Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta

dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang

berlangsung selama 6 minggu atau + 40 hari (Sutanto, 2019). Pada masa nifas

terjadi perubahan – perubahan pada tubuh ibu, salah satu perubahan pada ibu

nifas adalah perubahan pada payudara, dimana payudara memproduksi ASI

(Air Susu Ibu) yang merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi

bayi. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir yang akhirnya bertujuan

untuk menurunkan angka kematian bayi (Sari, 2015).

Terdapat masalah – masalah yang sering timbul pada saat menyusui,

dapat dimulai sejak sebelum persalinan dan pasca persalinan. Masalah –

masalh yang sering terjadi pada saat menyusui salah satunya adalah putting

susu yang tidak menonjol atau terbenam (inverted) (Nugroho, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar

bayi baru lahir mendapat ASI Eksklusif (tanpa tambahan apa – apa) selama 6

bulan. Namun hanya 35,5% bayi berusia kurang dari 6 bulan didunia

mendapatkan ASI eksklusif, sedangkan dinegara berkembang dan di Asia

masing – masing sebesar 37% dan 41% (Kusumaningrum, 2016).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 sepertiga

wanita di dunia (38%) didapati tidak menyusui bayinya karena terjadi

1
pembengkakan payudara dan di Indonesia angka cakupan ASI Eksklusif

mencapai 32% ibu yang memnerikan ASI Eksklusif pada bayi mereka (SDKI,

2012). Data perempuan yang mengalmi kelainan putting dan menyebabkan

terjadinya bendungan ASI, infeksi, mastitis, bahkan sampai abses pada

payudara, di Indonesia berdasarkan penelitian yaitu terbanyak pada ibu – ibu

yang bekerja sebanyak 16% dari ibu menyusui (Depkes RI, 2012).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan suatu

masalah dalam pengkajian kasus ini sebagai berikut “Manajemen Asuhan

Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. O Umur 24 Tahun P 1A0 2 Jam Post Partum

Dengan Putting Inverted”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengangkat asuhan kebidanan pada ibu hamil dan menerapkan asuhan

kebidanan melalui pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengidentifikasi masalah dan melakukan analisis pada data

yang terkumpul dari Ny. O Umur 24 Tahun P1A0 2 Jam Post Partum

Dengan Putting Inverted.

b. Mampu menginterpretasikan data dasar/diagnosa yang terkumpul

baik dalam bentuk diagnosa serta masalah dan kebutuhan pada Ny.

2
O Umur 24 Tahun P1A0 2 Jam Post Partum Dengan Putting

Inverted.

c. Mampu mengidentifikasi masalah potensial pada Ny. O Umur 24

Tahun P1A0 2 Jam Post Partum Dengan Putting Inverted.

d. Mampu mengidentifikasikan tindakan segera pada Ny. O Umur 24

Tahun P1A0 2 Jam Post Partum Dengan Putting Inverted.

e. Mampu membuat rencana asuhan pada Ny. O Umur 24 Tahun P1A0

2 Jam Post Partum Dengan Putting Inverted.

f. Mampu mengimplementasikan rencana tindakan yang dibuat pada

Ny. O Umur 24 Tahun P1A0 2 Jam Post Partum Dengan Putting

Inverted.

g. Mampu mengevaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan rencana

manajemen yang telah dicapai pada Ny. O Umur 24 Tahun P 1A0 2

Jam Post Partum Dengan Putting Inverted.

D. Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi memperoleh gambaran tentang sejauh mana mahasiswa

memahami ilmu yang diperoleh serta keterampilan tentang asuhan

kebidanan pada ibu post partum dengan putting inverted yang telah

diberikan oleh institusi pendidikan selama proses pembelajaran,

menambah bahan bacaan dan ilmu pengetahuan serta sebagai referensi

bagi penulis selanjutnya.

3
2. Bagi Pembaca

Menambah pengetahuan pembaca tentang anatomi payudara, jenis –

jenis putting susu, apa itu ASI eksklusif, cara menyusui yang benar

dan bagaimana melakukan perawatan payudara terutama pada

payudara yang memiliki putting terbenam (inverted).

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Nifas

1. Definisi Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum

hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau + 40 hari (Sutanto, 2019).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan asuhan masa nifas dibagi 2, yaitu:

a. Tujuan umum

Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh

anak.

b. Tujuan khusus

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui dan pemberian

imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana (Maternity, 2016)

3. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

5
a. Puerperium Dini

Puerperium dini merupakan masa pemulihan. Pada saat ini ibu sudah

dibolehkan berdiri dan berjalan – jalan.

b. Puerperium Intermedial

Puerperium intermedial merupakan masa pemulihan alat – alat

genitalia secara menyeluruh yang lamanya sekitar 6 – 8 minggu.

c. Remote Puerperum

Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi (Purwati, 2012).

4. Kunjungan Masa Nifas

a. Kunjungan I (6 – 8 jam setelah persalinan)

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena antonia uteri

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika

perdarahan berlanjut

3) Pemberian ASI awal

4) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

5) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi hipotermi

6) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, petugas harus

tinggal bersama ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil

(Walyani, 2017).

6
b. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi

dengan baik, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan

abnormal atau tidak ada bau

2) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal

3) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan

istirahat

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda – tanda penyulit

5) Memberikan konseling pad aibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari -

hari

c. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi

dengan baik, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan

abnormal atau tidak ada bau

2) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal

3) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan

istirahat

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda – tanda penyulit

7
5) Memberikan konseling pad aibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari -

hari

d. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

1) Menanyakan pada ibu, penyulit yang ibu atau bayi alami.

2) Memberikan konseling KB secara dini (Walyani, 2017).

5. Adaptasi Fisiologis Masa Nifas

Adaptasi fisiologis masa nifas terbagi menjadi 3, yaitu:

a. Periode “Talking In”

1) Periode ini terjadi 1 - 2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada

umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada

kekawatiran akan tubuhnya.

2) Ibu mungkin mengulang - ulang menceritakan pengalaman waktu

melahirkanya.

3) Tidur tampa gangguan sangat penting untuk mengurangi

gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.

4) Peningkatan nutrisi  dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan

dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.

5) Dalam memberi asuahan bidan, harus dapat memfasilitasi

kebutuhan fisikologis ibu, pada tahap ini bidan harus menjadi

pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamanya.

Berikan juga dukungan mental dan aspirasi atas hasil perjuangan

ibu sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya. Bidan

harus  dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu sehingga

8
dapat leluasa dan terbuka mengemukan permasalahan dapat

dihadapi bidan. Dalam hal ini, sering terjadi kesalahan dalam

pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh pasien terhadap

dirinnya dan bayinya karna kurangnya jalinan komunikasi yang

baik antara pasien dan bidan.

b. Periode “ Talking Hold”

1) Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum.

2) Ini menjadi perhatian pada kemampuan menjadi orang tua yang

sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.

3) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB dan

BAK, serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya.

4) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan

bayi, misalnya mengendong, memandikan dan memasang popok

dan sebagainya.

5) Pada masa ini, ibu biasanya sangat sensitive dan merasa tidak

mahir dalam melakukan hal - hal tersebut.

6) Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan

perubahan yang terjadi.

c. Periode “Letting Go”

1) Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Periode

ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang

diberikan oleh keluarga.

2) Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ibu

harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat

9
tergantung padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu,

kebebasan dan hubungan sosial.

3) Depresi post partum umunya terjadi pada periode ini (Purwati,

2012).

6. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Kebutuhan nutrisi pada masa nifas terutama bila ibu menyusui

akan meningkat 25%. Makanan yang dikonsumsi berguna untuk

melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh dan proses

memproduksi ASI.

1) Sumber tenaga (energi)

Sebagai pembentukan jaringan baru dan penghemat protein. Zat

gizi sebagai sumber karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung,

tepung terigu dan ubi. Zat lemak dapat diperoleh dari hewani dan

nabati (kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa dan

margarine).

2) Sumber pembangun (protein)

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pengganti sel – sel

yang rusak/mati. Sumber protein diperoleh dari protein hewani

(ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam dll) dan protein

nabati (kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu

dan tempe).

10
3) Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air)

Ibu menyusui minum air sedikitnya 3 liter setiap hari. Sumber zat

pengantur dan pelindung biasa diperoleh dari semua jenis sayuran

dan buah – buahan segar (Lestari, 2018).

b. Ambulasi

Ambulasi dini sangat dianjurkan bagi ibu pasca bersalin, karena

hal ini akan meningkatkan sirkulasi darah dan emncegah risiko

terjadinya tromboplebitits, meningkatkan fungsi kerja peristaltik dan

kandung kemih sehingga dapat mencegah konstipasi dan rensi urine.

Jika ibu kesulitan untuk berkemih:

1) Anjurkan ubu untuk minum yang banyak

2) Ambulasi dini

3) Kompres hangat/dingin untuk mengurangi edema dan relaksasi

c. Eliminasi

Sebagian besar ibu takut dan nyeri pada daerah perineum.

Biasanya BAB tertunda selama 2 – 3 hari karena edema/penekanan

pada colon saat persalinan.

Jika ibu kesulitan untuk BAB:

1) Anjurkan ibu untuk ambulasi dini

2) Bila dalam 3 hari ibu belum BAB boleh diberikan obat per

oral/rektal atau dilakukan klisma bila perlu

3) Asupan cairan yang adekuat dan diit tinggi serat diperlukan

11
Buang air kecil (BAK), sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi

normal dapat BAK spontan setiap 3 – 4 jam. Lakukan kateterisasi

apabila kandung kemih penuh dan sulit berkemih (Lestari, 2018).

d. Kebersihan Diri

Menjaga kebersihan diri pada ibu nifas sangatlah penting, karena

ibu post partum sangat rentan terhadap kejadian infeksi. Anjurkan ibu

nifas untuk:

1) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan

sesudah membersihkan daerah kelamin

2) Membersihkan daerah kelamin dengansabun dan air mengalir

setelah BAK/BAB

3) Mengganti pembalut minial 2 x/hari

4) Menghindari menyentuh daerah luka episiotomi dan laserasi

5) Pada ibu SC luka tetap dijaga agar tetap bersih dan kering

Perawatan perineum adalah pemenuhan untuk menyehatkan

daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam

masa puerperium.

Ruang lingkup perawatan perineum:

1) Mencegah kontaminasi dari rektum

2) Menagani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma

3) Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau

4) Menjaga daerah kelamin agar tetap bersih dan kering

Waktu perawatan:

1) Saat mandi

12
2) Setelah BAK/BAB

3) Pemeriksaan fisik ibu nifas (Lestari, 2018).

e. Istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, hal ini penting karena

jika ibu kurang istirahat akan mempengaruhi kondisi kesehatan ibu.

Ibu nifas dianjurkan untuk:

1) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan yang berlebihan

2) Tidur selagi bayi tidur

3) Kembali kegiatan rumah tangga secara perlahan

4) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu

untuk istirahat

5) Tidur siang kira – kira 2 jam, tidur malam 7 – 8 jam/hari

6) Istirahat kira – kira 1 jam pada siang hari dan 1 jam pada malam

hari

f. Seksual

Pada masa nifas sering terjadi penurunan libido pada ibu,

disebabkan luka perineum /ruptur dan penurunan hormon streroid,

mempengaruh keinginan untuk seksual, sleain itu adanya peran baru

ibu dan kelelahan, terutama pada ibu yang kurang istirahat dan tidur.

Hal – hal yang mempengaruhi dorongan seksual pada masa nifas

adalah:

1) Kurangnya respon terhadap seksual

2) Akibat perubahan faal tubuh setelah proses persalinan

3) Kelelahan

13
4) Tidur bersama bayi/perhatian yang lebih pada bayi

5) Adanya penururnan hormon estrogen yang menyebabkan

penurunan sekresi pada vagina

6) Ibu mendapat kenikmatan seksual dari proses menyusui

g. Senam Nifas

Tujuan senam nifas adalah:

1) Membantu mempercepat pemulihan ibu

2) Memperlancar pengeluaran lochea

3) Mempercepat proses involusi

4) Memperbaiki sirkulasi darah

5) Meminimalisir timbulnya komplikasi nifas

Manfaat senam nifas:

1) Mengencangkan otot perut dan liang senggama

2) Kondisi ibu akan kembali baik

3) Rehabilitasi atau mempercepat proses pemulihan

4) Menumbuhkan atau memperbaiki nafsu makan (Lestari, 2018)

7. Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1.000 gram

Plasenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram

2 minggu Tidak teraba diatas 350 gram

6 minggu Simpisis 50 gram

8 minggu Bertambah kecil, normal 30 gram


8. Pengeluaran Lochea

14
Lochea dibedakan jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya:

a. Lochea rubra

Keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan

yang keluar berwarna merah karena terisi darah yang segar, jaringan

sisa – sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi)

dan mekonium.

b. Lochea sanguinolenta

Berwarna merah kecokelatan dan juga berlendir. Lochea ini

berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.

c. Lochea serosa

Berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum, leukosit

dan robekan atau laserasi plasenta. Lochea ini keluar pada hari ke-7

sampai hari ke-14

d. Lochea alba

Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks

dan serabut jaringan yang mati. Lochea ini berlangsung selama 2 – 6

minggu post partum (Astuti, 2015).

9. Tanda Bahaya Masa Nifas

a. Perdarahan yang merah menyala setiap saat setelah minggu ke-4 pasca

persalinan

b. Ibu demam tinggi, suhu tubuh >38oC

c. Kontraksi uterus tidak baik

d. Perdarahan yang banyak setelah 24 jam post partum

e. Lochea yang berbau tidak sedap

15
f. Adanya tanda homan

g. Terjadinya bendungan ASI (Pitriani, 2014).

B. Konsep Anatomi Payudara

1. Definisi

Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit,

diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk

nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, beratnya

kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram

(Sutanto, 2019).

2. Bagian Utama Payudara

Ada 3 bagian utama payudara:

b. Korpus Alveoulus (badan/bagian yang membesar pada payudara)

Unit terkecil memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel

aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.

Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus yaitu beberapa lobulus

yang berkumpul. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil

(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk

saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

c. Areola

Bagian kehitaman ditengah payudara. Areola sinus laktiferus yaitu

saluran dibawah areola yang melebar, akhirnya memusat ke dalam

putting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun

16
saluran – saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat

memompa ASI keluar (Lestari, 2019).

d. Papila/Putting

Bagian yang menonjol dipuncak payudara. Terdapat lubang – lubang

kecil yang menjadi tempat bermuaranya duktus laktiferus, ujung –

ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening dan serat –

serat otot polos yang tersusum secara sirkuler. Ketika ada kontraksi,

serat – serat otot polos tersebut akan menyebabkan duktus laktiferus

akan memadat dan putting susu ereksi, sedangkan serat – serat otot

yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut

(Sutanto, 2019).

Ada 4 macam bentuk putting, yaitu:

1) Normal/Umum

2) Pendek/Datar

17
3) Panjang

4) Terbenam (Inverted)

Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya

tidak selalu menjadi masalah. Secara umum, ibu masih tetap

dapat menyusui bayinya dan upaya selama antenatal umumnya

kurang berfaedah, seperti memanipulasi putting dengan perasat

hoffman, menarik – narik putting atau penggunaan breast shield

dan breast shell. Yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan

ini adalah isapan langsung bayi yang kuat. Segera setelah bayi

lahir, ibu dapat melakukan:

a) Skin to skin coontact dan biarkan bayi menghisap sedini

mungkin

b) Biarkan bayi “mencar” putting susu, kemudian

menghisapnya. Bila perlu, coba berbagai posisi untuk

mendapatkan keadaan putting yang paling menguntungkan.

Rangsang putting agar dapat “keluar” sebelum bayi

“mengambilnya”

18
c) Apanila putting benar – benar tidak muncul, dapat “ditarik”

dengan pompa putting susu (nipple puller) atau yang paling

sederhana dnegan modifikasi spuit injeksi 10 ml. Cara

menggunakan pompa putting susu modifikasi ini adalah

dengan menempelkan ujung pompa (spuit modifikasi) pada

payudara sehingga putting berada didalam pompa, kemudian

tarik perlahan sehingga terasa ada tahanan dan dipertahankan

selama 30 detik sampai 1 menit. Bila terasa sakit, tarikan

dikendorkan. Prosedur ini diulang terus hingga beberapakali

dalam sehari.

d) Jika tidak mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap

disusui dengan sedikit penekanan pada areola mamae dengan

jari hinggat terbentuk “dot” ketika memasukkan putting susu

kedalam mulut bayi

e) Bila payudara penuh, ASI dapat dipompa terlebih dahulu dan

diberikan dengan sendok atau dot bayi (Sulistyawati, 2009).

3. ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi tanpa tambahan

makanan apapun selama 6 bulan penuh kecuali vitamin dan obat jika bayi

sakit. Yang tidak dibenarkan termasuk susu formula, jeruk, madu, air teh,

air putih, air tajin, pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim,

semuanya tidak boleh diberikan sebelum bayi berusia 6 bulan. Setelah 6

bulab berikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dengan berbagai jenis

makanan.

19
4. Perawatan Payudara

Cara Melakukan Perawatan Payudara

a. Persiapan Alat

1) 2 handuk

2) Kapas

3) Baby oil

4) 2 waslap

5) 2 baskom ( 1 berisi air hangat dan 1 berisi air dingin)

b. Prosedur Pelaksanaan

1) Putting dikompres dengan baby oil selama 5 menit, kemudian

bersihkan dengan kapas baby oil yang digunakan untuk

mengompres.

2) Pengenyalan

Putting dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk dan diputar

sebanyak 20 kali.

3) Penonjolan

Putting susu ditarik sebanyak 20 kali. Untuk putting terbenam

(inverted) dan putting pendek/datar dapat menggunakan spuit

untuk membantu penonjolan putting.

20
4) Pengurutan

a) Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian diratakan

b) Peganglah payudara lalu diurut sebanyak 30 kali

(1) Pengurutan payudara dari tengah kesamping

(2) Pengurutan payudara berputar dari tengah ke samping

kemudian ke bawah

(3) Pengurutan payudara dari pangkal ke putting, tangan

kiri membentuk huruf C dan menyangga payudara,

tangan kanan melakukan pengurutan dengan penyisiran

dan dengan buku – buku jari

c) Pijat putting pada daerah areola mammae untuk

mengeluarkan kolostrum

d) Perangsangan payudara

Setelah selesai pengurutan, payudara dikompres dengan air

hangat dan air dingin secara bergantian selama 5 menit (air

hangat dahulu kemudian air dingin)

e) Pakailah BH yang menyangga payudara

5. Teknik Menyusui yang Benar

Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada

bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Teknik

menyusui adalah suatu cara pemberian ASI yang dilakukan oleh seorang

ibu kepada bayinya.

21
a. Posisi Menyusui

Posisi saat menyusui dapat dilakukan dengan duduk, berdiri dan

berbaring.

Posisi menyusui bayi kembar.

b. Langkah – Langkah Menyusui yang Benar

1) Ibu mencuci tangan sebelum menyusui bayinya

2) Pilih posisi yang nyaman bagi ibu

3) Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada putting dan

areola sekitarnya

4) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung

siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan

5) Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan

satu tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala

bayi menghadap ke payudara

22
6) Ibu memposisikan bayi dnegan telingan dan lengan bayi pada

garis lurus

7) Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain

menopang dibawah serta tidak menekan putting atau areola

8) Ibu menyentuhkan putting pada bagian sudut mulut bayi sebelum

menyusui

9) Setelah bayi membuka mulut, masukkan putting dan pastikan

sebagian besar areola juga masuk dalam mulut bayi

10) Ibu menatap bayi saat menyususi

c. Teknik Melepas Hisapan Bayi

Setelah selesai menyusui kurang lebih selama 10 menit, lepaskan

hisapan bayi dengan cara:

1) Menekan dagu bayi kebawah

2) Masukkan jari kelingking ibu yang bersih kesudut mulut bayi

3) Dengan menutup hidung bayi agar mulutnya terbuka

4) Jangan menekan putting untuk melepaskan

23
Setelah selesai menyususi, ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan pada putting dan disekitar areola.

d. Cara Menyendawakan Bayi

1) Sandarkan bayi dipundak ibu, tepuk punggungnya dengan pelan

sampai bayi bersendawa

2) Bayi ditengkurapkan dipangkuan ibu sambil digosok

punggungnya

24
BAB III

ANALISIS SKENARIO KASUS

A. Skenario

Ny. O berusia 24 tahun P1A0 melahirkan 2 jam yang lalu di Rumah Bersalin.

Ibu mengatakan jika putting susunya ibu terbenam sehingga ibu pesimis

untuk menyusui bayinya dan berencana memberikan sufor kepada bayinya.

Ibu mengatakan tidak ada penyulit selama kehamilan, ibu tidak pernah

melakukan perawatan payudara karena ibu tidak mengetahuinya. Ibu dan

keluarga juga tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Ibu tidak pernah

menggunakan alat kontrasepsi. Hasil pemeriksaan: TD: 120/80 mmHg, N: 85

x/menit, S: 36,90C, R: 20 x/menit. TFU: setinggi pusat, lochea rubra, putting

susu tampak datar tapi dapat dikeluarkan dengan jari disekitar areola.

B. Klarifikasi Istilah

1. Paritas

Jumlah atau banyaknya persalinan yang pernah dialami ibu baik lahir

hidup maupun mati.

2. Abortus

Proses pengeluaran janin sebelum usia kehamilan mencapai 22 minggu

tau bayi dalam kondisi berat bdan kurang dari 500 gram.

3. TFU (Tinggi Fundus Uteri)

Nama latin dari puncak rahim.

25
4. Lochea Rubra

Cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina yang keluar pada

hari ke-1 sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan yang keluar

berwarna merah karena terisi darah yang segar, jaringan sisa – sisa

plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lnugo (rambut bayi) dan mekonium.

5. Areola

Daerah gelap disekitar putting payudara, yang dapat melebar atau lebih

gelap selama kehamilan.

C. Identifikasi Masalah

1. Ibu mengatakan jika putting susunya ibu terbenam sehingga ibu pesimis

untuk menyusui bayinya dan berencana memberikan sufor kepada

bayinya.

2. Ibu mengatakan tidak ada penyulit selama kehamilan, ibu tidak pernah

melakukan perawatan payudara karena ibu tidak mengetahuinya

D. Analisis Masalah

1. Apa itu payudara?

Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas

otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi

bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, beratnya kurang

lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram

2. Apa saja bagian utama payudara?

Korpus alveoulus (badan), areola dan papila/putting.

26
3. Berapa jenis putting?

Ada 4 jenis putting, yaitu normal/umum, pendek/datar, panjang dan

terbenam (inverted).

E. Bagan Alur

Ibu Nifas

1. Kurangnya perawatan payudara sejak dini


2. kurangnya pengetahuan ibu tentang
perawatan payudara.
3. Trauma atau jaringan parut pada area
payudara
4. Infeksi kenlenjar susu
5. Kanker payudara

Putting terbenam (inverted)

F. Hipotesis

Ny. O umur 24 tahun P1A0 2 jam post partum dengan putting inverted

27
BAB IV

ASUHAN KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY. O UMUR 24 TAHUN P1A0

2 JAM POST PARTUM DENGAN PUTTING INVERTED

Tanggal masuk : 23 November 2020

Waktu : 09.00 WIT

Oleh : Mahasiswa Rahma

LANGKAH I. PENGKAJIAN DATA

A. Data Subyektif

1. Biodata Pasien

Istri Suami

Nama : Ny.O Nama : TN. R

Umur : 24 Tahun Umur : 29 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku : Jawa

Pendidikan: SMA Pendiddikan : S1

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS

Alamat : Pasar Lama Alamat : Pasar Lama

2. Keluhan utama

Ibu mengatakan jika putting susunya terbenam sehingga ibu pesimis

untuk menyusui bayinya dan berencana memberikan susu formula

28
kepada bayinya dan ibu tidak pernah melakukan perawatan payudara

karena ibu tidak mengetahuinya.

3. Riwayat menstruasi

Menarche : 13 tahun

Siklus : 28 hari

Teratur/tidak : Teratur

Lama : 5-6 hari

Volume : 2-3 x ganti pembalut/hari

Sifat darah : Cair

Disminorhea : Tidak

4. Riwayat Obstetri

No Tahun Tempat Usia Jenis Penolong Penyulit JK BB PB


lahir bersalin kehamilan persalinan

1. 2020 BPM 39 minggu Spontan Bidan Tidak ♀ 3.100 49


ada

5. Riwayat kontrasepi

Pasang Lepas
No Jenis kontrasepsi Tahun Oleh Tempat Keluhan Tahun Oleh tempat

Belum Pernah Menggunakan KB


6. Riwayat persalinan sekarang

a. Usia kehamilan : 39 minggu

b. Penolong/tempat : Bidan/Rumah Bersalin

c. Proses persalinan : Normal

d. Jenis persalinan : Spontan

e. Penyulit persalinan : Tidak ada

f. Perinium : Robekan derajat 1

29
g. Bayi

1) Lahir tanggal : 23-11-2020

2) BB : 3.100 gram

3) PB : 49 cm

4) Cacat bawaan : Tidak ada

7. Riwayat kesehatan

a. Sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular

(HIV/AIDS, PMS, TBC dan hepatitis), menurun (DM, asma dan

hipertensi) dan menahun (Jantung dan stroke).

b. Yang lalu

Ibu mengatakan yang lalu tidak menderita penyakit menular

(HIV/AIDS, PMS, TBC dan hepatitis), menurun (DM, asma dan

hipertensi) dan menahun (Jantung dan stroke).

c. Keluarga

Ibu mengatakan baik keluarga suami dan keluarga ibu tidak sedang

menderita penyakit menular (HIV/AIDS, PMS, TBC dan hepatitis),

menurun (DM, asma dan hipertensi) dan menahun (Jantung dan

stroke).

8. Riwayat perkawinan

a. Menikah ke :1

b. Lama : 2 tahun

c. Usia istri menikah : 22 tahun

d. Usia suami menikah : 27 tahun

30
9. Keadaan psikososial

a. Kehamilan ini : Direncanakan

b. Respon ibu dan keluarga : Baik

c. Hubungan keluarga : Baik

d. Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami

10. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

Kegiatan Sebelum masa nifas Selama masa nifas

a. Nutrisi
Makan
Frekuensi
Jenis 3 x/hari 3 x/hari
Porsi
Nasi, sayur Nasi, sayur
Minum
Frekuensi Sedang Sedang
Jenis

± 2 Liter ± 2 Liter
Air putih, teh Air putih, teh
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi
Konsistensi 1 x/hari 1 x/hari
Warna
Lembek Lembek
BAK
Frekuensi Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Konsistensi
Warna
4 x/hari 4 x/hari
Cair Cair
Kening Jernih Kuning Jernih
c. Pola istirahat
Tidur siang
1 jam 30 menit
Keluhan
Tidur malam Tidak ada Tidak ada
Keluhan
7 – 8 jam 7 jam
Tidak ada Tidak ada
d. Personal hygiene
Mandi
3 x/hari 3 x/hari

31
Ganti pakaian 2 x/hari 2 x/hari
Gosok gigi
3 x/hari 3 x/hari
Keramas
2 x/minggu 2 x/minggu

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda vital sign

TD : 120/80 mmHg

N : 85 x/menit

R : 20 x/menit

S : 36,90C

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Warna : Hitam

Kebersihan : Bersih

Benjolan : Tidak ada

b. Wajah

Odema : Tidak ada

c. Mata

Bentuk : Simetris kanan/kiri

Konjungtiva : Merah Muda

Sklera : Putih

Penglihatan : Jelas

d. Hidung

32
Polip : Tidak ada

Secret : Tidak ada

Nyeri tekan : Tidak ada

e. Telinga

Bentuk : Simetris kanan/kiri

Serumen : Tidak ada

Kebersihan : Bersih

f. Mulut

Mukosa : Lembab

Stomatitis : Tidak ada

g. Gigi

Caries : Tidak ada

Karang gigi : Tidak ada

Lidah : Bersih

Gusi : Tidak berdarah

h. Leher

Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran

Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran

Vena jugolaris : Tidak ada pembengkakan

i. Payudara

Bentuk : Simetris

Puting susu : Tampak datar tetapi dapat dikeluarkan

dengan jari disekitar areola kanan dan kiri

Areola mamae : Hiperpigmentasi

33
Pengeluaran : Belum keluar

Benjolan : Tidak ada

Nyeri tekan : Tidak ada

j. Ketiak

Benjolan : Tidak ada

Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran

k. Dada

Benjolan : Tidak ada

Irama pernapasan : Teratur

l. Abdomen

Nyeri tekan : Tidak ada

Luka bekas operasi : Tidak ada

TFU : Setinggi pusat

m. Genetalia

Labia mayora/minora : Tidak ada kelainan

Kelenjar batolini : Tidak ada kelainan

Pengeluaran : Lochea rubra

n. Anus : Tidak ada hemoroid

o. Ekstremitas Atas

Bentuk : Simetris kanan/kiri

Kelengkapan jari : Lengkap

Pergerakan : Aktif kanan/kiri

Odema : Tidak ada

Ekstremitas Bawah

34
Bentuk : Simetris kanan/kiri

Kelengkapan jari : Lengkap

Pergerakan : Aktif kanan/kiri

Odema : Tungkai kanan/kiri

Reflek patela : +/+ kanan/kiri

p. Pemeriksaan penunjang

HB : 11 gr%

Protein urine : Negatif

Glukosa urine : Negatif

LANGKAH II. INTERPRESTASI DATA DASAR

1. Dx : Ny. O Umur 24 Tahun P1A0 2 Jam Post Partum Dengan Putting

Inverted.

DS : Ibu mengatakan jika putting susunya terbenam sehingga ibu

Pesimis untuk menyusui bayinya dan berencana memberikan Susu

formula kepada bayinya dan ibu mengatakan tidak pernah

melakukan perawatan payudara karena tidak mengetahuainya

DO :

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV :

TD : 120/80 mmHg

N : 85 x/m

R : 20 x/m

S : 36,90C

35
Kontraksi : Baik

TFU : Setinggi pusat

Locheaa : Rubra

Putting susu : Tampak datar tetapi dapat dikeluarkan

dengan jari disekitar areola.

2. Masalah

e. Putting susu ibu terbenam sehingga ibu pesimis untuk menyusui

bayinya dan berencana memberikan susu formula kepada bayinya

f. Ibu tidak pernah melakukan perawatan payudara karena ibu tidak

mengetahuinya

g. Putting susu tampak datar tetapi dapat dikeluarkan dengan jari

disekitar areola

3. Kebutuhan

a. Berikan KIE tentang ASI eksklusif

b. Mengajarkan perawatan payudara

LANGKAH III. MASALAH POTENSIAL

Potensial : Terjadi bendungan ASI

LANGKAH IV. TINDAKAN SEGERA

Perawatan payudara

LANGKAH V. PERENCANAAN

Tanggal : 23 November 2020 Jam : 09.10 WIT Oleh : Mhs. Rahma

36
1) Jelaskan hasil pemeriksaan dan kondisi ibu

2) Ajarkan ibu perawatan payudara

3) Berikan KIE tentang ASI eksklusif

4) Berikan KIE tentang pemenuhan nutrisi pada ibu nifas

LANGKAH VII. PELAKSANAAN

Tanggal : 23 November 2020 Jam : 09.20 WIT Oleh : Mhs. Rahma

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan kondisi ibu

Memberitahu ibu bahwa kondisinya dalam keadaan sehat dengan hasil

pemeriksaan

a. TTV :

TD : 120/80 mmHg

N : 85 x/m

R : 20 x/m

S : 36,90C

b. Putting susu tampak datar tetapi dapat dikeluarkan dengan jari

disekitar areola

2. Mengajarkan ibu perawatan payudara

Cara melakukan perawatan payudara

a. Persiapan Alat

1) 2 handuk

2) Kapas

3) Baby oil

4) 2 waslap

37
5) 2 baskom ( 1 berisi air hangat dan 1 berisi air dingin)

b. Prosedur Pelaksanaan

1) Putting dikompres dengan baby oil selama 5 menit, kemudian

bersihkan dengan kapas baby oil yang digunakan untuk

mengompres.

2) Pengenyalan

Putting dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk dan diputar

sebanyak 20 kali.

3) Penonjolan

Putting susu ditarik sebanyak 20 kali. Untuk putting terbenam

(inverted) menggunakan spuit.

4) Pengurutan

a) Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian diratakan

b) Peganglah payudara lalu diurut sebanyak 30 kali

c) Pengurutan payudara dari tengah kesamping

d) Pengurutan payudara berputar dari tengah ke samping

kemudian ke bawah

e) Pengurutan payudara dari pangkal ke putting, tangan kiri

membentuk huruf C dan menyangga payudara, tangan kanan

melakukan pengurutan dengan penyisiran dan dengan buku –

buku jari

5) Pijat putting pada daerah areola mammae untuk mengeluarkan

kolostrum

6) Perangsangan payudara

38
Setelah selesai pengurutan, payudara dikompres dengan air

hangat dan air dingin secara bergantian selama 5 menit (air hangat

dahulu kemudian air dingin)

7) Pakailah BH yang menyangga payudara

3. Memberikan KIE tentang ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi tanpa tambahan

makanan apapun selama 6 bulan penuh kecuali vitamin dan obat jika bayi

sakit. Yang tidak dibenarkan termasuk susu formula, jeruk, madu, air teh,

air putih, air tajin, pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim,

semuanya tidak boleh diberikan sebelum bayi berusia 6 bulan. Setelah 6

bulab berikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dengan berbagai jenis

makanan.

4. Memberikan KIE tentang pemenuhan nutrisi pada ibu nifas

Makan makanan sumber energi seperti karbohidrat (beras, jagung dan

ubi), zat lemak (minyak sayur, minyak kelapa, margarin), makan yang

mengandung protein (kacang tanah, kacang merah, tahu dan tempe) dan

makanan yang mengandung mineral (brokoli, daun bayam, alpukat dan

jamur), vitamin (pepaya, semangka, jambu biji dan wortel) dan air putih.

LANGKAH VII. EVALUASI

Tanggal : 23 November 2020 Jam : 15. 35 WIT Oleh : Mhs. Rahma

1. Sudah menjelaskan hasil pemeriksaan

39
2. Sudah memberikan KIE tentang ASI eksklusif

3. Sudah mengajarkan perawatan payudara

4. Sudah memberikan KIE tentang pemenuhan nutrisi pada ibu nifas

BAB V

PENUTUP

40
A. Kesimpulan

Berdasarkan kasus asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. O Umur 24

Tahun P1A0 2 Jam Post Partum Dengan Putting Inverted 7 langkah varney

dapat disimpulkan bahwa :

1. Setelah melakukan pengkajian yang terdiri dari data subjektif dan data

objektif maka didapatkan data subjektif ibu mengatakan jika putting

susunya terbenam sehingga ibu pesimis untuk menyususi bayinya dan ibu

tidak pernah melakukan perawatan payudara karena ibu tidak

mengetahuinya. Data objektif kesadaran composmentis, TD : 120/80

mmHg, N : 85 x/m, R : 20 x/m, SB : 36,9oC, TFU setinggi pusat dan

putting susu tampak datar tetapi dapat dikeluarkan dengan jari disekitar

areola.

2. Penulis mampu menginterpretasikan data dasar/diagnosa yang terkumpul

baik dalam bentuk diagnosa serta masalah dan kebutuhan pada Ny. O

Umur 24 Tahun P1A0 2 Jam Post Partum Dengan Putting Inverted.

3. Berdasarkan hasil pengkajian dan diagnosa pada interpretasi data maka

didapatkan diagnosa potensial terjadi bendungan ASI.

4. Berdasarkan hasil pemeriksaan, tindakan segera yang dilakukan adalah

perawatan payudara.

5. Membuat rencana sesuai kebutuhan pasien

6. Rencana asuhan yang diberikan telah dilaksanakan sesuai dengan

rencana yang telah dibuat.

7. Setelah melaksanakan rencana asuhan selanjutnya evaluasi telah

dilakukan pada ibu nifas dengan putting inverted.

41
B. Saran

1. Bagi Istitusi Pendidikan

Menambah sumber referensi yang berhubungan dengan kelainan pada

putting susu terutama putting inverted.

2. Bagi Pembaca

Bagi pembaca bisa menambahkan masukan pada laporan yang telah saya

buat agar laporan ini bisa menjadi bahan bacaan yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Sri, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui. Jakarta: Erlangga

Lestari, Susi. 2018. Modul Asuhan Kebidanan Nifas (ASKeb III)

42
Maternity, Dainty, Ratna Dewi Putri, Yuli Yanti. 2016. Asuhan Kebidanan Masa
Nifas Dan Menyusui. Tangerang Selatan : Binarupa Aksara

Pitriani, Risa dan Rika Andriyani. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan
Ibu Nifas Normal (Askeb III). Yogyakarta: CV Budi Utama

Purwati, Erni. 2012. Asuhan Kebidanan Untuk Ibu Nifas. Yogyakarta: Cakrawala
Ilmu

Sari, Luvita dan Susi Ernawati. Pengalaman Ibu Hamil Trimester III tentang
Perawatan Payudara Di Klinik Pratama Bina Sehat Kasihan.
Yogyakarta. Vol. 03. No.01,2015

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: CV ANDI OFFSET

Sutanto, Andi Vita. 2019. Asuhan Nifas & Menyusui Teori dalam Praktik
Kebidanan Profesional. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS

Walyani, Elisabeth Siwi. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS

43

Anda mungkin juga menyukai