Anda di halaman 1dari 40

Tinjauan Pustaka

Pengobatan Komplementer Daun Sambiloto (Andrographolide) sebagai


Antitrombosis melalui Aktivasi Jalur Endothelial Nitric Oxide Synthase -
Nitric Oxide / Cyclic Guanosin Mono Phosphate

Febyan, Ivan Laurentius Susetia*


Shirly Elisa Tedjasaputra*, Johannes Hudyono***

*Mahasiswa Kepaniteraan
**Staf Pengajar Bagian Penyakit Dalam
***Staf Pengajar Bagian Kesehatan Kerja
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia
Email: Febyohanes2@ymail.com

Abstrak
Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara
maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu pemicu penyakit kardiovaskular adalah
trombosis yang berperan penting pada patogenesis penyakit kardiovaskular yang dapat dicegah
dengan obat-obatan antitrombosis. Trombosis merupakan proses pembentukan, atau adanya darah
beku yang terdapat di dalam pembuluh darah atau kavitas jantung. Ada dua macam trombosis, yaitu
trombosis arterial (trombus putih) yang ditemukan pada arteri, dimana pada trombus tersebut
ditemukan lebih banyak platelet, dan trombosis vena (trombus merah) yang ditemukan pada
pembuluh darah vena dan mengandung lebih banyak sel darah merah dan lebih sedikit platelet.
Peranan pengobatan herbal diperlukan sebagai terapi komplementer yang dapat dimanfaatkan untuk
menekan progesifitas pembentukan trombosis yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada
penyakit kardiovaskular.
Pada makalah ini akan dibahas peranan daun Sambiloto (andrographolide) sebagai
antitrombosit yang melibatkan peningkatan endothelial nitric oxide synthase - nitric oxide siklus jalur
guanosin monophosphate, yang diikuti dengan inhibisi kaskade phosphoinositide 3-kinase /Akt-p38
Mitogen-activated protein kinase dan kaskade phospolipase C γ2-protein kinase C yang akan
menginhibisi mobilisasi kadar Ca2+, dan pada akhirnya menghambat agregasi trombosit. Agregasi
trombosit berperan penting dalam berbagai kelainan tromboemboli pada berbagai penyakit
kardiovaskular. Oleh karenanya peran andrographolide dengan aktivitas antitrombosisnya memiliki
potensi sebagai pengobatan komplementer pada pencegahan pembentukan trombus.

Kata kunci: andrographolide, antitrombosis, endothelial nitric oxide synthase - nitric oxide/cyclic
guanosin mono phosphate

Abstract
Cardiovascular disease is one of the leading and foremost causes of death in both developed and
developing country, including Indonesia. One of the triggers that cause cardiovascular disease is
thrombosis which plays an important role in the pathophysiology of acute cardiovascular disease that
is preventable with antithrombotic drugs. Thrombosis is the process of forming, or already existed,
blood clot in the blood vessel or heart cavity. There are two types of thrombosis, arterial thrombosis
(white thrombi) which is found in arterial vessel and more predominated by platelets; and vein
thrombosis (red thrombi) which is found in vein vessel and more predominated by red blood cells and
less platelets. The role of herbal medication as a complementary medicine can be used to inhibit the
progression of thrombosis formation that may cause various complications in cardiovascular disease.
This review will discuss that Sambiloto leaf (andrographolide) plays a role in antiplatelet activity,
which may involve the activation of the endothelial nitric oxide synthase - nitric oxide/cyclic guanosin
mon phosphate pathway, resulting in the inhibition of the phosphoinositide 3-kinase /Akt p38
Mitogen-activated protein kinase and phospolipase C γ2-protein kinase C cascades, followed by the
inhibition of relative Ca2+ mobilization and, eventually, inhibition of platelet aggregation. Platelet
aggregation plays important roles in a various thromboembolic disorders. Therefore, the role of
andrographolide in antiplatelet activation may represent a high therapeutic as complementary
medicine to treat thrombus formation.

Keywords: andrographolide, antithrombosis, endothelial nitric oxide synthase - nitric oxide/cyclic


guanosin monophosphate

Pendahuluan komplementer yang dapat dimanfaatkan untuk


menekan progesifitas pembentukan trombosis
Penyakit kardiovaskular saat ini yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi
merupakan salah satu penyebab utama pada penyakit kardiovaskular. Dalam makalah
kematian di negara maju dan berkembang, ini dibahas peranan daun sambiloto
termasuk Indonesia.1,2 Salah satu pemicu (andrographolide) yang ternyata memiliki
penyakit kardiovaskular adalah trombosis efek anti trombotik dalam mencegah penyakit
yang merupakan peranan penting pada jantung coroner dengan berbagai
patogenesis penyakit kardiovaskular yang komplikasinya.
dapat dicegah dengan obat-obatan
antitrombosis.3 Pada tahun 2010, secara global Definisi Trombosis
penyakit ini akan menjadi penyebab kematian
pertama di negara berkembang, menggantikan Trombosis merupakan proses
kematian akibat infeksi. Diperkirakan bahwa pembentukan atau adanya darah beku yang
diseluruh dunia, penyakit kardiovaskular pada terdapat di dalam pembuluh darah atau kavitas
tahun 2020 menjadi pembunuh pertama jantung. Ada dua macam trombosis, yaitu
tersering yakni sebesar 36% dari seluruh trombosis arterial (trombus putih) yang
kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari ditemukan pada arteri, dimana pada trombus
angka kematian akibat kanker. Di Indonesia tersebut ditemukan lebih banyak trombosit,
dilaporkan penyakit jantung koroner (yang dan trombosis vena (trombus merah) yang
dikelompokkan menjadi penyakit sistem ditemukan pada pembuluh darah vena dan
sirkulasi) merupakan penyebab utama dan mengandung lebih banyak sel darah merah dan
pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar lebih sedikit trombosit.2 Blann AD et al,
26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari menyatakan bahwa, pembentukan trombus
angka kematian yang disebabkan oleh kanker merah dapat menyebabkan atrial fibrilasi.8
(6%).2 Morbiditas dan mortalitas akibat Komponen-komponen yang berperan dalam
penyakit kardiovaskular diperkirakan 9,4 juta proses trombosis adalah dinding pembuluh
kematian diseluruh dunia.4,5 Sindrom Koroner darah, aliran darah dan darah sendiri yang
Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi mencakup platelet, sistem koagulasi, sistem
klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang fibrinolitik, dan antikoagulan alamiah.2
utama dan paling sering mengakibatkan
kematian. SKA menyebabkan angka Stimulasi Terbentuknya Aktivasi
perawatan rumah sakit yang sangat besar Trombosit
dalam tahun 2003 di Pusat Jantung Nasional
dan merupakan masalah utama saat ini. SKA, Stimulasi trombosit terbentuk oleh
merupakan PJK yang progresif dan pada adanya agonis (misalnya kolagen) yang
perjalanan penyakitnya, sering terjadi menyebabkan perubahan pada metabolisme
perubahan secara tiba-tiba dari keadaan stabil fosfolipid. Teraktivasinya phospolipase C
menjadi keadaan tidak stabil atau akut. (PLC) menghidrolisa phosphatidylinositol 4,5-
Mekanisme terjadinya SKA adalah salah bisphosphate (PIP2) untuk membuat dua
satunya karena adanya proses trombosis di secondary messenger yaitu, inositol 1,4,5-
dalam sistem pembuluh darah.2,6,7 Peranan trisphosphate (IP3) dan diacylglycerol
pengobatan herbal merupakan tindakan (DAG).9-11 DAG mengaktivasi protein kinase
C (PKC).11 Hal ini dapat menginduksi aktivitas siklus nukleotida menurunkan
fosforilasi protein (pleckstrin, p47) dan konsentrasi Ca2+ intraselular dengan
melepas Adenosin Triphosphate (ATP). PLCγ2 mengambil Ca2+ ke dalam dense tubular
terlibat pada collagen-dependent signaling system (DTS) yang memberikan efek negatif
untuk trombosit. Dalam studi ini, baik pada aktivitas PLC dan PKC. Dengan
fosforilasi PLCγ2 dan aktivasi PKC dapat demikian, siklus Adenosin Mono Phosphate
diinhibisi oleh andrographolide yang (AMP) dan siklus Guanosin Mono Phosphate
menunjukkan aktivitas antitrombosit. Selain (GMP) bekerja sama menghambat agregasi
itu, pembentukan thromboxane B2 (TxB2) yang trombosit.9
terinduksi oleh kolagen, suatu metabolit stabil Selain itu, trombosit memproduksi
dari TxA2 (thromboxane A2), juga diinhibisi nitric oxide (NO) dalam jumlah yang lebih
oleh andrographolide. TxA2 penting dalam kecil daripada sel endotelial. NO adalah
agregasi trombosit yang terinduksi oleh inhibitor aktivitas trombosit yang telah
kolagen. diketahui dengan baik.13-16 Sebagian besar
Mitogen-activated protein kinase aktivitas NO terjadi melalui stimulasi
(MAPK) memiliki tiga kelompok antara lain, guanylate cyclase intraselular, yang
kelompok extracellular signal-regulated menyebabkan peningkatan aktivitas siklus
kinase (ERK), p38 MAPK, dan c-Jun N- GMP lihat gambar 1.14,16 Baik isoform iNOs
terminal Kinase JNK di dalam sel-sel (imducible eNOs) dan endothelial nitric oxide
vaskular.9,12 Kelompok ERK antara lain, p44 synthase (eNOs) ditemukan di dalam
ERK1 dan p42 ERK2 terlibat dalam trombosit, tetapi eNOs lebih dominan. Dalam
proliferasi, adhesi, dan progesi sel. Di dalam studi ini, andrographolide meningkatkan
trombosit, ERK2 dapat difosforilasi oleh aktivitas siklus GMP.9
agonisnya (misal: kolagen, thrombin).
Aktivasi ERK2 dapat menginduksi fosforilasi
myosin rantai ringan dan penempatan-ulang Gambaran Umum Sambiloto (Andrographis
(rearrangement) cytoskeleton dalam Paniculata)
trombosit. P38 MAPK dan kelompok JNK,
yang di dalamnya termasuk isoform 46-kDa Sambiloto (Andrographis paniculata) ialah
JNK1 dan 55-kDa JNK2, terlibat dalam tumbuhan semusim yang termasuk dalam suku
apoptosis.9 Acanthaceae.17 Herbal Sambiloto yang juga
Kelompok ERK, JNK, dan p38 dikenal sebagai “King of Bitters” sudah umum
MAPK terdapat di dalam trombosit. Peran digunakan dalam pengobatan tradisional di
kelompok JNK dan kelompok ERK dalam Cina, India dan Asia Tenggara termasuk
patofisiologi belum jelas, tetapi ketiga Indonesia.18-19 Sambiloto termasuk salah satu
kelompok ini merupakan suppresor dari tanaman obat unggulan Indonesia selain
aktivasi αIIbβ3 integrin atau regulator negatif temulawak, pegagan, menguku, lada, lidah
dari aktivasi trombosit. Di lain pihak, p38 buaya, dan kunyit. Penggunaan sambiloto
MAPK memberikan signal penting untuk sebagai obat sudah terbukti secara nyata,
agregasi yang terinduksi kolagen.9-10 Di antara efektif, aman, dan berkhasiat.20 Tumbuhan
banyaknya target p38 MAPK, yang paling sambiloto memiliki daya adaptasi pada
relevan secara fisiologis di dalam trombosit lingkungan ekologi setempat. Tumbuhan
adalah cytosolic phospholipase A2 (cPLA2) tersebut terdapat di seluruh Nusantara karena
yang mengkatalis pelepasan AA (arachidonic dapat tumbuh dan berkembang baik pada
acid / asam arakidonat) untuk memproduksi berbagai topografi dan jenis tanah.17
TxA2.10 Dengan demikian, p38 MAPK Kandungan kimia dari Sambiloto yaitu,
menyediakan jalur agregasi trombosit berbasis laktone yang terdiri dari deoksiandrografolid,
TxA2.9 andrographolide (zat pahit), neoandrografolid,
Aktivasi trombosit pada sistem 14-deoksi-11, 12 didehidroandrografolid, dan
vaskular dapat diinhibisi oleh dua jalur homoandrografolid, juga terdapat flavonoid,
intraselular yang diregulasi oleh siklus GMP alkane, keton aldehid, mineral (kalium,
maupun siklus AMP.10 Pentingnya siklus kalsium, dan natrium), asam kersik dan damar.
nukleotida dalam modulasi reaktivitas Komponen aktif dari sambiloto yaitu
trombosit telah diketahui. Selain menginhibisi Andrographolide.18
sebagian besar respon trombosit, peningkatan
Efek Andrographolide terhadap Aktivasi NO/cyclic GMP pathway dan memberikan
Trombosit efek inhibisi PI3 kinase/Akt-p38 MPAK dan
kaskade PLCγ2-PKC, yang berakhir pada
Andrographolide merupakan zat aktif inaktivasi trombosit.12,21 Sebagai
yang berasal dari daun sambiloto perbandingan, triflavin adalah αIIbβ3
(Andrographis paniculata) bersifat inhibitor disintegrin yang menginhibisi agregasi
NF-κB.12 Aktivasi trombosit berkaitan dengan trombosit dengan secara langsung
berbagai penyakit thrombosis. menginterferensi ikatan fibrinogen pada αIIbβ3
Andrographolide menghambat aktivasi disintegrin. Yee YM dkk menyatakan bahwa,
trombosit yang terstimulasi oleh kolagen efek inhibitor andrographolide terhadap
diikuti dengan mobilisasi Ca2+, pembentukan agregasi trombosit tidak melibatkan
TxA2, PLC)γ2, PKC, MAPK, dan Akt pengikatan dengan trombosit αIIbβ3 disintegrin
phosporilation.14 seperti pada triflavin.9
ODQ (Oxadizolo & Quinoxalin) Andrographolide secara signifikan
adalah suatu inhibitor guanylate cyclase, menginhibisi formasi TxA2, paling tidak
secara jelas dapat mengembalikan efek sebagian formasi TxA2, dengan menginhibisi
inhibitor andrographolide terhadap aktivasi fosforilasi p38 MAPK. Telah diketahui bahwa
trombosit, p38 MAPK, dan Akt fungsi Akt adalah sebagai salah satu efektor
phosphorylation, dan efek stimulasi fosforilasi utama PI3 kinase. Dalam penelitian oleh
vasodilator-stimulated phosphoprotein Jayakumar dkk menjelaskan bahwa,
(VASP) oleh andrographolide. Selain itu, SB203580 dan LY294002 menginhibisi
phosphoinositide 3-kinase (PI3 kinase) aktivasi PKC terinduksi kolagen.21-22
inhibitor (LY294002) secara signifikan Pada penelitian yang dilakukan oleh
mengurangi fosforilasi p38 MPAK. Sedangkan Lu JW ditemukan bahwa, andrographolide
p38 MAPK inhibitor (SB203580) dan LY menstimulasi baik fosforilasi eNOs dan
294002 mengurangi aktivitas PKC yang pelepasan NO dan inhibisi agregasi trombosis
terstimulasi oleh kolagen.14 termediasi andrographolide, serta p38 MAPK
Andrographolide juga mengurangi dan fosforilasi secara nyata dikembalikan oleh
pembentukan hydroxy radical (OH) yang ODQ. Hasil ini mengindikasikan bahwa sinyal
terinisiasi oleh kolagen. Studi ini dari siklus GMP berperan penting dalam
menunjukkan untuk pertama kalinya aktivitas antitrombosit andrographolide (lihat
andrographolide berperan pada aktivitas gambar 1)
antitrombosit, yang melibatkan aktivasi eNOS-
.

Gambar 1. Skema hipotetikal yang menunjukkan signal inhibitori aktivasi trombosit oleh andrographolide.
Kolagen terikat pada reseptor kemudian mengaktivasi kaskade PLCγ2-DGA-PKC dan PI3 kinase / Akt-p38MAPK. P38
MAPK dapat mengaktivasi cPLA2, yang mengkatalisis pelepasan arachidonic acid / asam arakidonat (AA) untuk
memproduksi pembentukan thromboxane A2 (TxA2). Andrographolide (andro) dapat mengaktivasi endothelial nitric oxide
synthase (eNOs)-NO- siklus GMP pathway, diikuti dengan inhibisi kaskade PLCγ2-DGA-PKC dan PI3 kinase / Akt, dan
pada akhirnya menginhibisi aktivasi trombosit. sGC: soluble guanylate cyclase, VASP: vasodilator-stimulated
phosphoprotein, DTS: dense tubular system.21-22

Lu JW dkk menyatakan bahwa,


Andrographolide pada dosis 25-75µM 1. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi
menunjukkan aktivitas yang lebih baik dalam hipertensi dan determinannya di
menghambat aktivasi trombosit yang Indonesia. Maj Kedokt Indon 2009 Des;
terstimulasi oleh kolagen. Andrographolide 59(12):580-87
menghambat aktivasi trombosit terstimulasi
oleh kolagen yang diikuti dengan mobilisasi 2. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Ca2+, pembentukan (TxA2), serta phospolipase Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
C (PLC)γ2, (PKC), (MAPK), dan Akt Kesehatan. Departemen Kesehatan.
phosporilation Pharmaceutical care untuk pasien
Untuk terapi klinis, dosis penyakit jantung koroner:fokus sindrom
andrographolide untuk mayoritas pasien koroner akut. Direktorat Bina Farmasi
adalah 60 mg / hari, dengan dosis maksimal Komunitas dan Klinik Ditjen Bina
360 mg / hari. Jayakumar T dkk menyatakan Kefarmasian dan Alat
bahwa, farmakokinetik andrographolide pada Kesehatan.Departemen
dosis 10 mg/kg, dalam bentuk sediaan Kesehatan.2006:1-81
intravena pada tikus ditemukannya kadar 3. Halvorsen S, Andreotti F, TenBerg JM et
andrographolide dalam darah sekitar 11 µg/ml al. Aspirin therapy in primary
(~30µM) tidak menyebabkan toksisitas pada cardiovascular disease prevention. JAAC
tikus tersebut.21-23 Andrographolide sebaiknya 2014 Jul 22;64(3):319-27
tidak diberikan pada kehamilan, ibu menyusui, 4. Sarma A, Donoghue ML. Surviving the
tidak dianjurkan pada penderita alergi, gauntlet: modern challenges in
mempunyai efek sinergistik terhadap cardiovascular drug approval and
isoniazid.24-27 Efek samping Andrographolide implementation. AHJ 2015:191-93
dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada 5. McChindle BW, Manlhiot C, Cochrane
lambung, muntah, hilang nafsu makan.28 A, et al. Factors associated with
thrombotic complications after the fontan
Kesimpulan procedure. JAAC 2013 Jan 22;61(3):346-
53
Andrographolide merupakan
6. Islamee AU. Faktor-faktor risiko
komponen aktif yang berasal dari daun
penyakit kardiovaskular. FKM UI
sambiloto (Andrographis paniculata). Pada
2008:10-50
penelitian didapatkan bahwa andrographolide
7. Thygesen K, Alpert JS, White HD.
mempunyai peran sebagai antitrombosis yang
Universal definition of myocardial
melibatkan peningkatan eNOs-NO- siklus
infarction. JAAC 2007 Nov
jalur GMP, yang diikuti dengan inhibisi
27;50(22):2173-95
kaskade p13 kinase/Akt-p38 MAPK dan
kaskade PLCγ2-PKC, yang kemudian 8. Blann AD, Lip GW. Atrial fibrillation
menginhibisi mobilisasi kadar Ca2+, dan pada and thrombosis: the missing molecular
akhirnya menghambat agregasi trombosit. links. JAAC 2013 Feb 26;61(8):861-2
Agregasi trombosit berperan penting dalam 9. Lee YM, Chen WF, Chou DS, Jayakumar
berbagai kelainan thromboembolik pada T, Hou SY, Lee JJ, et al. Cyclic
berbagai penyakit kardiovaskular. Oleh nucleotides and mitogen-activated protein
karenanya, peran andrographolide dengan kinases: regulation of simvastatin in
aktivitas antitrombositnya memiliki potensi platelet activation. J Biomed Sci
terapi sebagai pengobatan komplementer pada 2010;17(45):1-10.
pencegahan pembentukan trombus. 10. Chang CC, Lu WJ, Ong ET, Chiang CW,
Lin SC, Huang SY. A novel role of
Daftar Pustaka sesamol in inhibiting NF-κB mediated
signaling in platelet activation. J Biomed paniculata ness) akibat naungan dan
Sci 2011;18(93):1-10. selang penyiraman air. Embryo Des
11. Broos K, Feys HB, Meyer SFD, 2007;4(2):146-55.
Vanhoorelbeke K, Deckmyn H. Platelets
at work in primary hemostasis. Blood
Review 2011;25:155-67. 21. Jayakumar T, Hsieh CY, Lee JJ, Sheu JR.
12. Chang C-C, Duann Y-F, Yen T-L, Chen Experimental and clinical pharmacology
Y-Y, Jayakumar T, Ong E-T, et al. of andrographis paniculata and Its major
Andrographolide, a Novel NF-κB bioactive phytoconstituent
Inhibitor, Inhibits Vascular Smooth andrographolide. ECAM 2013:1-16.
Muscle Cell Proliferation and Cerebral 22. Lu JW, Lee JJ, Chou DS, et al. A novel
Endothelial Cell Inflammation. Acta role of andrographolide, an NF kappa B
Cardiol Sin 2014;30:308-15. inhibitor, on inhibition of platelet
13. Isenberg JS, Romeo MJ, Yu C, Yu CK, activation: the pivotal mechanisms of
Nghiem K, Monsale J, et al. endothelial nitric oxide synthase/cyclic
Thrombospondin-1 stimulates platelet GMP. J Mol Med, Springer 6 August
aggregation by blocking the 2011;1-13.
antithrombotic activity of nitric 23. Fuentes E, Palomo I. Relationship
oxide/cGMP signaling. BLOOD 2008 between platelet PPARs, cAMP levels,
Jan;111(2):613-23. and p-selectin expression: antiplatelet
14. Eren E, Ellidag HY, Aydin O, Yilmaz N. activity of natural products. ECAM
Homocysteine, paraoxonase-1 and 2013:1-10.
vascular endothelial dysfunction: 24. Jarukamjorn K, Nemoto N.
omnibus viis romam pervenitur. JCDR Pharmacological aspects of andrographis
2014;8(9):1-4. paniculata on health and its major
15. Clutton P, Miermont A, Freedman JE. diterpenoid constituent andrographolide. J
Regulation of endogenous reactive Health Sci 2008;54(4):370-81
oxygen species in platelets can reverse 25. Benoy G.K, Animesh D.K, Aninda M, et
aggregation. Arterioscler Thromb Vasc al. An overview on andrographis
Biol. 2004 Jan: 187-92. paniculata (burm.f.) nees. IJRAP Nov-
16. Smolenski A. Novel roles of Des 2012;3(6):752-60
cAMP/cGMP-dependent signaling in 26. Varma A, Padh H, Shrivastava N.
platelets. JTH 2011;10:167-76. Andrographolide: A New Plant-Derived
17. Pujiasmanto B, Moemandir J, Antineoplastic Entity on Horizon. PERD 5
Syamsulnahri, dkk. Kajian agroekologi August 2009 Augst 5:1-10
dan morfologi sambiloto (andrographis 27. Sukardian, Studiawan H. Ethyl acetate
paniculata ness) pada berbagai habitat. fraction of andrographis paniculata ness
Biodiversitas Okt 2007;8(4):326-29. increases cytotoxic effect of 5-fluorouracil
18. Widyawati T. Aspek farmakologi on human cancer cell lines. Int J Pharm
sambiloto (andrographis paniculata nees). Pharm Sci 2014; 6(5):67-71
Majalah Kedokteran Nusantara Sept 28. Dey YN, Kumari S, Ota S, Srikanth N.
2007;40(3):216-22. Phytopharmacological review of
19. Sudarmi, Retnaningsih N, Tari AIN. Andrographis paniculata (Burm.f) Wall.
Kajian jenia tanah dan naungan terhadap ex Nees. Int J Nutrition, Pharmacology,
hasil dan analisis usaha tani sambiloto Neurological Diseases 2013;3(1):3-10
(andrographis paniculata ness). Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Univet Bantara Sukoharjo Juni 2014:1-
10.
20. Suryawati S, Djunaedy A, Trieandari A.
Respon tanaman sambiloto (andrographis
VOL. VI NO. 3 Desember 2013 ISSN 1979-8091

TERAPI MODALITAS TREADMILL TES PADA PASIEN GANGGUAN


KARDIOVASKULER

MODALITY THERAPY TREADMILL TEST IN PATIENTS


CARDIOVASCULAR DISORDERS

Moch Bahrudin, M.Kep, Sp.KMB


Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya

ABSTRAK

Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian utama di negara maju dan berkembang. Salah
satu cara mencegah kerugian yang ditimbulkan Penyakit jantung koroner, maka diperlukan diagnosa yang lebih
dini. Terapi modalitas treadmill test merupakan salah satu cara untuk menegakkan diagnosa pasien dengan
penyakit jantung koroner, mengevaluasi pengobatan pada pasien angina atau infark miokard dan
mengembangkan latihan fisik pada pasien dengan gangguan jantung. Waktu pelaksanaan treadmill test
dilaksanakan selama 30–60 menit. Hasil treadmill test berupa: Normal, coronary artery desease (CAD), arytmia.
Pasien biasanya menjalani pemeriksaan treadmill tes mengalami masalah Ansietas, Penurunan curah jantung dan
Perubahan perfusi jaringan. Perawat perlu mengatasi masalah pasien tesebut agar hasil pemeriksaan yang akurat
dan optimal

Kata-kata Kunci: treadmill tes

ABSTRACT

Coronary heart disease is the leading cause of death in developed and developing countries . One way
to prevent losses caused coronary heart disease , it requires early diagnosis . Therapeutic modalities treadmill
test is one way to establish the diagnosis of patients with coronary heart disease , evaluating treatment in
patients with angina or myocardial infarction and develop physical exercise in patients with heart problems . The
timing of the treadmill test carried out for 30-60 minutes . The results of a treadmill test : Normal , coronary
artery desease ( CAD ) , arytmia . Patients underwent treadmill tests usually have problems Anxiety , Decreased
cardiac output and tissue perfusion changes . Nurses need to address the patient's proficiency level so that the
results are accurate and optimal inspection

Key words : a treadmill test

Alamat Korespondensi : Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 8C Surabaya, Telp. 031-5038487

PENDAHULUAN Tes toleransi latihan (ETT) adalah cara


noninvasif untuk mengkaji berbagai aspek fungsi
Penyakit jantung koroner sampai saat ini jantung. Dengan mengevaluasi aksi jantung selama
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat stress fisik, respon jantung terhadap peningkatan
yang cukup penting Walaupun telah banyak kebutuhan oksigen dapat ditentukan. Tes ini
kemajuan dalam penatalaksanaannya. Penyakit digunakan untuk berbagai keperluan berikut :
jantung koroner merupakan penyebab kematian membantu mendiagnosa penyebab nyeri dada,
utama di negara maju dan berkembang seperti menentukan kapasitas fungsional jantung setelah
Indonesia. Salah satu cara mencegah kerugian yang miokard infak atau pembedahan jantung, mengkaji
ditimbulkan Penyakit jantung koroner, maka efektivitas terapi pengobatan antiangina dan
diperlukan diagnosa yang lebih dini. Exercise antidisritmia, mengidentifikasi disritmia yang terjadi
Tollerancy Test (ETT)/Tes toleransi latihan selama latihan fisik, dan membantu
merupakan salah satu cara untuk menegakkan mengembangkan latihan fisik. Salah satu tes
diagnosa pasien penyakit jantung koroner atau toleransi tes adalah treadmill test.
penyakit jantung lainnya. ETT terutama ditujukan
kepada untuk menegakkan diagnosa secara dini TREADMILL TEST
sehingga kematian dapat dihindari dan harapan
kualitas hidup dapat ditingkatkan. 1. Pengertian

JURNAL KEPERAWATAN 138


VOL. VI NO. 3 Desember 2013 ISSN 1979-8091

Merekam aktivitas kelistrikan jantung terhadap curah jantung dan perubahan pola
selama latihan fisik yang berdampak terhadap EKG. Bila curah jantung berkurang, maka
peningkatan kebutuhan oksigen pada jantung. jumlah oksigen yang mencapai jaringan akan
Biasanya pasien berjalan di atas treadmill atau berkurang. Dengan berkurangnya oksigen ini
menggunakan sepeda statis dengan akan menimbulkan rangsangan syaraf
meningkatkan tingkat kesulitan secara bertahap. simpatik untuk memenuhi kebutuhan aksigen
Selama latihan EKG, heart rate dan tekanan dan menurunnya metabolisme sel sehingga
darah selalu dimonitor. akan menimbulkan kelelahan.
Nama Lain treadmill test antara lain: 7. Mengevaluasi respon tekanan darah
Exercise treadmill ECG, ECG-exercise treadmill terhadap latihan pada pasien dengan
test, EKG-exercise treadmill test, stress EKG, borderline hipertensi.
stress test, exercise treadmill test, exercise 8. Treadmill test pada kasus ini digunakan
electrocardiography. untuk membedakan bahwa peningkatan
tekanan darah itu disebabkan oleh
2. Indikasi Pemeriksaan Treadmill test rangsangan aktifitas fisik atau keadaan
Indikasi pemeriksaan teradmill test dilakukan patologi pada system kardiovaskuler
pada pasien sebagai berikut: 9. Mengidentifikasi kelainan irama jantung.
1. Pasien dengan gejala dan tanda yang 10. Disritmia adalah kelainan denyut jantung
mengarah pada coronary artery diseases yang meliputi gangguan frekuensi atau irama
(CAD) atau keduanya. Disritmia dapat diidentifikasi
2. Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dengan menganalisa EKG. Disritmia dapat
dan komplikasi sebagai akibat penyempitan muncul, apabila terjadi ketidakseimbangan
lumen arteri dan penyumbatan aliran darah pada salah satu sifat dasar jantung.
ke jantung. suplay darah yang tidak adekuat Ketidakseimbangan ini dapat disebabkan
(iskemik) yang ditimbulkan sel–sel otot oleh aktivitas normal seperti latihan atau
kekurangan komponen darah. Manifestasi stress tes, hal ini terjadi karena peningkatan
utama iskemia miokardium adalah nyeri respon miokardium terhadap stilumus
dada. Salah satu faktor yang dapat terutama syaraf simpatik yang menyebabkan
menimbulkan nyeri angina adalah latihan peningkatan eksitabilitas.
fisik karena kebutuhan oksigen jantung 11. Membantu mengembangkan program latihan
meningkat. Diagnosa ini salah satunya yang aman.
dapat ditegakkan dengan stress tes, 12. Pasien yang mengalami serangan MI akut
terutama pada iskemia tersamar (secara dan bebas dari gejala maka program
obyektif ischemia yaitu dengan stress tes rehabilitasi aktif harus dimulai. Tujuan
tetapi pasien tidak menunjukkan gejala) rehabilitasi adalah mengembangkan dan
3. Pasien dengan faktor resiko terhadap memperbaiki kualitas hidup serta mendorong
coronary artery diseases (CAD ) aktivitas fisik dan penyesuaian fisik. Tujuan
4. Riwayat kesehatan, sebagai bagian dari toleransi latihan dicapai melalui penyesuaian
pengkajian kardiovaskuler terutama faktor fisik, yang dilakukan untuk memperbaiki
resiko. Faktor resiko dibedakan menjadi dua efisiensi jantung.
yaitu yang tidak dapat dirubah (riwayat 13. Mengevaluasi efektivitas pengobatan pada
keluarga dengan masalah jantung, angina dan ischemic.
peningkatan usia, jenis kelamin, ras) dan 14. Pasien yang mendapat obat yang biasa
dapat dirubah ( kadar kolesterol, tinggi digunakan untuk meningkatkan suplai
tekanan darah, merokok, kadar glukosa oksigen, vasodilor (nitrat), antikoagulan dan
darah, obesitas, inaktivitas fisik, stress, trombolitik. Nitrogliserin menyebabkan
penggunaan kontrasepsi oral).untuk dilatasi arteri dan vena yang mengakibatkan
meyakinkan kondisi pasien dengan riwayat pengumpulan darah di perifer, sehingga
tersebut maka diperlukan diagnosa dini menurunkan jumlah darah yang kembali ke
untuk menentukan kesehatan pasien. jantung (preload ) dan mengurangi beban
5. Mengevaluasi kemampuan latihan ketika kerja jantung.
pasien tidak dapat menjelaskan tentang
kelelahan dan nafas pendek. 1. Risiko treadmill tes
6. Pasien yang tidak dapat menentukan Treadmil tes cukup aman, karena
penyebab dari adanya perubahan dalam pelaksanaannya dibawah pengawasan dokter
tubuhnya akan mempersulit dalam atau tekniker yang mengetahui seandainya
menegakkan diagnosa. Untuk membantu terjadi kegawatan pada pasien saat melakukan
menegakkan diagnosa, maka dokter akan treadmill.
melakukan salah satu tes diagnosa yaitu
stress tes. Fokus utama pengkajian adalah 2. Tipe treadmill test

JURNAL KEPERAWATAN 139


VOL. VI NO. 3 Desember 2013 ISSN 1979-8091

Tipe treadmill test antara lain sebagai berikut: meraguakan (false negative/hasil treadmill
1. Dobutamine atau adenosine stress test normal tapi kondisi sebenarnya adalah
2. Latihan ini digunakan pada pasien yang sakit) karena kondisi jantung dalam
tidak sanggup melakukan latihan. Obat keadaan membaik padahal malah
diberikan untuk meningkatkan kerja sebaliknya.
jantung jika dilakukan latihan. Cara ini 5. Jika pasien menggunakan inhaler, maka
untuk menentukan respon jantung dianjurkan untuk dibawah pada saat test.
terhadap stress tetapi bukan latihan wajib. 6. Jika pasien diabetes :
3. Stress echocardiogram 1. Jika pasien mendapatkan insulin untuk
4. Test ini melihat garis grafik pergerakan mengontrol gula darah, sering dokter
jantung. Stress echo dapat memberikan menganjurkan dosis ½ nya pada pagi
visualisasi yang akurat tentang pergerakan hari dan makan 4 jam sebelum latihan.
dinding jantung dan kemampuan 2. Jika pasien mendapatkan pil untuk
memompa ketika jantung mengalami mengontrol gula darah, maka jangan
stress. minum obat sampai latihan selesai.
5. Thallium ( nuclear ) stress test 3. dimonitor glukosanya, maka glukosa
6. Tes ini membantu untuk menentukan harus dicek sebelum dan sesudah
bagian jantung yang sehat dan berfungsi latihan.
normal dengan yang tidak. Sebelum 7. pasien dianjurkan untuk menggunakan
latihan, pasien disuntikan sedikit bahan sepatu yang bersole dari karet, celana
radioaktif pada tangan. Kemudian dokter yang nyaman, dan baju yang longgar.
menggunakan camera khusus untuk
mengidentifikasi pemancaran sinar dari 4. Waktu pelaksanaan
bahan radioaktif dengan melihatkan Waktu pelaksanaan treadmill test dilaksanakan
gambaran yang jelas pada jaringan selama 30–60 menit
jantung di monitor. Teknik ini
menggunakan titik hot dan cold yang 5. Pelaksanaan treadmill test
diindikasikan pada area otot jantung pada Prosedur pelaksanaan treadmill test sebagai
sebelum, selama dan sesudah latihan. berikut:
1. Dokter/tekniker membersihkan sebagian
3. Persiapa pasien sebelum latihan dada dan meletakkan electrode pada area
Persiapan pasien sebelum latihan adalah: tersebut. Electrode dihubungkan dengan
1. Tidur cukup sebelum latihan electrocardiograph monitor ( EKG/ECG )
Kondisi tidak segar atau stress atau emosi 2. Pasien di ukur heart rate dan tekanan
akibat situasi yang menegangkan akan darah sebelum latihan
menyebabkan frekuensi jantung 3. Pasien melakukan treadmil atau bersepeda
meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan statis. Treadmill dimulai pada kecepatan
meningkatkannya tekanan darah, dengan Warm-up dan tiap tiga menit kecepatan
demikian beban kerja jantung akan dinaikkan.
meningkat. 4. Pengukuran tekanan darah dan heart rate
2. Tidak makan atau minum selama 4 jam diambil di menit ke 2 pada setiap tahap.
sebelum latihan. 5. Jarak tempuh treadmill atau sepeda statis
Makan dan minum akan meningkatkan adalah 2 – 3 mil/jam
aliran darah ke daerah mesenteric untuk 6. Hal – hal yang harus diperhatikan selama
pencernaan, sehingga menurunkan pelaksanaan treadmill tes adalah : tekanan
ketersediaan darah untuk suplai jantung. darah, heart rate, irama jantung,
Kondisi ini akan mengakurkan hasil stress pernafasan, perubahan EKG,
tes. ketidaknyamanan pasien pada dada.
3. Tidak makan atau minum bahan – bahan 7. Tempat pembacaan kelainan EKG
yang mengandung cafein selama 12 jam a. Leads 2, 3 dan aVF :
sebelum latihan. melihat bagian bawah atau
Bahan–bahan yang mengandung kafein inferior
akan menimbulkan stimulasi terhadap b. Leads V1 dan V2 :
syaraf simpatik, hal ini akan mempengaruhi melihat septum atau sekat.
frekuensi jantung, irama, dan tekanan c. Leads V3, V4, V5, V6 :
darah. anterior atau bagian depan
4. Tidak minum obat – jantung selama 1 hari jantung
sebelum test kecuali atas anjuran dokter d. Leads 1 dan aVL :
Obat – obatan yang di konsumsi menjelang melihat bagian superior
tradmil tes akan memberikan hasil yang

JURNAL KEPERAWATAN 140


VOL. VI NO. 3 Desember 2013 ISSN 1979-8091

e. Lead aVR : j. Anjurkan klien untuk memberitahu selama


melihat adanya lubang pada pemeriksaan apabila mengalami nyeri
jantung dan mengidentifikasi dada, nafas pendek, pusing.
coronary disease yang tidak k. Beri kesempatan klien untuk bertanya.
menunjukkan tanda klinis.
8. Treadmil dihentikan pada: pasien merasa 2. Diagnosis Keperawatan
tidak nyaman pada dada, nafas pendek, Diagnosis Keperawatan yang terjadi pada pasien
pusing, kenaikan heart rate (maksimal yang menjalani pemeriksaan treadmill tes
85% dari rata HR) ketidakteraturan irama adalah:
jantung, perubahan EKG. a. Ansietas yang berhubungan dengan hasil
9. Setelah Pelaksanaan Treadmil: pemeriksaan.
a. pasien dimonitor selama 6–8 b. Penurunan curah jantung yang
menit setelah treadmill tes berhubungan dengan penyakit jantung
tentang irama jantung sampai koroner.
kembali ke kondisi dasar c. Perubahan perfusi jaringan yang
b. Treadmil jarang dilakukan dengan berhubungan dengan penurunan curah
komplit jantung sekunder terhadap penyakit
c. Pasien akan merasakan kelelahan jantung.
d. Sebaiknya rencanakan untuk
istirahat dan jangan melakukan 3. Nursing Outcame Criteria (NOC) Dan Nursing
aktivitas selama selama sehari intervention Criteria (NIC)
Nursing Outcame Criteria (NOC) Dan Nursing
6. Hasil treadmill intervention Criteria (NIC) untuk masing-masing
Hasil treadmill test berupa: Normal, coronary diagnosis keperawatan sebagai berikut:
artery desease (CAD), arytmia a. Ansietas yang berhubungan dengan hasil
pemeriksaan
1) Outcome
IMPLIKASI KEPERAWATAN a) Dapat mengontrol ansietas;
pasien mampu menurunkan atau
1. Implikasi bagi Keperawatan mengeliminasi perasaan terhadap
Hal yang perlu dilakukan oleh perawat adalah: sumber stress
a. Catat obat yang diminum klien dan waktu b) Koping : pasien mampu
terakhir di minum. memanage sumber stress individu
b. Anjurkan pasien Tidur cukup sebelum c) Mampu mengontrol sumber stress
latihan, tidak makan atau minum selama 4 d) Mampu berinteraksi social
jam sebelum latihan, tidak makan atau 2) Kriteria evaluasi
minum bahan yang mengandung cafein Pasien mampu mengontrol ansietas,
selama 12 jam sebelum latihan. koping, mengontrol sumber ansietas,
c. Jika pasien menggunakan berinteraksi social yang efektif.
d. Jelaskan bahwa pemeriksaan untuk 3) NIC / Interventions
melihat kelistrikan jantung pada saat a) Bantu mengontrol kemarahan
jantung menerima beban yang lebih tinggi. b) Bantu mengantisipasi
e. Jelaskan waktu melaksanaan treadmill 30 – c) Turunkan ansietas
60 menit. d) Perilaku managemen : kerugian
f. Jelaskan bahwa dada, tangan, kaki pasien diri sendiri
akan dipasang electrode yang akan di e) Modifikasi perilaku : ketrampilan
hubungkan dengan EKG. bersosial
g. Jelaskan bahwa pemeriksaan treadmill f) Meningkatkan koping
cukup aman karena diawasi oleh dokter g) Latihan mengontrol stimulasi
atau tekniker yang mengetahui jika terjadi
kondisi kegawatan. b. Penurunan curah jantung yang
h. Anjurkan klien untuk memakai baju yang berhubungan dengan penyakit jantung
longgar, celana yang nyaman dan sepatu koroner
yang bersol dari karet pada waktu 1) Outcome
melakukan treadmil a) Efektivitas pompa jantung :
i. Jelaskan bahwa pemeriksaan sama dengan ventrikel kiri mampu
berlari atau bersepeda, dimana bebannya memompakan darah permenit
akan dinaikkan setiap tiga menit untuk mensuport perfusi.
b) Status sirkulasi : aliran darah
tidak ada obstruksi

JURNAL KEPERAWATAN 141


VOL. VI NO. 3 Desember 2013 ISSN 1979-8091

c) Perfusi jaringan perifer: aliran kelelahan pada ektrimitas, tidak


darah pada tempat-tempat hipotensi ortostatik.
ektrimitas baik. 3) NIC / Interventions
a. Tanda – tanda vital : a) perawatan jantung akut :
menunjukkan normal pembatasan komplikasi untuk
2) Kriteria evaluasi pasien dengan pengalaman
tanda cardiac out put baik : tekanan episode ketidakseimbangan antara
darah normal, orthostatic hypotensi suplai dan kebutuhan oksigen.
tidak ada, blood gas normal, tidak
adanya suara nafas tambahan, tidak PENUTUP
ada edema, tekanan nadi perifer
normal, heart rate normal. Terapi modalitas medis treadmill test
3) NIC / Interventions merupakan salah satu cara untuk menegakkan
a) Perawatan jantung : pembatasan diagnosa pasien dengan penyakit jantung koroner,
dari ketidak seimbangan antara mengevaluasi pengobatan pada pasien angina atau
suplai oksigen dengan kebutuhan infark miokard dan mengembangkan latihan fisik
untuk pasien dengan gejala pada pasien dengan gangguan jantung.
kerusakan fungsi jantung.
b) Regulasi hemodinamik :
optimalisasi heart rate, preload, DAFTAR ACUAN
afterload, dan kontraktilitas.
c) Vital sign monitoring. Judith M. Wilkinson, 2005. Prentice Hall Nursing
Diagnosis Handbook with NIC Interventions
c. Perubahan perfusi jaringan yang and NOC Outcome. New Jersey:
berhubungan dengan penurunan curah Horrisonburg.
jantung sekunder terhadap penyakit
jantung Joyce Lefever Kee, 1997. Pemeriksaan laboratorium
1) Outcome dan Diagnostik dengan Implikasi
a) Meningkatnya kemampuan Keperawatan. Jakarta: EGC
ventrikel kiri dalam memompakan darah
kesuluruh tubuh. Brunner & Suddarth, 2002. Keperawatan Medical-
b) Status sirkulasi : aliran darah Bedah. Vol 2. Jakarta : EGC
tidak ada obstruksi
c) Perfusi jaringan perifer: aliran Maryland Medical Center Programs, 2001. Stres
darah pada tempat-tempat ektrimitas baik Test. www.yahoo.com/treadmill.UMHS.
d) Tanda – tanda vital : Diambil 9 September
menunjukkan normal
2) Kriteria evaluasi University of Utah Health Scienci Center. 2000.
a) Efektivitas pompa jantung, perfusi Exercise Treadmill
jaringan jantung, perfusi jaringan Test.www.yahoo.com/treadmillTest.
perifer. Diambil 9 September 2005
b) Status sirkulasi: tekanan darah,
CVP, tekanan nadi perifer kuat Cleveland Clinic. 2004. Diagnosing Heart disease:
dan regular, tidak ada edema stress test.
perifer, Heart rate dan blood gas www.yahoo.com/treadmill.urac’s. Diambil 9
normal, bunyi abnormal jantung Septembet 2005
tidak ada, angina tidak ada, tidak
ada bunyi nafas tambahan, tidak North Memorial Medical Center. 2000. Exercise
ada distensi vena jugularis, tidak Treadmill ECG.
ada edema paru, tidak ada www.yahoo.com/healthencyclopedia.
Diambil 9 September 2005

JURNAL KEPERAWATAN 142


JURNAL NATAPRAJA
Kajian Ilmu Administrasi Negara
Vol. 7, No. 2, 2019 https://journal.uny.ac.id/index.php/natapraja pp. 139-152

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PNPK TATA LAKSANA THALASSEMIA


DI KABUPATEN SUBANG

Wanti Dewanti, Ira Irawati, Mas Halimah


Departemen Administrasi Publik, Universitas Padjajaran, Indonesia
1
wanti17001@mail.unpad.ac.id

ABSTRACT
The increase of patients suffering Thalassemia especially in Subang district pushed
the estabilishment of the organization named POPTI. The objective of this study is to
analyse the role of POPTI in implementing handling policy PNPK of Thalassemia patients.
The research method used is qualitative with conducting semi structured interview,
observation, and documentation research. The result of this research shows that the role of
POPTI is significant important in handling Thalassemia patients, yet the role has not fully
gone well. There is still lack of coordination and communication between members and
related agencies. This is the reason for implementing the handling policy of Thalassemia
patients in Subang district, which hasn’t been optimal. Therefore, it is necessary to
improve the system and awareness of chairman and members to coordinate and
collaborate for handling Thalassemia patients in Subang district.
Keywords : Public Policy, Implementation Policy, Thalassemia, POPTI.

ABSTRAK
Salah satu penyakit kronik di Indonesia ialah Thalassemia. Meningkatkannya
pasien thalassemia khususnya di Kabupaten Subang, mendorong berdirinya organisasi
bernama POPTI. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis peranan POPTI dalam
implementasi kebijakan PNPK tata laksana thalassemia. Metode yang digunakan yaitu
metode penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara semi struktur, observasi, dan
studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan POPTI sangat penting
untuk penanganan pasien thalassemia, namun peran ini belum sepenuhnya berjalan dengan
baik. Masih kurangnya kordinasi serta komunikasi antar anggota dan dinas terkait, inilah
yang menjadi penyebab implementasi kebijakan penanganan pasien thalassemia di
Kabupaten Subang berlum optimal. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan sistem dan
kesadaran dari ketua dan anggota POPTI untuk melakukan kordinasi dan kerjasama untuk
penanganan pasien thalassemia di Kabupaten Subang.
Kata Kunci: Kebijakan Publik, Implementasi Kebijakan, Thalassemia, POPTI

Diterima 21 Juli 2019; Diterima dengan revisi 15 Agustus 2019; Dipublikasikan 1 Desember 2019
2406-9515 (p) / 2528-441X (e)
© 2019 Wanti Dewanti, Ira Irawati, Mas Halimah. Dipublikasikan oleh JAP FIS UNY
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019

PENDAHULUAN Kecamatan Subang menduduki


Thalassemia merupakan salah peringkat pertama jumlah pasien
satu penyakit kronik di Indonesia. terbanyak yaitu 15 orang. Serta jumlah
Prevalensi penduduk dunia yang seluruh pasien yang terdata di
memiliki kelainan thalassemia ini Kabupaten Subang sebanyak 128 orang.
sekitar 7-8 persen. Sehingga, di Pasien thalassemia mayor
Indonesia diperkirakan terdapat 20 juta hidupnya dapat dipertahankan dengan
penduduk yang membawa kelainan gen transfusi darah yang dapat
ini. Di Kabupaten Subang yang berada menimbulkan berbagai efek yaitu
di provinsi Jawa Barat hampir setiap tertularnya penyakit lewat transfusi
Kecamatan terdapat pasien seperti penyakit hepatitis B,C, dan HIV.
Thalassemia. Selain itu pemberian transfusi darah

Gambar 1
Data Jumlah Pasien Thalassemia di Kabupaten Subang Tahun 2018
(Sumber : POPTI,2018)
Pada gambar 1 dapat di lihat yang berulang-ulang dapat
bahwa Kabupaten Subang memiliki 30 menimbulkan komplikasi hemosiderosis
Kecamatan, dari beberapa kecamatan dan hemokromatis yang menimbulkan
tersebut, hanya 3 kecamatan yang tidak penimbunan zat besi dalam jaringan
ditemukan pasien thalassemia yaitu tubuh sehingga dapat menyebabkan
Sukasari, Blanakan dan Serang panjang. kerusakan organ-organ tubuh seperti:
Hal ini berarti 90% setiap kecamatan di hati, limpa, ginjal, jantung, tulang dan
Kabupaten Subang terdapat pasien pankreas. Tanpa transfusi yang
thalassemia. Dan tidak hanya itu, memadai pasien thalassemia mayor

140
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .

akan yang dialami oleh pasien memfokuskan peranan POPTI sebagai


thalassemia mayor yaitu luka terbuka di kelompok sasaran (target group) dalam
kulit (ulkus, borok), pembesaran limpa, implementasi kebijakan PNPK Tata
batu empedu, badan berwarna kuning, Laksana Thalassemia di Kabupaten
lemah, letih, lesu, lemas, dan jantung Subang.
berdebar-debar. Hal ini juga dapat Kebijakan publik terdiri dari dua
menyebabkan kematian pada pasien kata yang digabungkan. Penggabungan
(Fahrudin & Mulyani, 2011). kedua kata itu menghasilkan sebuah
Dampak dari penyakit thalassemia konsep dan nilai-nilai, norma, etika, dan
ini menyebabkan kecemasan pada orang ilmu pengetahuan. Untuk konsep awal
tua dan anak. Maka dari itu perlunya akan dijelaskan makna dari kebijakan.
peranan sesama para orang tua yang Kebijakan atau yang sering
anaknya mengidap penyakit dipersamakan maknanya dengan kata
thalassemia. Peranan ini diperlukan policy adalah sebuah kata yang dalam
untuk support system dalam memotivasi implikasinya bisa digunakan secara luas
dan memberi pengetahuan mengenai atau makro atau sempit atau terbatas
penanganan pasien thalassemia. Maka ruang lingkupnya (mikro). Kebijakan
terbentuklah suatu organisasi yaitu juga terkait dengan sebuah kewenangan,
Perhimpunan Orang Tua Penderita namun ia memiliki ruang lingkup atau
Thalassemia (POPTI) dibawah Yayasan keterbatasan sesuai dengan tugas dan
Thalassemia Indonesia (YTI). fungsi yang diembannya
Munculnya masalah kesehatan (Rusli,2013:30). Secara singkat,
masyarakat ini, mendapat respon dari Hasswel & Kaplan (Rusli,2013)
pemerintah dengan dikeluarkannya mengatakan bahwa “Policy: A Project
kebijakan yang tertuang dalam program of goals, value, and
Keputusan Menteri Kesehatan Republik practices”. Dapat diartikan bahwa
Indonesia Nomor kebijakan merupakan suatu program
HK.01.07/MENKES/1/2018 Tentang pencapaian tujuan, nilai-nilai, dan
Pedoman Nasional Pelayanan praktek-praktek terarah.
Kedokteran Tata Laksana Thalasemia Sedangkan makna kedua yaitu
yang selanjutnya disebut PNPK Tata publik. Dalam bahasa Yunani istilah
Laksana Thalassemia. Artikel ini lebih publik seringkali dipadankan dengan

141
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019

istilah dalam bahasa inggris yaitu kata fungsi otak pada tubuh manusia, karena
common bermakna hubungan antar melalui instrument ini, segala aktivitas
individu. Dalam kontek ini kata publik kehidupan bernegara, dan
seringkali dikonsepkan sebagai sebuah bermasyarakat mulai dilakukan oleh
ruang yang berisi aktivitas manusia birokrasi, plus pihak swasta dan
yang dipandang perlu untuk masyarakat.”
diatur/diintervensi oleh Dari berbagai pendapat para ahli,
pemerintah/aturan sosial/setidaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa
oleh tindakan bersama (Rusli,34:2013). kebijakan publik merupakan
Dalam perspektif ini kata publik serangkaian tindakan yang harus
kemudian disandikan dengan kata dilakukan ataupun tidak dilakukan oleh
kebijakan sehingga membentuk sebuah pelaku atau sekolompok pelaku yang
pengertian ilmiah. mempunyai tujuan untuk memecahkan
Anderson (2000) menyatakan masalah.
kebijakan publik sebagai: “A relative Pencapaian tujuan kebijakan
stable, purposive course of action publik tidak dapat berjalan jika tidak
followed by an actor or set of actors in diimplementasikan. Dapat dikatakan
dealing with set a problem or matter of bahwa tanpa implementasi, kebijakan
concern”. Dapat diartikan bahwa publik adalah daftar keinginan.
kebijakan publik sebagai serangkaian Menurut Van Meter dan Van Horn
tindakan yang mempunyai tujuan (1975) menyatakan bahwa: “Policy
tertentu yang diikuti dan dilaksanakan implementation encompasses those
oleh pelaku atau sekolompok pelaku actions by public or private individuals
guna memecahkan masalah tertentu. (or groups) that are directed at the
Sedangkan, menurut Mulyadi achievement of objectives set forth in
(2015): prior policy decisions.” Dapat diartikan
“Kebijakan publik merupakan bahwa implementasi kebijakan meliputi
salah satu dimensi pokok dalam ilmu tindakan-tindakan oleh individu umum
dan praktik Administrasi Publik. atau pribadi/kelompok yang diarahkan
Sebagai salah satu unsur penting dalam pada pencapaian tujuan yang ditetapkan
Administrasi Publik, Kebijakan Publik dalam keputusan kebijakan sebelumnya.
dianalogikan fungsinya sama dengan

142
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .

Kemudian Howlet dan Ramesh sebagaimana yang diharapkan oleh


(2003:185) menyatakan,“its is defined perumus kebijakan.
as the process whereby programs or c. Organisasi Pelaksana
policies are carried out, the translation (Implementing organization) yaitu
of plans into practice”. Hal ini dapat badan-badan pelaksana atau unit-
diartikan bahwa implementasi kebijakan unit birokrasi pemerintah yang
adalah proses pelaksanaan program- bertanggung jawab dalam
program atau kebijakan-kebijkan yang implementasi kebijakan.
merupakan penerjemahan dari rencana- d. Faktor Lingkungan (Environmental
rencana kedalam praktek. factor) yaitu unsur-unsur dalam
Kegiatan implementasi itu bukan lingkungan yang mempengaruhi
sebuah tujuan sehingga ketika kegiatan atau dipengaruhi oleh implementasi
sudah dilakukan bukan berarti kebijakan seperti aspek budaya,
pelaksanaan kegiatan sudah berhasil sosial, ekonomi, dan politik.
dengan baik. ukuran keberhasilan itu Model Smith ini merupakan
harus diuji dengan model atau model bawah atas yang sering disebut
mekanisme tersediri berikut tolok ukur dengan istilah model implementasi
atau parameternya. kebijakan Bottom Up. Model Bottom up
Menurut Smith (Rusli,2013) adalah model yang memandang proses
terdapat empat variabel yang berperan sebagai sebuah negosiasi dan
penting dalam proses implementasi pembentukan konsensus. Lebih lanjut
kebijakan publik, yaitu: Parsons (2006) model pendekatan
a. Kebijakan yang diidealkan bottom up menekankan pada fakta
(Idealized policy): yakni pola-pola bahwa implementasi di lapangan
interaksi ideal yang telah mereka memberikan keleluasan dalam
definisikan dalam kebijakan yang penerapan kebijakan. Ahli kebijakan
berusaha diinduksikan. dalam perspektif bottom up adalah
b. Kelompok sasaran (Target groups) Smith. Untuk lebih jelasnya dapat lihat
yaitu mereka (orang-orang) yang pada gambar 2.
paling langsung diperngaruhi oleh Menurut Smith (Islamy,2001),
kebijakan dan yang harus implementasi kebijakan dipandang
mengadopsi pola-pola interaksi sebagai suatu proses atau alur. Model

143
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019

ini memandang proses implementasi perawat ruang thalassemia di RSUD


kebijakan dari proses kebijakan dari Kab.Subang.
perspektif perubahan sosial dan politik, 2. Observasi, dilakukan melalui
dimana kebijakan yang dibuat oleh pengamatan secara langsung dengan
pemerintah bertujuan untuk maksud untuk mendukung data
mengadakan perbaikan atau perubahan dalam penelitian ini.
dalam masyarakat sebagai kelompok 3. Studi dokumentasi, yaitu dengan
sasaran. Berdasarkan penjelasan mempelajari data-data, informasi-
tersebut penelitian ini menggunakan informasi yang berhubungan dengan
teori implementasi kebijakan dari Smith peranan POPTI dalam implementasi
ini. kebijakan penanganan pasien
thalassemia di Kab.Subang yang
Implementing Target Group
Organization diakses melalui media internet dan
media lainnya.
Idealized Policy

HASIL DAN PEMBAHASAN


Environmental Factor
Organisasi masyarakat bernama
POPTI ( Persatuan Orang Tua Pasien
Gambar 2. Model Implementasi
Thalassemia). Sejarah singkat POPTI,
Smith (1973). Sumber: Smith (1973)
awal mulanya beberapa orang tua
pasien bertemu di rumah sakit saat
METODE
mengantarkan anak-anaknya untuk
Metode penelitian yang
transfusi darah yaitu pada tahun 1983,
digunakan pada penelitian ini ialah
dan dokter ahlinya pada saat itu Prof.
metode penelitian deskriptif kualitatif.
Dr. dr. Iskandar Wahidiyat, SpA(K)
Adapun teknik pengaumpulan data
selalu mengatakan kepada orang tua
dalam penelitian ini yaitu:
pasien, kenapa tidak didirikan Parent
1. Wawancara, yaitu dengan
Association seperti di luar negeri.
mendatangi langsung dan melakukan
Akhirnya atas prakarsa Prof. Dr. dr.
tanya jawab secara semistruktur
Iskandar Wahidiyat, SpA(K) dengan
dengan pihak terkait dalam
beberapa orang tua pasien Thalassemia
peneletian ini yaitu ketua POPTI
pada tanggal 27 Mei 1984 dibentuk
Subang, anggota POPTI, dan
suatu wadah yang namanya

144
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .

Perhimpunan Orang Tua Pasien 2. Melakukan kegiatan donor darah.


Thalasaemia Indonesia (POPTI). 3. Audensi dengan para menteri.
Dengan maksud dan tujuannya 4. Mencari dana dengan
adalah meringankan beban orang tua mengadakan Malam Dana
pasien, media komunikasi sesama orang bekerjasama dengan mahasiswa.
tua pasien Thalasaemia, dan Tidak mudah bagi orang tua anak
mengurangi meningkatnya pasien penyandang thalasemia yang masih
Thalassemia. Untuk mencapai maksud awam dengan penyakit ini, mereka akan
dan tujuan diatas, maka akan dilakukan cenderung mengunci anaknya di rumah.
langah-langkah usaha yang terpadu, karena menyadari adanya kelainan fisik
yang antara lain mencakup: pada anak dan khawatir keluarga
1. Bersama-sama dengan Yayasan mendapatkan cemoohan dan ejekan dari
mengupayakan pengadaan darah, masyarakat tempat mereka tinggal. Bagi
peralatan medis dan obat-obatan anak sendiri, disaat menyadari bahwa
yang diperlukan atas dasar secara fisik ia berbeda dengan anak
keterjangkauan secara tepat waktu pada umumnya, ia akan merasa rendah
dan berkesinambungan. diri dan mulai menarik diri. Bahkan di
2. Mendirikan Pusat Kegiatan beberapa kasus, banyak anak
Thalassemia (Thalassemia Center) penyandang thalassemia yang
dibeberapa daerah seperti di dikucilkan oleh teman-temannya karena
Jakarta. secara fisik ia berbeda dari mereka dan
Memasuki usianya yang ke tiga, akibat lebih jauh dari dikucilkan
Perhimpunan ini pada tanggal 27 Mei tersebut adalah anak berhenti
1987 telah mendirikan Yayasan bersekolah sebelum waktunya.
Thalassemia Indonesia. Yang mana Hal ini akan menimbulkan
Yayasan ini didirikan atas prakarsa para stressor bagi keluarga yang memiliki
pengurus dan para pendiri dari anak dengan thalasemia, keluarga
Perhimpunan untuk memudahkan memiliki fungsi sebagai pemeliharaan
pencarian dana bagi para pasien. kesehatan, memberikan perawatan
Kegiatan yang dilaksanakan : kesehatan yang bersifat preventif dan
1. Mengadakan pertemuan anggota secara bersama sama merawat anggota
dalam setahun 3 kali. keluarga yang sakit. Kemampuan

145
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019

keluarga dalam memberikan asuhan Dalam artikel ini peneliti


kesehatan akan mempengaruhi tingkat memfokuskan lokasi pada POPTI
kesehatan keluarga dan individu, tingkat Subang. POPTI Subang dipimpin oleh
pengetahuan keluarga terkait konsep ketua yang merupakan perwakilan dari
sehat sakit akan mempengaruhi prilaku para orang tua pasien thalassemia.
keluarga dalam menyelesaikan masalah Ketua ini memiliki kekuasaan untuk
kesehatan keluarga. (Harmoko, 2012). mengelola dan mengajak para orang tua
Inilah yang mendukung adanya POPTI untuk sama-sama berjuang dalam
sebagai organisasi untuk memotivasi pengobatan anak thalassemia.
keluarga pasien. Menurut Smith (Rusli,2013)
Peranan ini juga didukung dengan terdapat empat dimensi implementasi
adanya AD-ART POPTI dimana kebijakan yaitu kebijakan ideal,
disebutkan bahwa maksud dan tujuan organisasi pelaksana, kelompok sasaran,
didirikannya organisasi POPTI ialah dan faktor lingkungan. Pada penelitian
untuk meringankan beban orang tua ini, peneliti fokus melihat pada dimensi
para orang tua penderita penyakit kelompok sasaran (target group).
thalassemia, sebagai media komunikasi Kelompok yang menjadi sasaran
diantara sesama orang tua penderita, implementasi kebijakan yang
dan mengurangi peningkatan penderita diharapkan dapat mengadopsi rumusan-
penyakit thalassemia. Selain itu juga, rumusan dari kebijakan PNPK tata
POPTI dapat menjalin hubungan yang laksana thalassemia. Kelompok sasaran
serasi dengan para dokter dan rumah pada kebijakan PNPK ini ialah pasien
sakit pusat maupun daerah. thalassemia yang termasuk kedalam
POPTI terdapat dibeberapa organisasi Popti. Popti merupakan
wilayah di Jawa Barat, terdapat 17 titik perkumpulan para orang tua pasien
cabang POPTI. Yaitu Bandung, Bogor, thalassemia.
Garut, Tasikmalaya, Cirebon, Capaian hasil implementasi
Sukabumi, Bekasi, Sumedang, kebijakan PNPK tata laksana
Karawang, Ciamis, Cianjur, Kuningan, thalassemia yang dilaksanakan oleh
Majalengka, Depok, Tanggerang, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, dan
Banjar, dan Subang. (sumber: POPTI PMI tergantung juga dari kelompok
Subang). sasaran atau pasien thalassemia dan

146
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .

Popti. Kelompok sasaran merupakan seluruh pasien thalassemia mayor di


suatu gambaran dari harapan masa Indonesia yang akan mendapatkan
depan yang ingin dicapai, dimana jaminan kesehatan, memberikan kartu
pasien thalassemia dapat hidup lebih anggota YTI untuk tanda bahwa pasien
baik lagi dengan menjalani pengobatan sudah termasuk anggota YTI, dan
yang terbaik. Khususnya dalam membantu mengawasi dan memonitor
pelayanan kesehatan, seperti transfusi kelancaran pelayanan pengobatan
darah dan ketersediaan obat. Thalassemia di Rumah Sakit, serta
Keberadaan kelompok sasaran meemberikan dukungan kepada
berpengaruh terhadap implementasi keluarga dan pasien thalassemia.
kebijakan pelayanan kesehatan, yang Gambaran umum yang
tidak terlepas dari faktor tingkat menunjukkan besarnya pasien
pemahaman, sosialisasi kebijakan, thalassemia di Kabupaten Subang
keinginan bekerjasama, kesadaran penting sebagai perhatian khusus bahwa
berkomitmen, sikap dan perilaku. penyebarannya sudah kian tinggi.
Peran POPTI dalam penanganan Dari gambar 3, peta tersebut
pasien thalassemia antara lain : terlihat bahwa hampir setiap kecamatan
melakukan pendataan data base bagi di Kabupaten Subang terdapat pasien
Thalassemia. Penyebaran ini yang
seharusnya menjadi perhatian penting
bagi pemerintah dan POPTI setempat.
Disinilah salah satunya peran aktor
dalam penanganan pasien thalassemia
yaitu POPTI.
Pemerintah mengeluarkan
kebijakan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1/2018 Tentang
Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Thalasemia.
Gambar 3. Peta Penyebaran Pasien Pedoman Nasional Pelayanan
Thalassemia setiap Kecamatan Di Kedokteran Tata Laksana Thalassemia
Kabupaten Subang (Sumber : POPTI
Subang, 2018)

147
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019

yang selanjutnya disebut PNPK Tata Berdasarkan hasil wawancara (25


Laksana Thalassemia merupakan Mei 2019) dengan Ketua POPTI
pedoman penyusunan standar Subang, mengatakan bahwa telah
operasional penanganan pasien mengetahui kewajibannya dalam
thalassemia. Pada lampiran keputusan membantu pelayanan pasien
tersebut terdapat point-point bagi thalassemia. Sehingga dalam
POPTI untuk memberi dukungan implementasi kebijakan penanganan
(support group) thalasseia agar anak dan pasien thalassemia secara umum sudah
keluarga dapat bertukar pengalaman dan memahami apa yang menjadi
saling menguatkan dengan anak dan kewajiban. Seperti contoh kegiatan rutin
keluarga lainnya. yang dilakukan POPTI Subang yaitu
Tujuan pemerintah mengeluarkan dilaksanakan 3-6 bulan sekali. Dalam
kebijakan tidak akan tercapai apabila pertemuan ini Ketua POPTI memotivasi
tidak di implementasikan dengan baik, para orang tua serta pasien thalassemia
begitupula halnya Keputusan Menteri untuk tetap hidup sehat dan rutin
Kesehatan Republik Indonesia Nomor transfusi serta minum obat kelasi besi.
HK.01.07/MENKES/1/2018 Tentang Selain itu juga, sesama anggota POPTI
Pedoman Nasional Pelayanan Subang dalam hal ini orang tua dan
Kedokteran Tata Laksana Thalassemia. pasien thalassemia saling bersilaturahmi
POPTI sebagai organisasi serta membahas keluhan atau hambatan
kelompok sasaran dalam implementasi dalam pelayanan pengobatan pasien
kebijakan Keputusan Menteri thalassemia di Rumah Sakit.
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Penulis juga melakukan
HK.01.07/MENKES/1/2018 Tentang wawancara dengan perawat ruang
Pedoman Nasional Pelayanan thalassemia RSUD Kab.Subang (23 Mei
Kedokteran Tata Laksana Thalasemia. 2019). Perawat tersebut mengatakan
Namun, berdasarkan pemikiran penulis, bahwa adanya POPTI sangat membantu
POPTI bukan hanya sebagai kelompok dalam pendataan, menanggapi keluhan,
sasaran yang menerima implementasi dan penambahan fasilitas kesehatan.
kebijakan tersebut. POPTI juga sebagai Namun, akhir-akhir ini peranan tersebut
organisasi pelaksana dalam penanganan kurang dirasakan oleh pihak perawat
pasien thalassemia. RSUD Kab.Subang. Perubahan peran

148
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .

yang dilakukan POPTI tersebut tua pasein untuk mengetahui hak dan
berdampak pada pelayanan yang kewajibannya.
seharusnya diterima oleh anggota Bila merujuk pada harapan
POPTI lainnya. semula, bahwa implemetasi kebijakan
Secara administratif pasien dan PNPK tata laksana thalassemia yang
orang tua pasien thalassemia memahami diberikan kepada pasien thalassemia
bagaimana aturan yang menjamin untuk penanganan pasien dan
kesehatannya. Seperti mereka semua mengurangi bertambahnya jumlah
sudah terdaftar di asuransi kesehatan pasien. Dalam memberikan informasi
BPJS sehingga untuk seluruh bahwa tingkat pemahaman yang baru
pengobatannya dilaksanakan secara sebatas “tau” saja tidak cukup. Perlu
gratis. Dan juga seluruh pasien adanya pemahaman mendalam
thalassemia yang berjumlah 128 orang mengenai hak dan kewajiban dari
sudah terdaftar di Popti, sehingga kebijakan PNPK tata laksana
mempermudah dalam proses thalassemia.
pengobatan di RSUD Kab.Subang Berdasarkan kebijakan PNPK tata
ketika mendaftar. laksanan thalassemia, didalamnya
Pemahaman pasien dan orang tua terdapat aktor-aktor yang terlibat untuk
thalassemia bergantung pada informasi mengimplementasikan kebijakan
dan sosialisasi yang didapat. Sosialisasi tersebut. Diperlukan kerjasama dan
ini memang tidak dapat berpangku pada kemitraan antara Rumah Sakit, PMI,
popti saja, perlu adanya sosialisasi dari Dinas Kesehatan, dan Popti. Namun
para aktor lain yang terlibat dalam yang terjadi dilapangan kerjasama ini
implementasi kebijakan PNPK tata belum terjalin dengan baik. Terkesan
laksana thalassemia tersebut. Tindakan masing-masing menjalankan
yang diberikan ketua popti ebagai programnya saja.
penanggung jawab organisasi ialah Kesadaran masing-masing antara
memberikan sosialisasi point-point ketua dan anggota POPTI perlu
penting dan yang mudah diterima oleh dibangun kembali, sehingga peranan
pasien dan orang tua. Hal ini POPTI dalam membantu penanganan
memberikan dampak poritif pada orang pasien dapat terlaksana sesuai dengan
tujuan POPTI. Bergeraknya suatu

149
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019

organisasi dipengaruhi oleh sikap dari mengetahui anaknya menderita


pemimpinnya. Hal ini juga thalassemia perlu informasi mengenai
mempengaruhi implementasi kebijakan penanganan anaknya.
publik menurut Smith (1973). Karena Satu sisi POPTI tidak dapat
berhasil atau tidaknya suatu bekerja sendirian dalam penanganan
implementasi kebijakan di pengaruhi pasien ini, perlu adanya kerjasama dari
oleh kelompok sasaran. Kelompok pihak lain. Seperti dinas kesehatan dan
sasaran digerakkan oleh seorang pihak rumah sakit sebagai tempat
pemimpin yang perlu memiliki sikap pelayanan kesehatan. Kurangnya
kepemimpinan. komunikasi dan kordinasi dari POPTI
Berdasarkan hasil pengamatan ini yang menjadi hambatan dalam
peneliti, memang kurang kordinasinya implementasi kebijakan PNPK Tata
antara anggota dan ketua POPTI Laksana Thalasemia.
subang. Ketua POPTI yang jarang
terlihat di RSUD Subang dikarenakan SIMPULAN
anaknya tidak lagi berobat di RSUD POPTI merupakan organisasi
Subang. Faktor ini juga diperkuat perhimpunan orang tua penderita
menurut perawat ruang thalassemia di thalassemia Indonesia, anggotanya
RSUD Kab. Subang (23 Mei 2019), terdiri dari orang tua pasien thalassemia.
bahwa ketua POPTI sudah jarang Maksud dan tujuan dari organisasi ini
mendatangi ruang thalassemia, ialah: meringankan beban orang tua
seringnya anggota pasien yang penederita penyakit thalassemia, media
mendatangi rumah ketua POPTI. komunikasi antara sesama orang tua
Begitupula menurut salah satu orang tua penderita penyakit thalassemia, dan
pasien yang sedang berobat ke RSUD mengurangi meningkatnya penderita
Subang mengatakan bahwa sekarang- penyakit thalassemia, serta sebagai
sekarang sudah jarang melihat ketua aktor untuk membantu pemerintah
POPTI ke rumah sakit. Kurangnya untuk penanganan pasien thalassemia.
perhatian POPTI subang ini dapat Kebijakan publik yang
mempengaruhi pasien thalassemia dikeluarkan untuk penanganan pasien
dalam segi dukungan mental. Apalagi thalassemia diatur dalam Keputusan
bagi pasien dan orang tua yang baru Menteri Kesehatan Republik Indonesia

150
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .

Nomor HK.01.07/MENKES/1/2018 dan aktor terlibat lainnya dalam


Tentang Pedoman Nasional Pelayanan penanganan pasien, seperti pertemuan
Kedokteran Tata Laksana Thalassemia dengan pihak rumah sakit sebagi
(PNPK Tata Laksana Thalassemia). pelayanan kesehatan.
POPTI sebagai kelompok sasaran Keterbatasan pada penelitian ini
(target group) dalam implementasi ialah waktu. Saran pada peneliti
kebijakan. Namun, implementasi dari selanjutnya untuk meneliti dimensi-
kebijakan tersebut belum sepenuhnya dimensi lain seperti kebijakan ideal,
berjalan dengan baik, khususnya organisasi pelaksana, dan faktor
peranan dari POPTI. Masih terdapat lingkungan dalam implementasi
kendala komunikasi dan penggerak kebijakan PNPK Tata Laksana
kepimimpinan dari pihak POPTI untuk Thalassemia di Kabupaten Subang.
membantu penanganan pasien
thalassemia. DAFTAR PUSTAKA
Dari simpulan tersebut, sekiranya Anderson, James E. 2006. Public policy
terdapat beberapa hal yang perlu making: An Instroduction.
Boston: Houghton Mifflin
ditempuh POPTI untuk memperbaiki Company.
instasi. diperbaiki oleh POPTI. Pertama,
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan
para anggota POPTI perlu memiliki Keluarga. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
kesadaran bukan hanya sebagai
penerima pelayanan, namun juga saling Howlett, Michael & M. Ramesh. 1995.
Studying public policy: Policy
mendukung untuk penanganan pasien Cycles and Policy Subystems.
thalassemia, dalam hal ini orang tua Oxford: Oxford University Press.

pasien perlu meningkatkan pengawasan Islamy, M. Irfan. 2001. Prinsip-prinsip


Perumusan Kebijakan Negara.
untuk memberikan obat serta transfusi Jakarta: Bumi Aksara.
darah sesuai aturan PNPK Tata Laksana
Mulyadi, Deddy. 2015. Studi Kebijakan
Thalasemia. Sehingga diharapkan dan Pekayanan Publik (Konsep
implementasi kebijakan keputusan dan Aplikasi Proses Kebijakan
Publik dan Pelayanan Publik).
menteri tersebut dapat berjalan dengan Bandung: Alfabeta.
optimal. Parsons, Wayne.2006. Public Policy:
Kedua, sebaiknya POPTI perlu Pengantar Teori dan Praktik
Analisis Kebijakan. Jakarta:
melakukan kolaborasi antara anggota Kencana Prenada Media Group.

151
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019

Smith, Thomas B. 1973. The Policy


Implementation Process. School
of political science and public
administration, Victoria university
of Welington, New Zealand.
Policy Sciences 4, pp 197-209.
Rusli, Budiman. 2013. Kebijakan
Publik Membangun Pelayanan
Publik yang Responsif. Bandung:
Hakim Publisher.
Van Meter, D.S. dan C.E. Van Horn.
1975. The Policy Implementation
Process: A Conceptual
Framework. Administrastion &
Society. Ohio State University:
SAGEpub.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1/2018
Tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana Thalasemia.

152
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

[Type text] [Type text] [Type text]


PEREMPUAN LEBIH RENTAN TERSERANG PENYAKIT KARDIOVASKULAR

Cholik Harun Rosjidi1, Laily Isro’in2


1, 2
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo

ABSTRAK
Terdapat kesalahan persepsi diantara perempuan yang masih berlangsung sampai sekarang,
dimana penyakit kardiovaskular terutama penyakit jantung koroner dan stroke hanya merupakan
masalah utama yang menyerang laki-laki. Data akhir-akhir ini menunjukkan penyakit
kardiovaskular berpengaruh sama antara laki-laki dan perempuan. Kebanyakan penduduk
perempuan masih percaya bahwa kanker lebih berisiko daripada penyakit jantung koroner dan
stroke pada perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran perbedaan
faktor resiko penyakit jantung koroner dan stroke pada penduduk perempuan dan laki-laki, dan
untuk menganalisis apakah penduduk perempuan lebih rentan terserang penyakit jantung
koroner dan stroke di Ponorogo. Penelitian dilakukan di Kabupaten Ponorogo, dengan populasi
terjangkau semua pasien dengan diagnosa penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke di rumah
sakit umum daerah Ponorogo. Sampel representatif sejumlah 100 responden diambil secara
Purposive, Studi analitik Cross sectional dilakukan untuk mengukur perbedaan faktor resiko
penyakit jantung koroner dan stroke pada perempuan dan laki-laki. Faktor resiko yang diukur
adalah hipertensi, diabetes, konsumsi rokok, aktivitas fisik, pola diet, dan obesitas. Instrumen
pada penelitian ini berasal dari WHO STEPS. Untuk menganalisis perbedaan resiko terhadap
PJK dan stroke antara perempuan dan laki-laki digunakan analisis bivariat dengan t-test,
dengan α=0,05. Hasil penelitian menggambarkan rata-rata jumlah faktor resiko penyakit
kardiovaskular pada responden perempuan adalah 5,0, dengan SD= 1,9. Jumlah faktor resiko
maksimal 9 dan minimal 0. Rata-rata jumlah faktor resiko penyakit kardiovaskular pada
responden laki-laki 6,2, dengan SD=1,8, nilai maks=10 dan min=3. Hasil uji t-test menunjukkan
nilai p=0,002. Hal ini membuktikan ada perbedaan signifikan jumlah faktor resiko penyakit
kardiovaskular antara laki-laki dan perempuan. Perempuan lebih rentan terserang penyakit
kardiovaskular dibanding laki-laki. Promosi kesehatan untuk meningkatkan kewaspadaan pada
perempuan harus ditingkatkan.

Kata Kunci: Perempuan, Kerentanan, Penyakit Jantung, Stroke

PENDAHULUAN adalah penyakit jantung koroner, stroke,


Penyakit kardiovaskular adalah penyakit diabetes (DM), kanker dan penyakit paru.
yang berhubungan dengan pola perilaku Persepsi sampai saat ini penyakit jantung
modern sehingga penyakit ini tidak hanya adalah tipikal penyakit laki-laki, namun
menyerang Negara-negara maju saja tetapi data-data menunjukkan telah terjadi
sudah menjadi ancaman bagi Negara yang pergeseran angka kejadian penyakit jantung
sedang menuju kearah modernisasi. World antara laki-laki dan perempuan. Angka
Health Organization (WHO) (2002) kejadian penyakit jantung dan stroke akhir-
melaporkan Noncomunicable Disease akhir ini menunjukkan tidak terdapat
(NCDs) atau penyakit non infeksi perbedaan antara laki-laki dan perempuan
menyumbang 60 persen mortalitas dan 47 dimana terdapat kecenderungan perempuan
persen beban penyakit di dunia dan akan meningkat angka kejadiannya. Kematian
terus meningkat dengan prediksi pada tahun akibat stroke lebih besar perempuan
2020 kematian akibat NCDs adalah 73 daripada laki-laki, perempuan mempunyai
persen dan merupakan 60 persen beban daya hidup lebih rendah daripada laki-laki
penyakit di dunia. Penyakit noninfeksi dan perempuan mempunyai kemungkinan
utama yang menduduki proporsi tertinggi lebih besar mengalami serangan ulang (The
2000 victoria declaration, 2000). Sejak

Page 1
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

[Type text] [Type text] [Type text]


tahun 2004 kejadian penyakit tentang pencegahan penyakit jantung dan
kardiovaskular di USA, proporsi jenis stroke di kabupaten Ponorogo. Luaran
kelamin perempuan melebihi laki-laki lainnya adalah untuk mendapatkan bukti
dengan proporsi 52,9% (AHA,2007). Data- ilmiah tentang perbedaan resiko penyakit
data menunjukkan rentannya perempuan PJK dan Stroke antara perempuan dan laki-
terserang penyakit kardiovaskular seperti laki. Berdasarkan rumusan masalah di atas
laporan dari CHS bahwa 23% perempuan dapat dibuat tujuan penelitian sebagai
umur 40 tahun atau lebih meninggal akibat berikut, Untuk mengetahui kerentanan
terserang penyakit jantung koroner, perempuan terserang penyakit
dibanding 18% pada laki-laki. Risiko kardiovaskular di Kabupaten Ponorogo.,
kematian akibat serangan stroke lebih tinggi Menganalisis perbedaan prevalensi faktor
perempuan daripada laki-laki, 16% risiko penyakit jantung koroner dan stroke
perempuan berisiko meninggal saat (hipertensi, DM, rokok, alkohol, diet,
serangan stroke dibanding laki-laki yang obesitas, aktivitas fisik, dan kolesterol
hanya sebesar 8% (Mosca, L. et al, 1997). tinggi) pada penduduk perempuan dan
laki-lakI, Menganalisis faktor resiko
Terdapat kesalahan persepsi diantara dominan yang mempengaruhi penyakit
perempuan yang masih berlangsung Stroke dan PJK pada penduduk perempuan
sampai sekarang, dimana penyakit dan laki-laki, dan Menganalisis perbedaan
kardiovaskular hanya merupakan masalah jumlah faktor risiko yang berpengaruh
utama yang menyerang laki-laki usia terhadap serangan penyakit Stroke dan
pertengahan. Pada kenyataannya penyakit Penyakit Jantung Koroner antara
kardiovaskular berpengaruh sama antara perempuan dan laki-laki?
laki-laki dan perempuan. Kebanyakan
masih percaya bahwa kanker lebih berisiko METODE PENELITIAN
daripada penyakit kardiovaskular (WHO, Penelitian ini merupakan penelitian
2007). epidemiologik analitik observasional cross
sectional yang mengkaji hubungan antara
Faktor risiko mayor serangan penyakit risiko penyakit kardiovaskular dengan jenis
jantung koroner pada perempuan adalah kelamin secara serentak pada satu waktu.
konsumsi rokok, hipertensi, lemak darah, Lokasi Penelitian dilaksanakan di RSUD
diabetes, obesitas, inaktivitas fisik dan diet Kabupaten Ponorogo dan RSU Aisyiyah
yang salah (Mosca, L., 1997). Data-data Ponorogo. Alasan pemilihan lokasi adalah
hasil penelitian menunjukkan secara jelas representasi sampel karena RSUD
dan kuat rokok, hipertensi dan kolesterol merupakan RS pemerintah Tipe B dan RSU
yang tinggi menyebabkan 2/3 serangan Aisyiyah merupakan rumah sakit swasta
jantung dan stroke (WHO,2005). Saat ini terbesar di Ponorogo sehingga variabel
diduga konsumsi rokok, konsumsi alkohol, yang diteliti tersedia secara lengkap..
obesitas, hipertensi, diabetes dan kelas
sosial menyebabkan setengah variasi Populasi penelitian ini adalah seluruh
serangan stroke pada laki-laki dan 2/3 pada perempuan dan laki-laki di Kabupaten
perempuan. Ponorogo yang menderita Penyakit jantung
dan stroke . Subjek dalam penelitian ini
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis adalah perempuan dan laki-laki menderita
apakah perempuan lebih rentan terkena penyakit jantung koroner atau Stroke yang
serangan penyakit jantung dan stroker masuk rumah sakit di RSUD Kabupaten
dibanding laki-laki. Penelitian ini penting Ponorogo dan RSU Aisyiyah Ponorogo.
dilakukan untuk menjelaskan pola serangan Besar sampel pada penelitian ini adalah
penyakit kardiovaskular berdasarkan jenis 100. Besar sampel ditentukan berdasarkan
kelamin. Luaran hasil penelitian dapat rumus beda dua proporsi dimana dari hasil
digunakan sebagai dasar untuk penelitian pendahuluan didapatkan proporsi
memfokuskan sasaran promosi kesehatan penyakit kardiovaskular pada perempuan

Page 2
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

[Type text] [Type text] [Type text]


sebesar 45% dengan α= 0,05 dan presisi variabel terikat atau variabel terikat dengan
15% maka didapatkan besar sampel 85 dan variabel pengganggu. Uji statistik yang
dibulatkan menjadi 100. Sampel dipilih digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
secara purposive. Kreteria inklusi yaitu 1) pengaruh antara 2 variabel adalah Chi
bersedia untuk diteliti, 2) umur antara 20- Square (χ2). Tabel 2x2 digunakan untuk
74, 3) Hasil Laboratorium untuk keperluan menghitung Ratio Prevalens dengan
penelitian tersedia. Kriteria eksklusi 1) confidence interval (CI) 95%. Analisis
tidak bisa baca tulis 2) dalam kondisi gawat menggunakan program software SPSS versi
atau akut. 16. Perbedaan jumlah faktor resiko
dianalisis dengan uji t.
Variabel-variabel yang diteliti meliputi
variabel bebas dan variabel terikat. HASIL DAN PEMBAHASAN
Variabel bebas adalah jenis kelamin yang Hasil
terdiri perempuan dan laki-laki. Variabel Proses pengumpulan Data dimulai pada
terikat adalah faktor risiko penyakit bulan Oktober sampai bulan November
kardiovaskular yang terdiri Hipertensi, 2013. Besar sampel 100 responden, namun
diabetes, kolesterol, rokok, diet dan yang sampai bulan Oktober Peneliti baru
obesitas Definisi operasional dari masing- mencapai 74 responden. Karakteristik Data
masing variabel dijelaskan pada tabel di hasil penelitian dianalisis secara univariat.
bawah. Karakteristik Data dianalisis berdasarkan
jenis kelamin. Uji bivariate t-test untuk
Penelitian ini menggunakan sumber data menganalisis kerentanan perempuan
primer dan sekunder yang diambil dari terhadap penyakit kardiovaskular
catatan medis pasien. Instrumen penelitian berdasarkan perbedaan jumlah variable
menggunakan kuesioner modifikasi dari faktor resiko antara laki-laki dan
Steps Intruments for NCD Risk Faktors, perempuan.
WHO. Pengumpulan data dengan a. Karakteristik Demografi Responden dan
menggunakan kuesioner, yang disusun faktor resiko penyakit Kardiovaskular
secara terstruktur. Responden diminta berdasarkan Jenis Kelamin.
menjawab pertanyaan tentang konsumsi
Tabel 1. Karakteristik Demografi dan faktor resiko penyakit
rokok, alkohol, dan diet, pekerjaan dan Kardiovaskular berdasarkan Jenis Kelamin
penghasilan sedangkan data demografi Total
Variabel Jenis Kelamin
yang lain seperti jenis kelamin, umur,
pendidikan diambil dari status responden. Laki Perempuan
N (%) N (%)
Data tentang berat badan, tinggi badan,
Pendidikan
tekanan darah dan lingkar pinggang akan Dasar 32 72,7 51 91,1 83
dilakukan pengukuran.Variabel lain seperti Menengah 12 27,3 5 8,9 17
nilai gula darah dan lemak darah dilihat dari Pekerjaan
hasil pemeriksaan laboratorium dan hasil Tidak bekerja 1 2,3 6 10,7 7
Swasta 5 11,4 2 3,6 7
diagnosis dokter. Wiraswasta 3 6,8 2 3,6 5
Tani 32 72,7 24 42.9 56
IRT 0 0 22 39,3 22
Analisis univariat digunakan untuk PNS 3 6,8 0 0 3
Gaji
menganalisis secara deskriptif karakteristik <=500rb 13 29,5 9 16,1 22
masing-masing variabel dengan distribusi >500rb 31 70,5 47 83,9 78
Umur
frekuensi yang akan ditampilkan dalam <50 tahun 10 22,7 7 12,5 17
bentuk narasi dan tabel. Gambaran >=50 tahun 34 77,3 49 87,5 83

karakteristik subjek penelitian yang


dihasilkan meliputi usia, tingkat
pendidikan, pekerjaan dan status ekonomi . Karakteristik demografi responden terdiri
Analisis bivariat dilakukan untuk atas pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan
mengetahui hubungan 2 variabel pada umur. Terdapat perbedaan responden
kedua kelompok antara variabel bebas dan berdasarkan tingkat pendidikan. Proporsi

Page 3
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

[Type text] [Type text] [Type text]


pendidikan rendah lebih banyak perempuan laki maupun perempuan sebagian besar
dibanding laki-laki (91,1% dan 88,6%). tidak mengkonsumsi alcohol. Ada
Pekerjaan sebagai petani merupakan perbedaan signifikan aktivitas fisik
pekerjaan dengan proporsi terbesar baik responden (p=0,01). Responden perempuan
pada perempuan maupun laki-laki (72,7%; lebih banyak tidak melakukan aktivitas fisik
42,9). Tidak terdapat perbedaan responden kategori sedang atau berat (35,7%),
berdasarkan pendapatan. Responden laki- sebaliknya responden laki-laki banyak
laki dan perempuan sebagain besar melakukan aktivitas fisik kategori sedang
berpendapatan kurang dari Rp. 500.000,-. atau berat (86,4%).
Tidak terdapat perbedaan umur antara
responden laki-laki dan perempuan, Tidak terdapat perbedaan secara signifikan
meskipun proporsi Responden perempuan pola diet sayur dan buah antara responden
dengan usia lebih dari 50 tahun lebih tinggi laki-laki dan perempuan. Pola diet buah
dibanding laki-laki (87,5%;77,3%). kategori sehat sebagian besar dilakukan
oleh perempuan (58,9%), sedangkan pada
b. Perbedaan Prevalensi Faktor Resiko laki-laki masih terdapat 59,1% pola diet
Penyakit Kardiovaskular antara laki-laki buah kategori tidak sehat. Pola diet sayur
dan perempuan kedua kelompok sebagian besar sehat, hal
Variabel Jenis Kelamin Tot P ini terlihat dari 88,6% laki-laki dengan pola
diet sayur sehat dan 87,5% perempuan pola
Laki Perempuan
N (%) N (%) diet sayur sehat.
Merokok
Tidak
Ya
11
33
25
75
51
5
91,1
8,9
62
38
0,000 Laki-laki cenderung mengalami obesitas
Konsumsi alcohol disbanding perempuan (p=0,01). Obesitas
Tidak 42 95,5 56 100 98 0,10
Ya 2 4,5 0 0,0 2 dialami oleh 22 responden laki-laki (50%).
Diet Buah
Sehat 18 40,9 33 58,9 51 0,07 Berbeda dengan laki-laki, responden
Tidak sehat 26 59,1 23 41,1 49
Diet Sayur
perempuan 25% mengalami obesitas.
Sehat
Tidak sehat
39
5
88,6
11,4
49
7
87,5
12,5
88
12
0,86 Responden laki-laki beresiko secara
Aktivitas Fisik
Sehat 38 86,4 36 64,3 74 0,01
signifikan mengalami hipertensi dibanding
Tidak sehat 6 13,6 20 35,7 26 perempuan. Proporsi responden laki-laki
Obesitas
Tidak 22 50 42 75 64 0,01 yang mengalami hipertensi sebesar 88,6%,
Ya 22 50 14 25 36
Hiperetensi berbeda pada responden perempuan sebesar
Tidak 5 11,4 16 28,6 21 0,04
Ya 39 88,6 40 71,4 79
71,45%. Responden laki-laki cenderung
Diabetes Millitus
Tidak 20 45,5 32 57,1 52 0,25
mengalami DM dibanding responden
Ya
LDL Tinggi
24 54,5 24 42,9 48 perempuan. Angka kejadian DM pada laki-
Tidak 28 63,6 33 58,9 61 0,6 laki sebesar 54,5%, sedangkan pada
Ya 16 36,4 23 41,1 39
HDL rendah perempuan sebesar 42,9%, namun
Tidak 19 43,2 31 55,4 50 0,23
Ya 25 56,8 25 44,6 50 berbedaan ini tidak bermakna (p=0,25)
Chols total tinggi
Tidak 17 38,6 25 44,6 42 0,55
Ya
Trigliserida tinggi
27 61,4 31 55,4 58 Variabel lemak darah meliputi LDL, HDL,
Tidak
Ya
29
15
65,9
34,1
36
20
64,3
35,7
65
35
0,8 Cholesterol, dan TG. Terdapat perbedaan
nilai LDL tinggi antara responden
Angka kejadian faktor resiko penyakit perempuan dan laki-laki. Proporsi LDL
kardiovaskular pada aspek perilaku terdiri Tinggi pada Responden perempuan lebih
atas konsumsi rokok, konsumsi alcohol, tinggi dibanding laki-laki (41,1%;36,4%),
dan aktivitas fisik. Terdapat perbedaan demikian juga nilai TG, responden
secara signifikan perilaku merokok antara perempuan lebih tinggi proporsinya
laki-laki dan perempuan (p=0,000). dibanding laki-laki. Namun nilai total
Responden laki-laki sebagain besar Cholesterol tinggi dan HDL rendah
merokok (75%), sedangkan responden responden laki-laki cenderung lebih tinggi
perempuan sebagian besar tidak merokok dibanding responden perempuan. Meskipun
(91,1%). Kedua kelompok responden laki- secara statistic tidak bermakna (p=0,22)

Page 4
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

[Type text] [Type text] [Type text]


c. Kerentanan Perempuan terhadap Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
serangan penyakit Kardiovaskular perempuan lebih rentan terserang penyakit
Kerentanan perempuan terhadap serangan kardiovaskular di banding responden laki-
penyakit Kardiovaskular dianalisis laki. Hasil ini berbeda dengan penelitian
berdasarkan jumlah faktor resiko yang ada oleh KUsmana (2006) dimana serangan
pada responden. Uji yang digunakan adalah jantung lebih banyak menyerang laki-laki
T-Test. Syarat utama uji T-Test adalah data daripada perempuan dengan resiko 7 kali.
harus berdistribusi normal. Hasil analisis Faktor resiko utama yang dapat
Kolmogorov-Smirnov data jumlah faktor dimodifikasi pada perempuan adalah
resiko penyakit Kardiovaskular pada kedua hipertensi dan nilai Cholesterol yang tinggi.
kelompok menunjukkan distribusi normal Dua resiko utama pada laki-laki adalah
(p=0,775 dan p=0,467). Jumlah faktor hipertensi dan rokok.
resiko antara perempuan dan laki-laki di
gambarkan sebagaimana table 2 di bawah. Perbedaan prevalensi merokok
Tabel 2. Faktor resiko penyakit kardiovaskular pada responden
Merokok merupakan faktor risiko mayor
perempuan dan laki-laki. untuk terjadinya penyakit jantung, termasuk
Jumlah Faktor Standart
resiko N Rata- Deviasi t Df p
serangan jantung dan stroke, dan juga
rata memiliki hubungan kuat untuk terjadinya
Laki-laki 44 6,22 1,8 3,26 98 0,002
Perempuan 56 5,0 1,9 PJK sehingga dengan berhenti merokok
Total 100 akan mengurangi risiko terjadinya serangan
*Sig pada p < 0,05
jantung. Rokok menjadi permasalahan di
seluruh dunia termasuk Indonesia
Terdapat perbedaan yang bermakna jumlah
prevalensi rokok dari berbagai penelitian
faktor resiko penyakit kardiovaskular antara
menempati peringkat pertama di seluruh
laki-laki dan perempuan. Hasil uji t
Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan
menunjukkan nilai signifikan (p=0,002).
persentase di atas 50% untuk laki-laki
Perempuan lebih rentan terserang penyakit
dengan risiko 2-4 kali lebih tinggi daripada
kardiovaskular dibanding laki-laki. Rata-
bukan perokok (Kusmana, 2006). Penelitian
rata jumlah faktor resiko penyakit
oleh Wald (1981) membuktikan bahwa
kardiovaskular pada laki-laki sebanyak
perokok sigaret mempunyai kadar
6,22, dan perempuan sebanyak 5,0.
karboksihemoglobin (COHb) yang jauh
lebih tinggi. Merokok sigaret tinggi nikotin,
Pembahasan
rendah nikotin atau tanpa nikotin,
Perbedaan jumlah faktor resiko penyakit
menyebabkan kadar COHb ini meningkat.
kardiovaskular antara laki-laki dan
Hal ini disebabkan proses pembakaran tidak
perempuan.
sempurna bahan organik dalam sigaret
Berdasarkan jumlah faktor resiko penyakit
meningkatkan Carbonmonoksida (CO).
kardiovaskular antara laki-laki dan
Moris dkk, (2003) meneliti faktor risiko
perempuan menunjukkan rata-rata jumlah
penyakit jantung dan stroke di Britain
faktor resiko penyakit kardiovaskular pada
secara prospektif didapat hasil insiden
responden laki-laki sebanyak 6,22,
penyakit PJK mempunyai korelasi kuat
sedangkan pada perempuan sebanyak 5,0.
merokok, korelasi sedang peningkatan
Hal ini menunjukkan responden perempuan
tekanan darah dan kondisi kelas sosial.
lebih rentan terserang penyakit
kardiovaskular di banding laki-laki. Rata-
Bank Dunia memperkirakan konsumsi
rata jumlah faktor resiko penyakit
rokok Negara Indonesia 6% dari seluruh
kardiovaskular pada responden perempuan
konsumsi dunia. Hasil Susenas tahun 2001
lebih sedikit dibanding responden laki-laki.
memberikan gambaran bahwa 27%
Terdapat perbedaan yang bermakna rata-
penduduk usia lebih dari 10 tahun
rata jumlah faktor resiko penyakit
menyatakan merokok dalam satu bulan
kardiovaskular pada perempuan dan laki-
terakhir, 54,5% penduduk laki-laki
laki dengan nilai p=0,004.
merupakan perokok dan 1,2% perempuan

Page 5
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

[Type text] [Type text] [Type text]


sebagai perokok. Yang lebih dalam sirkulasi, namun tidak semua
mengkhawatirkan 92% dari perokok literature mendukung konsep ini.
menjelaskan kebiasaan merokok di dalam
rumah ketika bersama anggota keluarga Beberapa penelitian menemukan hubungan
lainnya (Depkes, 2006). Secara nasional, nyata positif antara konsumsi minuman
rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap beralkohol dan kejadian obesitas sentral.
tiap hari oleh lebih dari separuh (52,3%) Seperti penelitian oleh Erem et all (2004)
perokok adalah 1-10 batang dan sekitar 20 yang mendapatkan hasil obesitas
persen sebanyak 11-20 batang per hari. berhubungan dengan konsumsi alcohol.
Pemeriksaan yang dilakukan pada usia Terdapatnya hubungan antara konsumsi
dewasa muda dibawah usia 34 tahun, dapat minuman beralkohol dan kejadian obesitas
diketahui terjadinya atherosklerosis pada sentral dihubungkan dengan kandungan
lapisan pembuluh darah (tunika intima) energi dan pengaruhnya terhadap
sebesar 50 %. Berdasarkan literatur yang metabolisme tubuh.
ada hal tersebut banyak disebabkan karena
kebiasaan merokok dan penggunaan kokain Hasil penelitian ini menunjukkan
serta diabetes mellitus dan dislipidemia rendahnya konsumsi alcohol baik pada laki-
yang dianggap merupakan faktor risiko laki maupun perempuan. Hal ini
dalam perkembangan lebih awal terjadinya menunjukkan masih tingginya nilai
atherosclerosis. keagamaan pada responden. Berdasarkan
hasil penelitian, konsumsi alcohol
Temuan penelitian ini menunjukkan merupakan penyebab terkecil serangan
berdasarkan data perilaku merokok 75% penyakit kardiovaskular.
dilakukan oleh responden laki-laki. Perilaku
merokok merupakan urutan ketiga tertinggi Perbedaan Prevalensi Diet buah dan
faktor resiko penyakit kardiovaskular pada sayur.
laki-laki. Hal ini menunjukkan rokok tetap Hasil penelitian menunjukkan pola diet
menjadi faktor resiko dominan serangan buah tidak sehat responden laki-laki lebih
penyakit kardiovaskular pada penduduk besar sedangkan pada responden
laki-laki setelah hiperetensi dan umur. perempuan sebagian besar pola diet buah
Sementara rokok bukan menjadi kebiasaan sehat. Hal ini menunjukkan konsumsi buah
pada perempuan, rokok hanya dikonsumsi 5 belum menjadi kebiasaan responden
dari 56 perempuan (8,9%). Namun demikian pola diet sayur kategori
sehat sebagian besar responden dilakukan
Pengaruh rokok terhadap penyakit oleh laki-laki dan perempuan. Pola
kardiovaskular merupakan proses yang konsumsi buah dan sayur tidak sehat
kompleks yang diawali pada usia muda. menunjukkan angka lebih rendah dibanding
Pengaruh itu adalah timbulnya angka nasional. Secara nasional konsumsi
aterosklerosis, peningkatan trombogenesis buah dan sayur tidak sehat sebesar 93,6%,
dan vasokonstriksi, peningkatan tekanan hasil penelitian ini menunjukkan diet sayur
darah, dan peningkatan kebutuhan sehat dikonsumsi oleh 88%, sementara diet
kebutuhan oksigen. Peran-peran inilah yang buah ssehat dikonsumsi 51% responden.
saling terkait sehingga menimbulkan
serangan penyakit jantung dan stroke. Serat yang terkandung dalam buah dan
sayur larut dan mengikat asam empedu
Perbedaan prevalensi konsumsi alcohol yang didalamnya terlarut lemak. Serat akan
Meskipun ada satu dasar teori mengenai keluar bersama tinja, dengan demikian
efek protektif alkohol dosis rendah hingga makin banyak konsumsi buah dan sayur
moderat, hal ini masih kontroversial. semakin banyak pula lemak dan kolesterol
Alkohol dalam dosis rendah meningkatkan yang dikeluarkan, dan pada akhirnya,
trombolisis endogen, mengurangi adhesi mampu mengurangi timbunan lemak di
platelet dan meningkatkan kadar HDL tubuh. Selain itu kandungan serat pada buah

Page 6
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

[Type text] [Type text] [Type text]


dan sayur sangat bermanfaat untuk pengurangan berat badan, hipertensi, lipid
mengurangi konsumsi lemak dan gula darah, toleransi glukosa dan peningkatan
karena perasaan kenyang. Drapeau et al. cara hidup sehat. Individu yang aktif secara
(2004) menyatakan bahwa peningkatan fisik biasanya lebih kurus daripada individu
konsumsi sayuran dan buah dapat yang banyak duduk. Aktivitas fisik kategori
menurunkan berat badan dan lemak sedang dan berat mampu memberikan efek
seseorang. Hasil penelitian sebelumnya perbaikan sistem kardiovaskular, dengan
menunjukkan ada hubungan antara cara membakar cadangan lemak di tubuh.
konsumsi buah dengan obesitas. KOnsumsi Olah raga teratur mampu membakaran
buah tidak sehat cenderung tidak kalori sehingga memacu insulin untuk
mengalami obesitas (Rosjidi, 2012). metabolisme glukosa. Pada penderita
jantung, olah raga sangat bermanfaat karena
Pola diet tidak sehat terdapat pada 12,5% dapat membakar lemak sehingga risiko
responden perempuan dan 11,4% pada penumpukan kolesterol dapat dikontrol.
responden laki-laki. SEmentara diet buah Olahraga juga dikaitkan dengan peran
tidak sehat laki-laki lebih banyak obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan
disbanding perempuan. Temuan penelitian olahraga akan meningkatkan kemungkinan
ini menggambarkan pola konsumsi sayur timbulnya obesitas dan jika asupan garam
kategori sehat sangat tinggi, hal ini juga bertambah akan memudahkan
didukung data mayoritas pekerjaan timbulnya hipertensi. Hasil penelitian juga
responden adalah petani memungkinkan menunjukkan inaktivitas fisik merupakan
konsumsi sayur lebih sering. Promosi faktor resiko ke 9 (35,7%) penyakit
konsumsi buah harus digalakkan oleh kardiovaskular pada perempuan. Hal ini
pemerintah sehubungan dengan rendahnya berbeda pada laki-laki, dimana inaktivitas
perilaku konsumsi buah masyarakat. fisik merupakan faktor resiko ke 11
(13,6%).
Perbedaan Prevalensi aktivitas fisik.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat Perbedaan Prevalensi Obesitas.
berbedaan tingkat aktivitas Fisik Obesitas adalah keadaan dimana terdapat
berdasarkan jenis kelamin. Aktivitas tingkat akumulasi lemak tubuh berlebihan sebagai
sedang dan berat lebih banyak dilakukan manifestasi berbagai faktor yang melatar-
oleh laki-laki dibanding perempuan. belakanginya. Faktor-faktor yang diduga
Prevalensi inaktivitas fisik pada responden berperan pada regulasi penyimpanan lemak
laki-laki sebesar 13,6%, sedang pada antara lain heriditas, metabolik, hormonal,
perempuan sebesar 35,7%. Hasil penelitian obat-obatan, kurangnya aktivitas fisik,
ini sejalan dengan penelitian sebelumnya kebiasaan makan, dan psikologik.
oleh Yusnidar (2007) dimana inaktivitas seimbang. Di mana seseorang lebih banyak
fisik merupakan faktor resiko penyakit mengkonsumsi lemak dan protein tanpa
jantung koroner pada perempuan. Secara memperhatikan serat. Kelebihan berat
total prevalensi inaktivitas fisik sebesar badan meningkatkan risiko terjadinya
26%. Penelitian sebelumnya di Ponorogo penyakit kardiovaskular karena beberapa
mennunjukkan angka kejadian inaktivitas sebab. Makin besar massa tubuh, makin
fisik sebesar 33,3% (Rosjidi, 2012). HAsil banyak darah yang dibutuhkan untuk
ini lebih rendah dari angka nasional sebesar memasok oksigen dan makanan ke jaringan
48,2% (Depkes, 2008). tubuh. Ini berarti volume darah yang
beredar melalui pembuluh darah menjadi
Aktivitas fisik dan olah raga telah diketahui meningkat sehingga memberi tekanan lebih
mempunyai banyak manfaat. Kaplan (1994) besar pada dinding arteri.
menjelaskan beberapa riset memberikan
bukti secara tidak langsung efek Secara Nasional kejadian obesitas lebih
perlindungan gerak badan aerobik terhadap banyak terjadi pada wanita dibandingkan
PKJ dengan memberikan pengaruh pada laki-laki (Kemenkes R.I, 2011), namun

Page 7
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

[Type text] [Type text] [Type text]


hasil penelitian ini laki-laki cenderung sedangkan pada responden perempuan
mengalami obesitas dibanding wanita. Hal 71,4% mengalami hipertensi. SEcara total
ini berpengaruh pada pola konsumsi yang angka kejadian hiperetensi adalah 79%.
semakin membaik. Pola konsumsi yang Berbeda oleh penelitian sebelumnya oleh
semakin bergizi lebih berhubungan dengan MOsca at al., (2011) dimana prevalensi
perbaikan gizi dan berhubungan dengan hiperetensi lebih banyak pada perempuan di
peningkatan berat badan. Terdapat atas usia 65 tahun. Hasil penelitian
perbedaan faktor resiko obesitas terhadap menunjukkan hipertensi merupakan faktor
penyakit kardiovaskular, dimana laki-laki resiko mayor pada kedua kelompok laki-
beresiko 50%, sedangkan perempuan 25%. laki dan perempuan.
Laki-laki cenderung lebih banyak
mengalami obesitas dibanding perempuan. Sasaran pengobatan hipertensi untuk
Meskipun aktivitas berat dan sedang lebih menurunkan morbiditas dan mortalitas
banyak dilakukakan laki-laki namun laki- kardiovaskuler dan ginjal. Dengan
laki juga banyak yang mengalami obesitas. menurunkan tekanan darah kurang dari
Beberapa hal yang mempengaruhi adalah 140/90 mmHg, diharapkan komplikasi
adanya perbaikan pola konsumsi makan. akibat hipertensi berkurang. Terapi non
farmakologi antara lain mengurangi asupan
Perbedaan Prevalensi Hipertensi. garam. Olah raga, menghentikan rokok dan
Tekanan darah adalah desakan darah mengurangi berat badan, dapat dimulai
terhadap dinding-dinding arteri ketikadarah sebelum atau bersama-sama obat
tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. farmakologi.
Tekanan darah merupakan gaya yang
diberikan darah pada dinding pembuluh Perbedaan Prevalensi Diabetes Millitus
darah. Tekanan ini bervariasi sesuai Diabetes Milletus menyebabkan gangguan
pembuluh darah terkait dan denyut jantung. vaskuler berupa mikroangiopati, terjadinya
Tekanan darah pada arteri besar bervariasi penebalan dinding pembuluh darah pada
menurut denyutan jantung. Tekanan ini semua organ, mata, ginjal, otak dan
paling tinggi ketika ventrikel berkontraksi jantung, sehingga terjadi aterosklerosis
(tekanan sistolik) dan paling rendah ketika hebat. Kelebihan berat badan, usia lanjut,
ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik). konsumsi karbohidrat berlebih, kerusakan
Hipertensi terjadi karena desakan darah pankreas merupakan penyebab tejadinya
yang berlebihan dan hampir konstan pada penyakit DM. Penyakit DM yang tidak
arteri. Hipertensi juga disebut dengan terkontrol menyumbang 80% angka
tekanan darah tinggi, dimana tekanan kematian akibat PJK dan stroke (Kusmana,
tersebut dihasilkan oleh kekuatan jantung 2006). Tingginya gula darah sangat erat
ketika memompa darah sehingga hipertensi hubungannya dengan obesitas, hipertensi
ini berkaitan dengan kenaikan tekanan dan dislipid. Gula darah yang tinggi dapat
sistolik dan tekanan diastolik. Standar mengakibatkan kerusakan lapisan endotel
hipertensi adalah sistolik >=140 mmHg pembuluh darah yang berlangsung secara
dan diastolik >=90 mmHg. progresif.

Tingginya kadar plasma total cholesterol, Hasil penelitian menggambarkan angka


hipertensi arterial dan kebiasaan merokok kejadian DM lebih banyak laki-laki
merupakan 3 faktor risiko utama PJK. dibandingkan perempuan (54,5%;42,9%).
Hasil penelitian sejalan dengan teori yang Secara total angka kejadian DM sebesar
menggambarkan hipertensi merupakan 48%. Hasil penelitian ini berbeda dengan
faktor mayor terjadinya penyakit penelitian sebelumnya oleh Mosca (2011)
kardiovaskular, hal ini ditunjukkan oleh dimana perempuan lebih rentan terkena DM
tingginya angka kejadian Hipertensi pada dibanding laki-laki. Namun berdasarkan
laki-laki dan perempuan. Pada responden urutan terbanyak penyebab penyakit
laki-laki 88,6% mengalami hipertensi, jantung dan stroke DM merupakan resiko

Page 8
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

[Type text] [Type text] [Type text]


penting terjadinya penyakit kardiovaskular cerminan dari tingginya asupan lemak
pada perempuan. Hal ini terlihat dari urutan dalam makanan. Kolesterol menjadi
penyebab penyakit jantung dan stroke permasalahan besar yang berhubungan
terbanyak, DM menduduki urutan ke 5. dengan risiko PJK. Peningkatan kadar
Temuan ini sejalan dengan penelitian kolesterol darah yang disertai faktor risiko
sebelumnya dimana laki-laki lebih banyak lain seperti hipertensi dan merokok
mengalami DM dibanding perempuan. menjadikan risiko PJK lebih besar lagi
Laki-laki beresiko 1,3 kali meskipun secara (Kusmana, 2006). Kadar LDL kolesterol
statistic tidak dapat di generalisasikan 100-129 mg/dl dikatakan di atas normal,
(OR=1,3 CI95% 0,6-3,32). Semakin kadar total kolesterol 200-239 mg/dl
bertambah umur, resiko DM dan hipertensi borderline high dan kadar HDL kolesterol
semakin besar (OR=2,86) (Rosjidi, 2012). diatas 60 mg/dl tinggi. Konsentrasi LDL
Penyakit DM sering disebut sebagai the memiliki sensitifitas 47% untuk
great imitator artinya mengenai semua memprediksi angka kematian setelah 10
organ dengan berbagai macam keluhan. tahun pada penderita PJK (Sargowo, D.,
Gejalanya bervariasi dan timbulnya 2003).
perlahan tanpa disadari oleh penderita
dengan gambaran klinis kadang tidak jelas LDL tinggi dan Trigliserida tinggi
atau tanpa gejala (asimtomatik) dan merupakan dua komponen lemak darah
biasanya ditemukan saat memeriksakan dengan kejadian lebih tinggi perempuan
penyakit lain. Diabetes menyebabkan dibanding laki-laki. Sedangkan pada HDL
gangguan vascular berupa mikroangiopati, rendah dan Cholesterol tinggi lebih tinggi
terjadinya penebalan dinding pembuluh laki-laki dibanding perempuan. Hasil
darah semua organ seperti mata, ginjal, penelitian menggambarkan LDL dan
otak, dan jantung. Proses terjadinya Cholesterol tinggi merupakan dua
kerusakan organ berlangsung pelan-pelan komponen lemak dengan proporsi tinggi
sehingga sering sekali penderita tidak pada perempuan, masing-masing 41,1% dan
menyadari jika menderita DM. Hal ini jelas 35,7%, sedangkan pada laki-laki
berefek sangat buruk dimana pada saat Cholesterol tinggi dan HDL rendah
terdiagnosis sudah dalam kondisi terjadi merupakan resiko utama pada komponen
komplikasi. Sangat penting bagi masyarakat lemak darh masing-masing 61,4% dan
untuk melakukan pemeriksaan gula darah 56,8%. Hasil ini menggambarkan pada
secara rutin untuk mendeteksi penyakit kedua kelompok sama-sama beresiko
DM. tinggi.

Perbedaan Prevalensi lemak darah Kolesterol LDL yang tinggi dalam darah
Lemak darah terdiri atas LDL, HDL, total akan sangat mudah berubah bentuk dan
Cholesterol, dan Trigliserida. Kadar sifatnya sehingga akan di anggap sebagai
lemak terutama Kolesterol di dalam tubuh benda asing oleh tubuh dan akan di
terutama berasal dari proses sintesis di fagositosis oleh sel-sel makrofag yang
dalam hati. Sumber utama berasal dari berperan untuk mengeluarkan zat-zat yang
karbohidrat, Protein atau lemak. Jumlah sudah tidak berguna lagi atau bahaya bagi
yang disintesis tergantung pada kebutuhan tubuh. Sel-sel makrofag ini akan berubah
tubuh dan jumlah diperoleh dari makanan. menjadi sel-sel busa (foam cell) yang dapat
Kolesterol hanya terdapat di dalam mengendap pada lapisan dinding pembuluh
makanan asal hewan. Sumber utama darah arteri dan bentuk sumbatan-
kolesterol adalah hati, ginjal, dan kuning sumbatan. Proses penyumbatan ini
telur. Setelah itu daging, susu penuh dan kemudian dikenal sebagai arteroskleroris.
keju serta udang dan kerang (Sunita, 2004). Dari arterosklerosis yang terjadi pada
Peningkatan kadar lemak darah merupakan pembuluh darah inilah kemudian berlanjut
masalah pada masyarakat modern. menjadi PJK (Waspadji, dkk., 2003:146).
Peningkatan kadar lemah darah merupakan

Page 9
[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

[Type text] [Type text] [Type text]


KESIMPULAN DAN SARAN obesitas sentral pada pasien penyakit
Perempuan lebih rentan terserang penyakit jantung koroner di poli jantung rsud
kardiovaskular dibanding laki-laki. Beban dr. Hardjono ponorogo. Karya Tulis
faktor resiko penyakit kardiovaskular Ilmiah, UNMUH Ponorogo, tidak di
perempuan lebih besar dari laki-laki adalah publikasikan.
tingginya LDL, tingginya TG, dan Kusmana, D., (2006) Olah Raga Untuk
kurangnya aktivitas fisik., tiga Faktor resiko Orang Sehat dan Penderita
dominan penyakit kardiovaskular pada Penyakit Jantung Trias SOK &
perempuan adalah umur, hiperetnsi dan senam 10 menit. Jakarta: FK UI.
cholesterol tinggi, tiga Faktor resiko Mosca,L., Manson, J.E,
dominan penyakit kardiovaskular pada laki- Sutherland,S.E.,Langer,D., Manolio,
laki adalah hipertensi, umur, dan rokok. T., Connor,E.B. (1997)
Cardiovascular Disease in Women: A
Kewaspadaan resiko penyakit Statement for Healthcare
kardiovaskular pada perempuan harus Professionals From the American
ditingkatkan, mispersepsi perempuan Heart Associatio. Circulation,
tentang bahaya penyakit kardiovaskular 96:2468-2482.
harus segera perbaiki. Promosi kesehatan Rosjidi, C.H. (2007) Hubungan antara
tentang penyakit kardiovaskular harus Kemiskinan dengan Pengetahuan
segera di fokuskan pada perempuan. tentang diet dan aktivitas fisik dan
Risiko penyakit Kardiovaskular di
DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Ponorogo. Tesis, UGM.
American Heart Association (AHA) (2007) US Department of Health (2013) Research
Asian/Pacific Islanders and on Cardiovascular Deseases in
Cardiovascular Diseases-Statistic. Women. Diakses
<internet> tersedia http://www.ahrq.gov/research/wo
http//www.americanheart.org, mheart.htm. tanggal 19 Pebruari
akses tanggal 5 Oktober 2007. 2013.
Boartd of The First International conference World Health Organization (2002) The
on Women, Heart Disease and stroke Word Health report 2002,
(2000) The 2000 Victotia reducing risk, promoting healthy
Declaration on Women, Heart life. Jenewa: WHO ,
Disease and Stroke. Canada. World Health Organization (2003) The
CDC (2013) Facts on Women and Heart WHO STEPwise approach to
Disease. Diakses Surveillance of NonComunication
http://www.cdc.gov/dhdsp/data_sta Disease (STEPS). Jenewa, WHO.
tistics/fact_sheets/fs_women_heart. World Health Organization (2007)
htmpada tanggal 20 Pebruari 2013 cardiovascular_diseases. < Internet>
Departemen Kesehatan R.I Promosi tersedia di
Kesehatan (2006) Gizi dan Promosi http://www.who.int/cardiovascular
Kesehatan, Promosi Kesehatan _diseases/resources/atlas/en/.
online.http://www.promosikesehata Diakses tanggal 1 Maret 2008
n.com. Diakses tanggal 27September
2006.
Istiyarini, YD., Rosjidi C.H (2008)
Aktivitas Fisik Penderita Penyakit
Kardiovascular. Karya Tulis Ilmiah,
UNMUH Ponorogo, Tidak
dipublikasikan
Nurwahyu, E., Rosjidi C.H (2012)
Hubungan profil lipid darah dengan

Page 10

Anda mungkin juga menyukai