Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

THYPOID

A. PENGERTIAN
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella
Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella (Smeltzer, 2014).
B. ETIOLOGI
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan salmonella parathypi
(S. Parathypi A dan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, mempunyai
flagela, dapat hidup dalam air, sampah dan debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan
pemanasan suhu 600 selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, pasien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
b. Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
c. Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan antigen Vi
(berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien menderita tifoid (Sudoyo, 2009).
C. MANIFESTASI
Menurut Mansjoer, 2010 pada demam typoid memiliki masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30)
hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala
yang tidak khas) :
1. Perasaan tidak enak badan
2. Lesu
3. Nyeri kepala
4. Pusing
5. Diare
6. Anoreksia
7. Batuk
8. Nyeri otot
Menyusul gejala klinis yang lain demam yang berlangsung 3 minggu :
1. Demam
a. Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada
sore dan malam hari
b. Minggu II: Demam terus
c. Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur - angsur.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
a. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang
disertai tremor
b. Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
c. Terdapat konstipasi, diare
3. Gangguan kesadaran : Kesadaran yaitu apatis–somnolen
Gejala lain “Roseola” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit)
D. KOMPLIKASI
Menurut Sudoyo, 2010 komplikasi dari typoid dapat dibagi dalam :
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus

b. Perforasi usus

c. Ileus paralitik

2. Komplikasi ekstra intestinal

a. Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis,

dan tromboflebitie.

b. Darah : anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia hemolitik

c. Paru : pneumonia, empiema, pleuritis

d. Hepar dan kandung empedu : hipertitis dan kolesistitis.

e. Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.

f. Tulang : oeteomielitis, periostitis, epondilitis, dan arthritis

g. Neuropsikiatrik : delirium, sindrom Guillan-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.

Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi.

Komplikasi sering terjadi pada keadaan tokremia berat dan kelemahan umum,

terutama bila perawatan pasien kurang sempurna.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik menurut Aru. W (2006) meliputi:
1. Pemeriksaan Rutin
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering di temukan leukopenia dapat
pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai
infeksi sekunder. Selain itu dapat pula ditemukan anemia ringan dan trombositopenia.
Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit demam typhoid dapat meningkat. SGOT dan
SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Kenaikan
SGOT dan SGPT tidak memerlukan penanganan khusus.
2. Kultur Darah
Hasil biakan darah yang pasif memastikan demam typhoid akan tetapi hasil negative
tidak menginginkan demam typhoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal sebagai
berikut:
a. Telah mendapat terapi antibiotik.
b. Volume darah yang timbul kurang.
c. Riwayat vaksinasi.
3. Uji Widal.
Uji widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman salmonella typhi. Pada uji
widal terjadi suhu reaksi aglutinasi antara antigen kuman salmonella typhi dengan
antibody disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka typhoid yaitu :
a. Aglutinin O (dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H (flagella kuman).
c. Aglutinin Vi (sampai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan. Semakin tinggi
liternya semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman ini. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi uji widal yaitu :
a. Pengobatan dini dengan antibiotik.
b. Gangguan pembentukan antibody dan pemberian kortikosteroid.
c. Waktu pengambilan darah.
d. Darah endemik atau non endemik.
e. Riwayat vaksinasi.
f. Reaksi anamnestik.
Faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium akibat aglutinin silang dan strain Salmonella
yang digunakan untuk suspensi antigen.
F. PENATALAKSAAN MEDIS
4. Medis
Penatalaksanaan demam typhoid secara medis menurut Ngastiyah (2005) antara lain:
a. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta.
b. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama,
lemah, anoreksia.
c. Istirahat selama demam sampai dengan dua minggu setelah suhu normal kembali
(istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian
berjalan di ruangan.
d. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahkan
makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan gas. Susu dua gelas sehari, bila kesadaran pasien menurun diberikan
makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik
dapat juga diberikan makanan lunak.
e. Obat pilihan adalah kloramfenikol, kecuali pasien tidak cocok diberikan obat
lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi, yaitu
100 mg/kg berat badan/hari (makanan 2 gram per hari), diberikan empat kali sehari
per oral atau intravena. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi tersebut
mempersingkat waktu perawatan dan mencegah relaps. Efek negatifnya adalah
mungkin pembentukan zat anti kurang karena basil terlalu cepat dimusnahkan.
f. Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi
dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara intravena.
g. Medikasi yang digunakan untuk demam typhoid menurut Rampengan (2008) selain
kloramfenikol, obat-obat antimikroba yang sering digunakan antara lain:
1) Tiamfenikol: 50-100 mg/ kg berat badan/ hari.
2) Kotrimoksasol: 6-8 mg/ kg berat badan/ hari.
3) Ampisilin: 100-200 mg/kg berat badan/ hari.
4) Amoksilin: 100 mg/ kg berat badan/ hari.
5) Sefriakson: 50-100 mg/ kg berat badan/ hari.
6) Sefotaksim: 150-200 mg/ kg berat badan/ hari.
7) Siprofloksasin: 2 x 200-400 mg oral (usia kurang dari 10 tahun).
5. Keperawatan
Penatalaksanaan demam typhoid ditinjau dari segi keperawatan menurut Ngastiyah
(2005), adalah Pasien typhoid harus dirawat di kamar isolasi yang dilengkapi dengan
peralatan untuk merawat pasien yang menderita penyakit menular seperti desinfektan
mencuci tangan, merendam pakaian kotor dan pot atau urinal bekas pakai pasien. Yang
merawat atau sedang menolong pasien agar memakai celemek. Masalah pasien typhoid
yang perlu diperhatikan adalah:
a. Kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit.
Pasien typhoid umumnya menderita gangguan kesadaran dari apatik sampai
spoorokoma, delirium (yang berat) disamping anoreksia dan demam lama. Keadaan
ini menyebabkan kurangnya masukan nutrisi atau cairan sehingga kebutuhan nutrisi
yang penting untuk masa penyembuhan berkurang pula, dan memudahkan
timbulnya komplikasi. Selain hal itu, pasien typhoid menderita kelainan berupa
adanya tukak-tukak pada usus halus sehingga makanan harus disesuaikan. Diet yang
diberikan ialah makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi
protein dan tidak menimbulkan gas. Pemberiannya melihat keadaan pasien.
d. Jika kesadaran pasien masih baik, diberikan makanan lunak dengan lauk pauk
dicincang (hati, daging), sayuran labu siam atau wortel yang dimasak lunak sekali.
Boleh juga diberi tahu, telur setengah matang atau matang direbus. Susu diberikan 2 x
1 gelas atau lebih, jika makanan tidak habis diberikan ekstra susu.
e. Pasien yang kesadarannya menurun sekali diberikan makanan cair per sonde, kalori
sesuai dengan kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap 3 jam termasuk makanan
ekstra seperti sari buah, bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika kesadaran membaik
makanan beralih secara bertahap ke lunak.
f. Jika pasien menderita delirium, dipasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl. Jika
keadaan sudah tenang berikan makanan per sonde di samping infus masih diteruskan.
Makanan per sonde biasanya merupakan setengah dari jumlah kalori, setengahnya
masih per infus. Secara bertahap dengan melihat kemajuan pasien, beralih ke
makanan biasa.
g. Gangguan suhu tubuh.
Penyebab demam, karena adanya infeksi basil Salmonella typhosa, maka untuk
menurunkan suhu tersebut hanya dengan memberikan obatnya secara adekuat,
istirahat mutlak sampai suhu turun diteruskan 2 minggu lagi, kemudian mobilisasi
bertahap. Jika pasien diberikan makanan melalui sonde, obat dapat diberikan bersama
makanan tetapi berikan pada permulaan memasukkan makanan, jangan dicampur
pada semua makanannya atau diberikan belakangan karena jika pasien muntah obat
akan keluar sehingga kebutuhan obat tidak adekuat.
Ruangan diatur agar cukup ventilasi. Untuk membantu, menurunkan suhu tubuh yang
biasanya pada sore hari dan malam hari lebih tinggi jika suhu tinggi sekali cara
menurunkan lihat pada pembahasan tentang hiperpireksia. Di samping kompres
berikan pasien banyak minum boleh sirup, teh manis, atau air kaldu sesuai kesukaan
anak.
Anak jangan ditutupi dengan selimut yang tebal agar penguapan suhu lebih lancar.
Jika menggunakan kipas angin untuk membantu menurunkan suhu usahakan agar
kipas angin tidak langsung kearah tubuh pasien.
h. Gangguan rasa aman dan nyaman.
Gangguan rasa aman dan nyaman pasien typhoid sama dengan pasien lain, yaitu
karena penyakitnya serta keharusan istirahat di tempat tidur, jika ia sudah dalam
penyembuhan. Khusus pada pasien typhoid, karena lidah kotor, bibir kering, dan
pecah-pecah menambah rasa tak nyaman disamping juga menyebabkan tak nafsu
makan. Untuk itu pasien perlu dilakukan perawatan mulut 2 kali sehari, oleskan
boraks gliserin (krim) dengan sering dan sering berikan minum. Karena pasien apatis
harus lebih diperhatikan dan diajak berkomunikasi. Jika pasien dipasang sonde
perawatan mulut tetap dilakukan dan sekali-kali juga diberikan minum agar selaput
lendir mulut dan tenggorok tidak kering. Selain itu sebagai akibat lama berbaring
setelah mulai berjalan harus mulai dengan menggoyang-goyangkan kakinya dahulu
sambil duduk di pinggir tempat tidur, kemudian berjalan di sekitar tempat tidur
sambil berpegangan. Katakan bahwa gangguan itu akan hilang setelah 2-3 hari
mobilisasi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
TYPHOID
A. PENGKAJIAN
1. Identitas, sering ditemukan pada anak berumur di atas satu tahun.

2. Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang

bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa inkubasi).

3. Suhu tubuh. Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama tiga minggu, bersifat

febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama suhu tubuh

berangsur-angsur naik setiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat

lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan

demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir

minggu ketiga.

4. Kesadaran. Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak beberapa dalam, yaitu

apatis sampai somnolen. Jarang terjadi spoor, koma, atau gelisah (kecuali bila

penyakitnya berat dan terlambat mendapat pengobatan). Di samping gejala-gejala

tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat

ditemukan reseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit

yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula

bradikardia dan epistaksis pada anak besar.

5. Pemeriksaan fisik

a. Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-pecah

(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (Cated tongue), sementara ujung dan

tepinya berwarna kemerahan, dan jarang disertai tremor.


b. Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung (Meteorismus). Bisa terjadi

konstipasi, atau mungkin diare atau normal.

c. Hati dan limpa membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.

6. Pemeriksaan laboratorium

a. Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relative,

dan aneosiniofilia pada permulaan sakit.

b. Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal.

c. Bukan empedu basil Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah pasien pada

minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan dalam urin dan feces.

d. Pemeriksaan widal

Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah liter zat anti terhadap

antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang

progresif (Nursalam, 2005).

B. DIAGNOSA
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Definisi : suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan atau yang muncul
akibat kerusakan jaringan actual atau potensial yang digambarkan sebagai kerusakan
(International Association for the Study of Pain); awitan yang tiba tibaatau lalmbat dari
intensitas ringan hinngga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi.
3. Mual berhubungan dengan distensi lambung
Definisi : suatu fenomena subjektif tentang rasa tidak nyaman pada bagian belakang
tenggorok atau lambung, yang dapat atau tidak dapat mengakibatkan muntah
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Definisi : penurunan cairan intravascular, interstisial, dan/atau interselular. Ini mengacu
pada dehidrasi, kehilangan cairan apa saja tanpa perubahan kadar natrium.
5. Risiko syok berhubungan dengan hipovolemia
Definisi : rentan mengalami ketidak cukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat
emnagkibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa, yang dapat mengganggu
kesehatan.
C. INTERVENSI
Diagnosa NOC NIC
keperawata
n
Hipertermi Termoregulasi (0800) Perawatan demam (3740)
KODE INDIKATOR SA ST
berhubungan 1. Monitor tanda tanda vital
080001 Peningkatan
dengan suhu tubuh 2. Longgarkan/lepas pakaian
proses 080019 hipertermia 3. Anjurkan pakaian yang sejuk/dingin
Keterangan :
inflamasi 1: berat 4. Berikan kompres hangat
2: cukup berat 5. Anjurkan konsumsi cairan yang cukup
3: sedang
4: ringan 6. Kolaborasi pemberian antipiretik yang sesai
5: tidak ada dengan tim medis
1.
Nyeri akut Tingkat nyeri (2102) Manajemen nyeri (1400)
KODE INDIKATOR SA ST
berhubungan 1. Kaji nyeri secara komprehensif
21020 Nyeri
dengan agen 1 dilaporkan (PQRST)
cidera 21020 Ekspresi 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
6 wajah
biologis 21022 Mual terkait adanya ketidak nyamanan
7 3. Pilih dan implementasi manajemen
Keterangan :
1 : berat nyeri yang sesuai
2 : cukup berat 4. Ajarkan pasien/keluarga manajemen
3 : sedang
4 : ringan nyeri
5 : tidak ada 5. Kolaborasi dengan tim medis lain
terkait pemberian obat analgesik yang sesuai
Mual Mual dan muntah : efek yang Manajemen mual (1450)
mengganggu (2106)
berhubungan 1. Lakukan penilaian terkait mual secara
KODE INDIKATOR SA
dengan 210601 Asupan cairan lengkap
distensi menurun 2. Ajarkan kepada pasien/keluarga
210602 Asupan makanan
lambung berkurang penggunaan teknik nonfarmakologi untuk
210625 Kehilangan mnegurangi mual
nafsu makan
Keterangan : 3. Kolaborasi pemberian obat antiemetic
1 : parah dengan tim medis lain
2 : banyak
3 : cukup 2.
4 : sedikit
5 : tidak ada
Kekurangan Hidrasi (0602) Manajemen cairan (4120)
KODE INDIKATOR SA ST
volume 1. Monitor status hidrasi terkini
060201 Turgor kulit
cairan 060202 Mukosa bibir 2. Monitor tanda-tanda vital
berhubungan 060208 Bola mata 3. Lakukan perhitungan balance cairan
cekung
dengan Keterangan : 4. Berikan terapi iv yang sesuai
kehilangan 1 : sangat terganggu 5. Tingkatkan asupan oral
2 : terganggu
cairan aktif 3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5 : tidak terganggu
Risiko syok Keparahan syok : hipovolemik Manajemen syok : volume
(0419)
berhubungan 1. Monitor adanya penurunan tekanan sistolik
KODE INDIKATOR SA ST
dengan 041915 Akral dingin dibawah 90mmhg
hipovolemia dan basah/ 2. Monitor tanda/gejala syok hipovolemik
lembab
041916 pucat 3. Insersikan dan pertahankan akses iv
Keterangan : dengan benar
1 : berat
2 : cukup berat 4. Berikan cairan iv kristaloid isotonik/koloid
3 : sedang yang sesuai
4 : ringan
5 : tidak ada
REFERENSI

Aru, W. Sudoyo. 2006. Buku Ajar Penyakit Dalam (2 ed., Vol. III).. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam.
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta: Interna
Publishing.
Mansjoer, Arief. (2010). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit: Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak: Edisi 1. Jakarta : Salemba.
Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Trofik pada Anak: Edisi. 2. Jakarta: EGC.
Smeltzerm Susan C. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru W, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai