kampus elang ini telah nyaring terdengar di kalangan mahasiswa seminggu belakangan ini. Melalui media sosial whatsapp, isu ini menyebar dengan sangat cepat dan menimbulkan keresahan ditengah-tengah mahasiswa. DPM KM selaku penyalur aspirasi mahasiswa langsung bertindak mendatangi rektorat untuk meminta penjelasan mengenai informasi tersebut pada kamis (21/03). Afif Nuur Hidayat selaku ketua DPM menjelaskan bahwa info yang beredar masih sebatas isu. Afif mengaku sempat ke Rektorat pada 21/03 untuk menemui WR3 namun mereka hanya bisa bertemu dengan sekretarisnya saja. Sekretaris mengaku belum tahu tentang adanya peraturan itu. Dia juga menambahkan bahwa saat rapat kerja anggaran sama kemahasiswaan peraturannya tersebut masih belum ada dan yang beredar saat ini hanya isu. Dirasa masih sebatas isu, DPM kemudian mengeluarkan surat keterangan untuk tidak menyebarluaskan informasi tersebut. Situasi sedikit mereda, intensitas penyebaran informasi dan kegaduhan mahasiswa dapat diturunkan. Kemudian diputuskan akan diadakan audiensi pada hari senin (25/03/19), antara pihak rektorat dan mahasiswa yang diwakili BEM KM dan DPM KM pukul 10 pagi guna membahas isu tersebut. Senin pagi Belum menunjukan pukul 10, mahasiswa dikagetkan dengan kedatangan seorang cleaning service yang membawa setumpuk kertas berisikan informasi mengenai penetapan peraturan SK Rektot Universitas Tidar nomor : 58/UN57/HK.02/2019 yang bersikan 4 (empat) point : 1). Semua unit kerja dan ORMAWA untuk senantiasa menjaga ketertiban dan kebersihan di lingkungan kerjanya. 2). Kegiatan kurikuler dan kokurikuler di lingkungan kampus yang dilaksanakan mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan jam 21.00 WIB. 3). Melarang seluruh komponen pegawai dan mahasiswa untuk menginap di kampus. 4). Dilarang membawa barang-barang yang tidak sesuai dengan kegiatan kemahasiswaan. Belum diketahui juga, mengapa bukan humas kampus yang membagikan surat berisikan informasi penting tersebut. Mahasiswa kembali dibuat resah, apa yang mereka takutkan satu minggu kebelakang rupanya benar-benar terjadi. Kepala bidang strategi dan taktik BEM Fisip, Tigor Zarkasi turut menyampaikan kegelisahannya, “Tempat mahasiswa yang terakhir adalah dalam kampus, fasilitas yang disediakan oleh kampus. Sekarang fasilitas yang disediakan oleh kampus itu dibatasi mau diamana lagi mahasiswa untuk mengembangkan pemikirannya.”. Prima Bintang, selaku Ketua Dewan Racana (KDR) Pramuka turut mengutarakan kekecewaannya “Kalau weekend otomatis mereka juga punya kesibukan sendiri-sendiri, nah kita ada waktunya cuma jam malam itu. Kalau bisa jika dibatasi ya sewajarnya saja, kalau jam 9 menurutku terlalu dini apalagi jam 9 juga masih ada yang kuliah, trus kita kumpulnya mau kapan?”. Merespon selebaran penetapan SK tersebut, malam harinya BEM KM langsug bergerak mengadakan konsolidasi bersama semua UKM dan Ormawa di lobi atas FKIP. Hasil konsolidasi tersebut ; 1). KM Untidar menolak poin nomor dua dan tiga pada aturan yang termuat dalam surat edaran rektorat. 2). Ormawa KM Untidar mengeluhkan pembatasan jam malam pukul 21.00 WIB. 3). KM Untidar mempertanyakan perihal berkas yang tertulis pada lampiran surat edaran, karena tidak serta dipublikasi dalam surat edaran tersebut. 4). KM Untidar mempertanyakan keseriusan pihak rektorat Untidar dalam penyampaian dan penyebarluasan informasi kepada Ormawa, karena surat edaran tersebut diberikan oleh cleaning service , bukan melalui humas Untidar. Semua elemen mahasiswa menyayangkan adanya peraturan pembatasan jam malam yang dapat berdampak pada produktifitas mahasiswa dalam berkarya. Mahasiswa menuntut dilibatkan dalam setiap pembuatan peraturan yang menyinggung mahasiswa. “Pokoknya, ketika membuat suatu peraturan yang ditujukan untuk mahasiswa tolonglah ajak kami dan juga beri kami solusi yang tepat atas peraturan yang cukup merugikan ini,” ujar Fariz selaku Lurah Bnegkel Seni. Kampus yang seharusnya menjadi tempat bagi setiap mahasiswa mengekspresikan diri, mengembangkan kreativitas dan kemampuan dirinya kini telah membatasi dirinya. Peraturan SK Rektot Universitas Tidar nomor : 58/UN57/HK.02/2019 menjadi sebuah bukti nyata pembatasan kreativitas dan produktivitas mahasiswa baik yang terlibat dalam organisasi maupun mahasiswa yang tidak terlibat dalam organisasi. Di mana lagi civitas academica dapat mengembangkan itu semua jika bukan di dalam lingkungan kampus.