A. Acuan Perkuliahan
ASPEK HUKUM KONTRAK
B. Bahan Bacaan
Bahan Bacaan
Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992;
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992;
Abdul Kadar and Ken Hoyle, Business and Commercial Law, Great Britain by Clays
Ltd, St Ives plc, 1993;
Andi Hamzah, 1994. Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta;
___________, 2011. Delik-Delik Tertentu (SpecialeDelicten) di Dalam KUHP. Sinar
Grafika, Jakarta;
__________, 2011. Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta;
A.Qirom Syamsudin Meliala, Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya,
Liberty, Yogyakarta, 1985;
BPHN, Pertemuan Ilmiah Perkembangan Hukum Kontrak Dalam Bisnis di Indonesia,
BPHN, Jakarta, 1994;
Erman Rajagukguk, Kontrak Dagang Internasional di Indonesia, Fakultas Hukum
Yogyakarta, 1994;
Laboratorium Hukum Fakultas Hukum UNPAR, Keterampilan Perancangan Hukum,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997;
Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1999;
Muhammad Hasbi, 2012, Hukum Perdata dan Perkembangannya, Suryani Indah,
Padang;
Muhammad Hasbi, 2012, Perancangan Kontrak dan Perkembangannya, Suryani Indah,
Padang;
Muhammad Hasbi, 2018, Disertasi S3 Ilmu Hukum, Perbuatan Tidak Merugikan dengan
adanya Kontrak Kontruksi Indonesia, Pascasarjana FHUA, Padang;
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994;
Mohammad Chidir Ali, Bab-bab Tentang Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung,
1995;
Mohammad Chidir Ali, Pengertian Elementer Hukum Perjanjian Perdata, Mandar
Madju, Bandung, 1993;
R.Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1992,
Sanusi Bintang, Pokok-pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2000;
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi
Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta,
1993;
W.T. Major, The Law of Contract, Macdonald Evans, The Chauser Press, Ltd,
England, 1984.
1. Pengertian Hukum
Pada dasdarnya Hukum merupakan suatu sistem yang sengaja di buat oleh
manusia bertujuan sebagai pembatas terhadap berbagai tingkah laku dari manusia, agar
tingkah laku manusia tersebut dapat terkontrol atau sesuai dengan aturan yang ada,
baik hukum dalam pemahaman eraturan perundangan-undangan yang dibuat oleh
penguasa/Negara/pemerintah maupun hukum yang berlaku di tengah-tengah
masyarakat (Hukum tertulis/hukum positif/hukum yang sedang berlaku saat ini yang
jelas wilayah yirisdiksinya dan dibuat oleh penguasa maupun hukum yang tidak
tertulis). Artinya, bahwa keberadaan hukum itu sendiri adalah sangat penting dan
sesuai dengan keberadaan dari tujuasn hukum itu sendiri, berupa adanya keadilan,
kepastian hukum dan kemanfaatannya untuk manusia.
Hukum yang terdiri dari berbagai peraturan-peraturan yang di ciptakan oleh
suatu lembaga yang memiliki kewenangan maupun hukum yang berlaku di tengah-
tengah masyarakat, maka hukum memiliki sifat mengikat semua orang, Artinya,
hukum wajib untuk di taati karena mencangkup dengan adanya aturan kehidupan
manusia.
Pertanyaan yang sangat mendasar adalah, apa sebenarnya hukum itu dan
bagaimana bentuk dari hukum tersebut. Hal ini memerlukan jawaban dari berbagai
pendapat para ahli yang dimungkin penjelasan yang berbeda-beda namun satu tujuan
yang tidak lepas dari keberadaan hukum di tengah masyarakat/manusia dan
kewenangan Negara yang berdaulat. Dalam uraian selanjutnya, maka sebagai
gambaran dikemukakan beberapa pendapat ahli tentang hukum serta bentuk-
bentuknya.
Pengertian Hukum Menurut Prof. Dr. Van Kan “Hukum” adalah seluruh
peraturan yang memiliki sifat memaksa yang memang sengaja di adakan bertujuan
untuk mengatur serta melindungi terhadap kepentinagn orang yang berada di tengah
masyarakat. Pengertian Hukum Menurut Bellfoid
“Hukum” adalah suatu peraturan yang berlaku di dalam masyarakat berguna untuk
mengatur tata tertib dari masyarakat itu sendiri beradasarkan kekuasaan yang ada di
Masyarakat tersebut. Pengertian “Hukum” Menurut Duguit
beliau menjelaskan bahwasanya Hukum dapat di artikan suatu tingkah laku anggota
masyrakat atau berbagai aturan yang berguna pada saat tertentu dengan acuan Dari
masyarakat sebagai jaminan berdasarkan kepentingan bersama terhadap dari orang
yang melanggar dari peraturan yang telah berlaku. Pengertian Hukum Menurut Van
Apeldoorn “Hukum” dapat di artikan peraturan penghubung antar kehidupan
manusia dari gejala social dimana di dalam masyaralat tersebut tidak mengenal
hukum, sehingga dalam hal ini hukum merupakan suatu aspek kebudayaan, agama,
adat, Norma, Kesusilaan serta kebiasaan. Pengertian Hukum Menurut Immanuel
Kant kemudian tokoh Ahli bernama Immanuel Kant berpendapat yang mana
Hukum adalah segala syarat dari seseorang yang memiliki keinginan kebebasan
sehingga harus menyesuaikan dirinya senddiri terhadap kehendak bebas orang lainnya
serta wajib mentaati pertauran hukum mengenai kemerdekaan. Pengertian Hukum
Menurut Austin “Hukum” adalah suatu peraturan yang di sengaja di buat berguna
sebagai pedoman kepada makhluk yang berakal atas makhluk berakal yang memiliki
kuasa di atasnya. Pengertian Hukum Menurut Abdulkadir Muhammad Beliau
6
2. Klasifikasi Hukum
2.1. Hukum Berdasarkan Sumbernya
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturanaturan yang kalau
dilanggar mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas dan nyata.
Sumber hukum hukum formil adalah tempat dimana kita dapat
menemukan dan mengenal hukum, yang terdiri dari :
1. Hukum undang-undang
Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum didalam
perauran perundang-undangan. Undang-undang mempunyai dua
pengertian menurut Buys, yakni :
a. Undang-undang dalam arti formil, adalah setiap peraturan yang
dibuat oleh alat pengundang-undang dan isinya mengikat umum. Contohnya,
undang-undang yang dibuat berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) UUD 1945.
b. Undang-undang dalam arti materiil, adalah setiap
peraturan/keputusan yang dibuat bukan oleh badan pengundang-undang, tapi
isinya mengikat umum. Contohnya Peraturan Pemerintah, dasar hukumnya Pasal
5 Ayat (2) UUD 1945.
2. Hukum Kebiasaan Atau Adat
Hukum kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan
berulang-ulang dalam hal yang sama. Jadi kebiasaan itu bukan hasil
keputusan dari badan legislative dalam Negara. Kebiasaan itu walaupun
tidak ditentukan oleh pemerintah namun diakui dan ditaati oleh anggota-
anggota masyarakat, oleh karena kebiasaan-kebiasaan itu berkali-kali
dijalankan dan ditaati sehingga lambat laun menjadi peraturan yang teguh.
Dengan demikian terbentuklah peraturan hukum yang tak tertulis yang
disebut hukum kebiasaan.
Supaya hukum kebiasaan itu ditaati, maka ada dua syarat yang
harus dipenuhi, yaitu :
1. Suatu perbuatan yang tetap dilakukan orang.
2. Adanya keyakinan bahwa perbuatan itu harus dilakukan karena
telah merupakan kewajiban.
7
3. Hukum Yurisprudensi
Yurisprudensi sebagai istilah teknis Indonesia sama artinya dengan
Yurisprudentie dalam bahasa Belanda dan Yurisprudence dalam bahasa
Perancis, yang artinya keputusan hakim yang terdahulu yang diikuti oleh
hakim dan dijadikan dasar keputusan hakim lain mengenai kasus yang
sama.
Pekerjaan hakim pada hakikatnya sama dengan pekerjaan pembuat
undang-undang, demikian dikatakan oleh Prof. Soebekti dalam bukunya
Dasar-dasar Hukum dan Pengadilan. Keduanya memberikan peraturan
yang harus diikuti, hanya dengan perbedaan bahwa pwmbuat undang-
undang memberikan suatu peraturan yang disusun dalam kata-kata umum
dan ditujukan kepada siapa saja yang berada dalam keadaan yang
diuraikan dalam undang-undang itu, sedangkan hakim memberikan suatu
peraturan yang berlaku terhadap para pihak yang berpekara.
Keputusan hakim yang menjadi yuriprudensi akan menjadi sumber
hukum bagi pengadilan.
Ada tiga alas an mengapa seorang hakim mengikuti keputusan
hakim lain, yaitu :
1. Keputusan hakim yang mempunyai kekuasaan, terutama bila
keputusan itu dibuat oleh Mahkamah Agung atau Pengadilan Tinggi,
karena alasan psikologis maka seorang hakim akan mengikuti
keputusan hakim lain yang mempunyai kedudukan lebih tinggi.
2. Karena alasan praktis.
3. Sependapat, hakim mengikuti keputusan hakim lain karena ia
sependapat/menyetujui keputusan hakim lain tersbut.
4. Hukum Traktat
Traktat atau treaty adalah perjanjian yang diadakan antara hanya
dua atau lebih Negara. Bila traktat diadakan antara hanya dua Negara,
maka perjanjian itu disebut bilateral, sedang kalau diadakan oleh banyak
Negara, maka disebut perjanjian multilateral.
Bilamana perjanjian multilateral member kesempatan kepada
Negara yang pada mulanya tidak turut mengadakan, kemudian menjadi
pihak, maka perjanjian itu merupakan perjanjian terbuka atau kolektif,
contohnya adalah Charter (Piagam) PBB. Sedang kalau perjanjian itu tidak
memungkinkan bagi Negara yang tadinya bukan menjadi salah satu pihak,
maka perjanjian itu merupakan perjanjian tertutup.
Kita mengenal dua macam perjanjian : traktat dan agreement.
Traktat dibuat oleh Presiden dengan persetujuan DPR, sedang agreement
dibuat hanya dengan keputusan Presiden, biasanya menyangkut bidang
politik.
Suatu traktat berlaku dan mengikat didasarkan pada suatu asa
Pacta Sunt Servanda. Traktat itu mengikat dan berlaku sebagai peraturan
huum terhadap warga negara masing-masing negara yang
mengadakannya. Oleh karena itu dapat dikatakan traktat merupakan
sumber hukum.
8
Sementara itu Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat mempunyai
hak dan kewajiban untuk bertindak dalam hukum. Terdiri dari orang dan badan
hukum. Subjek hukum di bagi atas 2 jenis, yaitu :
1. Subjek Hukum Manusia
Adalah setiap orang yang mempunyai kedudukan yang sama selaku pendukung
hak dan kewajiban. Pada prinsipnya orang sebagai subjek hukum dimulai sejak
lahir hingga meninggal dunia.
Ada juga golongan manusia yang tidak dapat menjadi subjek hukum,
karena tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum yaitu :
1. Anak yang masih dibawah umur, belum dewasa, dan belum menikah.
2. Orang yang berada dalam pengampunan yaitu orang yang sakit ingatan,
pemabuk, pemboros.
2. Subjek Hukum Badan Hukum
Adalah sustu perkumpulan atau lembaga yang dibuat oleh hukum dan mempunyai
tujuan tertentu. Sebagai subjek hukum, badan usaha mempunyai syarat-syarat
yang telah ditentukan oleh hukum yaitu:
1. Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggotanya
2.Hak dan Kewajiban badan hukum terpisah dari hak dan kewajiban para
anggotanya.
Badan hukum ini juga terdiri atas 2 bagian, yakni badan hukum public dan
badan hukum privat.
11
lain, Plato mengusulkan agar negara menjadi baik, harus dipimpin oleh seorang
filosof, karena filosof adalah manusia yang arif bijaksana, menghargai kesusilaan, dan
berpengetahuan tinggi. Murid Plato, Aristoteles, berpendapat bahwa pemegang
kekuasaan haruslah orang yang takluk pada hukum, dan harus senantiasa diwarnai oleh
penghargaan dan penghormatan terhadap kebebasan, kedewasaan dan kesamaan
derajat. Hanya saja tidak mudah mencari pemimpin dengan kualitas pribadi yang
sempurna. Oleh karena itu, pendekatan sistem merupakan alternatif yang paling
memungkinkan. Plato sendiri, di usia tuanya terpaksa merubah gagasannya yang
semula mengidealkan pemerintah itu dijalankan oleh raja-filosof menjadi
pemerintahan yang dikendalikan oleh hukum. Penyelenggaraan negara yang baik,
menurut Plato, ialah yang didasarkan pada pengaturan hukum yang baik.
Berdasarkan pendapat Plato ini, maka penyelenggaraan pemerintahan yang
didasarkan pada hukum merupakan salah satu alternatif yang baik dalam
penyelenggaraan negara. HAN dapat dijadikan instrumen untuk terselenggaranya
pemerintahan yang baik. Penyelenggaraan pemerintahan lebih nyata dalam HAN,
karena di sini akan terlihat konkrit hubungan antara pemerintah dengan masyarakat,
kualitas dari hubungan pemerintah dengan masyarakat inilah setidaknya dapat
dijadikan ukuran apakah penyelenggaraan pemerintahan sudah baik atau belum.
Di satu sisi HAN dapat dijadikan instrumen yuridis oleh pemerintah dalam
rangka melakukan pengaturan, pelayanan, dan perlindungan bagi masyarakat, di sisi
lain HAN memuat aturan normatif tentang bagaimana pemerintahan dijalankan, atau
sebagaimana dikatakan Sjachran Basah, bahwa salah satu inti hakikat HAN adalah
untuk memungkinkan administrasi negara untuk menjalankan fungsinya, dan
melindungi administrasi negara dari melakukan perbuatan yang salah menurut hukum.
Tulisan dalam makalah ini akan difokuskan pada fungsi HAN baik sebagai norma,
instrumen, maupun jaminan perlindungan bagi rakyat.
Dalam negara hukum, setiap tindakan pemerintahan harus berdasarkan atas
hukum, karena dalam negara negara terdapat prinsipwetmatigheid van bestuur atau
asas legalitas. Asas ini menentukan bahwa tanpa adanya dasar wewenang yang
diberikan oleh suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka segala macam
aparat pemerintah tidak akan memiliki wewenang yang dapat mempengaruhi atau
mengubah keadaan atau posisi hukum warga masyarakatnya. Asas legalitas menurut
Sjachran Basah, berarti upaya mewujudkan duet integral secara harmonis antara
paham kedaulatan hukum dan paham kedaulatan rakyat berdasarkan prinsip
monodualistis selaku pilar-pilar, yang sifat hakikatnya konstitutif.
Meskipun demikian, tidak selalu setiap tindakan pemerintahan tersedia
peraturan peraundang-undangan yang mengaturnya. Dapat terjadi, dalam kondisi
tertentu terutama ketika pemerintah harus bertindak cepat untuk menyelesaikan
persoalan konkret dalam masyarakat, peraturan perundang-undangannya belum
tersedia. Dalam kondisi seperti ini, kepada pemerintah diberikan kebebasan bertindak
(discresionare power) yaitu melalui freies Ermessen, yang diartikan sebagai salah satu
sarana yang memberikan ruang bergerak bagi pejabat atau badan-badan administrasi
negara untuk melakukan tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada undang-
undang.
15
berkaitan satu sama lain. Fungsi normatif yang menyangkut penormaan kekuasaan
memerintah jelas berkaitan erat dengan fungsi instrumental yang menetapkan
instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk menggunakan kekuasaan
memerintah dan pada akhirnya norma pemerintahan dan instrumen pemerintahan
yang digunakan harus menjamin perlindungan hukum bagi rakyat.
pemerintah dan rakyat secara musayawarah serta peradilan merupakan sarana terakhir
dalam usaha menyelesaikan sengketa antara pemerintah dengan rakyat.35 Dengan
adanya UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, menurut Paulus
E. Lotulung, sesungguhnya tidak semata-mata memberikan perlindungan terhadap
hak-hak perseorangan, tetapi juga sekaligus melindungi hak-hak masyarakat, yang
menimbulkan kewajiban-kewajiban bagi perseorangan. Hak dan kewajiban
perseorangan bagi warga masyarakat harus diletakan dalam keserasian, keseimbangan,
dan keselarasan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan masyarakat,
sesuai dengan prinsip yang terkandung dalam falsafah negara dan bangsa kita, yaitu
Pancasila.
Berdasarkan pemaparan fungsi-fungsi HAN ini, dapatlah disebutkan bahwa
dengan menerapkan fungsi-fungsi HAN ini akan tercipta pemerintahan yang bersih,
sesuai dengan prinsip-prinsip negara hukum. Pemerintah menjalankan aktifitas sesuai
dengan ketentuan yang berlaku atau berdasarkan asas legalitas, dan ketika
menggunakan freies Ermessen, pemerintah memperhatikan asas-asas umum yang
berlaku sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum. Ketika
pemerintah menciptakan dan menggunakan instrumen yuridis, maka dengan mengikuti
ketentuan formal dan material penggunaan instrumen tersebut tidak akan
menyebabkan kerugian terhadap masyarakat. Dengan demikian, jaminan perlindungan
terhadap warga negarapun akan terjamin dengan baik.