Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK 4 HUKUM BISNIS DAN REGULASI

HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Nilai :

Disusun oleh :

1. Khesia Elshadai Limbong (7203220039)


2. Diya Ayu Mirza (7201220010)
3. Nursafika (7205020001)
4. Putri Surya Fatiha (7203520011)
5. Rafif Nautiko Santoso (7203520026)
6. Yohana L.P Sagala (7202520009)
7. Ina Sepiana (7202220006)

Mata Kuliah : Hukum Bisnis dan Regulasi

Dosen pengampu : Tiara Reisza Adhitya Se,.M.Si

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
RahmatNya, kami dapat menyelesaikan Tugas Presentasi Kelompok mata Pelajaran
Hukum Bisnis dan Regulasi ini.

Kami juga ingin berterimakasih pada pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini, terutama kepada dosen pengampu kami, Ibu Tiara yang telah memberikan
Pengajaran di mata kuliah ini.

Tujuan pembuatan makalah ini ialah sebagai pendamping dari Power Point tugas
kelompok 4, yang nantinya akan kami serahkan kepada dosen kami, Bu Tiara.

Akhir kata, kami mohon maaf bila ada kesalahan maupun ketidakcukupan
materi, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Pematangsiantar, 30 November 2020

Penulis dkk,
Daftar isi

Kata pengantar ……………………………………………….…………………………..…….2

Daftar isi …………………………………………………………………………………………3

Bab I Pendahuluan ………………………………………………………………….…...…….4

1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………………………..4


1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………4
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………….5

Bab II Pembahasan …………………….……………………………..……...........................6

Bab III penutup …………………………………………………………………………….….20

4.1 kesimpulan ………………………………………………………………………...20

4.2 saran ……………………………………………………….…….........................20

Daftar Pustaka ……………………………………………………….………………………..21


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol
adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga wacana lain mengenai
pengangguran, inflasi atau kenaikan harga barang-barang secara bersamaan,
kemiskinan, pemerataan pendapatan dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi
menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu negara karena dapat menjadi
salah satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa
tersebut, meskipun tidak bisa dinafikan ukuran-ukuran yang lain.
Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah
perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan dapat
menjadi mesin bagi pertumbuhan ( trade as engine of growth,Salvatore, 2004). Jika
aktifitas perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari
komponen tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi
pertumbuhan. Tambunan (2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia
menetapkan kebijakan yang berupaexport promotion. Dengan demikian, kebijakan
tersebut menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Perdagangan Internasional ?
2. Apa asas-asas dalam Hukum Perjanjian Internasional?
3. Apa saja Organisasi yang terlibat dalam Hukum Perdagangan Internasonal?
4. Apa saja Subjek Hukum Perdagangan Internasional?
5. Apa saja sumber hukum Perdagangan Internasional?
6. Apa-apa saja cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan sengketa?
7. Apa saja Forum dalam meyelesaikan sengketa?
1.3 Tujuan
1. Memahami Pengertian Perdagangan Internasional
2. Memahami asas-asas dalam Hukum Perjanjian Internasional
3. Memahami Organisasi yang terlibat dalam Hukum Perdagangan Internasonal
4. Memahami Subjek Hukum Perdagangan Internasional
5. Memahami sumber hukum Perdagangan Internasional
6. Memahami cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan sengketa
7. Apa saja Forum dalam meyelesaikan sengketa
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk


suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.

Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan


individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah
suatu negara dengan pemerintah negara lain.

Manfaat perdagangan internasional ;

 Menjalin Persahabatan Antar Negara


 Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap
negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat
penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional,
setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
 Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh
keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat
memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh
negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor
barang tersebut dari luar negeri.
 Memperluas pasar dan menambah keuntungan, Terkadang, para pengusaha
tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena
mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya
harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha
dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan
produk tersebut keluar negeri.
 Transfer teknologi modern, Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu
negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara
manajemen yang lebih modern.

Tujuan Hukum Perdagangan Internasional ;

1. Mencapai perdagangan yang stabil,


2. Meningkatkan volume perdagangan dunia dengan menciptakan perdagangan
yang menguntungkan pembangunan ekonomi semua negara,
3. Meningkatkan standar hidup manusia,
4. Meningkatkan tenaga kerja,
5. Mengembangkan sistem perdagangan multiratel,
6. Meningkatkan pemanfaatan sumber-sumber kekayaan dunia.

Faktor pendorong Perdagangan Internasional ;

1. Faktor Alam/ Potensi Alam


2. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
3. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
4. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
5. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual
produk tersebut.
6. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga
kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan
hasil produksidan adanya keterbatasan produksi.
7. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
8. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara
lain.
9. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup
sendiri.
Prinsip dasar hukum perdagangan Internasional ;

 Kebebasan Berkontrak (Freedom of Contract)


 Pacta Sunt Servada
 Penyelesaian sengketa melalui arbitrase
 Kebebasan Komunikasi

1. Kebebasan berkontrak

Kebebasan berkontrak, sebenarnya adalah prinsip universal dalam hukum


perdagangan internasional. Setiap sistem hukum pada bidang hukum dagang mengakui
kebebasan para pihak ini untuk membuat kontrak-kontrak dagang (internasional). Para
pihak sepakati. Ia termasuk pula kebebasan untuk memilih forum penyelesaian
sengketa dagangnya. Ia mencakup pula kebebasan untuk memilih hukum yang akan
berlaku terhadap kontrak, dll.

2. Pacta Sunt Servanda

Pacta sunt servanda adalah prinsip yang mensyaratkan bahwa kesepakatan atau
kontrak yang telah ditandatangani harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya (dengan
itikad baik). Prinsip ini pun sifatnya universal. Setiap sistem hukum di dunia
menghormati prinsip ini.

3. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase


Arbitrase dalam perdagangan internasional adalah forum penyelesaian sengketa
yang semakin umum digunakan. Klausul arbitrase sudah semakin banyak dicantumkan
dalam kontrak-kontrak dagang. Oleh karena itulah prinsip ketiga ini memang relevan.

4. Prinsip dasar Kebebasan Berkomunikasi (Navigasi)

Komunikasi atau navigasi adalah kebebasan para pihak untuk berkomunikasi untuk
keperluan dagang dengan siapa pun juga dengan melalui berbagai sarana navigasi
atau komunikasi, baik darat, laut, udara, atau melalui sarana elektronik. Aturan-aturan
hukum (internasional) memfasilitasi kebebasan ini
Kelemahan Hukum Perdagangan Internasional:

o Bersifat pragmatis dan permisif, dalam hal ini hukum perdagangan internasional
kurang objektif di dalam “memaksakan” negara-negara untuk tunduk pada
hukum.
o Bersifat mendamaikan dan persuatif, artinya tidak memaksa sehingga
memungkinkan perkembangan hukum di tengah krisis.

Dumping

Pengertian dumping dalam konteks hukum perdagangan internasional adalah


suatu bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah perusahaan
atau negara pengekspor, yang menjual barangnya dengan harga lebih rendah di pasar
luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri sendiri, dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan atas produk ekspor tersebut.

Sedangkan menurut kamus hukum ekonomi dumping adalah praktik dagang


yang dilakukan eksportir dengan menjual komoditi di pasaran internasional dengan
harga kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah daripada harga barang tersebut di
negerinya sendiri atau daripada harga jual kepada negara lain, pada umumnya, praktik
ini dinilai tidak adil karena dapat merusak pasar dan merugikan produsen pesaing di
negara pengimport.

Hukum Perdagangan Internasional yang dicantumkan dalam Hukum Nasional

Dalam perkembangan ini, negara-negara mulai sadar perlunya pengaturab HPI,


Mereka kemudian mencantumkan aturan2 perdagangan internasional dalam kitab
undang-undang hukum mereka yang diadopsi dari lex mercatoria,

Lahirnya aturan-aturan Hukum Perdagangan Internasional dan Munculnya Lembaga-


lembaga Internasional yang Mengurusi Perdagangan Internasional

Dalam perkembangan ini, aturan HPI dipengaruhi oleh semakin banyak


perjanjian internasional yang ditandatangani baik secara bilateral, regional maupun
multilateral. Contoh; perjanjian GATT ( General Agreement on Tariff and Trade ), WTO (
World Trade Organization)
GATT

GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) atau perjanjian umum tentang
tarif2 dan perdagangan didirikan pd th 1948 di Jenewa, Swiss. Pada waktu didirikan,
GATT beranggotakan 23 negara, tetapi pada saat sidang terakhir di Marakesh pada 5
April 1994 jumlah negara penandatangan sebanyak 115 negara. Kesepakatan dalam
GATT yg mulai berlaku sejak 1 Jan’ 1948 tertuang dalam tiga prinsip, yaitu:

1. Prinsip resiprositas, yaitu perlakuan yg diberikan suatu negara kpd negara lain
sbg mitra dagangnya harus diberikan jg o/ mitra dagang negara tersebut.
2. Prinsip most favored nation, yaitu negara anggota GATT tidak boleh memberikan
keistimewaan yg menguntungkan hanya pada satu/sekelompok negara tertentu.
3. Prinsip transparansi, yaitu perlakuan dan kebijakan yg dilakukan suatu negara
harus transparan agar diketahui oleh negara lain.

Tujuan GATT;

 meningkatkan taraf hidup umat manusia;


 meningkatkan kesempatan kerja
 meningkatkan pemanfaatan kekayaan alam dunia; dan
 meningkatkan produksi dan tukar menukar barang.

WTO

WTO adalah organisasi internasional yang mengawasi banyak persetujuan yang


mendefinisikan "aturan perdagangan" di antara anggotanya . WTO dibentuk oleh
Negara-negara di dunia termasuk Indonesia.

WTO secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995 tetapi sistem
perdagangan itu sendiri telah ada setengah abad yang lalu. Sejak tahun 1948, General
Agreement on Tariffs and Trade (GATT) – Persetujuan Umum mengenai Tarif dan
Perdagangan telah membuat aturan-aturan untuk sistem ini. Sejak tahun 1948-1994
sistem GATT memuat peraturan-peraturan mengenai perdagangan dunia dan
menghasilkan pertumbuhan perdagangan internasional tertinggi.
Tugas utama WTO ;

1. mendorong perdagangan bebas, dengan mengurangi dan menghilangkan


hambatan-hambatan perdagangan seprti tariff dan non tariff (misalnya regulasi)
2. menyediakan forum perundingan perdagangan internasional
3. penyelesaian sengketa dagang dan memantau kebijakan perdagangan di
negara-negara anggotanya

Subjek Hukum

a. Negara
b. Organisasi Internasional
c. Individu
d. Bank

a. Negara

Adalah subyek hukum yang paling sempurna, karena

 Negara merupakan satu-satunya subjek hukum yang memiliki


kedaulatan
 Negara berperan dalam pembentukan organisasi internasional,
 Negara dengan negara lain mengadakan perjanjian Internasional
guna mengatur transaksi pedagangan
 Negara merupakan pelaku utama dalam perdagangan
internasional. Ketika Negara bertransaksi dagang dengan Negara
lain, kemungkinan hukum yang akan mengaturnya adalah hukum
internasional. Ketika Negara bertransaksi dengan subjek hukum
lainnya, hukum yang mengaturnya adalah hukum nasional (dari
salah satu pihak).
b. Organisasi perdagangan Internasional
Organisasi dibentuk oleh dua atau lebih negara guna mencapai tujuan
bersama, Untuk mendirikan suatu organisasi internasional, perlu dibentuk
suatu dasar hukum yang biasanya adalah perjanjian internasional.
Dalam perjanjian internasional ini termuat tujuan, fungsi dan struktur
organisasi perdagangan.
c. Individu

Individu atau perusahaan adalah pelaku utama dalam perdagangan


internasional, Individu dipandang sebagai subjek hukum dengan sifat hukum
perdata ( legal persons of a private law nature ), Individu hanya terikat oleh
ketentuan-ketentuan hukum nasional yang negaranya buat, Negara jarang sekali
membuat kesepakatan yang mengikat individu Apabila individu merasa haknya
terganggu, yang dapat dilakukan adalah meminta bantuan negaranya untuk
memajukan klaim terhadap negara yang merugikan dihadapan badan peradilan
internasional.

d. Bank
Peran Bank dalam perdagangan internasional sebagai kunci, karena pihak
Bank memfasilitasi pembayaran antara penjual dan pembeli.

Faktor-faktor yang membuat Bank menjadi subyek hukum HPI penting :

 Peran Bank dalam HPI sebagai kunci,


 Bank menjembatani antara penjual dan pembeli,
 Bank dapat menciptakan aturan-aturan hukum dalam HPI terutama dalah
hukum perbankan internasional.

Sumber Hukum Perdagangan Internasional;

a. Perjanjian Internasional
b. Hukum Kebiasaan Internasional
c. Prinsip Hukum Umum
d. Putusan-Putusan Pengadilan

A. Perjanjian Internasional
Merupakan kesepakatan yang telah, sedang atau akan diratifikasi oleh
banyak negara di dunia. Perjanjian Internasional ini berlaku bagi negara yang
menjadi peserta konvensi sehingga menjadi bagian dari hukum nasionalnya.
Tetapi kadang kala ada negara yang tidak ikut dalam perjanjian Internasional,
sehingga secara diam-diam negara tersebut tunduk kepada perjanjian
Internasional tersebut.
Jenis perjanjian;
1. Perjanjian multilateral, adalah kesepakatan tertulis yang mengikat lebih
dari dua pihak/negara dan tunduk pada aturan internasional.
2. Perjanjian regional adalah kesepakatan di bidang perdagangan
internasional yang dibuat oleh negara yang berada dalam suatu
regional tertentu, mis; Di Asia Tenggara misalnya pembentukan AFTA
(Asean Free Trade Area ) yang dibentuk pada saat KTT di Singapura
pada tahun 1992.
3. Perjanjian bilateral adalah kesepakatan yang dilakukan oleh dua
negara. Misalnya : Perjanjian penghindaran pajak berganda.
 Hukum Kebiasaan Internasional

Merupakan sumber hukum perdagangan internasional yang pertama, karena


perdagangan internasional lahir justru adanya praktik-praktik para pedagang yang
dilakukan berulang-ulang sehingga kebiasaan yang berulang-ulang menjadi mengikat.

 Hukum Kebiasaan (Custom Law)

Disebut juga Lex mercatoria atau hukum para pedagang, Suatu kebiasaan tidak
selamanya menjadi mengikat dan karenanya menjadi hukum,

Suatu praktik kebiasaan untuk menjadi mengikat harus memenuhi syarat-syarat berikut

a. Suatu praktik berulang-ulang dilakukan dan diikuti oleh lebih dari dua pihak,

b. Praktik ini diterima sebagai mengikat (opnio iuris sive necessitatis)

 Prinsip Hukum Umum

Dalam KUHPerdata juga merupakan salah satu dasar hukum bagi suatu kontrak
yang bersifat umum ( general contract law ), artinya banyak ketentuan Buku III
KUHPerdata yang mengatur secara umum yaitu berlaku bagi seluruh macam
perjanjian. Apabila terhadap perdagang internasional berlaku hukum Indonesia.
Sumber hukum ini akan mulai berfungsi ketika hukum perjanjian dan hukum
kebiasaan internasional tidak memberi jawaban atas suatu persoalan. Beberapa contoh
dari prinsip-prinsip hukum umu adalah prinsip itikad baik, pacta sunt servanda.

 Putusan-Putusan Pengadilan (Yurispridensi)


Terkadang apa yang terdapat dalam praktek dagang sehari-hari kemudian
dikukuhkan dalam suatu yurisprudensi yakni diputuskan oleh Pengadilan yang
kemudian keputusan tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap. Sehingga dapat
dijadikan sebagai dasar hukum dalam perdagangan internasional, terutama dalam
hal yang belum diatur dalam undang-undang atau yang memerlukan penafsiran-
penafsiran terhadap suatu Undang-undang.

Metode Pembayaran;

a. Pembayaran Terlebih Dahulu,


Merupakan suatu sistem pembayaran dengan mana pihak eksportir
(Penjual) akan mengirim barang setelah dia menerima seluruh pembayaran
harga barang tersebut. Sistem ini sangat menguntungkan eksportir, tetapi sangat
tidak menguntungkan pihak Importir ( pembeli )
b. Open Account,
Merupakan sistem pembayaran barang yang bersangkutan dikirim
terlebih dahulu terlebih dahulu kepada pihak pembeli, kemudian setelah barang
diterima, baru dibayarnya sebagai hutang. Hal tersebut sangat tidak aman bagi
Penjual (eksportir) karena ada kemungkinan pembayarannya tidak sesuai
dengan perjanjian.
c. Atas Dasar Konsinyasi,
Merupakan variasi dari sistem open account. Dalam sistem ini pihak
investor juga baru akam membayar harga setelah barang diterima. Hanya saja
pihak importir menerima barang tersebut untuk kemudian menjual lagi kepada
pihak ketiga, kemudian setelah barang tersebut laku kepada pihak ketiga dan
telah dibayar, baru kemudian harganya setelah dipotomh selisihnya dikirim
kepada Ekportir (Penjual semula).
d. Documentary Collection (Wesel Inkaso),
Merupakan pembayaran dengan menggunakan dokumen yang diperlukan
yaitu penggunaan dokumen yang disebut dengan Bills of Exchange. Pihak
Importir harus membayar harga barang segera setelah shipping documents tiba
di Bank Importir. Pembayaran harga tersebut ditukarkan dengan shipping
document tersebut. Karena itu, tanpa pembayaran harga barang, shipping
document tidak akan diberikan oleh pihak bank. Dan tanpa shipping document,
importir tidak dapat ambil barangnya.

e. Documentary Credit (Letter of Credit L/C),


Untuk menjembatani kepentingan pihak Ekportir agar barang dikirim
setelah harga dibayar, sementara pihak importir punya kepentingan agar harga
dibayar setelah barang diterima, maka dipakailah suatu pembayaran dengan
documentary credit (L/C). Sistem ini merupakan cara yang paling aman bagi
eksportir untuk memperoleh pembayaran hasil penjualan barangnya dari importir
asalkan eksportir dapat menyerahkan dokumen dokumen sesuai dengan syarat
L/C.

Peran L/C dalam Perdangan Internasional;

 Memudahkan pelunasan pembayaran transaksi ekspor;


 Mengamankan dana yang disediakan importir untuk membayar barang impor;
 Menjamin kelengkapan dokumen pengapalan

Pembukaan L/C

Pembukaan L/C merupakan jaminan pula bagi importir untuk memperoleh


pengapalan barang secara utuh sesuai dengan kontrak. Sedangkan dana L/C
tersebut tidak akan dicairkan tanpa penyerahan dokumen pengapalan. Dengan
demikian L/C tampak sebagai suatu instrumen yang ditawarkan bank devisa untuk
memudahkan lalu lintas pembiayaan dalam transaksi dagang internasional, Tampak
bahwa sangatlah wajar bila L/C kemudian menjadi lebih banyak disukai oleh para
pihak, khususnya penjual dan pembeli dalam bertransaksi dagang secara lintas
batas. Alasan utama para pedagang menyukai sistem ini, adalah karena adanya
unsur janji bayar yang ada pada sistem ini.

Pihak yang terlibat dalam pembukaan L/C ;

1. Applicant (buyer atau pembeli): adalah pihak yang meminta kepada sebuah bank
untuk membuka L/C atas namanya (sebagai pembeli).
2. Penerima (Beneficiary) adalah pihak yang disebutkan dalam L/C sebagai
penjual).
3. Bank penerbit (Opening Bank atau issuing bank) adalah bank yang membuka
atau menerbitkan L/C (Bank pembeli).
4. Bank penerus atau Advising Bank adalah Bank yang meneruskan L/C yang
diterima dari opening bank kepada beneficiary (bisa Bank penjual).

Penyelesaian Sengketa

Umumnya sengketa-sengketa didahului dengan penyelesaian sengketa dengan


cara negosiasi. Jika cara penyelesaian negosiasi gagal atau tidak berhasil, barulah
ditempuh cara-cara lainnya seperti penyelesaian sengketa melalui pengadilan atau
arbitrase. Penyerahan sengketa, baik kepada pengadilan maupun ke arbitrase,
didasarkan pada suatu perjanjian di antara para pihak.

Prinsip-prinsip Penyelesaian Sengketa ;

 Prinsip Kesepakatan Para Pihak (Konsensus)


 Prinsip Kebebasan Memilih Cara-cara Penyelesaian Sengketa
 Prinsip Kebebasan Memilih Hukum
 Prinsip Itikad Baik (Good Faith)
 Prinsip Exhaustion of Local Remedies

1. Prinsip Kesepakatan Para Pihak (Konsensus)

Prinsip inilah yang menjadi dasar untuk dilaksanakan atau tidaknya suatu proses
penyelesaian sengketa. Prinsip ini pula dapat menjadi dasar apakah suatu proses
penyelesaian sengketa yang sudah berlangsung diakhiri. Badan-badan peradilan
(termasuk arbitrase) harus menghormati apa yang para pihak sepakati.

Prinsip kebebasan memilih cara-cara penyelesaian sengketa

Prinsip di mana para pihak memiliki kebebasan penuh untuk menentukan dan
memilih cara atau mekanisme bagaimana sengketanya diselesaikan (principle of free
choice of means). Penyerahan sengketa kepada arbitrase merupakan kesepakatan
atau perjanjian para pihak, artinya penyerahan suatu sengketa ke badan arbitrase
haruslah berdasarkan pada kebebasan para pihak untuk memilihnya.

2. Prinsip Kebebasan Memilih Hukum

Prinsip kebebasan para pihak untuk menentukan sendiri hukum apa yang akan
diterapkan (bila sengketanya diselesaikan) oleh badan peradilan (arbitrase) terhadap
pokok sengketa. Kebebasan para pihak untuk menentukan hukum ini termasuk
kebebasan untuk memilih kepatutan dan kelayakan (ex aequo et bono).
Prinsip kebebasan untuk memilih hukum ini adalah sumber dimana pengadilan akan
memutus sengketa berdasarkan prinsip-prinsip keadilan, kepatutan atau kelayakan
suatu penyelesaian sengketa.
Prinsip ini mensyaratkan dan mewajibkan adanya itikad baik dari para pihak dalam
menyelesaikan sengketanya.

3. Prinsip Itikad Baik

Dalam penyelesaian sengketa, prinsip ini tercermin dalam dua tahap,

1. Prinsip itikad baik disyaratkan untuk mencegah timbulnya sengketa yang


dapat mempengaruhi hubungan-hubungan baik di antara Negara,

2. Prinsip ini disyaratkan harus ada ketika para pihak menyelesaikan


sengketanya melalui cara-cara penyelesaian sengketa yang dikenal dalam hukum
(perdagangan) internasional, yaitu negosiasi, mediasi, konsiliasi, arbitrase, pengadilan.
4. Prinsip Exhaustion Of Local Remedies

Lahir dari prinsip hukum kebiasaan internasional. Menurut prinsip ini, hukum
kebiasaan internasional menetapkan bahwa sebelum para pihak mengajukan
sengketanya ke pengadilan internasional, langkahlangkah penyelesaian sengketa yang
tersedia atau diberikan oleh hukum nasional suatu Negara harus terlebih dahulu
ditempuh (exhausted).

Forum Penyelesaian Sengketa

1. Negosiasi,
Penyelesaian sengketa melalui negosiasi merupakan cara yang paling
penting. Banyak sengketa diselesaikan setiap hari dengan cara negosiasi tanpa
adanya publisitas atau menarik perhatian publik. Alasan utamanya adalah
karena dengan cara ini, para pihak dapat mengawasi prosedur penyelesaian
sengketanya. Setiap penyelesaiannyapun didasarkan pada kesepakatan atau
konsensus para pihak.

2. Mediasi,
adalah suatu cara penyelesaian melalui pihak ketiga. Pihak ketiga ini bisa
individu (pengusaha) atau lembaga atau organisasi profesi atau dagang.
Mediator ikut serta aktif dalam proses negosiasi. Mediator dengan kapasitasnya
sebagai pihak yang netral, berupaya mendamaikan para pihak dengan
memberikan saran penyelesaian sengketa. Usulan-usulan penyelesaian
sengketa melalui mediasi dibuat agak tidak resmi (informal). Usulan ini dibuat
berdasarkan informasi-informasi yang diberikan oleh para pihak, bukan atas
penyelidikannya.
3. Konsiliasi,
Konsiliasi memiliki kesamaan dengan mediasi. Kedua cara ini adalah
melibatkan pihak ketiga untuk menyelesaikan sengketanya secara damai.
Konsiliasi dan mediasi sulit untuk dibedakan. Namun menurut Behrens, ada
perbedaan antara kedua istilah ini, yaitu konsiliasi lebih formal daripada mediasi.
Konsiliasi bisa juga diselesaikan oleh seorang individu atau suatu badan yang
disebut dengan badan atau komisi konsiliasi. Komisi konsiliasi bisa sudah
terlembaga atau ad hoc (sementara) yang berfungsi untuk menetapkan
persyaratan-persyaratan

4. Arbitrase,
Adalah penyerahan sengketa secara suka rela kepada pihak ketiga yang
netral. Pihak ketiga ini bisa individu, arbitrase terlembaga bahwa klausul
arbitrase melahirkan yurisdiksi arbitrase, artinya klausul tersebut memberi
kewenangan kepada arbitrator untuk menyelesaikan sengketa. Apabila
pengadilan menerima suatu sengketa yang di dalam kontraknya terdapat klausul
arbitrase, pengadilan harus menolak untuk menangani sengketa.
5. Pengadilan (Nasional dan Internasional),
Penggunaan cara ini biasanya ditempuh apabila cara-cara penyelesaian
yang ada ternyata tidak berhasil. Penyelesaian sengketa dagang melalui badan
peradilan biasanya hanya dimungkinkan ketika para pihak sepakat. Kesepakatan
ini tertuang dalam klausul penyelesaian sengketa dalam kontrak dagang para
pihak. Dalam klausul tersebut hubungan dagang mereka, mereka sepakat untuk
menyerahkan sengketanya kepada suatu pengadilan (negeri) suatu Negara
tertentu. Kemungkinan lain para pihak dapat menyerahkan sengketanya kepada
badan pengadilan internasional.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh


penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Secara mendasar, hukum perdagangan internasional lahir dari
praktek para pedagang yang lazim disebut sebagai lex mercatoria (law of
merchant).
Ada beberapa prinsip yang mengatur hukum Internasional dan ada pula
beberapa organisasi yang berkecimbung dalam Hukum Internasional seperti
GATT dan WOT.
Dalam Hukum Internasional terkadang dapat terjadi sengketa, namun ada
beberapa penyelesaian sengketa yang dapat dilakukan, yakni; Negosiasi,
Mediasi, Konsiliasi, Arbitrase dan Pengadilan.

3.2 Saran

Sebaiknya Kita lebih memahami tentang Hukum Perdagangan Internasional,


agar dapat digunakan apabila diperlukan dimasa mendatang.

Saran lainnya agar, para pedagang internasional mematuhi segala Hukum


dalam Proses Perdagangan Internasional, agar tidak terjadi kendala dalam
proses perdagangan maupun menjalankan sebuah organisasi.
Daftar Pustaka

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://a
ccurate.id/bisnis-ukm/penjelasan-lengkap-perdagangan-
internasional/&ved=2ahUKEwj7_6DhlqrtAhVUX30KHV8MAXQQFjAo
egQINxAB&usg=AOvVaw3pwD8vofPYfdwXNDPvX_cr

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://bl
ogmhariyanto.blogspot.com/2009/07/asas-asas-
perjanjian.html%3Fm%3D1&ved=2ahUKEwig5_DwlqrtAhUZA3IKHW
e1BvAQFjACegQIExAB&usg=AOvVaw1A9AnICa0mt9fVJtuaNLMn

https://www.academia.edu/29474609/HUKUM_PERDAGANGAN_
INTERNATIONAL

Anda mungkin juga menyukai