Nilai :
Disusun oleh :
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
RahmatNya, kami dapat menyelesaikan Tugas Presentasi Kelompok mata Pelajaran
Hukum Bisnis dan Regulasi ini.
Kami juga ingin berterimakasih pada pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini, terutama kepada dosen pengampu kami, Ibu Tiara yang telah memberikan
Pengajaran di mata kuliah ini.
Tujuan pembuatan makalah ini ialah sebagai pendamping dari Power Point tugas
kelompok 4, yang nantinya akan kami serahkan kepada dosen kami, Bu Tiara.
Akhir kata, kami mohon maaf bila ada kesalahan maupun ketidakcukupan
materi, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Penulis dkk,
Daftar isi
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1. Kebebasan berkontrak
Pacta sunt servanda adalah prinsip yang mensyaratkan bahwa kesepakatan atau
kontrak yang telah ditandatangani harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya (dengan
itikad baik). Prinsip ini pun sifatnya universal. Setiap sistem hukum di dunia
menghormati prinsip ini.
Komunikasi atau navigasi adalah kebebasan para pihak untuk berkomunikasi untuk
keperluan dagang dengan siapa pun juga dengan melalui berbagai sarana navigasi
atau komunikasi, baik darat, laut, udara, atau melalui sarana elektronik. Aturan-aturan
hukum (internasional) memfasilitasi kebebasan ini
Kelemahan Hukum Perdagangan Internasional:
o Bersifat pragmatis dan permisif, dalam hal ini hukum perdagangan internasional
kurang objektif di dalam “memaksakan” negara-negara untuk tunduk pada
hukum.
o Bersifat mendamaikan dan persuatif, artinya tidak memaksa sehingga
memungkinkan perkembangan hukum di tengah krisis.
Dumping
GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) atau perjanjian umum tentang
tarif2 dan perdagangan didirikan pd th 1948 di Jenewa, Swiss. Pada waktu didirikan,
GATT beranggotakan 23 negara, tetapi pada saat sidang terakhir di Marakesh pada 5
April 1994 jumlah negara penandatangan sebanyak 115 negara. Kesepakatan dalam
GATT yg mulai berlaku sejak 1 Jan’ 1948 tertuang dalam tiga prinsip, yaitu:
1. Prinsip resiprositas, yaitu perlakuan yg diberikan suatu negara kpd negara lain
sbg mitra dagangnya harus diberikan jg o/ mitra dagang negara tersebut.
2. Prinsip most favored nation, yaitu negara anggota GATT tidak boleh memberikan
keistimewaan yg menguntungkan hanya pada satu/sekelompok negara tertentu.
3. Prinsip transparansi, yaitu perlakuan dan kebijakan yg dilakukan suatu negara
harus transparan agar diketahui oleh negara lain.
Tujuan GATT;
WTO
WTO secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995 tetapi sistem
perdagangan itu sendiri telah ada setengah abad yang lalu. Sejak tahun 1948, General
Agreement on Tariffs and Trade (GATT) – Persetujuan Umum mengenai Tarif dan
Perdagangan telah membuat aturan-aturan untuk sistem ini. Sejak tahun 1948-1994
sistem GATT memuat peraturan-peraturan mengenai perdagangan dunia dan
menghasilkan pertumbuhan perdagangan internasional tertinggi.
Tugas utama WTO ;
Subjek Hukum
a. Negara
b. Organisasi Internasional
c. Individu
d. Bank
a. Negara
d. Bank
Peran Bank dalam perdagangan internasional sebagai kunci, karena pihak
Bank memfasilitasi pembayaran antara penjual dan pembeli.
a. Perjanjian Internasional
b. Hukum Kebiasaan Internasional
c. Prinsip Hukum Umum
d. Putusan-Putusan Pengadilan
A. Perjanjian Internasional
Merupakan kesepakatan yang telah, sedang atau akan diratifikasi oleh
banyak negara di dunia. Perjanjian Internasional ini berlaku bagi negara yang
menjadi peserta konvensi sehingga menjadi bagian dari hukum nasionalnya.
Tetapi kadang kala ada negara yang tidak ikut dalam perjanjian Internasional,
sehingga secara diam-diam negara tersebut tunduk kepada perjanjian
Internasional tersebut.
Jenis perjanjian;
1. Perjanjian multilateral, adalah kesepakatan tertulis yang mengikat lebih
dari dua pihak/negara dan tunduk pada aturan internasional.
2. Perjanjian regional adalah kesepakatan di bidang perdagangan
internasional yang dibuat oleh negara yang berada dalam suatu
regional tertentu, mis; Di Asia Tenggara misalnya pembentukan AFTA
(Asean Free Trade Area ) yang dibentuk pada saat KTT di Singapura
pada tahun 1992.
3. Perjanjian bilateral adalah kesepakatan yang dilakukan oleh dua
negara. Misalnya : Perjanjian penghindaran pajak berganda.
Hukum Kebiasaan Internasional
Disebut juga Lex mercatoria atau hukum para pedagang, Suatu kebiasaan tidak
selamanya menjadi mengikat dan karenanya menjadi hukum,
Suatu praktik kebiasaan untuk menjadi mengikat harus memenuhi syarat-syarat berikut
a. Suatu praktik berulang-ulang dilakukan dan diikuti oleh lebih dari dua pihak,
Dalam KUHPerdata juga merupakan salah satu dasar hukum bagi suatu kontrak
yang bersifat umum ( general contract law ), artinya banyak ketentuan Buku III
KUHPerdata yang mengatur secara umum yaitu berlaku bagi seluruh macam
perjanjian. Apabila terhadap perdagang internasional berlaku hukum Indonesia.
Sumber hukum ini akan mulai berfungsi ketika hukum perjanjian dan hukum
kebiasaan internasional tidak memberi jawaban atas suatu persoalan. Beberapa contoh
dari prinsip-prinsip hukum umu adalah prinsip itikad baik, pacta sunt servanda.
Metode Pembayaran;
Pembukaan L/C
1. Applicant (buyer atau pembeli): adalah pihak yang meminta kepada sebuah bank
untuk membuka L/C atas namanya (sebagai pembeli).
2. Penerima (Beneficiary) adalah pihak yang disebutkan dalam L/C sebagai
penjual).
3. Bank penerbit (Opening Bank atau issuing bank) adalah bank yang membuka
atau menerbitkan L/C (Bank pembeli).
4. Bank penerus atau Advising Bank adalah Bank yang meneruskan L/C yang
diterima dari opening bank kepada beneficiary (bisa Bank penjual).
Penyelesaian Sengketa
Prinsip inilah yang menjadi dasar untuk dilaksanakan atau tidaknya suatu proses
penyelesaian sengketa. Prinsip ini pula dapat menjadi dasar apakah suatu proses
penyelesaian sengketa yang sudah berlangsung diakhiri. Badan-badan peradilan
(termasuk arbitrase) harus menghormati apa yang para pihak sepakati.
Prinsip di mana para pihak memiliki kebebasan penuh untuk menentukan dan
memilih cara atau mekanisme bagaimana sengketanya diselesaikan (principle of free
choice of means). Penyerahan sengketa kepada arbitrase merupakan kesepakatan
atau perjanjian para pihak, artinya penyerahan suatu sengketa ke badan arbitrase
haruslah berdasarkan pada kebebasan para pihak untuk memilihnya.
Prinsip kebebasan para pihak untuk menentukan sendiri hukum apa yang akan
diterapkan (bila sengketanya diselesaikan) oleh badan peradilan (arbitrase) terhadap
pokok sengketa. Kebebasan para pihak untuk menentukan hukum ini termasuk
kebebasan untuk memilih kepatutan dan kelayakan (ex aequo et bono).
Prinsip kebebasan untuk memilih hukum ini adalah sumber dimana pengadilan akan
memutus sengketa berdasarkan prinsip-prinsip keadilan, kepatutan atau kelayakan
suatu penyelesaian sengketa.
Prinsip ini mensyaratkan dan mewajibkan adanya itikad baik dari para pihak dalam
menyelesaikan sengketanya.
Lahir dari prinsip hukum kebiasaan internasional. Menurut prinsip ini, hukum
kebiasaan internasional menetapkan bahwa sebelum para pihak mengajukan
sengketanya ke pengadilan internasional, langkahlangkah penyelesaian sengketa yang
tersedia atau diberikan oleh hukum nasional suatu Negara harus terlebih dahulu
ditempuh (exhausted).
1. Negosiasi,
Penyelesaian sengketa melalui negosiasi merupakan cara yang paling
penting. Banyak sengketa diselesaikan setiap hari dengan cara negosiasi tanpa
adanya publisitas atau menarik perhatian publik. Alasan utamanya adalah
karena dengan cara ini, para pihak dapat mengawasi prosedur penyelesaian
sengketanya. Setiap penyelesaiannyapun didasarkan pada kesepakatan atau
konsensus para pihak.
2. Mediasi,
adalah suatu cara penyelesaian melalui pihak ketiga. Pihak ketiga ini bisa
individu (pengusaha) atau lembaga atau organisasi profesi atau dagang.
Mediator ikut serta aktif dalam proses negosiasi. Mediator dengan kapasitasnya
sebagai pihak yang netral, berupaya mendamaikan para pihak dengan
memberikan saran penyelesaian sengketa. Usulan-usulan penyelesaian
sengketa melalui mediasi dibuat agak tidak resmi (informal). Usulan ini dibuat
berdasarkan informasi-informasi yang diberikan oleh para pihak, bukan atas
penyelidikannya.
3. Konsiliasi,
Konsiliasi memiliki kesamaan dengan mediasi. Kedua cara ini adalah
melibatkan pihak ketiga untuk menyelesaikan sengketanya secara damai.
Konsiliasi dan mediasi sulit untuk dibedakan. Namun menurut Behrens, ada
perbedaan antara kedua istilah ini, yaitu konsiliasi lebih formal daripada mediasi.
Konsiliasi bisa juga diselesaikan oleh seorang individu atau suatu badan yang
disebut dengan badan atau komisi konsiliasi. Komisi konsiliasi bisa sudah
terlembaga atau ad hoc (sementara) yang berfungsi untuk menetapkan
persyaratan-persyaratan
4. Arbitrase,
Adalah penyerahan sengketa secara suka rela kepada pihak ketiga yang
netral. Pihak ketiga ini bisa individu, arbitrase terlembaga bahwa klausul
arbitrase melahirkan yurisdiksi arbitrase, artinya klausul tersebut memberi
kewenangan kepada arbitrator untuk menyelesaikan sengketa. Apabila
pengadilan menerima suatu sengketa yang di dalam kontraknya terdapat klausul
arbitrase, pengadilan harus menolak untuk menangani sengketa.
5. Pengadilan (Nasional dan Internasional),
Penggunaan cara ini biasanya ditempuh apabila cara-cara penyelesaian
yang ada ternyata tidak berhasil. Penyelesaian sengketa dagang melalui badan
peradilan biasanya hanya dimungkinkan ketika para pihak sepakat. Kesepakatan
ini tertuang dalam klausul penyelesaian sengketa dalam kontrak dagang para
pihak. Dalam klausul tersebut hubungan dagang mereka, mereka sepakat untuk
menyerahkan sengketanya kepada suatu pengadilan (negeri) suatu Negara
tertentu. Kemungkinan lain para pihak dapat menyerahkan sengketanya kepada
badan pengadilan internasional.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://a
ccurate.id/bisnis-ukm/penjelasan-lengkap-perdagangan-
internasional/&ved=2ahUKEwj7_6DhlqrtAhVUX30KHV8MAXQQFjAo
egQINxAB&usg=AOvVaw3pwD8vofPYfdwXNDPvX_cr
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://bl
ogmhariyanto.blogspot.com/2009/07/asas-asas-
perjanjian.html%3Fm%3D1&ved=2ahUKEwig5_DwlqrtAhUZA3IKHW
e1BvAQFjACegQIExAB&usg=AOvVaw1A9AnICa0mt9fVJtuaNLMn
https://www.academia.edu/29474609/HUKUM_PERDAGANGAN_
INTERNATIONAL