Anda di halaman 1dari 8

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mendasari pada
ilmu-ilmu yang lain. Cabang ilmu matematika seperti teori peluang, matematika
diskrit, geometri, aljabar, teori bilangan marupakan sebagian dari ilmu matematika
yang berpengaruh pada proses kehidupan manusia. Ilmu-ilmu dari matematika dapat
diaplikasikan dalam kehidupan nyata sehingga dapat membantu menyelesaikan
permasalahan manusia sehari-hari.
Tujuan utama dari siswa untuk bersekolah yaitu, agar siswa tersebut
memperoleh ilmu yang akan menjadi bekal siswa tersebut dalam menjalani
kehidupan selanjutnya. Pada proses pemerolehan pengetahuan tersebut, siswa akan
diberikan suatu permasalahan-permasalahan yang menuntut mereka untuk
menyelesaikannya. Pada tingkat sekolah dasar dan menengah, standar kompetensi
lulusan menyebutkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, memecahkan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
(Depdiknas, 2008:69)
Salah satu kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa SMP dalam belajar
matematika adalah kemampuan memecahkan masalah atau problem solving.
Penggunaan problem solving dalam pembelajaran matematika sangatlah penting
karena diyakini dapat meningkatkan kemampuan matematika. Hal tersebut
diungkapkan oleh Pehkonen (1997) yang menyatakan bahwa (1) problem solving
develops general cognitive skills, (2) problem solving fosters creativity, (3) problem
solving fosters creativity. (4) problem solving motivates pupils to learn mathematics.
Setiap penugasan dalam belajar matematika untuk siswa dapat digolongkan
menjadi dua hal yaitu exercise dan problem yang merupakan tugas dan langkah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

penyelesaiannya belum diketahui siswa. Pada umumnya suatu latihan dapat


diselesaikan dengan menerapkan secara langsung satu atau lebih algoritma. Problem
lebih kompleks daripada latihan karena strategi untuk menyelesaikannya tidak
langsung tampak. Dalam menyelesaikan problem siswa dituntut berpikir kreatif.
Menyimak pernyataan ini tampak jelas bahwa pembelajaran Matematika di SMP
membawa cita-cita luhur yakni meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan
kemampuan menerapkan Matematika dalam konteks yang tertentu. Pernyataan
NCTM dalam Lee et al. (2003) menyatakan bahwa penggunaan pemecahan masalah
dalam matematika dapat meningkatkan berpikir kreatif pada siswa.
NCTM (2000) Standards suggests that, in order to prepare for the 21st century,
today’s students should identify themselves with the ability to use mathematical
knowledge for problem solving, with the ability to communicate mathematically, and
with the ability to reason mathematically and a mathematical propensity. It also
states that students need to be provided with challenging problems that can stimulate
students to develop diverse and sound ways of mathematical thinking and to think
creatively. It adds that guiding students to solve a problem using several methods
and strategies help students develop and extend their mathematical thinking.

Kemampuan berpikir mutlak diperlukan dalam pembelajaran matematika


karena matematika mempunyai karakteristik sebagai suatu cabang ilmu yang objek
kajiannya bersifat abstrak serta berkaitan dengan pola pikir. Matematika tidak hanya
sekumpulan rumus saja atau kegiatan berhitung semata, akan tetapi matematika
merupakan suatu ilmu yang mempunyai objek kajian yang berupa ide-ide, gagasan-
gagasan serta konsep yang abstrak serta hubungan-hubungannya yang
pengembangannya terangkai dalam suatu proses yang terstruktur dan logis dengan
istilah-istilah dan simbol-simbol khusus. Dengan karakteristik demikian, suatu
konsep matematika harus dikenalkan kepada siswa melalui serangkaian proses
berpikir, bukan dikenalkan sebagai produk jadi. Siswa yang telah belajar matematika
diharapkan bukan menghafal rumus dan prosedur untuk menyelesaikan masalah
matematika saja, melainkan siswa mempunyai pemahaman dan kemampuan berpikir
yang logis, kritis, kreatif, dan produktif yang terintegrasi menjadi bagian dalam diri

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

siswa sehingga kelak dapat berguna dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam
kehidupan siswa tersebut.
Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam
menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh gurunya. Dikatakan permasalahan
jika siswa tersebut tidak mempunyai aturan/ hukum tertentu yang segera dapat
dipergunakan untuk menemukan jawaban permasalahan yang diberikan. Siswa dalam
memecahkan permasalahan harus mengguasai hal-hal yang telah dipelajari
sebelumnya, yaitu mengetahui, memahami serta terampil menggunakan suatu konsep,
dalil, teorema tertentu. Perbedaan siswa dalam menyelesaikan permasalahan
dipengaruhi kemampuan dia berpikir. Karena setiap siswa mempunyai kemampuan
berpikir kreatif yang berbeda maka dapat mempengaruhi penyelesaian permasalahan.
Hal ini di ungkapkan oleh silver dalam Anwar (2012) yaitu,
Silver pointed out an indicator to identify students‟ creative thinking by using
problem solving and problem posing. There are the three components that
assessed different parts and were independent of each other. Students have
various backgrounds and different abilities. They possess different potentials
in thinking pattern, imagination, fantasy and performance. Therefore, students
have different levels of creative thinking. A student may either achieve three
components, two components, or only one component.

Dalam pembelajaran matematika, kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan


produktif merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) dan
dapat dipandang sebagai kelanjutan dari kemampuan berpikir tingkat rendah (low
order thinking) atau kemampuan dasar (basic skill). Kemampuan dasar dalam
pembelajaran matematika biasanya dibentuk melalui aktivitas yang bersifat
konvergen, yaitu berupa latihan-latihan matematika yang bersifat algoritmik,
mekanistik, dan rutin. Adapun kemampuan berpikir tingkat tinggi bersifat divergen,
yaitu menuntut aktivitas kritis dan kreatif dalam pemecahan masalah matematika dari
beragam perspektif. Maksudnya, tidak hanya mencari jawaban yang benar dalam
pemecahan masalah matematika, namun juga cara mengonstruksi segala
kemungkinan prosedur dan argumentasinya I Gusti Putu Sudiarta (2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

Berpikir kreatif adalah salah satu tipe berpikir yang sangat penting dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Banyak ahli yang menyatakan pendapatnya tentang
berpikir kreatif. Salah satu dari ahli tersebut adalah Evans (1991:8) menjelaskan
bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktifitas mental untuk membuat hubungan-
hubungan yang terus menerus sehingga ditemukan kombinasi yang benar atau sampai
seseorang itu menyerah. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa seseorang
yang berpikir kreatif selalu mengunakan seluruh ide-idenya dan menghubungkan
segala sesuatu yang berhubungan sehingga dapat ditemukan suatu hasil yang
diingakan atau seseorang tersebut sudah tidak mampu lagi membuat produk yang
beragam atau menyerah. Seseorang yang berpikir kreatif selalu mencurahkan segala
ide-ide atau segala kemungkinan-kemungkinan yang dapat digunakan dalam
menyelesaikan permasalahannya.
Kemampuan berpikir kreatif merupakan suatu faktor yang berpengaruh pada
perbedaan pada kemampuan menyelesaikan permasalahan matematika. Siswa
dikatakan mempunyai berpikir kreatif tinggi akan lebih mudah untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan matematika. Sebaliknya siswa dengan kemampuan
kreatif rendah akan lebih sulit untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan
matematika yang diberikan oleh gurunya. Kegiatan berpikir kreatif merupakan hal
yang penting untuk diamati, hal ini berpengaruh besar terhadap pemahaman siswa
terhadap materi. Setiap kriteria pada berpikir kreatif mempunyai arti yang berbeda
terhadap permasalahan yang diberikan. Siswa dapat diketahui letak kreatifnya dengan
memperhatikan kategori berpikir kreatif pada soal yang diberikan. Perbedaan proses
tersebut yang perlu diamati lebih jauh, hal ini berhubungan dengan hasil belajar.
Berpikir kreatif mempunyai kategori-kategori yang digunakan untuk melihat
bagaimana seseorang tersebut dalam berpikir kreatif. Menurut Silver (1997), terdapat
tiga kategori dalam berpikir kreatif, yaitu fluency (kefasihan), flexibility
(fleksibilitas), dan novelty (kebaruan). Setiap kategori mempunyai tujuan dan fungsi
tersendiri dalam melihat bagaimana seseorang tersebut dalam berpikir kreatif.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

Fluency (kefasihan) dalam berpikir kreatif dapat diartikan sebagai kelancaran


seseorang tersebut dalam menyelesaikan masalahnya. Flexibility (fleksibilitas) dalam
berpikir kreatif dapat dinyatakan yaitu sikap seseorang dalam mencari cara dan hasil
yang berbeda-beda dalam menyelesaikan permasalahannya. Novelty (kebaruan)
dalam berpikir kreatif dapat diartikan sebagai hasil atau produk yang dihasilkan
mempunyai nilai kebaruan yang berbeda dan lain dari pada yang lain.
Untuk melihat kategori berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah
matematika, peneliti telah melakukan penelitian pendahuluan pada satu siswa SMP
kelas VII dengan kemampuan matematika tinggi. Penelitian pendahuluan ini
dilakukan dengan memberikan tes tertulis. Dalam tes tertulis tersebut, siswa diminta
untuk mengerjakan soal. Berdasarankan tes tertulis dapat disimpulkan bahwa siswa
tersebut dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan kategori berpikir
kreatif siswa tersebut belum memenuhi semua kategori berpikir kreatif. Siswa ini
belum memenuhi untuk kategori novelty (kebaruan). Siswa ini belum bisa
menunjukan cara dan jawaban yang berbeda dengan yang sudah diajarkan padanya.
Perkembangan zaman yang mengalami perubahan menuntut pemerintah untuk
menentukan bagaimana peraturan negaranya. Peraturan ini akan menentukan nasib
bangsa tersebut. Peraturan yang mengatur sistem pendidikan dalam negara kita
seringkali disebut dengan kurikulum. Kurikulum mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perkembangan suatu bangsa. Saat ini negara kita menerapkan suatu
kurikulum terbaru yaitu kerikulum 2013.
Kurikulum 2013 merupakan suatu kurikulum pembaharuan kurikulum
sebelumnya. Pada kurikulum ini terdapat dimensi ketrampilan. Pada dimensi
ketrampilan, siswa diharapkan memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif
dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari disekolah
dan sumber lain sejenis. Dengan mempertimbangkan standar kelulusan tersebut maka
sangatlah penting kemampuan berpikir kreatif ditingkatkan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

Berpikir kreatif mempunyai fungsi yang sangat penting, hal ini sesuai dengan
kompetensi lulusan dalam kurikulum 2013. Salah satu pentignya dari berpikir kreatif
untuk menghasilkan inovasi-inovasi terbaru. Seperti halnya dengan belajar
matematika, berpikir kreatif dalam mempelajari matematika untuk membentuk
ketrampilan siswa dalam memahami, merencakan dan melaksanakan rencana suatu
masalah. Siswa akan terlatih ketrampilanya jika siswa tersebut setiap mempelajari
diberikan masalah yang menuntut mereka untuk berpikir kreatif.
Pada kurikulum 2013 siswa kelas VII mengenal suatu materi matematika yang
pertama adalah himpunan. Himpunan disampaikan pertama kali mempunyai alasan
tertentu, Hal ini disebabkan karena himpunan merupakan suatu mata pelajaran
matematika yang diajarkan pertama kali di sekolah menegah pertama. Siswa dengan
masa peralihan dari sekolah dasar ke sekolah menegah pertama membutuhkan waktu
yang cukup untuk beradaptasi. Metode pembelajaran di sekolah dasar dan menengah
pertama sangat berbeda, karena pada sekolah menengah pertama kemampuan
simbolik lebih diperluas. Himpunan merupakan materi dalam mata pelajaran
matematika yang berkelanjutan. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian pada materi himpunan.
Terdapat beberapa penelitian yang memfokuskan pada berpikir kreatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Silver (1997) mempunyai kesimpulan bahwa problem
soving maupun problem posing dapat mengembangkan kemampuan fluency and
flexibility :
Through the use of inquiry-oriented mathematics instruction that includes
opportunities for problem posing and problem solving, teachers can assist
students to develop greater representational and strategic fluency and
flexibility and more creative approaches to their mathematical activity.

Penelitian yang dilakukan oleh Tatag Yuli Eko Siswono (2009), menunjukkan bahwa
lima tingkat berpikir kreatif yang tingkat 0, 1, 2, 3 sampai tingkat 4 yang memiliki
karakteristik yang berbeda. Perbedaan ini didasarkan pada kefasihan, fleksibilitas,
dan kebaruan dalam pemecahan masalah matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

Pada penelitian pendahuluan dapat disimpulkan bahwa siswa yang


berkemampuan tinggi belum bisa memenuhi untuk kategori novelty (kebaruan). Hal
ini menjadi pertanyaan bagi peneliti bagaimana dengan siswa yang mempunyai
kategori sedang dan rendah dalama menyelesaikan masalah jika dilihat pada kategori
fluency, flexibility, novelty. Dari berbagai alasan tersebut peneliti melakukan
penelitian yang difokuskan pada kategori berpikir kreatif siswa kelas VII yang
mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah dalam menyelesaikan masalah
matematika pada materi pokok himpunan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang masalah tersebut rumusan masalah pada
penelitian ini adalah

1. Bagaimana diskripsi berpikir kreatif untuk kategori fluency siswa kelas VII SMP
yang mempunyai kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah dalam
menyelesaikan masalah matematika materi pokok himpunan.
2. Bagaimana diskripsi berpikir kreatif untuk kategori flexibility siswa kelas VII
SMP yang mempunyai kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah dalam
menyelesaikan masalah matematika dalam pokok himpunan.
3. Bagaimana diskripsi berpikir kreatif untuk kategori novelty siswa kelas VII SMP
yang mempunyai kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah dalam
menyelesaikan masalah matematika materi pokok himpunan.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mendeskripsikan berpikir kreatif untuk kategori fluency siswa kelas VII
SMP yang mempunyai kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah dalam
menyelesaikan masalah matematika materi himpunan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

2. Untuk mendeskripsikan berpikir kreatif untuk kategori flexibility siswa kelas VII
SMP yang mempunyai kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah dalam
menyelesaikan masalah matematika materi himpunan.
3. Untuk mendeskripsikan berpikir kreatif untuk kategori novelty siswa kelas VII
SMP yang mempunyai kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah
dalam menyelesaikan masalah matematika materi himpunan.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat memperkaya pengetahuan tentang kategori berpikir kreatif siswa SMP
kelas VII dalam menyelesaikan masalah matematika.
2. Sebagai pengembang model pembelajaran yang memperhatikan kriteria berpikir
kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah matematika

commit to user

Anda mungkin juga menyukai