Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum

Dasar-dasar Ilmu Tanah

PROFIL TANAH

Nama : Nurul Alami


Nim : G011181426
Kelas : Dasar – Dasar Ilmu Tanah B
Kelompok : II
Asisten : 1. Diana Febrillah
2. Rosmah

DEPARTEMEN ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan gabungan dari mineral dan partikel organik dengan komposisi
penyusun dan berbagai ukuran.Tanah merupakan salah satu penunjang yang
membantu kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Tanah sangat
mendukung terhadap kehidupan tanaman yang menyediakan hara dan air di bumi.
Selain itu, tanah juga merupakan tempat hidup berbagai mikro organisme yang
ada di bumi dan juga merupakan tempat berpijak bagi sebagian makhluk hidup
yang ada di darat.
Tanah terbentuk dariberbagai proses fisik, kimia danbiologi yang akan
membentuk lapisan-lapisan yang menutupi seluruh permukaan bumi dan
menghasilkanlapisan-lapisan yang berbeda dari suatu tempat ketempat lainnya
baik dari sifat fisik, kimia maupun sifat biologinya. Dalamistilah tanah, lapisan
tersebut dinamakan horizon.
Horizon tanah adalah lapisan tanah atau bahan tanah yang kurang lebih sejajar
dengan permukaan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan
berbeda dengan lapisan disebelah atau maupun bawahnya.Lapisann tanah terdiri
dari lapisan O, A, E, B, C, dan R yang dapat dibedakan dari penampang vertikal
tanah.
Penampakanvertikal dari tanah yang terdiri dari horizon-horizon disebut
profiltanah. Cepat atau lambatnya pembentukan horizon-horizon
tanahdipengaruhi oleh factor-faktor pembentuk tanah, yaitu : bahaninduk, iklim,
biota, topografi dan waktu.Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan
pengamatan profil tanah yang berfungsi untuk menganalisa tingkat kedalaman
lapisan solum tanah dan perincian horizon-horizon tanah.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan pengamatan profil ini dilakukan untuk mengetahui secara
jelas sifat fisik tanah, menentukan horizon-horizon tanah dan untuk keperluan
pengambilan sampel tanah yang kemudian akan di analisis di laboratorium.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Tanah


Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanahdibuat dengan
cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar)tertentu dan kedalaman
yang tertentu pula sesuai dengan keadaantanah dan keperluan penelitian untuk
mengetahui kedalaman lapisan tanah dan kelengkapan horizon pada profil. Profil
tanah dipelajari dengan mengenali tanah dengan dinding lubang vertikal ke
lapisan bawah tanah (Lilia Fatma, 2013).
2.2 Sifat Fisik dan Kimia Tanah
Sifat fisik tanah merupakan sifat tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman dan produksi tanaman karena akan menentukan penetrasi akar di dalam
tanah, kemampuan tanah menahan air, drainase, aerasi tanah dan ketersediaan
unsur hara tanah (Novpriansyah, 2015).
Sifat tanah beragam ke arah samping (lateral) dan ke arah cacak (vertical)
menuruti keragaman faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pembentukan
tanah. tampakan tanah yang berkaitan dengan pola agihan cacak sifat-sifat tanah
(vertical distribution pattern of soil properties) disebut morfologi tanah. pola
agihan menyamping sifat-sifat tanah dipergunakan memilahkan daerah bentangan
kelas-kelas tanah dalam pemetaan tanah (Hanafiah, 2014).
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam bentuk persentase)
fraksi-frasi pasir, debu, dan liat. Partikel-partikel pasir memiliki luas permukaan
yang kecil dibandingkan debu dan liat tetapi ukurannya besar. Semakin banyak
ruang pori diantara partikel tanah semakin dapat memperlancar gerakan udara dan
air dimana tingkat pelapukan dan pembebasan unsur hara untuk diserap akar lebih
besar dari pasir. Tanah yang memiliki kemampuan besar dalam memegang air
adalah fraksi liat (Hanafiah, 2014).
Penentuan tekstur tanah sering perlu bila memeriksa tanah dilapangan,
menggunakan metode rasa untuk menentukan tekstur tanah berbagai horizon,
polipedon, dan untuk mengidentifikasi tanah dengan seri dan tipe dan untuk
membedakan tanah-tanah yang berbeda langskap (Fahri, 2014).
Dalam Endriani (2012) mendefinisikan tanah liat(lempung) sebagai
partikel berukuran lebih kecil atau sama dengan 0,002 mm,tanah lempung tersebut
terdiri dari tanah dengan ukuran mikrokonissampai submikrokonis berasal dari
pelapukan unsurkimiawi batuan(Khoiriyah, 2015).
Tanah bertekstur sedang tapi agak kasar meliputih tanah yang bertekstur
lempung pasir (Sandy loam) atau lempung berpasir halus. Tanah bertekstur
sedang yang meliputi tekstur lempung berpasir sangat halus lempung (Loam),
lempung berdebu (Silty loam) atau debu (silti)(Fahri, 2014).
Antara berbagai fase tanah ini terjadi aliran materi dan energi dalam suatu
proses keseimbangan kimia tanah. Keseimbangan kimia tanah yang terjadi
bersifat dinamik karena sifatnya yang terbuka. Karena sifat yang terbuka ini, maka
larutan tanah, padatan tanah, dan udara (Anwar, 2013).
Dalam siklus air, hujan jatuh ke permukaan tanah bersama bahan terlarut
seperti NaCl, nitrat dan amoniak. Namun kemudian hanya air murni yang
teruapkan, tanpa membawa bahan-bahan terlarut. Interaksi kimia antara tanah
dengan atmosfir dan air perkolasi, walaupun tidak kentara sangat menentukan
komposisi atmosfir dan air bawah tanah (Anwar, 2013).
Tanah telah mempengaruhi kimia lingkungan sejak terbentuknya bumi,
dan sebaliknya tanah juga telah dipengaruhi oleh lingkungan. Tanah juga
melepaskan gas-gas, termasuk H2O dan CO2 dari proses dekomposisi bahan
organik, serta N2 dan N2O dari denitrifikasi(Anwar, 2013).
2.3 Faktor-faktor Pembentuk Tanah
2.3.1 Bahan Induk (tekstur, struktur, komposisi kimia dan mineral)
Bahan induk atau bahan awal tanah mengacu pada bahan yang tidak mampat dari
mana tanah berkembang. Bahan induk dapat terbentuk setempat oleh pelapukan
batuan atau dapat diangkut dari tempat lain. Secara umum, kesuburan tanah
tergantung pada komposisi kimia dari bahan induknya. Misalnya tanah aluvial
yang berkembang dari bahan induk aluvial (Handayanto, 2017).
Batuan yang terdapat di kerak bumi pada umumnya mengandung oksigen
(O),silikon(Si), aluminium (Al) dan besi (Fe) sebanyak 96% (Tabel 2-
1).Sedangkan unsur-unsurlainnya mencapai 4%.

Komposisi unsur dan mineral dari batuan menentukan komposisiunsur dan


mineral tanah. Misalnya tanah yang terbentuk dari pasir kuarsa (SiO 2) tidak
akanmengandung mineral lempung karena pasir kuarsa tidak mengandung Al dan
kation-kationlainnya yang berperan dalam pembentukan mineral lempung,
kesuburan tanahnya rendahkarena miskin kation.Tanah yang terbentuk dari batuan
basa seperti basalt akan kayamineral dan unsur hara(Cahyono, 2014).
2.3.2 Iklim (suhu dan curah hujan)
Iklim mempengaruhi pembentukan tanah secara langsung dan secara tidak
langsung.Secara langsung iklim mempengaruhi pelapukan batuan, baik pelapukan
fisik mapun kimia.Fluktuasi suhu tinggi dan rendah silih berganti yang
berlangsung secara terus menerusmenyebabkan pecahnya batuan menjadi bagian
yang lebih kecil. Air hujan disampingmemiliki pengaruh secara fisik terhadap
pecahnya batuan, air hujan merupakan faktorterpenting terjadinya pelapukan
kimia dari bahan induk tanah(Cahyono, 2014).
Air hujan mempengaruhipenguraian mineral maupun bahan organik,
menyebabkan terjadinya pencucian bahan-bahanterlarut ke bagian tanah yang
lebih dalam sehingga mengakibatkan terbentuknya horison-horisondalam profil
tanah. Beberapa unsure yang seringkali dijumpai mengalami pencucianoleh air
hujan adalah nitrat, kalium, natrium, dan CaCO3(Cahyono, 2014).
Secara tidak langsung iklim mempengaruhi pembentukan tanah melalui
penyebaranmakhluk hidup. Penyebaran vegetasi, misalnyaditentukan oleh tipe
iklim suatu wilayah.Daerah dengan curah hujan yang rendah menyebabkan
daerahnya menjadi kering (arid)sehingga populasi vegetasinya rendah. Sebaliknya
pada daerah dengan curah hujan tinggimenyebabkan daerahnya menjadi daerah
basah (humid) yang mampu menumbuhkan berbagaimacam vegetasibahan
organik dalam tanah(Cahyono, 2014).
2.3.3. Topografi (relief)
Komponen topografi yang paling dominan adalah sudut kemiringandan
panjanglereng. Topografi memiliki pengaruh secara tidak langsung yakni melalui
kelancaranlalulintas air dalam tanah serta macam vegetasi yang tumbuh pada
wilayah tersebut. Padalahan yang miring memiliki lalulintas air dalam tanah yang
berbeda dengan lalulintas padalahan datar atau cekungan. Pada lahan dengan
kemiringan tinggi maka laju runof lebih cepatdibandingkan air infiltrasi,akibatnya
erosi tanah lebih besar. Pada tanah dengan bentukwilayah cekungan, air
cenderung tertahan dalam bentuk genangan.
Topografi juga berpengaruh terhadap jenis vegetasi yang tumbuh. Tanah
yangmemiliki kelerengan kearah utara atau selatan pada umumnya akan menerima
cahayamatahari yang relatif lebih lama dibandingkan dengan tanah yang miring
kearah barat atautimur. Sebagai akibatnya jenis vegetasi yang tumbuh pada
wilayah tersebut juga akan berbedaakibat panjang penyinaran matahari yang
berbeda(Cahyono, 2014).
2.3.4. Makhluk Hidup
Makhluk hidup mempunyai pengaruh yang tidak sedikit terhadap
pembentukantanahtermasuk manusia, hewan dan tanamanbaik yang berukuran
besar maupun yang berukuran kecil (mikroorganisme).Tanaman mempengaruhi
pembentukan tanah karena tanaman mampu melakukanpelapukan fisik maupun
kimia. Pelapukan fisik dilakukan oleh akar-akar tanaman yangmampu
memecahkan bahan induk. Sedangkan pelapukan kimia dilakukan oleh senyawa –
senyawaorganik yang dikeluarkan oleh akar (eksresi) dan penambahan bahan
organik tanahmelalui daun, bahan, ranting, dan akar yang mati(Cahyono, 2014).
2.3.5. Waktu
Ada beberapa studi yang dilakukan untuk mengetahui umur tnah.
Beberapadiantaranya dengan membuat irisan vertikal tanah, dimana terlihat
tumpukanlapisan dariyang paling tua ditumpuki oleh lapisan tanah yang lebih
muda. Kemudian umur maksimumtanah diestimasi dengan metode ‘carbon 14
dating’ bahan organiknya. Metode lainnya untuklokasi lain dimana tanah
ditemukan mengandung abu vulkanik yang dapat diukur(Cahyono, 2014).
Laju pembentukan tanah terlalu lambat untuk dapat diukur secara
langsung, olehkarenanya perlu dilakukan pengukuran secara tidak langsung. Jika
kita sudah mendapatkandata tentang umur maksimum suatu tanah, kita dapat
membagi ketebalan pedon dengan umurmaka akan didapatkan berapa ketebalan
lapisan tanah terbentuk per tahunnya(Cahyono, 2014).
Estimasi inibenar jika pembentukan tanah terjadi pada laju yang konstan
dan proses pembentukan tanahbertindak secara seragam setiap tahunnya. Tidak
semua ahli tanah menerima pendekatan ini,namun pada prinsipnya mereka
sepakat bahwa laju pembentukan tanah tergantung padakelima factor
pembentukan tanah serta berlangsung sangat lambat(Cahyono, 2014).
2.4 Batas-batas Horizon
Batas suatu horizon dengan horizon lainnya dalam suatuprofil tanah dapat terlihat
jelas atau baur. Dalam pengamatantanah di lapang ketajaman peralihan horizon-
horizon ini dibedakanke dalam beberapa tingkatan yaitu batas horizon nyata (lebar
peralihan kurangdari 2,5 cm), batas horizon jelas (lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm),
berangsur (lebarperalihan 6,5 – 12,5 cm) dan batas horizon baur (lebar peralihan
lebih dari 12,5cm) (Lamorunga, 2016).
Lapisan tanah yang meliputi horison: O - A - E - B.Lapisan tanah atas (top
soil) yaitu lapisan tanah yang meliputihorison: O – A.Lapisan tanah bawah yaitu
lapisan tanah yang meliputi horison: E –B. Lapisan tanah atas (top soil) yang
meliputih horizon O - A ketebalan solumnya sekitar20 – 30 cm merupakan tanah
yang relatif lebih subur jikadibandingkan dengan sub soil, banyak mengandung
bahan organikdan biasanya merupakan lapisan olah tanah bagi
pertanian(Lamorunga, 2016).
Lamorunga (2016) mendefinisikan profil dari tanah mineral yang telah
berkembang lanjut biasanya memiliki horizon-horizon, horizon-horizon tersebut
diantara yang lain yaitu:
2.4.1 Horison O
Horison yang terdiri dari bahan serasah atau sisa - sisatanaman (Oi) dan bahan
organik tanah (BOT) hasil dekomposisiserasah (Oa). Horison ini ditemukan
terutama pada tanah-tanahhutan yang masih utuh. Horison ini merupakan horison
organikyang terbentuk diatas lapisan tanah mineral.
2.4.2 Horison A1
Horison mineral berbahan organik tanah (BOT)tinggi sehingga berwarna agak
gelap. A2 – Horison dimana terdapatpencucian (eluviasi) maksimum terhadapliat,
Fe, A dan bahanorganik. A3 – Horison peralihan ke B, lebih menyerupai
A.Horisondipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik danbahan
mineral. Merupakan horison eluvasi, yaitu horison yangmengalami pencucian.
2.4.3 Horison E (horison pencucian)
Asam organik dan CO2 yang diproduksi oleh tumbuhan yangmembusuk pada
topsoil meresap ke bawah ke horizon E, atau zonapencucian, dan membantu
melarutkan mineral seperti besi dankalsium. Pergerakan air ke bawah pada
horizon E membawa sertamineral terlarut, juga mineral lempung berukuran halus,
ke lapisandi bawahnya. Pencucian (eluviasi) mineral lempung danterlarut ini
dapat membuat horizon ini berwarna pucat sepertipasir.
2.4.4. Horison B (horison akumulasi)
Material yang tercuci ke bawah ini berkumpul pada horizon B, atauzona
akumulasi. Lapisan ini kadang agak melempung danberwarna merah/coklat karat
akibat kandungan hematit danlimonitnya. Kalsit juga dapat terkumpul di horizon
B. Horizon inisering disebut subsoil. Pada horizon B, material Bumi yang masih
keras (hardpan), dapat terbentuk pada daerah dengan iklim basahdi mana mineral
lepung, silika dan oksida besi terakumulasi akibatpencucian dari horizon E.
Lapisan hardpan ini sangat sulit untukdigali/dibor. Akar tumbuhan akan tumbuh
secara lateral di atasnyadan bukannya menembus lapisan ini; pohon-pohon
berakardangkal ini biasanya terlepas dari akarnya oleh angin.
2.4.5. Horison C
Horizon C ialah material batuan asal yang belum seluruhnya lapukyang berada di
bawah horizon B. Material batuan asal ini menjadisubjek pelapukan mekanis
maupun kimiawi dari frost action, akartumbuhan, asam organik, dan agen lainnya.
Horizon C merupakantransisi dari batuan asal (sedimen) di bawahnya dan soil
yangberkembang di atasnya.
2.4.6. Horison R
Batuan keras yang belum dilapuk sehingga tidakdapat ditembus akar tanaman.
BAB III. METODOLOGI

3.1 Kondisi Umum Wilayah


3.1.1 Letak Astronomis
Secara astronomis wilayah penggalian profil tanah terletak di titik koordinat
5º7’50’’ LS dan titik koordinat 119º29’1’’ BT. Penentuan titik koordinat pada
wilayah pengamatan profil tanah ini sesuai dengan yang tertera pada Global
Positioning System (GPS).
3.1.2 Letak Geografis
Secara geografis wilayah penggalian profil tanah terletak di bagian:
Sebelah Utara : Pondok Garuda
Sebelah Selatan : Toko Bunga Krisanesia Florist Makassar
Sebelah Barat : Kandang Peternakan
Sebelah Timur : Sungai Tallo
3.1.3 Topografi
Keadaan topografi pada wilayah mempengaruhi tebal dan tipisnya suatu lapisan
tanah. Keadaan topografi tempat pengamatan profil tanah yaitu datar kelas I
dengan kemiringan berkisar 0–8%.
3.1.4 Fisiografi
Keadaan fisiografi pada muka bumi membentuk relief muka bumi. Kondisi ini
berpengaruh terhadap flora dan fauna dan sangat berpengaruh pada ketinggian
tempat dan bentang alam. Keadaan fisiografi tempat pengamatan profil tanah
yaitu dataran yang dasar dan letaknya di daerah yang rendah memiliki ketinggian
kurang dari 600 meter di atas permukaan laut. Ciri-cirinya daerahnya datar, dan
ketersediaan air cukup.
3.1.5 Drainase
Keadaan drainase pada wilayah sangat berfungsi dalam mengendalikan kelebihan
air permukaan dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia.
Keadaan drainase tempat pengamatan profil tanah yaitu baik dan tidak berpotensi
tergenang.
3.1.6 Vegetasi
Vegetasi pada lokasi pengamatan profil tanah yaitu lahan yang tidak produktif
dengan tanaman semak belukar, perdu, pohon jati dan bambu.
3.2 Tempat dan Waktu
Praktikum Profil Tanah dilakukan di Teachin-Farm, Jurusan Ilmu Tanah,Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, Kecamatan Tamalanrea selama
duakali yaitu penggalian tanah dilaksanakan pada hari Sabtu, 08 September 2018
sekitar pukul 14.00 WITA – Selesai dan pengambilan sampel tanah utuh
dilaksanakan pada hari Minggu, 09 September 2018 sekitar pukul 08.00
WITA.Selesai.
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
Alat yang digunakan pada pengamatan profil tanah adalah : cangkul,linggis,cutter
atau pisau, parang atau sabit, sekop kecil, GPS, meteran,ring sampel, plastik
sampel, karet gelang,papan, sekop, alat tulis, spidol atau label, papan, daftar isian
profil (DIP).
3.3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada pengamatan profil tanah adalah :air dan
tanah.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Penggalian Profil Tanah
Sebelum pembuatan lubang penampang tanah terlebih dahulu harus
memperhatikan syarat-syarat penampang tanah. Adapun syarat lubang penampang
tanah yaitu :
1) Lubang penampang harus cukup besar, supaya orang dapat dengan mudah
duduk dan berdiri di dalamnya agar pemeriksaannya berjalan dengan
sempurna.
2) Ukuran penampang 1,5 x 1 m sampai bahan induk dan pemeriksaan dilakukan
pada sisi lubang penampang yang mendapat sinar matahari.
3) Tanah bekas galian tidak ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan.
4) Penampang wakil adalah tanah yang belum mendapat gangguan misalnya
timbunan serta jauh dari pemukiman.
5) Jika berair, maka air yang berada dalam penampang harus dikeluarkan
sebelum pengamatan.
6) Melakukan pengamatan pada sinar matahari yang cukup (tidak terlalu pagi
atau sore).
3.4.2 Pembuatan Lubang Penampang (Profil Tanah)
1) Membersihkan terlebih dahulu daerah yang ditetapkan sebagai tempat
penggalian profl tanah.
2) Membuat galian dengan meggunakan cangkul yang telah tersedia dengan
ukuran lubang galian yaitu 1,5 x 1 meter.
3) Meangkut tanah bekas galian ke atas menggunakan sekop, dengan tanah bekas
galian tidak ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan.
4) Meratakan dinding penampang dengan menggunakan linggis.
5) Melakukan pengamatan profil tanah.
3.4.2 Pengambilan Sampel Tanah Utuh
1) Sebelum pengambilan sampel terlebih dahulu meratakan dan membersihkan
lapisan tanah yang akan diambil.
2) Meletakkandua ring sampel tegak lurus diatas permukaan tanah dengan sis
bagian tajam menghadap ke bawah pada lapiasan tanah.
3) Menekan ring sampler sampai ¾ bagiannya masuk kedalam tanah dengan
menggunakan papan.
4) Menggali dengan sekop atau linggis secara perlahan dan hati-hati.
5) Apabila terdapat tanah yang berlebih pada bagian permukaan dan bawah ring
sampler, memotong dengan menggunakan pisau cutter sampai permukaan
tanah rata dengan sis ring sampel.
6) Menutup ring sampel dengan plastik dan mengikat dengan karet gelang.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari hasil yang diperoleh pada saat pengamatan profil tanah dapat dilihat pada
tabel berikut :
Fragmen Kasar
Kedalaman Konsistensi Pori
Lapisan Horison Konkresi Batas Horison Bentuk Struktur
(cm) (Ex:Kering) Kerikil/Batu
Fe Mn Makro Mikro
1 0-38 A Slighty Hard (Keras) Ada - Sedikit Jelas Granular (bulat)
2 38-60 B Slighty Hard (Keras) - - - Jelas

4.2 Pembahasan
Glinka (1927) Tanah adalah tubuh alam yang bebas memiliki ciri morfologi terntu
sebagai hasil interaksi antara iklim, organisme, bahan induk, relief, dan waktu.
Tanah sebagai tubuh alam mempunyai beberapa fungsi utama, diantaranya
pertama sebagai media tumbuhan tanaman yang menyediakan unsur hara dan air.
Berdasarkan pada tabel diatas lapisan pertama memiliki kedalaman sekitar 0-38
cm, kedalaman ini ditentukan karena adanya perubahan warna yang cenderung
paling gelap dan warna merah (memiliki konkresi kadar Fe) dibandingkan lapisan
kedua yang cenderung lebih cerah dan terletak pada kedalaman 38-60 cm.
Pada kedua lapisan itu terbagi lagi menjadi beberapa bagian yang disebut
horizon tanah. Pada kedua lapisan memiliki horizon tanah yaitu horizon A dan
B.Horizon A, yakni horizon mineral yang terbentuk di permukaan atau di bawah
horizon O yang menunjukkan kehilangan keseluruhan atau sebagian struktur asli
batuan. Horizon B, yakni horizon tanah yang terbentukdi bawah horizon A, E,
atau O dan didominasi oleh kehilangan sebagian atau kesuluruhan struktur asli
batuan dan mempunyai warna value rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Supplement to the Soil Survey Manual (Soil Survey Staff, 1962) dan Soil Survey
Manual (Soil Survey Staff, 1981) dimana simbol notasi horizon dan lapisan tanah
terdapat perbedaan.
Berdasarkan uji feeling di lapangan, tekstur lapisan pertama berupa kerikil
(Gravel) sedikit kecil dengan ukuran butir 2-4 mm dan butiran (Granular), hal ini
dikarenakan ketika melakukan uji feeling pada kondisi kering sangat sulit untuk
menekan gumpalan tanah dan kondisi ini juga dialami pada lapisan kedua. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2010) yang menyatakan bahwa di lapang,
tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijit tanah kering diantara jari-jari,
sambil dirasakan halus dan kasarnya yaitu dirasakan adanya butir-butir pasir, debu
dan liat.
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Based on the results of observations of soil profiles that have been carried out, the
following conclusions are taken:
On the ground section there are several layers that have different depths.
At layer I has a depth of 0-38 cm, has a clear layer boundary, texture clay (clay),
with a firm moist level consistency, hard dry level, and inherent wet level.
In layer II has a depth of 39-60 cm, has a clear layer boundary, sandy clay
texture, with a hard dry, wet consistency level. Both of these factors are
influenced by climate (temperature and rainfall), living things, parent material,
topography, and time in soil formation.
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan penggalian dan pengamatan hendaknya
melengkapi semua alat dan bahan yang akan digunakan. Misalnya membawa ring
sampel lebih dari yang dibutuhkan dan membawa alat pembantu dalam
mengambil ring sampel tanah utuh agar tidak memakan waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Syaiful, dan Untung Sudadi. 2013. Kimia Tanah. Bogor : Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Bogor, Institut
Pertanian Bogor.
Cahyono, Ongko. 2014. Buku Ajar : Ilmu Tanah. Surakarta : Universitas Tunas
Pembangunan Surakarta.

Fahri, Muh. 2014. Ilmu Tanah : Tekstur Tanah. (16 November 2014).

Hanafiah,A.H.2014. Dasar-dasar imu tanah. Jakarta : Rajawali Pers.

Handayanto, Eko, Nurul Muddarisna dan Amrullah Fiqri. 2017. Pengelolaan


Kesuburan Tanah. Malang : Universitas Brawijaya.
Khoiriyah, A. 2015. Laporan Akhir : Karakterisasi Unsur Tanah Liat di Lokasi
Penambangan Scanning Electron Microscopy (SEM). Skripsi. Palembang
: Politeknik Negeri Sriwijaya.

Lamorunga, Inci. 2016. Laporan Dasar Ilmu Tanah V. (29 April 2016).

Lilia, Fatma. 2013. Laporan Ilmu Tanah : Profil Tanah. (11 November 2013).

Novpriansyah, Hery, Afandi dan Made Pujawan. 2015. Karakteristik Sifat Fisik
Tanah Pada Lahan Produksi Rendah dan Tinggi Di PT GREAT GIANT
Pineapple. Lampung Tengah : Jurnal Agrotek Tropika. Vol 3, No 2.7 z
Utami, Sri Nurul, 2014. Pengamatan Profil, Reaksi dan Konsistensi Tanah.
Universitas Hasanuddin : Makassar.
LAMPIRAN

Gambar 1. Penampang profil tanah Gambar 2. Pengukuran Profil Tanah

Anda mungkin juga menyukai