Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PENYAKIT ISPA DI PELAYANAN PUSKESMAS MAJASEM KOTA

CIREBON

Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas 1

Dosen Pengampu :N.s Asmadi,. S.Kep,.M.Kep.,Sp.Kom

Di susun oleh :

Nama : Nurfitria Ramadhany (CKR0180217)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

KAMPUS 2 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

(STIKKU)

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala
rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Penyakit ISPA
di pelayanan Puskesmas Majasem Kota Cirebon” dengan tepat waktu.

Makalah ini diharapkan dapat memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas
yang diberikan oleh Dosen Pembimbing Bapak N.s Asmadi,. S.Kep,.M.Kep.,Sp.Kom
Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang telah membimbing saya dalam
membuat makalah ini. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan
saran sangat kami harapkan dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Demikianlah
makalah ini kami buat untuk memenuhi kebutuhan akan pengetahuan kita semua.

Semoga bermanfaat. Terimakasih

7 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................................................1

1.1 Rumusan Masalah.........................................................................................................2

1.2 Tujuan Penelitian...........................................................................................................2

1.3 Manfaat Penelitian.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

B. Pembahasan.................................................................................................................................3

2.1 Penyakit yang banyak dialami masyarakat di Wilayah Karya Mulya...........................3

2.2 Mayoritas masyarakat di wilayah karya mulya berobat ke mana..................................4

2.3 Alasan masyarakat lebih memilih ke Puskesmas Majasem...........................................5

2.4 Bagaimana kebiasaan pola hidup masyarakat di wilayah Karya Mulya........................6

2.5 Alur pelayanan keperawatan komunitas di Puskesmas.................................................7

2.6 Program-program di Puskesmas Majasem.....................................................................9

2.7 Pelaksanaan program...................................................................................................10

BAB III PENUTUP

C. Kesimpulan................................................................................................................................11

D. Saran..........................................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang penting untuk diperhatikan, karena merupakan
penyakit akutyang dapat menyebabkan kematian pada balita di berbagai negara
berkembang termasukIndonesia. ISPA adalah infeksi akut saluran pernapasan atas
maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun
reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru.
ISPA berlangsung sampai 14 hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah,
bersin maupun udara pernafasan yang mengandung kuman. ISPA diawali dengan gejala
seperti pilek biasa, batuk, demam, bersin-bersin, sakit tenggorokan, sakit kepala, sekret
menjadi kental, nausea, muntah dan anoreksia. Banyak orang tua yang sering
mengabaikan gejala tersebut, sementara kuman dan virus dengan cepat berkembang di
dalam saluran pernafasan yang akhirnya menyebabkan infeksi. Jika telah terjadi infeksi
maka anak akan mengalami kesulitan bernafas dan bila tidak segera ditangani, penyakit
ini bisa semakin parah menjadi pneumonia yang menyebabkan kematian.
Berdasarkan data Kemenkes tahun 2020, cakupan penemuan ISPA pada balita tahun
2019 berkisar antara 20-30%, sedangkan pada tahun 2020 terjadi peningkatan menjadi
63,45%.
Faktor resiko terjadinya ISPA yaitu faktor individu anak, faktor lingkungan dan
faktor perilaku. Faktor individu anak meliputi: umur anak, berat badan lahir, status gizi,
vitamin A dan status imunisasi. Faktor lingkungan meliputi: pencemaran udara dan
perilaku merokok, ventilasi rumah dan kepadatan hunian.
Hasil survei awal yang dilakukan pada tanggal 05 oktober 2020 di Puskesmas Majasem
dengan melakukan wawancara pada ibu yang memiliki balita di dapatkan 7 dari 10 balita
memiliki riwayat ISPA dan sebagian besar anggota keluarga memiliki perilaku merokok.
Selain itu, petugas puskesmas pemegang program ISPA juga mengatakan bahwa ISPA
merupakan penyakit dengan kunjungan balita terbanyak dan beberapa balita yang berobat
dengan ISPA yang berulang.

1
1.1 Rumusan Masalah
1. Banyaknya penyakit di Masyarakat sekitar?
2. Rata-rata masyarakat berobat kemana dan alasannya kenapa?
3. Bagaimana pola hidup sehat atau pola kebiasaan masyarakat sekitar?
4. Alur pelayanan keperawatan komunitas di puskesmas?
5. Program-program apa saja yang ada di puskesmas?
6. Bagaimana pelaksanaan program-programnya?

1.2 Tujuan Penelitian


1.Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku merokok
anggota keluarga dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Majasem pada tahun
2020 ?
2.Tujuan Khusus
a) Mengetahui distribusi frekuensi perilaku merokok anggota keluarga di Puskesmas
Majasem Kota Cirebon pada tahun 2020?
b) Mengetahui distribusi frekuensi kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Majasem
Kota Cirebon tahun 2020?
c) Mengetahui hubungan perilaku merokok anggota keluarga dengan kejadian ISPA
pada balita di Puskesmas Majasem Kota Cirebon tahun 2020?

1.3 Manfaat Penelitian


1.Bagi Puskesmas
Memberikan informasi tentang hubungan perilaku merokok dengan kejadian ISPA
pada balita sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka
meningkatkan penanggulangan ISPA.
2. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai penelitian penyakit ispa di puskesmas
majasem

2
BAB II
PEMBAHASAN

B. Pembahasan
2.1 Penyakit yang banyak dialami masyarakat di Wilayah Karya Mulya
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab
utama kematian pada balita didunia. Populasi penduduk yang terus bertambah dan
tidak terkendali mengakibatkan kepadatan penduduk di suatu wilayah yang tidak
tertata baik dari segi aspek sosial, budaya dan kesehatan.
Kondisi ini akan bertambah buruk dengan status sosial ekonomi keluarga yang
rendah atau berada dibawah garis kemiskinan karena tidak dapat memenuhi
asupan gizi yang baik dan sehat untuk balita ditambah dengan kondisi fisik rumah
yang tidak layak tinggal.
Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit ini cukuplah tinggi terutama pada
anak-anak dan balita. Penyakit gangguan pernafasan merupakan salah satu
penyebab utama kematian pada balita diperkirakan mencapai 16%.
ISPA berlangsung sampai 14 hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah,
bersin maupun udara pernafasan yang mengandung kuman. ISPA diawali dengan
gejala seperti pilek biasa, batuk, demam, bersin-bersin, sakit tenggorokan, sakit
kepala, sekret menjadi kental, nausea, muntah dan anoreksia. Banyak orang tua
yang sering mengabaikan gejala tersebut, sementara kuman dan virus dengan
cepat berkembang di dalam saluran pernafasan yang akhirnya menyebabkan
infeksi. Jika telah terjadi infeksi maka anak akan mengalami kesulitan bernafas
dan bila tidak segera ditangani, penyakit ini bisa semakin parah menjadi
pneumonia yang menyebabkan kematian.
Salah satu faktor resiko terjadinya ISPA dilihat dari faktor lingkungan adalah
perilaku merokok. Perilaku merokok anggota keluarga akan berdampak kepada
anggota keluarga lain khususnya balita, dimana balita menyerap nikotin dua kali
lebih banyak dibandingkan orang dewasa Serta balita juga memiliki sistem
kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit.

3
Kasus ISPA di Puskesmas sangat tinggi salah satunya Puskesmas majasem
dimana pada bulan Januari 2020 berjumlah 156 kasus, pada bulan september
meningkat sebanyak 34,85%.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tahun 2020 melalui
wawancara kepada pasien yang datang ke Puskesmas majasem kepada 10 orang
responden yang menderita ISPA dengan umur diatas 5 tahun didapatkan hasil 10
orang belum pernah melakukan pemeriksaan kapasitas paru dan 9 orang
responden mengalami sesak napas dan mengganggu saat ingin tidur. Penderita
mengalami ISPA berulang dalam 1 bulan terakhir berjumlah 3 orang dan 1 orang
pasien yang harus dirujuk karena terjadinya obstruksi jalan napas.
ISPA sebenarnya dapat dialami segala usia. Kondisi pada beberapa orang, seperti
anak-anak di bawah usia 5 tahun hingga orang tua lebih rentan terkena ISPA.
ISPA juga diartikan radang akut atas maupun bawah yang disebabkan oleh jasad
renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim
paru. ISPA yang mengenai saluran nafas bawah misalnya bronchitis, bila
menyerang anak anak khususnya balita akan memberikan gambaran klinik yang
berat dan sering sekali berakhir dengan kematian.
Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan cara mencuci tangan sesering mungkin
serta menutup mulut dan hidung pada saat batuk atau bersin. Gunakan tissue, sapu
tangan, atau masker hidung saat batuk atau bersin. Langkah paling sederhana
yang dapat dilakukan untuk mencegah ISPA adalah beristirahat dan memiliki pola
tidur yang cukup. Selain itu, perhatikan asupan cairan agar terhindar dari
dehidrasi dan tenggorokan tidak mengering. Sebaiknya juga jauhkan diri dari asap
rokok karena akan memperparah kondisi ISPA.

2.2 Mayoritas masyarakat di wilayah karya mulya berobat ke mana


ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) masih merupakan masalah
kesehatan yang penting, karena ISPA (seperti; sinusitis, common cold,influenza,
pneumonia) penyebab kematian bayi dan balita yang cukup tinggiyaitu kira-kira
dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode
ISPA setiap tahunnya. 40% - 60% dari kunjungan di Puskesmas Majasem adalah

4
oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup
20%-30%. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan
terjadi pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas
ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena
penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat.
ISPA merupakan 10 penyakit utama dan salah satu penyebab kematian tersering
pada anak di negara yang sedang berkembang. Infeksi saluran pernapasan akut ini
menyebabkan 4 dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5
tahun setiap tahunnya dan sebanyak dua pertiga dari kematian tersebut terjadi
pada bayi. Penyakit ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian
karena ISPA, terutama pada bayi dan anak balita. Proporsi kematian yang
disebabkan oleh ISPA ini mencapai 20-30%. Proporsi kematian bayi dan balita
karena ISPA di dunia sebesar 19% sampai 26%

2.3 Alasan masyarakat lebih memilih ke Puskesmas Majasem


Karna Puskesmas adalah tempat paling dekat dibanding Klinik dan Rumah
Sakit, sehingga saya memilih Puskesmas untuk datang berobat, Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas kesehatan tingkat pertama yang tersedia
di tiap kecamatan di seluruh Indonesia. Dengan adanya puskesmas ini, diharapkan
masyarakat akan semakin mudah mendapatkan layanan kesehatan atau
memeriksakan kondisi kesehatannya jika mengalami kondisi tertentu dan karna
biaya berobat di puskesmas yang cenderung jauh lebih murah. Karena murah,
kualitas obat yang didapatkan pun dianggap kurang sebaik obat dari rumah sakit
yang berharga mahal. Kepala Puskesmas Kota Puskesmas Jawa Barat bernama
dr. Nur Afiyah menyebutkan bahwa obat yang ada di Puskesmas memang berbeda
dari obat yang disediakan oleh rumah sakit. Hanya saja obat ini sudah sesuai
dengan standar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan disediakan oleh
perusahaan farmasi besar dan terpercaya. Memang, jenis, kemasan, atau bahkan
dosis obat dari puskesmas bisa saja berbeda dari obat rumah sakit. Namun, untuk
urusan manjur tidaknya obat-obatan dari puskesmas ini, dr. Nur menyebutkan

5
bahwa kualitas obat puskesmas cenderung terus meningkat sehingga tidak perlu
diragukan lagi kemanjurannya. Mengingat kini puskesmas adalah tempat pertama
yang harus dikunjungi oleh orang yang sakit jika ingin mendapatkan penanganan
medis yang cepat dan tepat atau rujukan untuk dirawat di rumah sakit yang lebih
besar, ada baiknya kita tidak lagi ragu memeriksakan kondisi kesehatan ke
puskesmas. Toh pemerintah juga secara rutin melakukan akreditasi setiap tiga
tahun pada seluruh puskesmas di Indonesia demi meningkatkan mutu pelayanan
bagi masyarakat.

2.4 Bagaimana kebiasaan pola hidup masyarakat di wilayah karya mulya


Perilaku hidup bersih sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk
menularkan pengalaman mengenai pola hidup sehat melalui individu, kelompok
ataupun masyarakat luas dengan jalur – jalur komunikasi sebagai media berbagi
informasi. Ada berbagai informasi yang dapat dibagikan seperti materi edukasi
guna menambah pengetahuan serta meningkatkan sikap dan perilaku terkait cara
hidup yang bersih dan sehat. 
PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan sebanyak
mungkin anggota masyarakat sebagai agen perubahan agar mampu meningkatkan
kualitas perilaku sehari – hari dengan tujuan hidup bersih dan sehat.
Terdapat langkah – langkah berupa edukasi melalui pendekatan pemuka atau
pimpinan masyarakat, pembinaan suasana dan juga pemberdayaan masyarakat
dengan tujuan kemampuan mengenal dan tahu masalah kesehatan yang ada di
sekitar; terutama pada tingkatan rumah tangga sebagai awal untuk memperbaiki
pola dan gaya hidup agar lebih sehat.
Tujuan utama dari gerakan PHBS adalah meningkatkan kualitas kesehatan
melalui proses penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi individu –
individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari – hari yang bersih dan sehat.
Manfaat PHBS yang paling utama adalah terciptanya masyarakat yang sadar
kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani
perilaku hidup yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar kesehatan.

6
Salah satu faktor resiko terjadinya ISPA dilihat dari faktor lingkungan adalah
perilaku merokok. Perilaku merokok anggota keluarga akan berdampak kepada
anggota keluarga lain khususnya balita, dimana balita menyerap nikotin dua kali
lebih banyak dibandingkan orang dewasa. Serta balita juga memiliki sistem
kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit. Balita yang
tinggal dalam rumah yang terdapat anggota keluarga yang merokok, maka balita
tersebut termasuk perokok pasif yang akan menerima semua akibat buruk dari
asap rokok, kepadatan penduduk, kepadatan hunian, polusi udara dan sanitasi
lingkungan yang buruk. Penelitian yang dilakukan ini menyatakan bahwa faktor
risiko terjadinya ISPA adalah rendahnya tingkat pengetahuan ibu tentang cara
merawat anak, pemeberian ASI, pajanan asap rokok, kondisi fisik rumah akibat
rendahnya tingkat pendapatan keluarga.

2.5 Alur pelayanan keperawatan komunitas di Puskesmas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan
yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang
sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara
komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan
resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir
bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi serta memecahkan masalah-masalah yang mereka
miliki dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup
sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan
seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara
kesehatannya.
Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara

7
konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada
seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi.
Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas
dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan
komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis.
Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung melibatkan
komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan kontrak/partner ship dan
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Keyakinan Keperawatan Komunitas :
 Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat diterima
semua orang
 Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan yaitu
komunitas
 Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan
perlu terjalin kerja sama yang baik
 Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas,baik bersifat
mendukung atau menghambat sehingga perlu diantisipasi
 Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
 Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang
Kemampuan diatas dalam hal:
 Mengidentifikasi masalah
 Menetapkan masalah
 Merumuskan pemecahan masalah
 Menanggulangi masalah
 Penilaian
 Meningkatkan PSM
 Meningkankan kemampuan dalam memelihara kesehatan
Sasaran :
 Individu
 Keluarga
 Masyarakat

8
Pelayanan Perkesmas :
 Merupakan perpaduan pelayanan keperawatan dan kesehatan masyarakat
 Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity of care)
 Fokus pelayanan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif) baik pada pencegahan tingkat pertama, kedua
maupun ketiga
 Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan masyarakat kepada klien
(Individu, keluarga, kelompok, masyarakat) sehingga terjadi kemandirian
 Ada kemitraan perawat kesehatan masyarakat dengan masyarakat dalam
upaya kemandirian klien.
Memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain serta masyarakat.

2.6 Program-program di Puskesmas Majasem


1. Promosi Kesehatan (Promkes)

 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat


 Sosialisasi Program Kesehatan
 Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)

2. Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :

 Surveilens Epidemiologi
 Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung,  ISPA, Diare,
IMS (Infeksi Menular Seksual), Rabies

3. Program Pengobatan :

 Rawat Jalan Poli Umum


 Rawat Jalan Poli Gigi
 Unit Gawat Darurat (UGD)
 Puskesmas Keliling (Puskel)

4. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 

 ANC (Antenatal Care) , PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana),


 Rujukan Bumil Resti, Pap smear, IVA Test

5. Upaya Peningkatan Gizi

9
 Penimbangan balita, Pelacakan Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi, konsultasi gizi

6. Kesehatan Lingkungan

 Pengawasan SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber


air minum-jamban keluarga), TTU (tempat-tempat umum), Institusi
pemerintah
 Survey Jentik Nyamuk

7. Pencatatan dan Pelaporan

 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)


Program kesehatan kerja merupakan suatu

2.7 Pelaksanaan program


Pelaksanaan Program Kesehatan Kerja Pelayanan Kesehatan Masyarakat
berupa kegiatan kesehatan kerja merupakan suatu program yang sudah
dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Majasem. Kebijakan di berikan pihak
puskesmas berupa program kesehatan kerja yang berdasarkan dari upaya
kesehatan masyarakat, dan lebih mengutamakan pada pekerja informal, berupa
pengendalian dan pencegahan penyakit akibat kerja dan promosi kesehatan.

10
BAB III
PENUTUP

C. Kesimpulan
ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian
saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung
tidak lebih dari 14 hari
Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing, malaise (lemas),
anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah,
batuk, keluar sekret, stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi
suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada
gagal nafas apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara
lain :
1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya
dengan cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung
cukup gizi.
2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan
tubuh terhadap penyakit baik.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
4. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara
adalah memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung
dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit
ISPA.
5. Ventilasi rumah cukup.
6. Membiasakan memakai masker saat berkendara agar terhindar dari
polusi

D. Saran
Semoga dengan makalah ini agar bisa memahami dan mempelajari lebih dalam lagi
tentang keperawatan komunitas dan penyakit Ispa.

11
12

Anda mungkin juga menyukai