. Leads V3, V4, V5, V6 :
darah. anterior atau bagian depan
4. Tidak minum obat – jantung selama 1 hari jantung
sebelum test kecuali atas anjuran dokter d. Leads 1 dan aVL :
Obat – obatan yang di konsumsi menjelang melihat bagian superior
tradmil tes akan memberikan hasil yang
ABSTRACT
The increase of patients suffering Thalassemia especially in Subang district pushed
the estabilishment of the organization named POPTI. The objective of this study is to
analyse the role of POPTI in implementing handling policy PNPK of Thalassemia patients.
The research method used is qualitative with conducting semi structured interview,
observation, and documentation research. The result of this research shows that the role of
POPTI is significant important in handling Thalassemia patients, yet the role has not fully
gone well. There is still lack of coordination and communication between members and
related agencies. This is the reason for implementing the handling policy of Thalassemia
patients in Subang district, which hasn’t been optimal. Therefore, it is necessary to
improve the system and awareness of chairman and members to coordinate and
collaborate for handling Thalassemia patients in Subang district.
Keywords : Public Policy, Implementation Policy, Thalassemia, POPTI.
ABSTRAK
Salah satu penyakit kronik di Indonesia ialah Thalassemia. Meningkatkannya
pasien thalassemia khususnya di Kabupaten Subang, mendorong berdirinya organisasi
bernama POPTI. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis peranan POPTI dalam
implementasi kebijakan PNPK tata laksana thalassemia. Metode yang digunakan yaitu
metode penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara semi struktur, observasi, dan
studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan POPTI sangat penting
untuk penanganan pasien thalassemia, namun peran ini belum sepenuhnya berjalan dengan
baik. Masih kurangnya kordinasi serta komunikasi antar anggota dan dinas terkait, inilah
yang menjadi penyebab implementasi kebijakan penanganan pasien thalassemia di
Kabupaten Subang berlum optimal. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan sistem dan
kesadaran dari ketua dan anggota POPTI untuk melakukan kordinasi dan kerjasama untuk
penanganan pasien thalassemia di Kabupaten Subang.
Kata Kunci: Kebijakan Publik, Implementasi Kebijakan, Thalassemia, POPTI
Diterima 21 Juli 2019; Diterima dengan revisi 15 Agustus 2019; Dipublikasikan 1 Desember 2019
2406-9515 (p) / 2528-441X (e)
© 2019 Wanti Dewanti, Ira Irawati, Mas Halimah. Dipublikasikan oleh JAP FIS UNY
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019
Gambar 1
Data Jumlah Pasien Thalassemia di Kabupaten Subang Tahun 2018
(Sumber : POPTI,2018)
Pada gambar 1 dapat di lihat yang berulang-ulang dapat
bahwa Kabupaten Subang memiliki 30 menimbulkan komplikasi hemosiderosis
Kecamatan, dari beberapa kecamatan dan hemokromatis yang menimbulkan
tersebut, hanya 3 kecamatan yang tidak penimbunan zat besi dalam jaringan
ditemukan pasien thalassemia yaitu tubuh sehingga dapat menyebabkan
Sukasari, Blanakan dan Serang panjang. kerusakan organ-organ tubuh seperti:
Hal ini berarti 90% setiap kecamatan di hati, limpa, ginjal, jantung, tulang dan
Kabupaten Subang terdapat pasien pankreas. Tanpa transfusi yang
thalassemia. Dan tidak hanya itu, memadai pasien thalassemia mayor
140
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .
141
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019
istilah dalam bahasa inggris yaitu kata fungsi otak pada tubuh manusia, karena
common bermakna hubungan antar melalui instrument ini, segala aktivitas
individu. Dalam kontek ini kata publik kehidupan bernegara, dan
seringkali dikonsepkan sebagai sebuah bermasyarakat mulai dilakukan oleh
ruang yang berisi aktivitas manusia birokrasi, plus pihak swasta dan
yang dipandang perlu untuk masyarakat.”
diatur/diintervensi oleh Dari berbagai pendapat para ahli,
pemerintah/aturan sosial/setidaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa
oleh tindakan bersama (Rusli,34:2013). kebijakan publik merupakan
Dalam perspektif ini kata publik serangkaian tindakan yang harus
kemudian disandikan dengan kata dilakukan ataupun tidak dilakukan oleh
kebijakan sehingga membentuk sebuah pelaku atau sekolompok pelaku yang
pengertian ilmiah. mempunyai tujuan untuk memecahkan
Anderson (2000) menyatakan masalah.
kebijakan publik sebagai: “A relative Pencapaian tujuan kebijakan
stable, purposive course of action publik tidak dapat berjalan jika tidak
followed by an actor or set of actors in diimplementasikan. Dapat dikatakan
dealing with set a problem or matter of bahwa tanpa implementasi, kebijakan
concern”. Dapat diartikan bahwa publik adalah daftar keinginan.
kebijakan publik sebagai serangkaian Menurut Van Meter dan Van Horn
tindakan yang mempunyai tujuan (1975) menyatakan bahwa: “Policy
tertentu yang diikuti dan dilaksanakan implementation encompasses those
oleh pelaku atau sekolompok pelaku actions by public or private individuals
guna memecahkan masalah tertentu. (or groups) that are directed at the
Sedangkan, menurut Mulyadi achievement of objectives set forth in
(2015): prior policy decisions.” Dapat diartikan
“Kebijakan publik merupakan bahwa implementasi kebijakan meliputi
salah satu dimensi pokok dalam ilmu tindakan-tindakan oleh individu umum
dan praktik Administrasi Publik. atau pribadi/kelompok yang diarahkan
Sebagai salah satu unsur penting dalam pada pencapaian tujuan yang ditetapkan
Administrasi Publik, Kebijakan Publik dalam keputusan kebijakan sebelumnya.
dianalogikan fungsinya sama dengan
142
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .
143
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019
144
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .
145
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019
146
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .
147
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019
148
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .
yang dilakukan POPTI tersebut tua pasein untuk mengetahui hak dan
berdampak pada pelayanan yang kewajibannya.
seharusnya diterima oleh anggota Bila merujuk pada harapan
POPTI lainnya. semula, bahwa implemetasi kebijakan
Secara administratif pasien dan PNPK tata laksana thalassemia yang
orang tua pasien thalassemia memahami diberikan kepada pasien thalassemia
bagaimana aturan yang menjamin untuk penanganan pasien dan
kesehatannya. Seperti mereka semua mengurangi bertambahnya jumlah
sudah terdaftar di asuransi kesehatan pasien. Dalam memberikan informasi
BPJS sehingga untuk seluruh bahwa tingkat pemahaman yang baru
pengobatannya dilaksanakan secara sebatas “tau” saja tidak cukup. Perlu
gratis. Dan juga seluruh pasien adanya pemahaman mendalam
thalassemia yang berjumlah 128 orang mengenai hak dan kewajiban dari
sudah terdaftar di Popti, sehingga kebijakan PNPK tata laksana
mempermudah dalam proses thalassemia.
pengobatan di RSUD Kab.Subang Berdasarkan kebijakan PNPK tata
ketika mendaftar. laksanan thalassemia, didalamnya
Pemahaman pasien dan orang tua terdapat aktor-aktor yang terlibat untuk
thalassemia bergantung pada informasi mengimplementasikan kebijakan
dan sosialisasi yang didapat. Sosialisasi tersebut. Diperlukan kerjasama dan
ini memang tidak dapat berpangku pada kemitraan antara Rumah Sakit, PMI,
popti saja, perlu adanya sosialisasi dari Dinas Kesehatan, dan Popti. Namun
para aktor lain yang terlibat dalam yang terjadi dilapangan kerjasama ini
implementasi kebijakan PNPK tata belum terjalin dengan baik. Terkesan
laksana thalassemia tersebut. Tindakan masing-masing menjalankan
yang diberikan ketua popti ebagai programnya saja.
penanggung jawab organisasi ialah Kesadaran masing-masing antara
memberikan sosialisasi point-point ketua dan anggota POPTI perlu
penting dan yang mudah diterima oleh dibangun kembali, sehingga peranan
pasien dan orang tua. Hal ini POPTI dalam membantu penanganan
memberikan dampak poritif pada orang pasien dapat terlaksana sesuai dengan
tujuan POPTI. Bergeraknya suatu
149
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019
150
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .
151
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019
152
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014
ABSTRAK
Terdapat kesalahan persepsi diantara perempuan yang masih berlangsung sampai sekarang,
dimana penyakit kardiovaskular terutama penyakit jantung koroner dan stroke hanya merupakan
masalah utama yang menyerang laki-laki. Data akhir-akhir ini menunjukkan penyakit
kardiovaskular berpengaruh sama antara laki-laki dan perempuan. Kebanyakan penduduk
perempuan masih percaya bahwa kanker lebih berisiko daripada penyakit jantung koroner dan
stroke pada perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran perbedaan
faktor resiko penyakit jantung koroner dan stroke pada penduduk perempuan dan laki-laki, dan
untuk menganalisis apakah penduduk perempuan lebih rentan terserang penyakit jantung
koroner dan stroke di Ponorogo. Penelitian dilakukan di Kabupaten Ponorogo, dengan populasi
terjangkau semua pasien dengan diagnosa penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke di rumah
sakit umum daerah Ponorogo. Sampel representatif sejumlah 100 responden diambil secara
Purposive, Studi analitik Cross sectional dilakukan untuk mengukur perbedaan faktor resiko
penyakit jantung koroner dan stroke pada perempuan dan laki-laki. Faktor resiko yang diukur
adalah hipertensi, diabetes, konsumsi rokok, aktivitas fisik, pola diet, dan obesitas. Instrumen
pada penelitian ini berasal dari WHO STEPS. Untuk menganalisis perbedaan resiko terhadap
PJK dan stroke antara perempuan dan laki-laki digunakan analisis bivariat dengan t-test,
dengan α=0,05. Hasil penelitian menggambarkan rata-rata jumlah faktor resiko penyakit
kardiovaskular pada responden perempuan adalah 5,0, dengan SD= 1,9. Jumlah faktor resiko
maksimal 9 dan minimal 0. Rata-rata jumlah faktor resiko penyakit kardiovaskular pada
responden laki-laki 6,2, dengan SD=1,8, nilai maks=10 dan min=3. Hasil uji t-test menunjukkan
nilai p=0,002. Hal ini membuktikan ada perbedaan signifikan jumlah faktor resiko penyakit
kardiovaskular antara laki-laki dan perempuan. Perempuan lebih rentan terserang penyakit
kardiovaskular dibanding laki-laki. Promosi kesehatan untuk meningkatkan kewaspadaan pada
perempuan harus ditingkatkan.
Page 1
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014
Page 2
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014
Page 3
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014
Page 4
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014
Page 5
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014
Page 6
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014
Page 7
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014
Page 8
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014
Perbedaan Prevalensi lemak darah Kolesterol LDL yang tinggi dalam darah
Lemak darah terdiri atas LDL, HDL, total akan sangat mudah berubah bentuk dan
Cholesterol, dan Trigliserida. Kadar sifatnya sehingga akan di anggap sebagai
lemak terutama Kolesterol di dalam tubuh benda asing oleh tubuh dan akan di
terutama berasal dari proses sintesis di fagositosis oleh sel-sel makrofag yang
dalam hati. Sumber utama berasal dari berperan untuk mengeluarkan zat-zat yang
karbohidrat, Protein atau lemak. Jumlah sudah tidak berguna lagi atau bahaya bagi
yang disintesis tergantung pada kebutuhan tubuh. Sel-sel makrofag ini akan berubah
tubuh dan jumlah diperoleh dari makanan. menjadi sel-sel busa (foam cell) yang dapat
Kolesterol hanya terdapat di dalam mengendap pada lapisan dinding pembuluh
makanan asal hewan. Sumber utama darah arteri dan bentuk sumbatan-
kolesterol adalah hati, ginjal, dan kuning sumbatan. Proses penyumbatan ini
telur. Setelah itu daging, susu penuh dan kemudian dikenal sebagai arteroskleroris.
keju serta udang dan kerang (Sunita, 2004). Dari arterosklerosis yang terjadi pada
Peningkatan kadar lemak darah merupakan pembuluh darah inilah kemudian berlanjut
masalah pada masyarakat modern. menjadi PJK (Waspadji, dkk., 2003:146).
Peningkatan kadar lemah darah merupakan
Page 9
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014
Page 10