Dosen Pengampu:
Dr Palmizal A, S.Pd.,M.Pd
Disusun Oleh:
Nim : K1A218065
Kelas : Kepelatihan C
UNIVERSITAS JAMBI
2O20
SEJARAH JURNALISTIK OLAHRAGA
A. Sejarah Jurnalistik Dunia
Dalam sejarah Islam, cikal bakal jurnalistik yang pertama kali di dunia adalah pada
zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar melanda kaumnya, Nabi Nuh berada di dalam kapal
beserta sanak keluarga, para pengikut yang saleh, dan segala macam hewan. Untuk
mengetahui apakah air bah sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar
kapal untuk memantau keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Sang burung dara
hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun yang tampak muncul ke permukaan air.
Ranting itu pun dipatuk dan dibawanya pulang ke kapal. Nabi Nuh pun berkesimpulan air
bah sudah mulai surut. Kabar itu pun disampaikan kepada seluruh penumpang kapal. Atas
dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap sebagai pencari berita dan penyiar kabar
(wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut sebagai kantor berita
pertama di dunia.
Dalam sejarah Kerajaan Romawi disebutkan bahwa Raja Imam Agung
menyuruh orang membuat catatan tentang segala kejadian penting. Catatan itu
dibuat pada annals (papan tulis yang digantungkan di serambi rumah raja).
Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat
dan memerlukannya. Pengumuman sejenis itu dilanjutkan oleh Julius Caesar pada
zaman kejayaannya. Zaman pemerintahan Cayus Julius Caesar (100-44 SM) di Romawi,
dipampang beberapa papan tulis putih (Forum Romanum) di lapangan terbuka tempat
rakyat berkumpul. Oleh karena itu Julius Caesar disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.
Forum Romanun itu berisikan pengumuman-pengumuman resmi dan isinya dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
Papan tulis itu dikenal dengan nama acta diurna dan diletakkan di Forum
Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum. Terhadap isi acta
diurna tersebut setiap orang boleh membacanya, bahkan juga boleh
mengutipnya untuk kemudian disebarluaskan dan dikabarkan ke tempat
lain.Acta diurna itulah yang disebut-sebut sebagai cikal bakal lahirnya surat
kabar harian.
Munculnya Wartawan Pertama
Pada zaman Romawi muncul wartawan-wartawan pertama. Wartawan-wartawan
ini terdiri dari budak-budak belian yang oleh pemiliknya diberi tugas mengumpulkan
informasi, berita-berita, bahkan juga menghadiri sidang-sidang senat dan melaporkan
semua hasilnya secara lisan maupun tulisan. Tujuannya agar tuannya selalu mengikuti
kejadian-kejadian di kota Roma. Kegiatan penyebaran informasi melalui tulis-menulis
makin meluas pada masa peradaban Mesir, ketika masyarakatnya menemukan tehnik
pembuatan kertas dari serat tumbuhan yang bernama “Phapyrus”.
Pada abad 8 M., tepatnya tahun 911 M, di Cina muncul surat kabar cetak pertama
dengan nama “King Pau” atau Tching-pao, artinya “Kabar dari Istana”. Tahun 1351 M,
Kaisar Quang Soo mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali.
Pada tahun 1450 penyebaran informasi tertulis maju sangat pesat sejak mesin cetak
ditemukan oleh Johan Guttenberg. Koran cetakan yang berbentuk seperti sekarang ini
muncul pertama kalinya pada 1457 di Nurenberg, Jerman. Salah satu peristiwa besar yang
pertama kali diberitakan secara luas di suratkabar adalah pengumuman hasil ekspedisi
Christoper Columbus ke Benua Amerika pada 1493. Surat kabar cetak yang pertama kali
terbit teratur setiap hari adalah Oxford Gazzete di Inggris tahun 1665 M. Surat kabar ini
kemudian berganti nama menjadi London Gazzette dan ketika Henry Muddiman menjadi
editornya untuk pertama sekali dia telah menggunakan istilah “Newspaper”.
Pada Abad ke-18, jurnalisme lebih merupakan bisnis dan alat politik ketimbang
sebuah profesi. Komentar-komentar tentang politik, misalnya, sudah bermunculan pada
masa ini. Demikian pula ketrampilan desain/perwajahan mulai berkembang dengan kian
majunya teknik percetakan. Pada abad ini juga perkembangan jurnalisme mulai diwarnai
perjuangan panjang kebebasan pers antara wartawan dan penguasa. Pers Amerika dan
Eropa berhasil menyingkirkan batu-batu sandungan sensorsip pada akhir Abad ke-18 dan
memasuki era jurnalisme modern seperti yang kita kenal sekarang.
Pada tahun 1883, kesadaran akan jurnalisme yang profesional mendorong para
wartawan untuk membentuk organisasi profesi mereka sendiri. Organisasi profesi
wartawan pertama kali didirikan di Inggris, yang diikuti oleh wartawan di negara-negara
lain pada masa berikutnya. Kursus-kursus jurnalisme pun mulai banyak diselenggarakan
di berbagai universitas, yang kemudian melahirkan konsep-konsep seperti pemberitaan
yang tidak bias dan dapat dipertanggungjawabkan, sebagai standar kualitas bagi
jurnalisme profesional.
Pada 1880-1900, terjadi kemajuan besar dalam publikasi jurnalistik yaitu
digunakannya mesin cetak cepat. Karl Bucher dan Max Weber di Universitas Basel Swiss
memperkenalkan cabang baru ilmu persuratkabaran, Zeitungkunde pada 1884. Di
Amerika Utara, lahirlah sekolah beken dalam urusan jurnalis, Columbia School of
Journalism pada 1912 oleh Joseph Pulitzer.
Pada 1893 untuk pertama kalinya surat-surat kabar di AS menggunakan tinta
warna untuk komik dan beberapa bagian di koran edisi Minggu. Pada 1920-an, surat kabar
dan majalah mendapatkan pesaing baru dalam pemberitaan, dengan maraknya radio berita.
Pada 1950-an perhatian masyarakat sedikit teralihkan dengan munculnya televisi.
Perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat pada era 1970-1980 juga ikut
mengubah cara dan proses produksi berita. Selain deadline bisa diundur sepanjang
mungkin, proses cetak, copy cetak yang bisa dilakukan secara massif, perwajahan, hingga
iklan, dan marketing mengalami perubahan sangat besar dengan penggunaan komputer di
industri media massa.
Memasuki era 1990-an, penggunaan teknologi komputer tidak terbatas di ruang
redaksi saja. Semakin canggihnya teknologi komputer notebook yang sudah dilengkapi
modem dan teknologi wireless, serta akses pengiriman berita teks, foto, dan video melalui
internet atau via satelit, telah memudahkan wartawan yang meliput di medan paling sulit
sekalipun. Selain itu, pada era ini juga muncul media jurnalistik multimedia. Perusahaan-
perusahaan media raksasa sudah merambah berbagai segmen pasar dan pembaca berita.
Tidak hanya bisnis media cetak, radio, dan televisi yang mereka jalankan, tapi juga dunia
internet, dengan space iklan yang tak kalah luasnya.
Sedangkan pada tahun 2000-an muncul situs-situs pribadi yang juga memuat laporan
jurnalistik pemiliknya. Istilah untuk situs pribadi ini adalah weblog dan sering disingkat
menjadi blog saja.Memang tidak semua blog berisikan laporan jurnalistik. Tapi banyak
yang memang berisi laporan jurnalistik bermutu. Senior Editor Online Journalism Review,
J.D Lasica pernah menulis bahwa blog merupakan salah satu bentuk jurnalisme dan bisa
dijadikan sumber untuk berita.
Jurnalisme olahraga modern menemukan akarnya ketika konten mulai muncul di surat
kabar pada awal 1800-an. Pada awalnya, olahraga balap kuda dan tinju secara sporadis
meliputi balap kuda dan tinju. Fokus dari liputan akan kurang pada acara itu sendiri dan
lebih pada konteks sosial yang lebih luas. Pacuan kuda antara Utara dan Selatan dan
pertarungan tinju antara AS dan Inggris menarik banyak minat dari elit sosial.
Selama tahun 1820-an dan 30-an, target demografis utama untuk surat kabar adalah elit
sosial karena surat kabar terlalu mahal untuk orang biasa. Mendekati abad ke-20, beberapa
perubahan penting terjadi yang menyebabkan meningkatnya kejenuhan jurnalisme
olahraga di arus utama . Yang pertama adalah munculnya penny press yang
memungkinkan produksi surat kabar bergaya tabloid yang lebih murah dan lebih banyak.
Surat kabar juga mulai menggunakan iklan untuk membayar biaya produksinya daripada
mengandalkansirkulasi.
Kedua faktor tersebut menyebabkan perubahan target demografi dari elit sosial kelas atas ke
kelas menengah ke bawah. Bersamaan dengan itu, Revolusi Industri sedang menciptakan
kelas menengah yang berkembang pesat yang bergerak dari sisi pedesaan ke perkembangan
perkotaan yang berkembang pesat. Perubahan target demografis membuat penerbit surat
kabar mencari konten yang menarik bagi massa sehingga mereka beralih ke olahraga.
Perkembangan ini juga bertepatan dengan meningkatnya popularitas bisbol yang dengan
cepat menjadi " Hobi Amerika ".
Abad ke-20
The New York Herald adalah surat kabar pertama yang menerbitkan liputan olahraga yang
konsisten. The New York World pada tahun 1883 adalah surat kabar pertama yang memiliki
departemen olahraga waktu penuh. Periode berikutnya dari 1880-1920 melihat peningkatan
besar-besaran liputan olahraga dalam publikasi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pada
tahun 1880 hanya 0,4 persen ruang di surat kabar dikhususkan untuk olahraga. Pada 1920-an,
proporsi itu meningkat menjadi 20 persen. Selama waktu ini, surat kabar berfokus terutama
pada liputan permainan demi permainan dan rekap pertandingan dari acara olahraga.
Publikasi lokal mulai mempekerjakan reporter beat yang ditugaskan untuk mengikuti semua
perkembangan yang berkaitan dengan tim. Ini termasuk bepergian dengan tim dan
mewawancarai para pemain. Tim juga mulai membangun bagian khusus yang disebut kotak
pers di stadion untuk pers duduk dan mencatat catatan pada pertandingan.
Saat teknologi memperkenalkan perkembangan baru seperti radio, televisi, dan internet,
fokus liputan olahraga bergeser dari permainan demi permainan ke analisis statistik
permainan dan potongan latar belakang para pemain. Ini juga dibarengi dengan peningkatan
besar-besaran olahraga di kalangan masyarakat umum. Meningkatnya popularitas sepak bola,
bola basket, dan hoki berarti lebih banyak konten untuk dipublikasikan dan lebih banyak
pembaca yang tertarik untuk menerbitkannya. Hal ini menyebabkan terciptanya jurnal seperti
Sports Illustrated , yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1954, adalah salah satu publikasi
pertama yang hanya berfokus pada olahraga.
Sports Illustrated adalah gagasan dari Henry Lucre yang merasa bahwa penerbit mapan
pada saat itu tidak memanfaatkan minat besar masyarakat terhadap olahraga. Dengan terbitan
mingguan, Sports Illustrated mampu menghasilkan lebih banyak karya jurnalistik klasik
karena penulis memiliki lebih banyak waktu untuk meneliti dan melakukan wawancara yang
lebih lama, duduk bersama para pemain dan pelatih. Topik yang di tawarkan oleh SI berbagai
informasi dan foto foto berbagai macam olahraga mulai dari sepak bola,basket,senam dan
bahkan adu banteng. Sasaran pembacanya dominan anak muda sehingga masyarakat terjauh
dari obat terlarang dan narkotika dengan menjadikan atlet bintang menjadi idola. Saat ini
konten jurnalistik olahraga sudah sangat mudah ditemui mulai dari majalah,internet,tv dan
lainya yang menyuguhkan kajian mendalam tidak hanya atlet berbakat saat ini namun juga
masa lalu bahkan masa depan. Wartawan olahraga pun semakin sadar untuk menjauhkan dari
yellow journalism atau mementingkan sensasi dari pada fakta.
Sejak awal milenium baru, jumlah sirkulasi dan iklan surat kabar cetak telah menurun
dengan cepat. Hal ini menyebabkan pemotongan biaya dan PHK yang meluas di seluruh
industri. Saat ini jumlah jurnalis dalam angkatan kerja 29% lebih sedikit jika dibandingkan
dengan jumlah jurnalis pada tahun 1980. Perkembangan ini telah mempengaruhi jurnalisme
olahraga secara signifikan karena publikasi mapan seperti Sports Illustrated dan ESPN harus
memotong konten, menaikkan harga, dan mengurangi jumlah publikasi yang menyebabkan
lebih banyak orang berhenti berlangganan konten. Jatuhnya jurnalisme olahraga cetak dapat
dikaitkan dengan kebangkitan internet dan jurnalisme olahraga digital. Jurnalisme olahraga
digital berfungsi sebagai pelengkap dan pesaing jurnalisme olahraga surat kabar. Jurnalisme
olahraga digital dimulai pada pertengahan 1990-an dengan ESPN membuat situs web
pertama pada tahun 1995.
Pada awalnya jurnalisme olahraga digital mencakup topik yang luas dalam
cakupannya, tetapi seiring berjalannya waktu dan internet menjadi lebih luas, blogger dan
lokasi serta situs web khusus tim mulai mengambil alih pasar. Mayoritas situs web yang
lebih kecil ini tidak memungut biaya berlangganan karena didanai untuk iklan. Biaya yang
lebih rendah bagi konsumen serta peningkatan akses ke berbagai konten yang sangat
spesifik menyebabkan pergeseran dari media cetak ke digital. Namun, pertumbuhan yang
terlihat di ruang digital yang meningkatkan pendapatan iklan belum mengimbangi kerugian
dari jurnalisme cetak. Pentingnya jumlah klik telah meningkat karena situs ini didanai oleh
pengiklan online. Hal ini telah menghasilkan banyak artikel jurnalistik pendek yang
menawarkan opini kontroversial untuk menghasilkan klik terbanyak. Penulis olahraga
secara teratur menghadapi lebih banyak tekanan tenggat waktu daripada wartawan lain
karena acara olahraga cenderung terjadi di sore hari dan lebih dekat dengan tenggat waktu
yang harus dipatuhi oleh banyak organisasi. Namun mereka diharapkan menggunakan alat
yang sama seperti jurnalis berita, dan menjunjung standar profesional dan etika yang sama.
Mereka harus berhati-hati agar tidak menunjukkan bias bagi tim mana pun.