Jurnal Pemetaan Ica
Jurnal Pemetaan Ica
ANNISA SAPUTRI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi dan Perubahan
Kelas Tutupan Lahan Menggunakan Citra Resolusi Sangat Tinggi dan Citra
Resolusi Sedang di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor adalah benar karya
saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Annisa Saputri
NIM E14120032
ABSTRAK
ANNISA SAPUTRI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada
Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta'ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Identifikasi dan Perubahan
Kelas Tutupan Lahan Menggunakan Citra Resolusi Sangat Tinggi dan Citra
Resolusi Sedang di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor dapat diselesaikan
dengan baik. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Nining Puspaningsih,
MSi selaku dosen pembimbing atas nasihat, bimbingan, arahan serta kesabarannya
dalam menyelesaikan skripsi ini. Penghargaan terbesar penulis sampaikan kepada
Ayah, Mamah, Adik, serta seluruh keluarga atas segala do'a, dukungan, semangat
dan kasih sayangnya. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih untuk Bapak Uus
Saepul atas semua ilmu dan bantuan yang telah diberikan, serta kepada Tri Wahyu
Legawa, Iman Tochid, Satria Kurnia serta Hotmaida yang telah membantu
menyelesaikan penelitian ini. Serta kepada sahabat dan teman-teman Manajemen
Hutan 49 atas semangat dan bantuannya, serta semua pihak atas segala do'a dan
kasih sayangnya.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE PENELITIAN 2
Waktu dan Lokasi Penelitian 2
Alat dan Data 3
Tahapan Penelitian 3
Persiapan 3
Pra-Pengolahan Citra 3
Pengambilan Data Lapangan (Ground Check) 5
Klasifikasi Tutupan Lahan secara Visual 5
Uji Akurasi 5
Analisis Perubahan Tutupan Lahan 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Keadaan Umum Lokasi 6
Karakteristik Tutupan Lahan di Lapangan 7
Klasifikasi Tutupan Lahan secara Visual 9
Klasifikasi Tutupan Lahan menggunakan Citra Quickbird 9
Klasifikasi Tutupan Lahan menggunakan Citra Landsat 8 11
Karakteristik Kelas Tutupan Lahan pada Citra
13
Perhitungan Uji Akurasi Hasil Klasifikasi 19
Analisis Perubahan Kelas Tutupan Lahan 20
Matriks Perubahan Kelas Tutupan Lahan Tahun 2007-2011 20
Perubahan Luas Kelas Tutupan Lahan Tahun 2007-2016 22
SIMPULAN DAN SARAN 24
Simpulan 24
Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
25
DAFTAR TABEL
1. Karakteristik band citra Quickbird
3
2. Karakteristik band citra Landsat 8
4
3. Matriks kesalahan (confusion matrix)
5
4. Deskripsi kelas tutupan lahan di Kecamatan Cisarua tahun 2016
7
5. Luas tutupan lahan pada tahun 2007
Landsat 8
9
6. Luas tutupan lahan pada tahun 2011
Landsat 8 10
7. Perbedaan jumlah klasifikasi antara citra Quickbird dan citra
12
8. Luas tutupan lahan pada tahun 2016
13
9. Penampakan kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan citra
14
10. Perhitungan uji akurasi hasil klasifikasi
20
11. Matriks perubahan kelas tutupan lahan periode 2007-2011
21
12. Perubahan luas kelas tutupan lahan tahun 2007-2011
22
13. Perubahan luas kelas tutupan lahan tahun 2011-2016
23 14. Perubahan luas kelas tutupan lahan tahun
2007-2016 23
DAFTAR GAMBAR
1. Peta lokasi penelitian di Kecamatan Cisarua
2
2. Peta klasifikasi tutupan lahan di Kecamatan Cisarua tahun 2007
10
3. Peta klasifikasi tutupan lahan di Kecamatan Cisarua tahun 2011
11
4. Peta klasifikasi tutupan lahan di Kecamatan Cisarua tahun 2016
13
DAFTAR LAMPIRAN
1. Titik koordinat hasil ground check
27
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Luas hutan di Indonesia terus menerus berkurang seiring berjalannya waktu yang
ditunjukan oleh laju deforestasi di Indonesia yang semakin hari semakin
meningkat. Menurut analisis FWI (2014), dalam periode tahun 2009-2013
deforestasi di Indonesia sekitar 4.50 juta hektar atau laju deforestasi sekitar 1.13
juta hektar pertahun. Penurunan luas hutan tersebut disebabkan oleh laju
peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang sangat cepat yang
mengakibatkan banyaknya hutan di Indonesia yang dikonversi menjadi lahan
pertanian, perkebunan, pemukiman ataupun areal industri untuk kepentingan
sosial masyarakat keseluruhan maupun untuk kepentingan individu.
Kecamatan Cisarua merupakan bagian hulu Daerah Aliran Sungai (DAS)
Ciliwung yang berfungsi sebagai kawasan lindung dan wilayah resapan air.
Perubahan tutupan lahan yang terjadi di bagian hulu DAS Ciliwung akan
mempengaruhi seluruh bagian DAS. Salah satu perubahan yang terjadi adalah
perubahan kelas tutupan lahan hutan menjadi non hutan yang dapat menurunkan
fungsi hutan sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi. Oleh karena itu,
perubahan kelas tutupan lahan yang terjadi di Kecamatan Cisarua harus
terkontrol, sehingga fungsinya sebagai wilayah resapan air dapat dikendalikan.
Informasi mengenai perubahan tutupan lahan di Kecamatan Cisarua
dapat diperoleh dengan teknologi penginderaan jauh. Penginderaan
jauh merupakan ilmu dan seni dalam memperoleh informasi
mengenai objek, area, atau fenomena melalui analisis yang
diperoleh tanpa kontak langsung (Lillesand & Kiefer 1990).
Penginderaan jauh memiliki kemampuan untuk memberikan
informasi secara lengkap, cepat dan relatif akurat serta dapat
mempermudah pekerjaan lapang dengan biaya relatif murah.
Satelit sumberdaya alam yang pertama diluncurkan yaitu ERTS-1
(Earth Resources Technology Satellite) pada tahun 1972 yang
kemudian disebut Landsat 1. Generasi satelit Landsat berikutnya
mengalami peningkatan dalam hal resolusi spasial dan resolusi
spektral. Pada tahun 2013, diluncurkan satelit baru yaitu Landsat 8
yang memiliki resolusi spasial 15 m untuk citra pankromatik dan 30
m untuk citra multispektral. Citra Landsat telah dimanfaatkan oleh
pemerintah, swasta, industri, sipil, dan pendidikan di seluruh dunia.
Pemetaan penggunaan/penutupan lahan dengan citra Landsat
mampu menyediakan informasi kenampakan objek di permukaan
bumi.
Saat ini telah banyak satelit baru beresolusi tinggi yang
diluncurkan. Kajian dan penelitian untuk berbagai kepentingan
yang menggunakan data penginderaan jauh dengan resolusi tinggi
telah membuat perkembangan teknologi penginderaan jauh
mengalami kemajuan yang pesat. Salah satu citra satelit yang
memiliki resolusi spasial sangat tinggi adalah citra Quickbird yang
diluncurkan pada tahun 2001. Citra Quickbird memiliki resolusi
spasial 0.61 m untuk citra pankromatik dan 2.44 m untuk citra
multispektral, sehingga diharapkan mampu menyediakan informasi
kenampakan objek secara detail di Kecamatan Cisarua yang
merupakan wilayah hulu DAS Ciliwung.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kelas tutupan lahan
menggunakan citra resolusi sangat tinggi dan citra resolusi sedang serta
mengetahui perubahan
kelas tutupan lahan di Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bogor.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi data dan informasi
terbaru mengenai perkembangan luasan hutan dankelasperubahan
tutupan lahan
di Kecamatan Cisarua yang dapat dimanfaatkan dalam perencanaan dan
pengelolaan tata ruang di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.
METODE PENELITIAN
Tahapan Penelitian
Persiapan
Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka mengenai
penelitan yang akan dilaksanakan dan pengumpulan data sekunder (tidak
langsung).
Pra-Pengolahan Citra
Tahap pra pengolahan citra merupakan tahap pertama dalam pengolahan
citra sebelum dilakukan pengolahan citra lebih lanjut. Citra resolusi sangat tinggi
yang digunakan adalah citra Quickbird tahun 2007 dan 2011. Sedangkan Citra
resolusi sedang yang digunakan adalah citra Landsat 8 tahun 2016. Tahap pra
pengolahan citra meliputi perubahan format, layer stack, pansharpening, koreksi
geometris, dan cropping.
1. Perubahan Format
Perubahan format citra dilakukan dengan merubah format dari format .ecw
menjadi format .img pada citra Quickbird dan merubah format .Tiff menjadi
format .img pada citra Landsat 8. Karakteristik band citra Quickbird dan
karakteristik band citra Landsat 8 dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
2. Layer Stack
Proses layerstack merupakan proses penggabungan beberapa band pada citra
sehingga terbentuk band citra komposit. Citra gabungan pada citra Landsat 8
merupakan gabungan dari band 1-7 dan band 9.
3. Pansharpening
Pansharpening merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mempertajam
kenampakan objek pada citra dalam melakukan analisis visual. Penajaman objek
pada citra Landsat 8 dilakukan dengan menggabungkan band multi spektral
(1,2,3,4,5,6,7 dan 9) yang memiliki resolusi 30 meter x 30 meter dan band
pankromatik (band 8) yang memiliki resolusi spasial 15 meter x 15 meter. Proses
ini menghasilkan citra yang memiliki banyak spektral dengan resolusi spasial
yang lebih tinggi yaitu 15 meter x 15 meter. Metode penggabungan citra yang
digunakan adalah metode Brovey Transform atau Transformasi Brovey. Metode
ini merupakan metode yang paling sederhana untuk memadukan dua macam citra
yang berbeda resolusi spasial (Danoedoro 2012 diacu dalam Yogyanti 2015).
Akurasi yang bisa dihitung dari tabel di atas antara lain: User’s accuracy,
Producer’s accuracy, Overall accuracy dan Kappa accuracy. Secara matematis
jenis-jenis akurasi di atas dapat dinyatakan (Jaya 2010) sebagai berikut:
∑ ∑
∑
= jumlah titik ground check yang diambil di lapangan
= jumlah baris atau kolom pada matriks kesalahan (jumlah kelas)
= jumlah titik ground check dalam baris ke-i
= jumlah titik ground check dalam kolom ke-i
= nilai diagonal dari matriks kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i.
12
Tabel 7 Perbedaan jumlah klasifikasi antara citra Quickbird dan citra Landsat 8
No Kelas tutupan lahan menggunakan Kelas tutupan lahan
menggunakan citra Quickbird citra Landsat 8
1 Belukar Belukar
2 Rumput Hutan alam tidak rapat
3 Hutan alam jarang Hutan alam rapat
4 Hutan alam rapat Hutan tanaman tidak rapat
5 Hutan alam sedang Hutan tanaman rapat
6 Hutan tanaman jarang Kebun campuran
7 Hutan tanaman rapat Kebun the
8 Hutan tanaman sedang Badan air
9 Kebun campuran jarang Lahan pertanian
10 Kebun campuran sedang Lahan terbangun
11 Kebun teh
12 Badan air
13 Ladang
14 Sawah
15 Lahan terbangun
16 Tanah kosong
menjadi tutupan lahan bervegetasi dengan kerapatan tidak rapat. Hal ini karena
pada citra Quickbird tajuknya terlihat jelas karena resolusinya tinggi sehingga
mudah membedakan kerapatannya khususnya dilihat dari perbedaan tekstur dan
warna pada citra, tetapi pada citra Landsat 8 tidak dapat dibedakan.
Gambar4 Peta klasifikasi tutupan lahan di Kecamatan Cisarua Bogor tahun 2016
Hasil identifikasi tutupan lahan secara visual pada penelitian ini ditemukan 16
kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan 10 kelas tutupan lahan pada citra
Landsat 8. Penampakan kelas tutupan lahan secara visual pada citra Quickbird dan
citra Landsat 8 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel
149 Penampakan kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan citra Landsat 8
Badan air
Badan air
Belukar
Belukar
Rumput
Hutan alam
Hutan alam
rapat
rapat
23
Tabel 9 Penampakan kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan citra Landsat 8
(lanjutan)
Kelas Penampakan padacitra Kelas Penampakan pada citra
tutupan lahan Quickbird skala 1:2000 tutupan lahanLandsat 8 skala 1:10 000
Hutan alam
jarang
Hutan alam
tidak rapat
Hutan alam
sedang
Kebun
campuran
jarang
Kebun
campuran
Kebun
campuran
sedang
Tabel16
9 Penampakan kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan citra Landsat 8
(lanjutan)
Penampakan pada citra
Hutan
tanaman
jarang
Hutan
tanaman
tidak rapat
Hutan
tanaman
sedang
Hutan Hutan
tanaman tanaman
rapat rapat
Ladang
Lahan
pertanian
Sawah
25
Tabel 9 Penampakan kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan citra Landsat 8
(lanjutan)
Kelas Penampakan pada citraKelas tutupan Penampakan pada citra
tutupan lahanQuickbird skala 1:2000 lahan Landsat 8 skala 1:10 000
Lahan
terbangu
(123)
n
Lahan
terbangu
n
Tanah
kosong
(123)
Analisis penampakan kelas tutupan lahan yang ada pada citra Quickbird
dilakukan dengan menggunakan kombinasi-3band untuk1-2
kelas tutupan lahan
badan air, sawah, ladang, belukar, rumput, lahan terbangun dan tanah kosong.
Kombinasi ini memberikan tampilan citra seperti kondisi sebenarnya sehingga
dengan resolusi yang tinggi akan mempermudah dalam mendeteksi dan
mengidentifikasi secara visual tampilan obyek yang ada pada citra8). (Venus 200
Kelas tutupan lahan hutan alam jarang, hutan alam sedang, hutan alam rapat,
hutan tanaman jarang, hutan tanaman rapat, hutan
namantasedang, kebun
campuran jarang dan kebun campuran sedang di analisis dengan menggunakan
kombinasi band-3-2.
4 Menurut Thoha (2008), pada citra Quickbird kombinasi
band 4-3-2, vegetasi dengan berbagai tingkat kerapatan tampak jelas dan
bergradasi kemer
ahan.
Analisis penampakan tutupan lahan pada citra Landsat 8 menggunakan
kombinasi band 7-5-4 untuk semua kelas tutupan lahan. Menurut Wahyuni
(2014), kombinasi band ini menghasilkan kenampakan secara visual citra lebih
mendekati warna alam dan memberikan informasi kenampakan yang ada cukup
banyak. Karakteristik setiap kelas tutupan lahanpada citra Quickbird dan citra
Landsat 8 dijelaskan sebagai berikut:
a Badan air pada citra Quickbird berwarna hijau kebiruan, berterkstur halus dan
. mempunyai pola menyebar terutama didaerahBadan cekungan.
airpada citra
Landsat 8, berwarna biru gelap, bertekstur halus dan memiliki pola yang sama
dengan citra Quickbird.
b. Belukar pada citra Quickbird berwarna hijau, bertekstur agak kasar, dan
memiliki pola tidak teratur. Rumput pada citra Quickbird berwarna hijau,
18
bertekstur halus dan memiliki pola yang sama dengan belukar. Kelas tutupan
belukar dan rumput sulit dibedakan pada citra Landsat 8, karena memiliki
karakteristik yang sama yaitu berwarna mosaik hijau muda dan magenta, bertekstur
halus dan berpola tidak teratur. Perbedaan tekstur belukar pada citra Quickbird dan
citra Landsat 8 disebabkan karena citra Quickbird memiliki resolusi spasial yang
tinggi sehingga stuktur vegetasi terlihat jelas.
c. Hutan alam jarang dan hutan alam sedang pada citra Quickbird berwarna merah,
tajuknya beragam dan terlihat jelas, memiliki pola mengelompok, dan bertekstur
kasar (hutan alam jarang bertekstur lebih kasar dari hutan alam sedang). Hutan alam
tidak rapat pada citra Landsat 8 berwarna mosaik hijau muda dan hijau tua,
bertekstur kasar dan memiliki pola yang sama dengan citra Quickbird. Perbedaan
tekstur pada citra Quickbird dan citra Landsat 8 disebabkan karena citra Quickbird
memiliki resolusi spasial yang tinggi sehingga stuktur vegetasi terlihat jelas.
Perbedaan resolusi spasial ini juga yang menyebabkan hutan alam jarang dan
sedang mudah dibedakan pada citra Quickbird dan tidak dapat dibedakan pada citra
Landsat 8.
d. Hutan alam rapat pada citra Quickbird berwarna merah, tajuknya beragam dan
terlihat jelas, memiliki pola mengelompok dan memiliki tekstur yang lebih halus
dari hutan alam sedang dan jarang. Hutan alam rapat pada citra Landsat 8 berwarna
hijau tua, bertekstur kasar, dan memiliki pola yang sama dengan citra Quickbird.
Perbedaan tekstur pada citra Quickbird dan citra Landsat 8 disebabkan karena citra
Quickbird memiliki resolusi spasial yang tinggi sehingga stuktur vegetasi terlihat
jelas.
e. Kebun campuran jarang dan kebun campuran sedang pada citra Quickbird berwarna
merah, tajuk terlihat dan berukuran kecil, bertekstur kasar (kebun campuran jarang
lebih kasar dari kebun campuran sedang), memiliki pola menyebar dan bercampur
dengan penutupan lahan lainnya seperti sawah, ladang dan lahan terbangun. Kebun
campuran jarang dan sedang pada citra Landsat 8, tidak dapat dibedakan karena
memiliki karakteristik yang sama yaitu berwarna mosaik hijau dan magenta,
bertekstur kasar, dan memiliki pola yang sama dengan citra Quickbird. Perbedaan
tekstur pada citra Quickbird dan citra Landsat 8 disebabkan karena citra Quickbird
memiliki resolusi spasial yang tinggi sehingga stuktur vegetasi terlihat jelas.
Perbedaan resolusi spasial ini juga yang menyebabkan kebun campuran jarang dan
sedang mudah dibedakan pada citra Quickbird dan tidak dapat dibedakan pada citra
Landsat 8.
f. Hutan tanaman jarang dan hutan tanaman sedang pada citra Quickbird berwarna
merah, tajuk umumnya seragam dan terlihat jelas, memiliki pola tidak teratur, dan
bertekstur kasar (hutan tanaman jarang bertekstur lebih kasar dari hutan tanaman
sedang). Hutan tanaman tidak rapat pada citra Landsat 8 berwarna hijau muda,
bertekstur agak kasar dan memiliki pola yang sama dengan citra Quickbird.
Perbedaan tekstur pada citra Quickbird dan citra Landsat 8 disebabkan karena citra
Quickbird memiliki resolusi spasial yang tinggi sehingga stuktur vegetasi terlihat
jelas. Perbedaan resolusi spasial ini juga yang menyebabkan hutan tanaman jarang
dan sedang mudah dibedakan pada citra Quickbird dan tidak dapat dibedakan pada
citra Landsat 8.
g. Hutan tanaman rapat pada citra Quickbird berwarna merah, tajuk umumnya
seragam dan terlihat jelas, memiliki pola tidak teratur dan memiliki tekstur yang
27
lebih halus dari hutan tanaman sedang dan jarang. Hutan tanaman
rapat pada citra Landsat 8 berwarna hijau tua, bertekstur agak kasar,
dan memiliki pola yang sama dengan citra Quickbird. Perbedaan
tekstur pada citra Quickbird dan citra Landsat 8 disebabkan karena
citra Quickbird memiliki resolusi spasial yang tinggi sehingga stuktur
vegetasi terlihat jelas.
h. Ladang pada citra Quickbird umumnya berwarna hijau atau
tergantung jenis dan kondisi fase perkembangan tanaman, petakan
terlihat jelas, tekstur agak kasar, serta berdampingan dengan sawah,
pemukiman dan kebun campuran. Sawah pada citra Quickcird
memiliki warna yang beragam tergantung dari kondisi sawah dan fase
perkembangan tanaman padi, petakan terlihat jelas, serta
berdampingan dengan ladang, pemukiman dan kebun campuran.
Ladang dan sawah pada citra Landsat 8, sulit dibedakan karena
memiliki karakteristik yang sama yaitu berwarna mosaik hijau muda
dan biru, bertekstur halus dan berdampingan dengan pemukiman dan
kebun campuran.
i. Lahan terbangun pada citra Quickbird memiliki warna beragam
tergantung dari warna atap yang digunakan, bertekstur kasar,
memiliki pola mengelompok dan berdampingan dengan penutupan
lahan yang lain seperti sawah, ladang, dan kebun campuran. Tanah
kosong pada citra Quickbird berwarna kuning kecoklatan, bertekstur
halus dan memiliki pola tidak teratur. Lahan terbangun pada citra
Landsat 8 berwarna merah keunguan, bertekstur halus, dan pola
mengelompok berdampingan dengan penutupan lahan yang lain
seperti lahan pertanian dan kebun campuran.
j. Kebun teh pada citra Quickbird berwarna hijau, bertekstur halus,
memiliki pola mengelompok dan umumnya bersebelahan dengan
hutan alam. Kebun teh pada citra Landsat 8 berwarna hijau muda,
bertekstur halus, dan memiliki pola yang sama dengan citra
Quickbird.
Perhitungan Uji Akurasi Hasil Klasifikasi
Uji akurasi dilakukan untuk mengetahui ketelitian hasil dari klasifikasi interpreter
setelah memetakan tutupan lahan. Metode yang paling umum digunakan untuk
mengetahui tingkat akurasi adalah dengan menggunakan matrik kesalahan (confusion
matrix) atau disebut juga matrik kontingensi. Menurut Lillesand dan Kiefer (1990),
matrik kesalahan adalah materi bujursangkar yang berfungsi untuk membandingkan
antara data lapangan dan korespondensinya dengan hasil klasifikasi. Matrik
kontingensi mengandung beberapa informasi yang didapatkan yaitu producer's
accuracy, users's accuracy, overall accuracy dan kappa accuracy. Producer's
accuracy dan user's accuracy merupakan penduga dari ketelitian keseluruhan (overall
accuracy).
Producer's accuracy adalah akurasi yang diperoleh dari penjumlahan nilai titik ground
check yang benar dibagi dengan jumlah total titik groundcheck tiap kelas. Menurut
Khoiriah dan Nur (2012) diacu dalam Pertiwi (2014), nilai akurasi produser ini
berfungsi sebagai penilaian secara tematik yaitu menunjukkan tingkat kebenaran hasil
klasifikasi terhadap kondisi di lapangan. Sedangkan user's accuracy adalah nilai
akurasi yang diperoleh dari penjumlahan titik ground check yang benar dibagi dengan
total titik ground check dalam kolom. User accuracy digunakan untuk mengetahui
tingkat akurasi berdasarkan hasil pembacaan citra.
Overall accuracy didapatkan dengan menjumlahkan jumlah titik ground check yang
benar dibagi dengan total jumlah titik ground check dalam diagonal matriks, namun
akurasi ini umumnya bersifat over estimate sehingga jarang digunakan untuk indikator
keberhasilan suatu klasifikasi citra (Jaya 2010). Akurasi yang dianjurkan
menggunakan kappa accuracy karena akurasi ini menggunakan seluruh elemen yang
ada dalam matriks kontingensi (Jaya 2010).
Perhitungan uji akurasi hasil klasifikasi dapat dilihat pada Tabel 10.
Analisis perubahan lahan pada periode 2007 dan 2011 menggunakan citra
yang sama yaitu citra Quickbird. Perubahan luas tutupan lahan terbesar terjadi
pada kelas ladang yang berkurang seluas 171.71 ha. Sedangkan yang terkecil
terjadi pada kelas badan air yang bertambah seluas 2.23 ha. Perubahan terbesar
pada kelas ladang yaitu berubah menjadi belukar seluas 54.79 ha. Matriks
perubahan kelas tutupan lahan pada Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat
perubahan tutupan lahan yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya
dilapangan. Perubahan tutupan lahan ini mempunyai luasan yang tidak terlalu
besar (≤13.62 ha) yang disebabkan oleh ketidaktepatan interpreter dalam
melakukan delineasi batas kelas tutupan lahan dan adanya overlap antar poligon
sehingga menyebabkan terjadinya kesalahan pada hasil overlay citra dengan
luasan yang kecil. Interpreter sudah mencoba memperbaiki kesalahan overlap
antar poligon dengan menggunakan topologi, hanya saja jumlah poligon yang
overlap sangat banyak, sehingga masih terdapat kesalahan pada hasil overlay.
Badan air
Belukar
Hutan alam jarang
Hutan alam rapat
Hutan alam sedang
Hutan tanaman jarang
Hutan tanaman rapat
Hutan tanaman sedang
Kebun campuran jarang
Kebun campuran sedang
Kebun teh
Ladang
Tanah kosong
Lahan terbangun
Rumput
Sawah
Total
Sumber : data olahan
33
24
Simpulan
Klasifikasi tutupan lahan menggunakan citra Quickbird dan citra Landsat 8
menghasilkan jumlah kelas tutupan lahan yang berbeda. Klasifikasi menggunakan
citra Quickbird menghasilkan 16 kelas tutupan lahan, sedangkan klasifikasi
menggunakan citra Landsat 8 menghasilkan 10 kelas tutupan lahan.
Selama 10 tahun terakhir luasan lahan bervegetasi mengalami penurunan
dan luasan lahan terbangun mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa
telah terjadi pola perubahan tutupan lahan dari yang tertutup vegetasi ke non
vegetasi di Kecamatan Cisarua.
Saran
Pemerintah dan masyarakat sekitar Kecamatan Cisarua disarankan untuk
mempertahankan area yang tertutup vegetasi khususnya hutan yang tersisa di
Kecamatan Cisarua dan melakukan kegiatan rehabilitasi, serta menekan
penambahan luas lahan terbangun di Kecamatan Cisarua
DAFTAR PUSTAKA
[FWI] Forest Watch Indonesia. 2014. Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode
Tahun 2009–2013. Bogor (ID): FWI.
Haryani, P. 2011. Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Dan Perubahan Garis
Pantai di DAS Cipunagara dan Sekitarnya, Jawa Barat. Bogor. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Jaya INS. 2010. Analisis Citra Digital: Perspektif Penginderaan Jauh untuk
Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.
Lillesand TM, Kiefer RW. 1990. Penginderaan Jauh dan Penafsiran Citra.
Dulbahri, Suharsono P, Hartono, Suharyadi, penerjemah; Sutanto, editor
Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Remote
Sensing and Image Interpretation.
37
LAMPIRAN