Anda di halaman 1dari 5

KAJIAN ILMIAH TEMATIK

PERINGATAN HARI RABIES SEDUNIA

Indonesia bebas rabies tahun 2020

Pendahuluan

Rabies juga disebut sebagai penyakit anjing gila adalah penyakit hewan menular

yang disebabkan oleh lyssa virus. Virus masuk kedalam tubuh manusia atau hewan

melalui luka gigitan hewan penderita rabies atau luka yang terkena air liur hewan

penular rabies yaitu anjing, kera, musang dan kucing. Sebagian besar sumber penularan

rabies kemanusia di Indonesia adalah oleh gigitan anjing yang terinfeksi rabies (98%)

dan lainnya oleh kera dan kucing. Rabies merupakan penyakit infeksi akut pada susunan

saraf pusat (Otak), Infeksi rabies baik pada hewan maupun pada manusia yang telah

menunjukkan gejala dan tanda klinis rabies pada otak (Encephalomyelitis) berakhir

dengan kematian, hanya terdapat satu penderita yang hidup didunia.¹

Gejala klinis rabies pada manusia, terdiri dari stadium prodromal yaitu gejala

awal berupa demam, mual dan rasa nyeri ditenggorokan selama beberapa hari,

selanjutnya stadium sensoris, penderita mulai merasakan rasa panas pada tempat bekas

luka diikuti degan reaksi yang berlebihan terhadap rangsangan seperti cahaya, air dan

udara, kemudian Stadium eksitasi, penderita mengalami keringat yang berlebihan,

hingga kejang, lalu stadium paralisis, penderita mengalami kelumpuhan otot-otot yang

bersifat progresif .Stadium gejala klinis pada rabies sangat sulit dibedakan karena

perubahannya yang terjadi sangat cepat, yang sangat khas adalah takut terhadap air,

udara dan cahaya. Kasus gigitan hewan penular rabies harus segera ditangani, karena

jika tidak, apabila setelah terkena gigitan dan muncul gejala hal ini sering berakhir fatal
dengan kematian, sekali gejala rabies muncul hampir pasti kecil peluang

penyembuhannya secara statistik, maka dari itu segara cuci luka setelah digigit hewan

penular rabies dan mendatangi fasilitas kesehatan terdekat dan jangan tunggu hingga

muncul gejala.²

Sampai saat ini, belum ada obat yang efektif untuk menyembuhkan rabies, akan

tetapi rabies dapat dicegah dengan pengenalan dini gigitan hewan penular rabies dan

pengelolaan/penatalaksanaan kasus gigitan/pajanan sedini mungkin. ¹

Tatalaksana Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) yaitu dilakukan pencucian

luka dengan air mengalir dan sabun.deterjen selama 10-15 menit lalu diberikan

antiseptik (Alkohol 70%, betadine, dll), luka GHPR tidak boleh dijahit untuk

mengurangi invasi virus pada jaringan luka kecuali luka yang lebar dan dalam yang

terus mengeluarkan darah. Sebelum luka dijahit harus diberikan suntikan infiltrasi

Serum Anti Rabies (SAR) sebanyak mungkin disekitar luka dan sisanya diberikan

secara intra muscular.²

Pemberian imunisasi dengan pemberian vaksin merupakan upaya pencegahan

primer yang sangat efektif untuk mencegah terjadinya kasus rabies pada manusia dan

hewan. ²

Penyakit rabies di Indonesia masih menjadi penyakit hewan yang penting dan

termasuk kedalam penyakit hewan menular strategis prioritas karena berdampak

terhadap sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat. ³

Isi

Pemerintah mempunyai komitmen dalam pengendalian zoonosis yaitu

pengendalian penyakit infeksi yang ditularkan oleh hewan kemanusia. Khusus untuk

pengendalian rabies, pemerintah Indonesia sebagai anggota Association of Southeast


Asian Nations (ASEAN) bersama 9 negara ASEAN lainnya menandatangani deklarasi

ASEAN bebas rabies pada tahun 2020 pada pertemuan di Vientiane, Lao PDR

September 2012. ¹

Berdasarkan data dari WHO, didapatkan 59.000 kematian/tahun didunia akibat

infeksi rabies, terjadi satu kematian tiap 9 menit. Rabies terjadi di 92 negara dan bahkan

bersifat endemik di 72 negara.⁴

Di Indonesia, sebanyak 86 orang meninggal karena rabies pada tahun 2016.³

Berdasarkan data pada tahun 2015 dari ditjen pencegahan dan pengendalian penyakit

(P2P), Direktorat pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik

terdapat 9 provinsi bebas rabies, diantaranya 5 provinsi bebas historis (Papua, Papua

Barat, Bangka Belitung, Kepulauan Riau dan Nusa Tenggara Barat) dan 4 provinsi

dibebaskan (Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan DKI Jakarta). ² Seluruh

provinsi di Indonesia diminta untuk berkomitmen dalam pengendalian dan

penanggulangan rabies demi mencapai “Indonesia Bebas Rabies 2020”. ³

Terdapat beberapa indikor yang digunakan dalam memantau upaya

pengendalian rabies yaitu Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR), Kasus yang

diberi vaksinasi dengan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan kasus yang meninggal karena

rabies (Lyssa).²

Kasus GHPR pada tahun 2012 sebanyak 84.750 kasus menjadi 69.136 kasus

pada tahun 2013 dan meningkat kembali pada tahun 2014 dan 2015.² Kasus GHPR

kembali menurun pada tahun 2016 menjadi 64.774 kasus.³ Kasus GHPR paling banyak

terjadi dibali yaitu sebanyak 42.630 kasus, diikuti oleh Nusa Tenggara Timur sebenyak

7.386 kasus. ²
Kasus kematian akibat rabies (Lyssa) mengalami penurunan signifikan sampai

tahun terakhir, pada tahun 2016 terdapat 86 kasus, terjadi paling banyak di Sulawesi

utara terdapat 21 kasus, Provinsi Sulawesi Utara tertinggi selama tiga tahun berturut-

turut.³

Pada tahun 2012, di selenggarakan kegiatan workshop rabies di Thailand dan

dihadiri oleh Negara-negara ASEAN dan beberapa Negara asia lain serta organisasi

internasional yang menghasilkan kesepakatan bahwa pemberantasan rabies

dimungkinkan dengan adanya bukti keberhasilan pada kondisi tertentu seperti

pengendalian rabies disebuah pulau, namun demikian secara umum kasus rabies belum

menurun secara signifikan sehingga kedepannya pengendalian rabies dengan

mengedapankan penerapan one health sangat penting untuk dilakukan. Pendekatan

prinsip one health yaitu : advokasi dan sosialisasi, penguatan peraturan perundangan

dan kebijakan, komunikasi risiko, peningkatan kapasitas, imunisasi massal pada GHPR

anjing, manajemen populasi GHPR anjing, profilaksis pra dan paska pajanan/gigitan

dengan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan tatalaksana kasus pada manusia, penguatan

surveilans dan respon terpadu serta penelitian operasional dan kemitraan. ²

Anda mungkin juga menyukai