Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM LABORATORIUM

FARMASI DAN RESEPTUR

Oleh:

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kita ucapkan.
Atas rahmat dan karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya saya dapat
menyelesaikan mlaporan akhir ini. Shawalat serta salam tercurah pada Rasulullah SAW.
Semoga syafaatnya mengalir pada kita kelak.

Laporan akhir laboratorium dibuat untuk melengkapi tugas laboratorium Farmasi dan
reseptur , saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaianlaporan akhir ini. Saya juga berharap agar isi laporan akhir ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Dengan kerendahan hati, saya memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan. Kritik
yang terbuka dan membangun sangat saya nantikan demi kesempurnaan laporan akhir ini.
Demikian kata pengantar ini saya sampaikan. Terima kasih atas semua pihak yang membantu
penyusunan dan membaca makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Langkat, 28 November, 2020


BAB 1

PENDAHULUAN

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sis- tem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi, untuk manusia (Supardi et al . 2012).

Serbuk dapat mengandung sejumlah kecil cairan yang disebarkan secara merata pada
ampuran bahan padat atau mungkin juga keseluruhan serbuk yang terdiri dari bahan padat
yang kering. Serbuk dapat pula dibuat sebagai bahan obat dari tumbuh-tumbuhan yang
dikeringkan secara alamiah atau merupakan dua atau lebih campuran unsure kimia murni.
Serbuk yang terbuat dari bahan kimia yang ada baik kasar, cukup kasar , halus , dan sangat
halus. Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih sama
dibungkus dengan kertas perkamen atau pengemas lain yang cocok. Sedangkan serbuk tak
terbagi atau serbuk tabor (pulvis) adalah serbuk ringan yang digunakan untuk pemakain
topical dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang untuk memudahkan
penggunaan pada kulit. Serbuk mempunyai luas permukaan yang luas, sehingga serbuk
mudah terdispersi dan lebih larut daripada bentuk sediaan yang dipadatkan.

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati
atau bahan lain yang sesuai. Kapsul keras biasanya terbuat dari gelatin yang terdiri dari
cangkang kapsul bagian badan dan bagian tutup kapsul. Kedua bagian tutup kapsul ini akan
saling menutupi bila dipertemukan dan bagian tutupnya akan menyelubungi bagian badan
kapsul. Gelatin mempunyai beberapa kekurangan, seperti mudah mengalami peruraian oleh
mikroba bila dalam keadaan lembab atau bila disimpan dalam larutan berair . Sebagai contoh
yang lain, cangkang kapsul gelatin menjadi rapuh jika disimpan pada kondisi kelembaban
relatif yang rendah .Selanjutnya, Kapsul gelatin tidak dapat menghindari efek samping obat
yang mengiritasi lambung, seperti Indometasin. Hal ini dikarenakan kapsul gelatin segera
pecah setelah sampai di lambung.

Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan pada kulit sehat,
sakit atau terluka dimaksudkan untuk efek topikal. Salep digunakan untuk mengobati
penyakit kulit yang akut atau kronis, sehingga diharapkan adanya penetrasi ke dalam lapisan
kulit agar dapat memberikan efek yang diinginkan.. Suatu obat dalam bentuk sediaan salep
untuk dapat mencapai efektifitas yang maksimum, perlu dipelajari dengan baik mengenai
struktur kulit dan formulasi sediaan antara lain pemilihan bahan pembawa atau basis, karena
pembawa akan mempengaruhi pelepasan zat aktif dan absorbsinya pada lapisan kulit

Sediaan farmasi semi padat meliputi salep, pasta, emulsi krim, gel, dan busa yang
kaku. Sifat umum sediaan ini adalah mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian
dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Pelekatan
ini disebabkan oleh sifat rheologis plastik sediaan ini, yang memungkinkan sediaan
semi padat tersebut tetap bentuknya dan melekat sebagai lapisan tipis sampai ada suatu
tindakan, yaitu dengan sesuatu kekuatan dari luar, yang mengakibatkan bentuk sediaan
semi padat ini akan rusak bentuknya dan mengalir . Sediaan semi padat digunakan
pada kulit, dimana umumnya sediaan tersebut berfungsi sebagai pembawa pada obat-obat
topikal, sebagai pelunak kulit, atau sebagai pembalut pelindung atau pembalut penyumbat
(okulsif). Sejumlah kecil bentuk sediaan semipadat topikal ini digunakan pada membran
mukosa, seperti jaringan rektal, jaringan buccal (di bawah lidah), mukosa vagina,
membran uretra, saluran telinga luar, mukosa hidung, kornea . Macam-macam bentuk sediaan
setengah pada
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Peracikan obat merupakan salah satu pekerjaan kefarmasian yang dapat dilakukan
oleh tenaga kefarmasian yang terdiri dari apoteker, sarjana farmasi, ahli madya farmasi,
analis famasi, dan asisten apoteker. Peracikan obat adalah penyediaan obat yang dibutuhkan
oleh pasien secara individu karena terbatasnya sediaan obat yang ada .Bangunan, fasilitas dan
peralat yang mendukung dapat menentukan kualitas sediaan obat racikan .Sediaan racikan di
Indonesia pada umumnya berupa sediaan puyer). Banyak permasalahan yang sering terjadi
tentang sediaan racikan berupa puyer baik dari pembuat resep maupun pembuat sediaan
Contoh permasalahan yang timbul dari pembuat resep adalah dokter menuliskan resep
dengan dosis yang lebih atau kurang sedangkan permasalahan yang timbul dari pembuat
sediaan racikan adalah obat racikan yang dibuat apoteker juga terkadang menimbulkan
keluhan bagi pasien seperti waktu pengerjaan yang lama (Nurwijaya, 2011). Penelitian
dilakukan untuk mengetahui gambaran peracikan obat di puskesmas meliputi tenaga
kefarnasian dan pengetahuan tenaga peracik tentang peracikan obat, peralatan, dokumentasi.
yang dibuat di apotek atau sarana kesehatan puyer. fasilitas, kebersihan, etiket,dan
dokumentasi (Dewi dan Wiedyaningtyas ,2012). jurnal

Sejarah farmasi berkembang setiap saat, mulai dari penggunaan bahan alam sebagai
obat berdasarkan pengalaman turun temurun hingga penggunaan bahan kimia sintetis
berdasarkan bukti ilmiah. Berbagai peradaban di dunia mempengaruhi perkembangan ilmu
farmasi, seperti peradaban Cina, Yunani, Mesir, Arab, dll. Tokoh-tokoh penting seperti
Hippocrates, Dioscorides, Galen, dan Paracelcus menjadikan ilmu farmasi semakin kaya dan
terus berkembang. Penemuan berbagai mineral, bahan kimia mampu meningkatkan kualitas
hidup manusia sebagai obat penyakit tertentu. Teknologi yang terus berkembang pesat juga
meningkatkan efisiensi produksi obat untuk kebutuhan farmasi di dunia. Peracikan obat
merupakan kegiatan seorang farmasis sejak zaman dahulu hingga saat ini. Meskipun kegiatan
meracik mengalami pasang-surut pada masa perkembangannya, namun hingga saat ini masih
dibutuhkan. Farmasi di Indonesia memang tergolong ilmu yang baru. Meskipun penggunaan
obat tradisional di Indonesia sudah dilakukan secara turun temurun, namun ilmu farmasi di
Indonesia mulai berkembang sejak jaman penjajahan, perang kemerdekaan, hingga saat ini.
Perkembangan ini tidak lepas dari peran lembaga pendidikan farmasi di Indonesia.
Stabilitas Stabilitas sediaan racikan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.
Stabilitas suatu obat dimengerti sebagai kemampuan sediaan farmasi untuk dapat
mempertahankan sifat dan kualitasnya. Secara umum stabilitas terbagi menjadi 5 jenis, yaitu:

1) Stabilitas fisik
Kemampuan suatu obat mempertahankan sifat fisik originalnya, seperti penampilan,
warna, rasa, keseragaman, disolusi, ketercampuran (terutama sediaan bifase), dll.
2) Stabilitas kimia
Kemampuan suatu obat untuk mempertahankan kandungan zat aktifnya (kadar dan
kemurnian) sesuai dengan yang tercantum pada label/etiket.
3) Stabilitas mikrobiologi
Kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sterilitasnya atau menghindari
kontaminasi mikrobia.
4) Stabilitas terapetik
Kemampuan suatu obat untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan efek terapi
setelah periode/masa penyimpanan tertentu.
5) Stabilitas toksikologi.
Kemampuan suatu obat untuk menjaga agar tidak terjadi peningkatan toksisitas
setelah periode/masa penyimpanan tertentu (Setyani dan putri ,2019)

Serbuk terbagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih
sama yang dibungkus menggunakan bahan pembungkus yang cocok dan digunakan untuk
sekali minum (dosis tunggal). Bahan pembungkus yang digunakan dapat berupa kertas
perkamen atau kapsul disesuaikan dgn usia dan kondisi pasien. Salah satu syarat serbuk bagi
(pulveres) yang baik yaitu harus memenuhi persyaratan keseragaman bobot. Faktor pelaksana
dan penguasaan terhadap teknik peracikan khususnya pembuatan serbuk bagi akan
menyebabkan variasi bobot dan kandungan. Variasi yang terlalu lebar akan menyebabkan
dosis terlalu rendah atau terlalu tinggi dari permintaan penulis resep.

Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika (UU
Kesehatan Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Pasal 1). Bentuk-bentuk sediaan farmasi
adalah sediaan padat, semipadat, dan cair. Salah satu jenis sediaan padat yang sering
diresepkan untuk anak dan bayi adalah pulvis atau serbuk. Serbuk adalah campuran kering
bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
Serbuk oral dapat diberikan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau tidak terbagi (pulvis) .

Serbuk terbagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok . Kelebihan
dari bentuk serbuk bagi yaitu serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga
lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang dipadatkan. Serbuk juga lebih
mudah digunakan untuk anak-anak atau orang tua yang sukar menelan tablet atau kapsul,.
tetapi serbuk juga memiliki kekurangan yaitu tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak
dan pada penyimpanan terkadang menjadi lembab atau basah. Sediaan serbuk terbagi
(pulveres) yang baik harus memenuhi syarat yaitu homogen, kering, mempunyai derajat
kehalusan tertentu serta harus memenuhi persyaratan meliputi keseragaman bobot dan
keseragaman kandungan atau dosis.

Resep racikan serbuk bagi (pulveres) selain dikemas dengan kertas, bisa juga dikemas
dalam kapsul. Bentuk kapsul sering diberikan pada pasien anak yang sudah mampu menelan
kapsul. Kelebihan pemberian bentuk kapsul ini selain dapat mengurangi rasa pahit obat juga
sediaan lebih stabil dalam penyimpanan. Meskipun sediaan ini memiliki syarat untuk
keseragaman bobot dan kandungan, tidak jarang ditemukannya kasus yang menyimpang dari
hal ini. Peresepan obat racikan puyer juga meningkatkan kecenderungan penggunaan obat
irasional, karena penggunaan obat polifarmasi yang tidak mudah diketahui oleh pasien.
Selain itu, dari segi keamanan dosis banyak pihak yang meragukan apakah dosis yang
diberikan dalam sediaan puyer sesuai atau tidak. Hal ini dilihat karena sebagian besar
pembagian dosis yang dibuat dalam bungkus-bungkus kecil dari puyer hanya dibagi
berdasarkan visual saja tanpa ditimbang (Rahayu dan Yusrizal ,2019). Jurnal

1. Kapsul

Kapsul merupakan sediaan padat yang terbungkus dalam suatu cangkang keras dan
atau lunak serta memiliki berbagai bentuk dan ukuran dan penggunaannya melalui oral.
Mengandung satu dosis tunggal atau lebih remedium cardinale dengan syarat isi tidak
menyebabkan pembocoran cangkang. Oleh sebab itu tidak semua bahan / remedium
cardinale dapat dikapsulkan, diantara yang tidak dapat yaitu: (1) bahan-bahan yang bersifat
higroskopis, (2) bahan-bahan yang memiliki tingkat asam atau basa yang tinggi. Cangkang
kapsul terbuat dari metil selulosa, gelatin atau bahan lain yang cocok. Pengisi bahan kapsul
diantaranya adalah gliserol, sorbital. agen aktif permukaan, filler opak, pengawet
antimikroba, agen pemanis, pemanis, agen penyedap dan agen pewarna. Kapsul terkadang
memiliki batas penanda sedangkan isi dari kapsul dapat padat, atau minyak yang berupa
pasta. Kapsul harus tersimpan dalam wadah tertutup dan tempat kering sebab cangkang
kapsul tak tahan dengan udara basah.

a. Indikasi yang memilih obat bentuk sediaan kapsul

1. Rasa obat dapat dimasukkan ke dalam kapsul, sehingga obat-obat dengan rasa dapat
dimasukkan ke dalam kapsul. Cara memasukkan obat dalam rongga mulut lebih
mudah dibandingkan puyer. Pada bentuk sediaan kapsul, bahan-bahan aktif obat tak
akan berarti memasukkan obat dengan segala kemiringan, berbeda dengan puyer yaitu
harus dengan kemiringan tertentu dan tepat di atas rongga mulut. Bagi pemilik dan
hewan memiliki kesadaran penuh, hal tersebut tidak mudah dilakukan sebab pemilik
hewan harus menjaga dirinya agar tidak digigit.
2. Bau obat yang tidak menyenangkan, dapat ditutupi. Hewan pada dasarnya memiliki
daya penciuman tinggi. Dan obat-obat dengan bau yang tak disukai hewan maka
hewan tidak akan mau membuka mulut, kecuali hewan dengan tingkat kecerdasan
rendah seperti kerbau, sapi, domba kambing, babi serta hewan lain seperti hewan liar
dan kelompok ikan. Bagi anjing, kucing, kera dan bahkan harimau, maka dengan
mudah akan mengenali bau obat atau bukan.
3. Penderita tidak tahan terhadap bentuk puyer. Pada hewan hal tersebut dapat ditemui.
Kucing tidak semua jenis kucing memiliki kemampuan untuk menerima bentuk
sediaan puyer. Pada kondisi demikian maka jalan yang terbaik adalah bentuk sediaan
kapsul.

b. Keuntungan menulis resep bentuk sediaan kapsul Terdapat beberapa keuntungan memilih
bentuk sediaan kapsul, diantaranya adalah rasa obat dapat ditutupi, bau obat dapat ditutupi,
menulis resepnya lebih mudah, lebih praktis untuk disimpan/di bawa pergi, obat dapat tahan
lama, harga relatife murah.

c. Kerugian menulis resep bentuk sediaan kapsul Beberapa kerugian yang dapat muncul
akibat memilih bentuk sediaan kapsul adalah harga lebih mahal dibandingkan bentuk puyer
untuk obat sejenis pada permintaan obat dengan jumlah kandungan obat sedikit, terkadang
pihak apotik atau pembuat obat (depo obat hewan), mengemas dengan kapsul yang telah
tersedia. Bila pilihan kemasan jatuh pada kapsul dengan ukuran kecil, maka tidak menjadi
persoalan. Namun bila jatuh pada kemasan besar, maka pemilik hewan akan kesulitan
manakala akan mengaplikasikan kapsul dengan ukuran besar pada mulut hewan (Lazuardi ,
2019)

Bahan utama pembuatan cangkang kapsul komersial saat ini adalah gelatin. Gelatin
yang digunakan adalah gelatin mamalia, khususnya dari tulang sapi . Penggunaan gelatin
tulang sapi untuk pembuatan cangkang kapsul maupun untuk produk-produk pangan lainnya
dapat menimbulkan kekwatiran masyarakat terkait dengan adanya isu penyakit sapi gila.
Selain itu untuk masyarakat muslim, penggunaan gelatin tulang sapi dikwatirkan
kehalalannya karena dikwatirkan sapi yang dipotong saat disembelih tidak mengucapkan
"Asma Allah". Salah satu alternatif untuk mengganti gelatin sapi dalam pembuatan cangkang
kapsul adalah gelatin ikan. gelatin ikan dapat diaplikasikan dalam bidang industri pangan
dan pharmasi. Penggunaan gelatin ikan untuk bidang pangan dan farmasi harus memenuhi
sifat-sifat reologi yang sesuai dengan maksud penggunaannya tersebut. standar gelatin untuk
keperluan farmasi harus memiliki spesifikasi untuk kadar air adalah 14%. Kekuatan gel
dalam kisaran 240 bloom sampai 140 bloom. Viskositas dalam kisaran 4,7 cPS sampai 3,2
cPs. Kadar abu dalam kisaran 1 % sampai 2%. Derajat keasaman (pH) dalam kisaran 5,5
sampai 5,7 (Junianto et al ., 2013) .

2. Salep (Uguents)

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep
tidak boleh berbau tengik. Menurut pemikiran modern salep adalah sediaan semi padat untuk
pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan.Oleh karena itu salep dapat terdiri dari
substansi berminyak atau terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang mengandung air dalam
proporsi relatif tinggi. Salep merupakan bentuk sediaan yang mempunyai konsistensi yang
cocok digunakan untuk terapi penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri karena dapat
menutup luka sehingga obat cepat meresap (Lisnawati dan Prayoga , 2020).

Salep merupakan sediaan semisolid yang lunak, mudah dioleskan, dan digunakan
sebagai obat luar pada kulit dan membran mukosa . Pelepasan bahan obat dari basis salep
sangat dipengaruhi oleh faktor fisika-kimia baik dari basis maupun dari bahan obatnya,
kelarutan, viskositas, ukuran partikel, homogenitas, dan formulasi. Formulasi sediaan salep
yang bersifat oklusif berlemak mengandung pengemulsi air dalam minyak atau minyak dalam
air , sedangkan absorpsi obat perkutan perunit luas permukaan kulit meningkat sebanding
dengan bertambahnya konsentrasi obat dalam suatu pembawa (Hernani et al .,2012).

salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar yang


dimaksudkan untuk pemakaian pada mata dibuat khusus dan disebut salep mata. Salep dapat
mengandung obat atau tidak mengandung obat, yang disebutkan terakhir bisanya dikatakan
sebagai “dasar salep” (basis ointment) dan digunakan sebagai pembawa dalam penyimpan
salep yang mengandung obat.

   
BAB 3

METODE

1. MENIMBANG OBAT DAN PERKAMEN

Alat peracikan obat :

* timbangan

*mortar dan stampet

*alat gelas

* cawan porselen

*gelas alroji

*Panci infus

Cara nya:

1. Sebelum timbangam obat dipakai, periksa dulu apakah letaknya sudah tepat, dengan cara:

• Meja timbangana harus datar, dilihat dari waterpass/batu duga. cara: dengan mengatur
skrup di kiri kanan meja timbangan.
• lengan timbangan harus datar. cara : lihat jarum timbangan yang letaknya tepat
ditengah skala.
• Piring timbangan beratnya harus seimbang. Cara: dengan mengatur skrup lawan.

2. Timbangan mg digunakan untuk menimbang bahan obat yang beratnya kurang dari 1
gram.

3. Waktu akan menimbang, di atas kedua pinggan timbangan selalu diletakkan kertas
(perkamen) sebagai alas.

4. Anak timbangan terletak sebelah kiri dan bahan obat yang ditimbang terletak sebelah
kanan.
5. Bahan2 yg berbentuk kristal dan higroskopis ditimbang di atas arloji. Mis : fenol kristal,
calcii bromidum, klor hidrat dll.

6. Bahan2 lembek/semi padat, ditimbang di atas perkamen, mis: vaselin, adeps.

7. Bahan2 cair : ditimbang di atas cawan penguap atau erlenmeyer, mis: tingtur, ekstrak cair.

8. Bahan2 yang mudah menguap, ditimbang di dalam tempat tertutup. Mis: amoniak, asam
asetat, HCl pekat dll.

9. Bahan-bahan yg mudah rusak oleh zat organik, ditimbang di atas gelas arloji dengan
menggunakan sendok porselen, mis: K permanganat, iodium, argenti nitras dll.

10. Bahan2 yg mempunyai bau keras, ditimbang di atas gelas arloji dengan menggunakan
sendok porselen. Mis: camphora, menthol, thymol, naphtol dll.

11. Ekstrak kental (spissum), ditimbang di atas kertas perkamen yang telah dioleskan parrafin
cair. Mis: eks belladonae, ichthyolum dll.

12. Pengenceran, dilakukan jika menimbang bahan obat dalam jumlah kecil (kurang dari 50
mg), dengan cara diencerkan menggunakan zat tambahan yang cocok.

Pengenceran obat

• Serbuk: timbang atrofin 50mg sl 500


• Cairan : timbang androfin sulfat 50g
• Air 10cc +2cc larutan
• Air 5cc ambil 1cc

Cara mengerjakan resep:

Kelengkapan resep.

Periksa kelengkapan resep

1. Nama dokter
2. Alamat dan nomor telepon dokter, dan nomor izin praktek dokter (SIP)
3. Nama obat yang jelas
4. Banyaknya obat yang tertulis.
5. Aturan pakai (signatura) yang jelas.
6. Nama pasien
7. Paraf dokter

Cara melipat kertas perkamen:

1. Siapkan 8 lembar kertas perkamen


2. Menyusun kedelapan kertas
3. Melipat ujung atas
4. Untuk memudahkan dalam pelipatan dan menghindari serbuk berterbangan, akan
lebih baik jika kita membagi 2 sama banyak kertas perkamen yang akan kita lipat.
Jadi dalam hal ini kita melipat 4 kertas perkamen terlebih dahulu. Ketika keempat
kertas perkamen sudah selesai dilipat, baru kemudian melipat 4 kertas perkamen
sisanya. Susunlah keempat kertas perkamen
5. Isi bagian tengah masing-masing kertas perkamen dengan serbuk yang dikehendaki
6. Kerjakan pelipatan pada salah satu kertas perkamen terlebih dahulu, yaitu yang paling
ujung dan yang tidak tertutupi oleh kertas perkamen sebelahnya
7. Lipat bagian bawah kertas perkamen ke atas, masuk ke dalam lipatan yang sudah
terbentuk
8. Lipat kembali bagian atas dengan lebar yang sama dengan lipatan yang pertama kali
9. Lipat bagian kanan sedikit ke arah tengah
10. Lipat bagian kiri hingga ujungnya tepat menyentuh lipatan yang paling kanan
11. Masukkan lipatan kanan ke dalam lubang lipatan kiri
12. Lipatan puyer sudah selesai

2. PULVIS ET PULVERES

Cara Pembuatan Pulvis/Pulveres:

Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi sedikit
dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak, biasanya
menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi.
 Jangan mencampur obat berkhasiat keras dalam keadaan tidak diencerkan
 Bila bagian bagian serbuk mempunyai BJ yang berlainan masukkan dulu serbuk yang
BJnya besar baru kemudian masukkan serbuk yang BJnya rendah dan diaduk.
 Jangan menggerus bahan bahan serbuk dalam jumlah banyak sekaligus.
 Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan bahan baku kering. Maka itu untuk
menggerus serbuk kristal lebih baik menggunakan mortir panas.
 Cara mencampur camphora dalam serbuk dilakukan dengan melarutkan camphora
dengan Spiritus fortior dalam mortir.
 Cara mencampur ekstrak kental dengan serbuk dilakukan dengan mengencerkan dulu
ekstraknya dengan cairan penyari yang cocok dalam mortir panas, kemudian
diserbukkan dengan bantuan bahan tambahan saccharum lactis atau amylum oryzae
 Cara mencampur tinktur dan ekstrak liquid dengan serbuk adalah bila jumlahnya
banyak maka tinktur atau ekstrak diuapkan di atas tangas air hingga hampir kering
lalu ditambahkan saccharum lactis dan diaduk sampai kering.

Bila jumlahnya sedikit cukup dengan menggunakan mortir dan stamfer panas saja. Bila
kandungan zat berkhasiat mudah menguap atau rusak karena pemanasan maka dilakukan
sebagai berikut :

a. Ambil zat berkhasiatnya saja, seperti Opii Benzoica Tinctura, Camphorae


Solutio Splrituosa dan lodii Tinctura, apabila diketahui isi zat berkhasiatnya.
b. Bila isi zat berkhasiat tidak diketahui, maka tincture atau ekstrak cair
diteteskan pada mortir yang berisi saccharum lactis di atas tangas air dan
diaduk.
 Oelaeosacchara atau gula berminyak dibuat dengan cara 2 gram saccharum lactis
ditambah 1 tetes minyak eteris (oleum anisi/oleum foeniculi/oleum menthae
piperitae).Tidak dapat dibuat untuk persediaan.
 Campuran serbuk yang dapat menjadi basah maka masing-masing serbuk dicampur
dengan bahan yang inert, setelah itu baru keduanya dapat dicampur. Campuran
tersebut dapat menjadi basah karena :
a. Keluarnya air kristal, contohnya Calcii Chloridum.
b. Terjadinya senyawa baru dengan air kristal yang lebih sedikit cotoh campuran
Magnesii sulfas dengan Natrii Bicarbona.
c. Penurunan tekanan uap relative (titik eutektikum)
 Serbuk yang dalam resep ditambahkan tablet, bila terdapat zat aktif dalam bentuk
serbuk maka ditambahkan zat aktifnya saja. Jika tidak terdapat maka tablet digerus
kemudian diayak, baru dapat dicampur dengan serbuk lainnya.

3. KAPSUL

Cara Pengisian Kapsul:

Yang dimaksud kapsul di sini adalah kapsul keras. Kapsul gelatin keras terdiri dari
dua bagian yaitu bagian dalam/induk yaitu bagian yang lebih panjang (biasa disebut badan
kapsul) dan bagian luar/tutup. Kapsul demikian juga disebut Capsulae Operculatae dan
kapsul bentuk ini diproduksi besar besaran di pabrik dengan mesin otomatis.

Umumnya ada lekuk khas pada bagian tutup dan induk untuk memberikan penutupan
yang baik bila bagian induk dan tutup cangkangnya dilekatkan, untuk mencegah terbukanya
cangkang kapsul yang telah diisi, selama transportasi dan penanganan.

Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu:

1. Dengan tangan

Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa bantuan alat lain.
Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk melayani resep dokter. Pada pengisian dengan cara
ini sebaiknya digunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul karena
petugas tidak tahan terhadap obat tersebut. Untuk memasukkan obat dapat dilakukan dengan
cara serbuk dibagi sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap bagian serbuk
dimasukkan kedalam badan kapsul dan ditutup.

2. Dengan alat bukan mesin

Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan
menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan pengerjaannya dapat
lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan berpuluh puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua
bagian yaitu bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.

Cara pengisian kapsul dengan alat bukan mesin:


1. Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari bagian alat yang
tidak bergerak.
2. Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan/ditaburkan pada
permukaan kemudian diratakan dengan kertas film.
3. Kapsul ditutup dengan cara merapatkan/menggerakkan bagian yang bergerak. Dengan
cara demikian semua kapsul akan tertutup.

4. Dengan alat mesin

Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul secara besar besaran dan
untuk menjaga keseragaman dari kapsul tersebut, perlu dipergunakan alat yang serba
otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai dengan menutup kapsul. Dengan cara ini
dapat diproduksi kapsul dengan jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit serta
keseragaman nya lebih terjamin.

Cara Penutupan Kapsul:

Penutupan kapsul yang berisi serbuk dapat dilakukan dengan cara yang biasa yakni
menutupkan bagian tutup kedalam badan kapsul tanpa penambahan bahan perekat. Penutupan
cangkang kapsul dapat juga dilakukan dengan pemanasan langsung, menggunakan energi
ultrasonik atau pelekatan menggunakan cairan campuran air-alkohol.

Untuk menutup kapsul yang berisi cairan perlu dilakukan cara khusus seperti diatas.
Cara paling sederhana ialah menambahkan bahan perekat agar isinya tidak keluar atau bocor.
Caranya oleskan sedikit campuran air alkohol pada tepi luar bagian badan kapsul, kemudian
ditutup sambil diputar.

4. SALAP

Cara Kerja Pembuatan Salep:

1. Menimbang bahan berkhasiat dan bahan tambahan lainnya, digerus hingga halus
sesuai dengan ukuran partikel yang dikehendaki.
2. Menimbang basis vaselin album dan adeps lanae, mencampurkan satu sama lain
dengan metode pencampuran kemudian digerus dalam mortir hingga homogen.
3. Menambahkan propilenglikol dan BHT ke dalam basis yang sudah tercampur.
4. Menambahkan basis yang sudah tercampur sedikit sedikit ke dalam mortir yang sudah
diberi bahan berkhasiat.
5. Mengaduk sampai homogen dan mencampurkannya sampai rata.
6. Memasukkan ke dalam pot dan diberi etiket.
7. Melakukan evaluasi.
BAB 4

PEMBAHASAN

Obat adalah zat apa pun yang menyebabkan perubahan fisiologi atau psikologi
organisme saat dikonsumsi.Obat-obatan biasanya dibedakan dari makanan dan zat yang
menyediakan nutrisi. Konsumsi obat dapat dilakukan melalui inhalasi, injeksi, merokok,
ingesti, absorpsi melalui kulit, atau disolusi di bawah lidah.

Dalam farmakologi, obat adalah zat kimia, biasanya struktur kimianya diketahui, yang
ketika diberikan pada organisme hidup akan menghasilkan efek biologis. Obat farmasi, juga
disebut medikasi atau obat dalam pemahaman masyarakat umum, adalah zat kimia yang
digunakan untuk mengobati, menyembuhkan, mencegah, atau mendiagnosis suatu penyakit
atau untuk meningkatkan kesejahteraan. Secara tradisional, obat-obatan diperoleh melalui
ekstraksi tumbuhan obat, tetapi baru-baru ini juga melalui sintesis organik. Obat-obatan
farmasi dapat digunakan dalam jangka waktu terbatas, atau secara teratur untuk gangguan
kronis.

Obat-obatan farmasi (medikasi) sering dibagi menjadi beberapa kelompok;


pengelompokan obat dilakukan berdasarkan struktur kimia yang serupa, mekanisme aksi
yang sama (mengikat pada target biologis yang sama), mode aksi terkait, dan yang digunakan
untuk mengobati penyakit yang sama. Sistem Klasifikasi Kimiawi Terapeutik Anatomis
(ATC) merupakan sistem klasifikasi obat yang paling banyak digunakan, yang memberikan
masing-masing obat kode ATC yang unik, berupa kode alfanumerik yang menempatkan obat
tersebut ke kelompok obat tertentu dalam sistem ATC. Sistem klasifikasi utama lainnya
adalah Sistem Klasifikasi Biofarmasi. Sistem ini mengelompokkan obat berdasarkan sifat
kelarutan dan permeabilitasnya atau daya serapnya

PULVIS ET PULVERES
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk
pemakaian oral/dalam atau untuk pemakaian luar. Bentuk serbuk mempunyai luas permukaan
yang lebih luas sehingga lebih mudah larut dan lebih mudah terdispersi daripada bentuk
sediaan padatan lainnya (seperti kapsul, tablet, pil).
Pembagian serbuk:
1 . untuk tujuan sistemik
a. pulveres ( terbagi bagi)
b. pulvis (serbuk tak terbagi)

2.tujuan local
a. a.pulvis adsnersorius
b. b.pulpis stnenotatorius
c. c.dripping powder
d. d.serbuk

pulpeveres : ex sehari 3x1 bungkus atau kapsul


pulpis : ex sehari 3 kali sendok teh makan ( rata)

Keuntungan / kelebihan bentuk sediaan serbuk :


• campuran obat dan bahan obat yang sesuai kebutuhan
• dosis lebih tepat, lebih stabil dari sediaan larutan
• disolusi/melarut cepat dalam tubuh
• tidak memerlukan banyak bahan tambahan yang tidak perlu

Kerugiaan serbuk / kekurangan bentuk sediaan serbuk :
• kurang baik untuk zat obat yang mudah terurai karena kontak dengan udara
• sulit untuk ditutupi rasanya (tidak enak maupun baunya)
• peracikannya membutuhkan waktu yang relatif lama

KAPSUL

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari pati
atau bahan yang lain. Cangkang akan dihancurkan oleh cairan lambung dan isi akan keluar.

 Macam – Macam Kapsul


1. Capsul Gelatinosae Operculatae (Kapsul Keras)
Kapsul keras terdiri dari wadah dan tutup. Cangkang kapsul keras dibuat dari
campuran gelatin, gula dan air dan merupakan cangkang kapsul yang bening tak berwarna
dan tak berasa.

2. Soft capsule (Kapsul lunak )

Merupakan kapsul yang tertutup dan berisi obat yang pembuatan dan pengisian
obatnya dilakukan dengan alat khusus. Cangkang kapsul lunak dibuat dari gekatun ditambah
gliserin atau alkohol polihidris seperti Sorbitol untuk melunakan gelatin. Kapsul lunak
diperlukan untuk wadah obat cair atau cairan obat seperti minyak levertan.

Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal 8 macam ukuran
yang dinyatakan dalam nomor kode. 000 ialah ukuran terbesar dan 5 ukuran terkecil.

Ukuran kapsul : 000 00 0 1 2 3 4

Untuk hewan : 10 11 12

Umumnya nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien.
Adapula kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran
OE ) yang memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan diameter.

SALAP
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok
(Depkes.1979).

Fungsi salep adalah :


- vchile
- emollient
- protective

Syarat dasar cream :


- Harus cukup lemak
- mudah dioleskan
- Muah tercuci air
Berdasarkan kerja zatberkhasiat :
- Antiperuetik
- Keratoplastik
- Keratoritik
- Adstrigen
- Emolen
- Protektif

Penggolongan Salep :
1. Zat yang dapat dilarutkan dalam dasar salep
Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar dari pada dalam vaselin
lebih mudah dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak.
2. Zat yang mudah larut dalam air
Bila massa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang bersedia
maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan dicampur dengan bagian dasar salep
yang dapat menyerap air.
3. Zat – zat yang kurang larut atau tidak larut dalam dasar salep
Zat – zat ini diserbukkan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no. 100 setelah
itu serbuk dicampur baik. Baik dengan nama berat massa salep atau dengan salah
satu bahan dasar salep.
BAB 5

PENUTUP

1. Kesimpulan

Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul keras atau lunak.
Cangkang kapsul dibuat dari Gelatin dengan atau tanpa zat bahan lain.Kapsul terdiri dari
Kapsul Keras (Capsul Gelatinosae Operculatae) dan Kapsul Lunak (Soft capsule) serta
Kapsul terdiri dari bermacam-macam ukuran yaitu ukuran  kapsul dari 000 00 0 1 2 3 4 5 dan
untuk hewan  10 11 12.Keuntungan bentuk sediaan kapsul yaitu bentuk menarik dan praktis,
tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang enak, mudah ditelan
dan cepat hancur, kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong seperti
pada pembuatan pil atau tablet. Sedangkan kerugian dari sediaan kapsul yaitu tidak bisa
untuk zat-zat mudah menguap, tidak untuk zat-zat yang higroskopis, tidak untuk zat-zat yang
bereaksi dengan cangkang kapsul, tidak untuk balita.
Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
Obat adalah Substansi yang diberikan manusia atau binatang untuk perawatan,
pengobatan, pencegahan dari gangguan. Ilmu yang mempelajari tentang efek obat-obatan
disebut pharmacology, Sedangkan orang yang diizinkan menyediakan dan menyalurkan obat-
obatan adalah pharmacist. Bentuk-bentuk obat diantaranya berupa tablet, kapsul, sirup,
emulsion, puyer dan pil. Rute Pemberian Obat Pilihan rute pemberian obat bergantung pada
kandungan obat dan efek yang diinginkan juga kondisi fisik dan mental klien. Karena secara
konstan terlibat dalam menentukan rute pemberian obat yang terbaik dengan berkolaborasi
dengan dokter. Rute oral adalah rute yang paling mudah dan paling umum digunakan. Obat
diberikan melalui mulut dan ditelan. Obat yang diberikan per oral lebih murah daripada
banyak preparat lain. Obat juga dapat menimbulkan efek-efek yaitu terapi dan efek samping
dan tak terduga efek.

2.Saran

Semoga laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat mengaplikasikan
semua yang telah dijelaskan di pembahasan secara benar dan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, D. A. P. S., dan Wiedyaningsih, C. (2012). Evaluasi Struktur Pelayanan Praktek


Peracikan Obat di Puskesmas Wilayah Kabupaten Badung, Bali. Majalah
Farmaseutik, 8(2), 158-162.

Hernani, Y.N., Mufrod., dan Sugiyono .(2016). Formulasi Salep Ekstrak Air Tokek (Gekko
Gecko L.) Untuk Penyembuhan Luka. Media Farmasi Indonesia, 11(2), 152-166.

Junianto. Haetami. K, dan Mauline. I. (2013). Karakteristik cangkang kapsul yang terbuat
dari gelatin tulang ikan. Jurnal Akuatika, 4(1).

Lazuardi. M .(2019). Bagian Khusus Ilmu Farmasi Veteriner. Airlangga University Press
,Surabaya.

Lisnawati .N ., dan Prayoga.T. (2020). Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi l.) .
Jakad Media Publishing, Surabaya.

Rahayu,P , dan Yusrizal .(2019). Keseragaman Bobot Resep Racikan Serbuk Bagi (Pulveres)
Di Apotek Kota Bandar Lampung Tahun 2017. Jurnal Analis Kesehatan, 8(1), 13-16.

Setyani. W., dan Putri ,D.C.A .(2019). Resep Dan Peracikan Obat. Sanata Dhrama University
Press, Yogyakarta.

Supardi, S., Handayani, R. S., Herman, M. J., Raharni, R., dan Susyanty, A. L. (2012). Kajian
peraturan perundang-undangan tentang pemberian informasi obat dan obat tradisional
di Indonesia. Indonesian Pharmaceutical Journal, 2(1), 20-27.

Ulaen, S. P.J., Banne, Y., dan Suatan, R. A. (2012). Pembuatan salep anti jerawat dari ekstrak
rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Jurnal Ilmiah Farmasi
(JIF), 3(2), 45-49.

Anda mungkin juga menyukai