DI SUSUN OLEH
CI LAHAN CI INSTITUSI
“DIABETES MELLITUS”
(KONSEP TEORITIS)
A. Definisi
DM adalah kumpulan gejala, kelainan metabolik dan heterogen yang
disebabkan karena tingginya kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia bisa
disebabkan karena kekurangan insulin atau akibat insulin yang tidak bekerja
secara maksimal. Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit ini akan tidak
terkendali dan berujung komplikasi yang dapat membahayakan kesehatan.
Klasifikasi Diabetes Mellitus
Diabetes melitus dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori klinis yaitu :
1. Diabetes melitus tipe 1. Disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas yang
tidak mampu menghasilkan insulin akibatnya insulin tubuh berkurang
sehingga tubuh bergantung pada insulin. Jika tidak ditangani dengan baik
dapat menyebabkan komplikasi ketoadosis diabetik yang berujung kematian.
Adapun beberapa faktor yaitu : infeksi virus, autoimun dan idiopatik.
2. Diabetes melitus tipe 2. Dm tipe ini menjadi yang paling sering terjadi pada
kalangan masyarakat saat ini. Disebabkan karena resistensi insulin sehingga
menghasilkan insulin yang bekerja tidak maksimal dan menyebabkan
kegemukan. Faktor genetik menjadi peranan penting penyebab resistensi
insulin dan Pola hidup yang tidak sehat menjadi salah penyebab dari Dm tipe
ini.
4. Diabetes tipe lain ini sering di sebut dengan diabetes sekunder disebabkan
karena adanya penyakit lain yang menyertai sehingga menggangu produksi
insulin dan kerja insulin dalam tubuh defek dan sindrom genetik lain yang
berhubungan dengan diabetes mellitus dapat menjadi penyebab dari diabetes
mellitus sekunder ini.
B. Anatomi Fisiologi
a. Sistem Endokrin
Sistem endokrin merupakan sistem yang bekerja untuk membantu dan
mengatur aktivitas metabolik tubuh (bersama dengan sistem saraf) yang terdiri
dari 3 komponen utama yaitu : kelenjar, hormone dan reseptor.
1. Kelenjar
Tersusun dari kumpulan sel atau organ khusus yang mensekresikan
hormon secara langsung ke dalam aliran darah dan mengatur fungsi tubuh.
Kelenjar utama dalam tubuh yaitu : kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid,
kelejar paratiroid, kelenjar adrenal, pancreas, timus, kelenjar pineal dan
gonad (ovarium dan testis)
C. Etiologi
D. Patofisiologi
Hiperglikemia yang dialami penderita diabetes disebabkan beberapa faktor
sesuai dengan tipe dari diabetes itu sendiri. Pada diabetes tipe satu terdapat
defisiensi atau ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. akibatnya produksi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan
tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Diabetes ini paling sering berkembang pada anak-anak kemudian
bermanifestsi pada masa pubertas dan memburuk sejalan dengan bertambanya
usia. Untuk bertahan hidup diabetes tipe ini memerlukan insulin eksogen seumur
hidupnya .
Diabetes tipe II terdapat dua penyebab yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Kondisi tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor
yaitu genetik, gaya hidup, dan diet yang dapat menyebabkan obesitas. Resistensi
dan gangguan sekresi insulin akan menyebabkan glukosa dalam tubuh terganggu
yang menjadi awal dari kondisi DM tipe 2 yang berujung terjadinya
hiperglikemia.
Intoleransi
Glukoneogenesisis : HIPERGLIKEMIA
liposis & proteolisis
Aktivitas
Demilielinisasi saraf Terjadi hiperglikosilasi Gangguan metabolisme LDL Dan VLDL membawa Ketidakseimbangan
perifer protein protein lemak masuk ke sel elektrolit tubuh
endotel arteri
G. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada diabetes melitus dibagi menjadi dua yaitu
komplikasi akut dan komplikasi kronis. Adapun komplikasi akut meliputi:
Ketoasidosis diabetik (KAD), terjadi akibat gangguan sekresi hormon insulin,
kerja insulin dan kerusakan sel beta pada pulau Langerhans pada pasien DM.
Pada pasien kondisi ini akan terjadi hiperglikemia yg berakibat penurunan
uptake glukosa didalam sel yang diikuti peningkatan lipolisis,
glukoneogenesis, dan pemecahan protein di hati.
Sindrom hiperosmolar non ketotik (HNK), termasuk komplikasi yg sering
dijumpai pada pasien DM tipe 2, dimana terjadi peningkatan glukosa darah yg
dapat mengakibatkan hiperglikemia berat. Peningkatan glukosa ini akan
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboraturium
Kadar glukosa plasma puasa lebih besar atau sama dengan 126 mg/dL
( normal : 70- 110 mg/dL)² pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan.
Kadar glukosa darah sewakti ≥ 200 mg/dL (normal : <140 mg/dL)²
Gula darah postprandial ≥ 200 mg/dL
Hemoglobin glikosilasi (HbA1c) meningkat
Urinalisis dapat menunjukan aseton atau glukosa
2. Prosedur diagnostic
Pemeriksaan oftalmik menunjukan aseton atau glukosa
J. Pencegahan
1. Pencegahan Primer:
Pencegahan primer adalah upaya untuk meminimalkan terjadinya DM
pada orang – orang yg memiliki faktor risiko serta berpotensi untuk mendapat
DM. Perlu adanya Self-care atau perawatan diri untuk mencegah terjadinya
komplikasi dimulai dari merubah pola hidup yang sehat seperti : melakukan diet,
berolaraga, istirahat yang cukup dan selalu memantau kondisi gula darah secara
teratur.
2. Pencegahan Sekunder Terhadap Komplikasi Diabetes Melitus
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi bagi pasien yang telah terdiagnosis DM. Tindakan
dilakukan untuk mengendalian kadar glukosa sesuai terapi yang diberikan serta
dengan pemberian program pengobatan yang optimal dan tindakan ini berperan
penting dalam meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program
pengobatan yang disesuiakan dengan kondisi pasien. Melakukan deteksi dini
merupakan bagian dari pencegahan sekunder.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya rehabilitasi yang ditujukan pada
penderita diabetes untuk mencegah terjadinya kekambuhan serta meningkatkan
C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWAT (NOC) (NIC)
AN
1 Nyeri Akut NOC : NIC :
Berhubungan Tingkat nyeri Manajemen nyeri :
Dengan Agen Nyeri terkontrol 1. Lakukan 1. Nyeri merupakan
Cedera Biologis Tingkat pegkajian nyeri pengalaman
kenyamanan secara subyektif dan harus
Setelah dilakukan komprehensif dijelaskan oleh
asuhan keperawatan termasuk lokasi, pasien. Identifikasi
selama 3 x 24 jam, karakteristik, karakteristik nyeri
klien dapat mengatasi durasi, frekuensi, dan faktor yang
nyeri dengan kualitas dan ontro berhubungan
Kriteria Hasil : presipitasi. merupakan suatu
1. Mengontrol nyeri, hal yang amat
dengan indikator : 2. Pertahankan tirah penting untuk
Mengenal faktor- baring dan posisi memilih intervensi
faktor penyebab yang nyaman yang cocok dan
Mengenal onset untuk mengevaluasi
nyeri 3. Ajarkan teknik keefektifan dari
Tindakan relaksasi napas terapi yang
pertolongan non dalam diberikan.
farmakologi 2. dengan adanya tirah
4. Monitor Tanda – baring akan
Menggunakan
tanda vital mengurangi nyeri
analgetik
3. teknik relaksasi
Melaporkan
Chindhy Wahyuni (2019). Asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus tipe
2 di Ruangan Rawat Inap Zam-Zam Ibnu Sina. Politenik Kesehatan
Kemenkes Padang.
Nanda International, (2018). Diagnosa keperawatan : definisi dan klasifikasi 2018-
2020 (10th ed). Jakarta: ECG
Hasdianah HR., Sentot Imam Saprapto MM. (2014). Patologi & Patofisiologi
Penyakit. Yogyakarta : Nuha Medika.