Anda di halaman 1dari 29

A.

DEFINISI

Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara
dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer,2013). Penyakit
campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo papular
selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380cata lebih dan disertai salah satu
gejala batuk, pilek, dan mata merah (WHO,2009).
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3stadium,
yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadiumkonvalisensi, yang
dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercakkoplik ( Ilmu Kesehatan
Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan
gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet,
pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vo 2,Nelson, EGC, 2010)
Campak adalah suatu infeksi akut yang sangat menular ditandai oleh gejala
prodormal panas, batuk, pilek, radang mata disertai dengan timbulnya bercak merah
makulopapurer yang menyebar ke seluruh tubuh yang kemudian menghitam dan
mengelupas. (Fanani. 2009: 61-62).
Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini ditularkan
melalui droplet ataupun kontak dengan penderita. Penyakit inimemiliki masa inkubasi
8-13 hari. Campak ditandai dengan gejala awal demam,batuk, pilek, dan
konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahanpada kulit (rash).
Dampak penyakit campak di kemudian hari adalah kurang gizisebagai akibat diare
berulang dan berkepanjangan pasca campak, sindromradang otak pada anak diatas 10
tahun, dan tuberkulosis paru menjadi lebihparah setelah sakit campak berat.
B. Anatomi fisiologi

1.  Anatomi kulit.
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 %
berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9
meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari
letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium
minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada
telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat.
a. Epidermis
       Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling
tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 %
dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.

Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas
sampai yang terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit
tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang
dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan
histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan
mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum
basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel
Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang
hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara
konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu
lapis sel yang mengandung melanosit.

Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin


D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan
pengenalan alergen (sel Langerhans).

b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis
dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang
paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.

Dermis terdiri dari dua lapisan :

1. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.

2. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang


dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan
menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus
sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah
besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan
kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput.

Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga


mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat
epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai
nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi
c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-
beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi
menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

Gambar 1 : penampang  
kulit.
 
2.  Vaskularisasi Kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara
lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis.
Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla
dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat
pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis
3. Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier
infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma
mekanik,

C.    Etiologi
Virus campak adalah anggota genus Morbillivirus dari family paramiksovirus.
Penyakit pada anjing, rinderpest ( plak ternak ), dan hewan pemamah biak peste des
petiis adalah morbillovirus lain yang memberikan derajat keterkaitan imunologi yang
jelas dengan campak, memberikesan adanya suatu jalur evolusi bersama lebih awal
dalam hal kemunculannya pada pejamu yang spesifik ( anjing, ternak, kambing,
manusia ).

Gambar 2 : virus campak

Virus campak mempunyai RNA untai lurus negative di dalam kapsid heliks
protein yang tertutup oleh membrane luar lemak dan protein. Virionnya adalah
pleomorfik, dengan diameter antara 100-250 nm. Enam protein structural telah
ditemukan  dan fungsinya terlibat dalam beberapa sifat  khas virus yang telah
diketahui ( table 2-1 ). Virus sangat tidak tahan panas tetapi hidup dalam jangka
waktu lama pada temperature rendah. Virus campak memperbanyak diri dalam
berbagai cara, baik dibiakan sel primer maupun dibarisan yang stabil; sel yang berasal
dari manusia dan monyet paling dapat dipercaya untuk isolasi virus permulaan tetapi
setelah beberapa kali isolasi, virus mudah berbiak dalam biakan jaringan spesies lain.
Perubahan morfologi biakan sel yang dipicu oleh virus campak ditandai
dengan pembentukan sel raksasa berinti besar dan banyak atau pembentukan inklusi
sinsitium dan eusinofil didalam nucleus dan sitoplasma, yang sangat mirip dengan
yang diamati di specimen sitologi yang diambil dari secret traktus respiraturius dan
banyak jaringan penderita campak.
Antibodi muncul di dalam serum 12-15 hari setelah infeksi pada manusia atau
hewan percobaan. Antibodi itu menetralisasi kerja virus secara spesifik, memfiksasi
komplemen dengan antigen virus dan menghambat hemaglutinasi dan hemolisis oleh
virus. Tidak terbukti adanya perbedaan antigen yang bermakna pada strain campak
selama 40 tahun ini. Keseragaman ini berkaitan dengan sangat jarang terjadinya
serangan kedua pada penyakit ini.
 
Table 2-1. protein virus campak
 

L Protein interna ( Large )


P Protein interna yang berhungan dengan polymerase RNA.
NP Nucleoprotein yang melindungi RNA virus.
F Factor penggabungan ( fusi ) dan aktifitas hemolisis.
H Hemaglutinasi dan adsorbs.
M Protein matriks membrane interna.

D.  Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan berbiak.
Infeksi mulai saat orang yang rentan menghirup percikan mengandung virus dari
secret nasofaring pasien campak. Di tempat masuk kuman, terjadi periode pendek
perbanyakan virus local dan penyebaran terbatas, diikuti oleh viremia primer singkat
bertiter rendah, yang memberikan kesempatan kepada agen untuk menyebar ketempat
lain, tempat virus secara aktif memperbanyak diri di jaringan limfoid. Viremia
sekunder yang memanjang terjadi, berkaitan dengan awitan prodromal klinis dan
perluasan virus. Sejak saat itu  ( kira-kira 9 sampai 10 hari setelah terinfeksi ) sampai
permulaan keluarnya ruam, virus dapat dideteksi di seluruh tubuh, terutama di traktus
respiraturius dan jaringan limfoid. Virus juga dapat ditemukan di secret nasofaring,
urine, dan darah.pasien paling mungkin menularkan pada orang lain dalam periode 5
sampai 6 hari. Dengan mulainya awitan ruam ( kira-kira 14 hari setelah infeksi
awal ), perbanyakan virus berkurang dan pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali
di urine, tempat virus bisa menetap selama beberapa hari lagi. Insiden bersamaan
dengan munculnya eksantema adalah deteksi antibody campak yang beredar dalam
serum yang ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke dua timbulnya ruam.
Perbaikan gejala klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa pasien, dimulai
beberapa hari kemudian karena penyakit sekunder yang disebabkan oleh bakteri yang
bermigrasi melintasi barisan sel epitel traktus respiraturius. Terjadi sinusitis, otitis
media, bronkopneumonia sekunder akibat hilangnya pertahanan normal setempat.
       Sebanyak 10% pasien memperlihatkan pleositosis dalam cairan
serebrospinalis dan 50% memperlihatkan kelainan elektroensefalografi di puncak
serangan penyakit. Namun, hanya 0,1% yang memperlihatkan gejala dan tanda
ensefalomielitis. Beberapa hari setelah serangan akut, terlihat kelainan system saraf
pusat, saat serum antibody berlimpah dan virus menular tidak lagi dapat dideteksi.hal
ini diperkirakan ensefalitik autoimun. Pada pasien SSPE, hilangnya virus campak dari
system saraf pusat beberapa tahun kemudian setelah infeksi campak primer
menekankan perlunya penjelasan lebih lanjut tentang interaksi virus dengan system
saraf pusat, baik secara akut maupun kronis. SSPE bisa disebut sebagai ensefalitis
virus campak lambat.
       Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan
imunisasi campak akan meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang dikandungnya.
Kekebalan ini akan bertahan selama satu tahun pertama setelah anak dilahirkan. Oleh
karena itu, jarang sekali kita jumpai bayi ( khususnya yang berusia dibwah 5 bulan )
yang menderita campak. Seseorang yang pernah menderita campak akan menjadi
kebal seumur hidupnya.
E. Manifestasi klinis
       Campak memiliki masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga
stadium, yaitu :
a. Stadium Kataral ( Prodromal ).
       Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise,
batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24
jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi
campak, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar
jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan
dengan molar bawah. Jarang ditemukan dibibir bawah tengah atau palatum. Kadang-
kadang terdapat macula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi.
Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leucopenia. Secara klinis, gambaran
penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis
perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak
dengan penderita campak dalam waktu  2 minggu terakhir.
b. Stadium Erupsi
       Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di
palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula beercak koplik.
Terjadinya eritema yang berbentuk macula papula disertai menaiknya suhu badan.
Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang
telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak.
Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan
seperti terjadinya. Terdapat pembersaran kelenjar getah bening di sudut mandibula
dan dibawah leher belakang. Pula terdapat sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai
diare dan muntah. Variasi dari campak yang biasa ini adalah “ black measles” yaitu
campak yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
c. Stadium Konvalensi
       Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
( hiperpigmentasi ) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi
pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini
merupakan gejala patognomonik untuk campak. Pada penyakit-penyakit lain dengan
eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun
sampai normal kecuali bila ada komplikasi.

F. Pemeriksaan Penunjang
a.  Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk
memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi
complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak langsung.
b.  Patologi anatomi
       Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum
germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak yang
tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam
sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ). Pada bercak koplik
dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
c.  Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi
bakteri.
d.  Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
e.   Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah ), enteritis ( feces lengkap), bronkopneumonia (
dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah ).
G. Komplikasi
Bermacam-macam komplikasi bisa ditemukan selama stadium akut campak
atau segera sesudah itu. Yang terkena paling sering adalah traktus respiraturius, tetapi
gastroenteritis berat juga terjadi. Laringotrakeobronkitis berat ( croup ) bisa
menyebabkan sumbatan aliran udara sehingga memerlukan trakeostomi, terutama
pada anak berusia dibawah 3 tahun. Bronkiolitis bisa menimbulkan sumbatan jalan
napas bagian bawah yang berat. Pneumonia yang jarang tetapi selalu fatal, yaitu
pneumonia interstisialis ( pneumonia sel raksasa ) telah ditemukan pada anak dengan
tanggap imun lemah, termasuk pada anak yang menderita AIDS, yang menderita
infeksi campak persisten progresif tanpa eksantema yang khas dan disertai kegagalan
yang unikuntuk membentuk antibody campak yang spesifik. Gambaran radiografi
yang menunjukkan gambaran interstisial yang jelas keluar dari kedua daerah hilus.
Virus campak dapat diambil berulang kali dari sputum atau dari hapusan nasofaring
diwarnai. Usaha untuk mengobati atau mencegah komplikasi ini belum berhasil.
       Keratokonjungtivitis asimtomatik jinak yang menyertai campak dapat
memetap selama 4 bulan ; lesi dapat dilihat hanya dengan biomikroskop lampu cerah.
Terjadi lesi kornea yang lebih berat pada pasien campak yang kurang gizi. Kelainan
elektrokardiografi yang sementara umum terjadi, tetapi jarang terjadi miokarditis
yang sebenarnya. Limfadenopati difus yang menyertai campak mengenai nodus
mesenterium dan dianggap menimbulkan nyeri abdomen yang umum terjadi. Gejala
dan tanda penyakit yang identik dengan apendiksitis akut bisa mengakibatkan
intervensi operasi selama periode prodromal.
       Komplikasi akibat bakteri terutama akibat invasi traktus respiraturius
menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi ini bisa disebabkan oleh streptokokus β-
hemolitikus, pneukokokus, H.influensa tipe B, atau stafilokokus. Peribronkitis dan
pneumotitis interstisial terjadi pada hampir semua pasien campak dan sembuh dengan
cepat setelah timbulnya ruam dan turun demam. Puncak demam kedua atau
kegagalan turunnya puncak demam pertama setelah erupsi mencapai puncak
menandakan infeksi bakteri sekunder. Terlihatnya leukositosis perifer yang bergeser
kekiri memastikan hal itu. Radiografi dada dapat menunjukkan bronkopenumonia
atau gambaran pneumonia segmental atau lobar. Apusan atau biakan sputum, aspirasi
trakea, cairan pleura, darah, atau bahan sesuai lainnya, akan membantu menemukan
penyebab dan memilih obat antimikroba yang tepat. Usaha mencegah infeksi bakteri
sekunder dengan memberikan antibody “profilaksis” dalam stadium kataralis tidak
memberikan hasil. Komplikasi bakteri lebih sering terjadi dan lebih berat pada anak
yang kekurangan protein.
       Dari sindrom yang dapat timbul sesudah campak, yang paling menakutkan
adalah berbagai komplikasi system saraf pusat.sejauh ini yang paling umum adalah
ensefalomielitis, tetapi ensefalopati toksik, neuritis retrobulbar, tromboflebitis vena
serebralis, hemiplegic akibat infark vaskuler dan paralisis asending dengan
polineuropati juga pernah ditemukan.
       Ensefalopati toksik muncul dengan kecepatan tinggi pada puncak demam dan
ruam, tetapi manifestasi system saraf pusat lainnya yang lebih umum menjadi tampak
setelah serangan penyakit akut, setelah periode penyembuhan yang berakhir dalam 2
hari atau lebih. Kejang, perubahan kesadaran, dan perubahan tiba-tiba menjadi koma,
sering menandai awitan ensefalomielitis; demam kembali timbul, dan terjadi
leukositosis perifer yang jelas. Angka kematian berkisar antara 10 sampai 25% dan
sekuele yang bermakna berupa kelainan motorik, intelek dan emosi terjadi pada 20
sampai 50% penderita yang selamat dari kematian.
       Selama vase viremia campak awal, terjadi trombositopenia yang tidak cukup
berat untuk menyebabkan perdarahan spontan, tetapi hal itu memperlihatkan
kerusakan megakariosit oleh virus. Komplikasi pasca infeksi lain yang jarang dan
tidak dapat diterangkan adalah purpura trombositopenik, yang terjadi 4 sampai 14
hari setelah ruam dan bisa menimbulkan purpura kulit yang hebat, perdarahan
genitourinarius dan gastrointestinalis, serta epistaksis. Kortikosteroid memberikaan
kesembuhan segera dengan berhentinya perdarahan dan kembalinya dengan mantap
hitung trombosit menjadi normal. Respon ini menguatkan konsep bahwa komplikasi
ini mungkin suatu fenomena autoimun.
       Efek buruk campak terhadap beberapa penyakit dasar tidak diketahui dengan
jelas. Keaktifan kembali atau eksaserbasi tuberculosis selama serangan campak
beberapa kali ditemukan. Satu hal yang menyebabkan kekurangan kekebalan seluler
adalah hilangnya hipersensitivitas kulit terhadap tuberkuloprotein ( dan antigen lain )
yang terjadi karena campak dan menetap selama beberapa minggu setelah itu, jadi
reactor positif sebelumnya bisa menghasilkan test kulit negative. Kerusakan traktus
respiraturius dapat menjelaskan memburuknya keadaan pasien yang sedang
menderita fibrosis kistik. Bayi dengan defisiensi protein dalam dietnya bisa jatuh ke
kwashiorkor berat saat diserang campak sebagai akibat menurunnya asupan melalui
oral, meningkatnya kehilangan melalui gastrointestinal dan keseimbangan nitrogen
negative dari infeksi. Berbeda dengan efek samping yang tidak disukai ini, campak
kadang-kadang dapat memicu dieresis yang baik pada anak yang menderita sindrom
nefrotik refrakter.
       Campak saat masa gestasi, walaupun jarang bisa mengindusi kelahiran
premature, bayi lahir mati atau abortus tetapi tidak dengan meningkatnya insiden
malformasi congenital.

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien yang
tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat replikasi virus campak
invitro, tidak terlihat hasil yang nyata pada pemberian invivo. Penggunaan antipiretik
yang bijaksana untuk demam tinggi dan obat penekan batuk mungkin bermanfaat
secara simptomatik. Pemberian pengobatan yang lebih spesifik seperti pemberian anti
mikroba yang tepat harus digunakan untuk mengobati komplikasi infeksi bakteri
sekunder. Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang
menimbulkan tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang kurang
gizi, WHO menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua daerah dengan
defisiensi vitamin A. supplement vitamin A juga telah memperlihatkan penurunan
frekuensi dan keparahan pneumonia dan laringotrakeobronkitis akibat kerusakan
virus campak pada epitel traktus respiraturius bersilia. Pada bayi usia di bawah 1
tahun diberi vitamin A sebanyak 100.000 IU dan untuk pasien lebih tua diberikan
200.000 IU. Dosis ini diberikan segera setelah diketahui terserang campak. Dosis
kedua diberikan hari berikutnya, bila terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata dan
diulangi 1 sampai 4 minggu kemudian.

      2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Selain itu
sering menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya buruk
sehingga mudah sekali mendapatkan komplikasi terutama bronkopneumonia. Pasien
campak dengan bronkopnumonia perlu dirawat di rumah sakit karena memerlukan
perawatan yang yang memadai ( kadang perlu infuse atau oksigen ). Masalah yang
perlu diperhatikan  ialah kebutuhan nutrisi, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa
aman nyaman, risiko terjadinya komplikasi.
a. Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak
sering mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum. Demam
yang tinggi menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak. Keadaan ini jika
tidak diperhatikan agar anak mau makan ataupun minim akan menambah
kelemahan tubuhnya dan memudahkan timbulnya komplikasi.
b. Gangguan suhu tubuh
Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan
infeksi virus ini pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah campaknya
keluar banyak, kecuali bila terjadi komplikasi demam akan tetap berlangsung
lebih lama. Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan antipiretik dan
jika tinggi sekali diberiakan sedative untuk mencegah terjadinya kejang.

c. Gangguan rasa aman nyaman


Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak badan,
pusing, mulut terasa pahit dan kadang muntah-muntah. Biasanya anak juga
tidak tahan meluhat sinar karena silau, batuk bertambah banyak dan akan
berlangsung lebih lama dari campaknya sendiri. Anak kecil akan sangat rewel,
pada waktu malam anak sering minta digendong saja. Jika eksantem telah
keluar anak akan merasa gatal, hal ini juga menambah gangguan aman dan
kenyamanan anak. Untuk mengurangi rasa gatal tubuh anak dibedaki dengan
bedak salisil 1% atau lainnya ( atas resep dokter ). Selama masih demam tinggi
jangan dimandikan tetapi sering-sering dibedaki saja.

d. Resiko terjadinya komplikasi


Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun. Hal ini
dapat dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi
negative. Ini menunjukkan bahwa antigen antibody pasien sangat kurang
kemampuannya untuk bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu resiko
terjadinya komplikasi lebih besar terutama jika keadaan umum anak kurang
baik, seperti pada pasien dengan malnutrisi atau dengan penyakit kronik lainya.

I. Pencegahan
a. Imunisasi Pasif
IG manusia yang diberikan segera setelah pemajanan dapat mengubah
gambaran klinis dan efek antigen pada infeksi virus campak. Anak yang rentan harus
segera diberi IG 0,25 ml/kg BB, untuk mencegah campak. Bila telah berlangsung
lebih dari 6 hari, maka IG tidak dapat diandalkan untuk mencegah maupun
memodifikasi penyakit. Pasien dengan campak yang dimodifikasi globulin
memperlihatkan gambaran klinis yang beragam dengan masa tunas memanjang dan
berbagai keluhan dan tanda penyakit campak, tetapi mereka tetap sebagai sumber
penular potensial pada individu yang berkontak dengan mereka. Oleh karena sifat
kekebalan alaminya sementara, imunisasi pasif harus diikuti oleh iminisasi aktif
dalam 3 bulan setelah itu. Karena dosis besar immunoglobulin saat ini sering
deberikan untuk pencegahan atau pengobatan sejumlah gangguan ( misal infeksi HIV,
penyakit Kawasaki, trombositopenia imun, hepatitis B dan profilaksis varisela )
interval yang lebih panjang dianjurkan sebelum vaksin virus campak. Ini bervariasi
dari 3 sampai 11 bulan bergantung pada produk dan jumlah globulin yang diberikan.
b. Imunisasi Aktif
Vaksin yang telah dilemahkan menghasilkan infeksi yang tidak menular dan
tidak ada hubungannya dengan infeksi bakteri sekunder dan komplikasi neurologi.
Efek profilaksis vaksin hidup yang diberika mencapai 97%. Vaksin yang dilemahkan
menimbilkan reaksi ringan. Respon demam yang terjadi pada 5 sampai 15% anak
memberikan sedikit rasa tidak nyaman, toksisitas atau ketidakmampuan. Eksantem
yang dimodifikasi dengan berbagai bentuk bisa terjadi setelah serangan demam pada
kurang dari 5% pasien yang divaksinasi. Observaasi terus menerus pada anak yang
mendapat vaksin hidup 20 sampai 25 tahun yang lalu memperlihatkan antibody
menetap dan efek protektif yang lebih baik dibandingkan dengan yang menderita
campak secara alami.
a) Vaksin
b) Dosis dan cara pemakaian
c) Reaksi KIPI
d) Imunisasi Ulangan

Imunisasi ulang dianjurkan juga dalam situasi tertentu, misalnya :


1. Mereka yang memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun dan terbukti
bahwa potensi vaksin yang digunakan kurang baik ( tampak peningkatan
insiden kegagalan vaksinasi ). Pada anak-anak yang memperoleh imunisasi
ketika berumur 12-14 bulan tidak disarankan mengulangi imunisasinya tetapi
hal ini bukan merupakan kontra indikasi.
2. Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak, maka anak
SD, SLTP dan SLTA dapat diberikan imunisasi ulang.
3. Setiap orang yang pernah imunisasi vaksin campak yang virusnya sudah
dimatikan ( vaksin inaktif ).
4. Setiap orang yang pernah memperoleh imunoglobulin.
5. Seseorang tidak dapat menunjukkan catatan imunisasinya.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
INFEKSI CAMPAK

a.       Anamnese
a)      Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status
gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P
pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa
medis.
b)      Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang
telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan palatum mole.
c)      Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua
atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik
dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
d)     Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak
dengan pasien campak.
e)      Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f)       Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III;
DPT I, II, III; dan campak.
g)      Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk
umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal
menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi 
Klasifikasinya sebagai berikut :
 Gizi buruk kurang dari 60%
 Gizi kurang 60 % - <80 %
 Gizi baik 80 % - 110 %
 Obesitas lebih dari 120 %

h)      Riwayat  tumbuh kembang anak.

a.    Tahap pertumbuhan


Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti
patokan umur 1-6 tahun  yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia
3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak
usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk
perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun
yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3
tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada
usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah
tinggi.

b.   Tahap perkembangan.


    Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya
insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak
merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan
yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
    Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik
( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin
berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra
komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
    Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase
preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap
ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum
benar dan magical thinking.
   Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan
kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari
teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
    Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau
guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
    Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-
nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya
dengan kelompoknya.
    Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “.
Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di
kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan
sedikit atau tidak protes.
    Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada
akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa
menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama
temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.
    Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih
banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga,
dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
    Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai
permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan
motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.

b.      Pemeriksaan fisik ( had to toe )


a)   Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda
vital.
b)   Kepala dan leher
-      Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah
eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah.
-      Palpasi :
adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher
belakang,
c)   Mulut
-       Inspeksi :
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah,
enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus
digestivus.
d)     Toraks
-       Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung.
Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.
-      Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
e)   Abdomen
-      Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
-       Auskultasi
Bising usus.
-       Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau
pembengkakan.
e)      Kulit
-          Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
-          Palpasi :
Turgor kulit menuru

2.         Analisa Data


Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan analisa
serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data subyektif
objektif.
Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil
kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab.

B.     Diagnosa Keperawatan


       Penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap
proses kehidupan / masalah kesehatan.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien campak adalah sebagai
berikut :
                       1.         Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
                       2.         Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d
penumpukan secret pada nasofaring.
                       3.         Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
                       4.         Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
                       5.         Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
6. Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak
kurang baik.

C.     Intervensi Keperawatan


Diagnosa I
       Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
Tujuan : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam rentang yang normal.
Dengan criteria hasil :
a.       Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.
b.      Anak bebas dari demam.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Monitor perubahan suhu tubuh, Sebagai pengawasan terhadap adanya
denyut nadi. perubahan keadaan umum pasien sehingga
dapat diakukan penanganan dan perawatan
secara cepat dan tepat.

2 Lakukan tindakan yang dapat Upaya – upaya tersebut dapat membantu


menurunkan suhu tubuh sperti menurunkan suhu tubuh pasien serta
lakukan kompres, berikan meningkatkan kenyamanan pasien.
pakaian tipis dalam
memudahkan proses
penguapan.
3 Libatkan keluarga dalam Meningkatkan rasa nyaman anak.
perawatan serta ajari cara
menurunkan suhu dan
mengevaluasi perubahan suhu
tubuh.
4 Kaji sejauh mana pengetahuan Mengetahui kebutuhan infomasi dari
keluarga dan anak tentang pasien dan keluarga mengenai perawatan
hypertermia pasien dengan hypertemia.

5 Kolaborasi dengan dokter Antipiretik menurunkan/mempertahankan


dengan memberikan antipiretik suhu tubuh anak.
dan antibiotic sesuai dengan
ketentuan.

Diagnose II
Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d
penumpukan secret pada nasofaring.
Tujuan : bersihan jalan napas efektif
Dengan criteria hasil :
a.       Tidak mengalami aspirasi
b.      Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Kaji fungsi pernapasan, contoh Ronci, mengi menunjukkan akumulasi
bunyi napas, kecepatan, irama secret/ ketidakmampuan untuk
dan kedalaman dan penggunaan membersihkan jalan napas yang dapat
otot aksesori. menimbulkan penggunaan otot aksesori
pernapasan dan peningkatan kerja
pernapasan.
2 Catat kemampuan untuk batuk Pengeluaran secret sulit bila secret sangat
efektif. tebal ( mis. Efek infeksi dan atau tidak
adekuat hidrasi ).
3 Berikan posisi semi fowler Posisi membantu memaksimalkan
tinggi. Bantu klien untuk batuk ekspansi paru dan menurunkan upaya
dan latihan napas dalam. pernapasan.
4 Bersihkan secret dari mulut dan Mencegah obstruksi atau aspirasi.
trakea ; pengisapan sesuai Pengisapan dilakukan bila klien tidak
keperluan. mampu mengeluarkan secret.
5 Pertahankan masukan cairan Pemasukan tinggi cairan membantu untk
mengencerkan secret.
6 Berikan lingkungan yang aman Meningkatkan kenyamanan untuk anak

Diagnose III
Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
Tujuan : keutuhan structural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane mukosa.
Dengan criteria hasil :
a.       Terbebas dari adanya lesi jaringan.
b.      Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Pantau kulit dari adanya: ruam Mengetahui perkembangan penyakit dan
dan lecet, warna dan suhu, mencegah terjadinya komplikasi melalui
kelembaban dan kekeringan deteksi dini pada kulit.
yang berlebih, area kemerahan
dan rusak.
2 Mandikan dengan air hangat dan Mempertahankan kebeersihan tanpa
sabun ringan mengiritasi kulit.
3 Dorong klien untuk menghindari Membantu mencegah friksi / trauma
menggaruk dan menepuk kulit. kulit.
4 Balikkan atau ubah posisi Meningkatkan sirkulasi dan mencegah
dengan sering tekanan pada kulit / jaringan yang tidak
perlu.
5 Ajarkan anggota keluarga / Mengetahui terjadinya infeksi /
memberi asuhan tentang tanda komplikasi lebih cepat.
kerusakan kulit, jika diperlukan.
6 Konsultasi pada ahli gizi tentang Perbaikan nutrisi klien agar terhindar
makanan tinggi protein, mineral, dari infeksi karena kulit dapat menjadi
kalori dan vitamin. barier utama yang dapat memperberat
kondisi anak.

Diagnose IV
            Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
Tujuan : intike cairan seimbang, keseimbangan volume cairan dalam tubuh.
Dengan criteria hasil :
a.       Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan volume cairan.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Pantau berat badan, suhu, Mengontrol keseimbangan output.
kelembaban pada rongga oral,
volume konsentrasi urin.
2 Ukur berat jenis urine Menunjukkan status hidrasi dan
perubahan pada fungsi ginjal, yang
mewaspadakan terjadinya gagal ginjal
akut pada respon terhadap hipovolemia.
3 Observasi kulit/membrane Hipovolemia, perpindahan cairan dan
mukosa untuk kekeringan, kekurangan nutrisi memperburuk turgor
turgor. kulit.
4 Hilangkan tanda bau dari Menurunkan rangsangan pada gaster dan
lingkungan respon muntah.
5 Ubah posisi dengan sering, Adanya gangguan sirkulasi cenderung
berikan perawatan kulit dengan merusak kulit.
sering dan pertahankan tempat
tidur kering dan bebas lipatan.
6 Berikan : Menarik minat anak agar mau minum
a.       Bentuk-bentuk cairan yang banyak.
menarik ( sari buah, sirup tanpa
es, susu )

Diagnose V
Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
Tujuan : anak merasa nyaman
Dengan criteria hasil :
a.       Anak dapat beristirahat dengan nyaman.
b.      Rewel berkurang.
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1 Tubuh anak dibedaki dengan Mengurangi rasa gatal.
bedak salisil 1% atau lainya
( atas resep dokter )
2 Tidurkan anak ditempat yang Mencegah silau dan menambah
agak jauh dari lampu ( jangan kenyamanan anak.
tepat dibwah lampu )

Diagnose VI
Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang
baik.
Tujuan : mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi, mempercepat
penyembuhan.
Dengan criteria hasil :
a.       Anak bisa sembuh tanpa keluhan tambahan
b.      Penyakit anak tidak bertambah parah.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Cuci tangan sebelum dan Mengurangi risiko kontaminasi silang.
sesudah kontak perawatan
dilakukan. Intruksikan klien /
orang terdekat untik memcuci
tangan sesuai indikasi
2 Berikan lingkungan yang bersih Mengurangi pathogen pada system imun
dan berventilasi baik. dan mengurangi kemungkinan pasien
mengalami infeksi nosokomial.
3 Diskusikan tingkat dan rasional Meningkatkan kerja sama dengan cara
isolasi pencegahan dan hidup dan mengurangi rasa terisolasi.
mempertahankan kesehatan
pribadi.
4 Pantau tanda-tanda vital Memberikan informasi data-data dasar,
awian atau peningkatan suhu secara
berulang-ulang dari demam yang terjadi
untuk menunjukkan bahwa tubuh
bereaksi pada proses infeksi.
5 Kaji frekuensi /kedalaman Kongesti / distress pernapasan dapat
pernapasan, perhatikan batuk mengindikasikan perkembangan PCP,
spasmodic kering pada inspirasi penyakit yang umum terjadi.meskipun
dalam, perubahan karakteristik demikian, TB paru mengalami
sputum dan adanya mengi atau peningkatan dan infeksi jamur lainnya,
ronchi. Lakukan isolasi viral, dan bakteri yang dapat terjadi yang
pernapasan bila etiologi batuk membahayakan system pernapasan.
produktif tidak diketahui.
6 Ubah sikap baring beberapa kali Mencegah penyebaran infeksi bertambah
sehari dan berikan bantal utnuk parah dan mencegah terjadinya
meninggikan kepala dekubitus.
7 Dudukkan anak pada waktu Mencegah aspirasi
minum
8 Berikan obat yang tepat Mencegah penyakit bertambah parah
9 Bawa berobat kembali jika anak Untuk menentukan tindakan pengobatan
terlihat selalu tidur, tidak mau selanjutnya.
makan minum, semakin lemah,
suhu tetap tinggi, kesadaran
menurun.

D.    Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan pada pasien campak sesuai dengan intervensi yang
telah disusun.
  

E.     Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan. Evaluasi dilakukan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Disamping itu
evaluasi dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian untuk proses berikutnya.
       Perawat mempunyai tiga alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai :
a.  Berhasil
Prilaku anak sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
b.   Tercapai sebagian
Anak menunjukkan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan tujuan.
c.     Belum tercapai
Pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan
sesuai dengan pernyataan tujuan.

Daftar Pustaka
Hargono, Arief. 2012. Penilaian Atribut Surveilans Campak Berdasarkan Persepsi
Petugas Surveilans Puskesmas di Surabaya. http://adln.lib.unair.ac.id. Diakses
pada tanggal 14 September 2015 pukul 14.53 WIB

Kementrian Kesehatan. 2010. PERMENKES NO.1501/MENKES/PER/X/2010.


http://djpp.depkumham.go.id. Diakses pada tanggal 14 September 2015 pukul
12.03 WIB.

LeMone, Priscilla. 2008. Medical-Surgical-Nursing.USA: Prentice Hall


NSW Government Health. 2012. Lembar Fakta Penyakit Menular : Campak.
http://health.nsw.gov.au. Diakses pada tanggal 14 September 2015 pukul 11.52
WIB
Nurarif, amin huda, Hardi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaaction Publishing
Puspa, Kartika Dewi, dkk. 2013. Stabilitas Imunoglobulin M (IgM) Campak pada
Dried Serum Spots. http://ejournal.litbang.depkes.go.id. Diakses pada tanggal
14 September 2015 pukul 12.08 WIB
Ranuh , IGN. Dkk. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Ketiga . Jakarta :
IDAI
Rohmah, Nikmatur. 2009. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Ar
ruzz Media
Soegijanto, Soegeng. 2007. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di
Indonesia Jilid 6. Surabaya : Airlangga University Press
Widoyono . 2011. Penyakit Tropis Epidemologi , Penularan , Pencegahan, dan
Pemberantasannya Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga
Yayasan Spiritia. 2007. Lembar Informasi 120: Hasil Tes Lab Normal.
http://spiritia.or.id Diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 15.42 WIB.

Anda mungkin juga menyukai