Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam melaksanakan proses belajar mengajar terlebih dahulu akan


ditanyakan kenapa manusia itu melakukan proses pembelajaran? Hal ini
berkaitan dengan tujuan dari orang atau manusia itu dalam mengikuti proses
pembelajaran. Adapun dengan kata lain tujuan disini adalah sebuah
kebutuhan manusia yang secara lahiriah maupun batiniah harus tercapai.
Dalam proses pembelajaran, manusia juga memiliki kebutuhan agar dalam
proses pembelajaran berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana.

Tujuan manusia belajar tentunya adalah untuk menjadi lebih baik,


sehingga kelak ilmu yang mereka peroleh melalui proses belajar dan
mengajar dapat diterapkan dalam kehidupannya. Demi mencapai tujuan
tersebut, maka sebelum memulai proses belajar seoarng pendidik perlu
menganalisis kemampuan awal pebelajar terlebih dahulu terhadap
kebutuhan masing-masing peserta didiknya, baik itu secara individual
ataupun kelompok, agar apa yang disampaikan oleh pendidik dalam proses
pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh peserta didiknya serta
tercapai tujuan yang telah direncanakan.

Kebutuhan manusia memang tidak ada batasnya, akan tetapi tidak


semua kebutuhan manusia itu selalu tercapai, hal ini terkait dengan
kemampuan manusia itu sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Persoalan
yang dihadapi sekarang ialah apakah kebutuhan awal pebelajar itu, apa saja
fungsi dan jenis-jenis dari kemampuan awal pebelajar, serta bagaimana
mengidentifikasinya.

Kebutuhan belajar pada dasarnya menggambarkan jarak antara tujuan


belajar yang diinginkan dan kondisi atau keadaan belajar yang sebenarnya.
Kebutuhan setiap manusia di dalam kondisi yang dialaminya bermacam-
macam. Kebutuhan-kebutuhan itu perlu diidentifikasi untuk menentukan
kebutuhan mana yang paling potensial dari segi kemanfaatan dan
pemenuhannya.

B. Rumuasan masalah
1. Apakah pengertian Kemampuan Awal Pebelajar ?
2. Apa Fungsi dari kemampuan Awal Pebelajar ?
3. Apa saja jenis-jenis dari Kemampuan Awal Pebelajar ?
4. Klasifikasi mengenai Jenis Kemampuan Awal Pebelajar ?
5. Apa langkah-langkah identifikasi kemampuan awal pebelajar ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kemampuan awal pebelajar.
2. Mengetahui fungsi dari kemampuan awal pebelajar.
3. Mengetahui jenis-jenis dari kemampuan awal pebelajar.
4. Mengetahui klasifikasi mengenai jenis kemampuan awal pebelajar.
5. Mengetahui langkah-langkah identifikasi kemampuan awal pebelajar.
BAB II
PEMABAHASAN

A. Pengertian Kemampuan Awal Pebelajar


Kegiatan menganalisis kemampuan awal siswa dalam pengembangan
pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan
menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Karena
itu, kegiatan menganalisis kemampuan awal siswa merupakan proses untuk
mengetahui pengetahuan yang dikuasai siswa sebelum mengikuti proses
pembelajaran, bukan untuk menentukan kemampuan pra-syarat dalam
rangka menyeleksi siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran.
Konsekuensi digunakannya cara ini adalah titik mulai suatu kegiatan
pelatihan tergantung kepada perilaku awal siswa.
Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi
pengajaran. Variabel ini didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas
perseorangan siswa. Aspek-aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap,
motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal
( hasil belajar ) yang telah dimilikinya. Karakteristik siswa akan amat
berpengaruh dalam pemilihan setrategi pengelolaan, yang berkaitan dengan
bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi
pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa.

B. Fungsi Kemampuan Awal Pebelajar


Pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk membelajarkan siswaartinya membuat
siswa mau belajar. Untuk keberhasilan tersebut maka dalampembelajaran
perlu memperhatikan empat hal, yakni :
1. mengidentifikasikebutuhan dan karakteristik siswa,
2. memilih pendekatan pembelajaran,
3. memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik, serta
4. menetapkan alatevaluasi.
Memperhatikan hal di atas, perencanaan pembelajaran sangat membutuhkan
identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa sebagai analisis kemampuan
awal siswa. Analisis kemampuan awal siswa dilakukan dengan memperhatikan
kemampuan, dan pengalaman siswa, baik sebagai kelompok atau pribadi.
Analisis kemampuan awal siswa merupakan kegiatan mengidentifika sisiswa dari segi
kebutuhan dan karakteristik untuk menetapkan spesifikasi dankualifikasi
perubahan perilaku yaitu menyangkut pencapaian tujuan dan penguasaan
materi pelajaran.
C. Jenis-jenis Kemampuan Awal Pebelajar
Ada tujuh jenis kemampuan awal yang dapat digunakan untuk memudahkan perolehan,
pengorganisasian, dan pengungkapan kembali pengetahuan baru. Ketujuh jenis
pengetahuan awal itu adalah sebagai berikut.
1. Pengetahuan bermakna tak terorganisasi (arbitraly meaningful
knowledge) sebagai tempat mengaitkan pengetahuan hapalan (yang tak bemakna)
untuk memudahkan retensi. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan yang sama
sekali tidak ada kaitannya dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari
Pengetahuan ini sangat berguna untuk mengingat hapalan dan pengetahuan yang
tak bermakna, yang bertujuan mnemonic misalkan “MEJIKUHIBINIU”
untuk menghapalkan warna pelangi.
2. Pengetahuan analogis (analogi knowledge), yang mengaitakan pengetahuan
baru dengan pengetahuan lain yang amat serupa, yang berada di luar isi yang
sedang dibiarakan/dipelajari. Pengetahuan analogis ini berada di luar
konteksisi pengetahuan baru yang sedang dipelajari, namun terdapat kaitan
berikut :
a. berada pada tingkat keumuman yang sama.
b. memiliki kesamaan dalam hal-hal pokok.
c. contoh-contoh pengetahuan analogis tidak temasuk dalam contoh-
contohpengetahuan baru. Misalnya pengertahuan baru tentang prinsip
penawaran dan permintaan, maka bisa dianalogikan dengan peminat
masuk keperguruan tinggi dengan daya tamping perguruan tinggi.
Meskipun pengetahuan analogis ini tidak ada kaitan dengan pengetahuan baru,
tetapi sangat bemanfaat untuk mempermudah mencapai pengetahuan baru
yangsedang dipelajari.
3. Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi (superordinte knowledge) yang dapat
berfungsi sebagai kerangka kaitan lanjut bagi pengetahuan baru. Gagne
menyebutnya sebagai kapabilitas belajar. Hubungan antar kapabilitas tersebut
sebagai hubungan prasyarat dan syarat. Jadi kapabilitas konsepabstrak
sebagai superordinat dari konsep konkrit, Kapabilitas belajar menurut
Gagne dibedakan atas lima bagian yaitu ; diskriminasi, konsep konkrit,
konsep abstrak, kaidah (rule), dan kaidah tingkat lebih tinggi lagi.
4. Pengetahuan setingkat (coordinate knowledge), yang dapat memenuhi
fungsinya sebagai pengetahuan asosiatif dan/atau komparatif.
Pengetahuansetingkat ini memiliki tingkat keumuman dan kekhususan yang sama
dengan pengetahuan yang sedang dipelajri. Misalnya, konsep “hewan
berkaki ruas”dan konsep “hewan bertulang belakang”. Kedua hewan
tersebut tidak sama, tetapi keduanya merupakan contoh “hewan”. Jadi
mengaitkan pengetahuan baru yang sedang dipelajari dengan pengetahuan
coordinate yang telahdiketahui oleh pebelajar akan memudahkan perolehan
pengetahuan barutersebut.
5. Pengetahuan tingkat yang lebih rendah (subordinate knowledge), yang
berfungsi untuk mengkonkritkan pengetahuan baru atau juga penyediaan contoh-
contoh. Ini kebalikan dari pengetahuan yang lebih tinggi. Ada kesamaan
fungsi dengan pengetahuan pengalaman.
6. Pengetahuan pengalaman (experienitial knowledge) yang memiliki fungsi sama
dengan pengetahuan tingkat yang lebih rendah, yaitu untuk mengkonkritkan dan
menyediakan ontoh-contoh bagi pengetahuan baru. Pengetahuan pengalaman
mengacu kepada ingatan seseorang pada peristiwa-peristiwa atau objek-
objek khusus dan yang tersimpan di dalam experienitial data base
(istilah yang digunakan Reigeluth).
7. Strategi kognitif, yang menyediakan cara-cara mengolah pengetahuan baru,mulai
dari penyandian, penyimpanan, sampai dengan pengungkapan kembali
pengetahuan yang telah tersimpan dalam ingatan. Hal ini berfungsi membantu
mekanisme pembuatan hubungan-hubungan antara pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa. Gagne mengemukakan
bahwastrategi kognitif adalah keterampilan lepas-isi (content-free skill)
yang dapatdigunakan oleh seseorang untuk memudahkan perolehan
pengetahuan, atau memudahkan pengorganisasian dan pengungkapan
pengetahuan yang telah dipelajari.

D. Klasifikasi Jenis Kemampuan Awal Pebelajar


Jenis kemampuan awal dapat di klasifikasikan menjadi 3 yaitu :
1. pengetahuan yang akan di ajarkan,
2. pengetahuan yang berada di luarpengetahuan yang akan di bicarakan,
3. pengetahuan mengenai ketrampilan generic (generic skills).
Klasifikasi pertama, yang berkaitan dengan pengetahuanyang akan
diajarkan, meliputi pengetahuan yang lebih tinggi, pengetahuansetingkat,
pengetahuan lebih rendah, dan pengetahuan pengalaman. Klasifikasikedua,
yang berkaitan dengan pengetahuan yang berjadi luar pengetahuan yangdibicarakan,
meliputi pengetahuan bermakna tak terorganisasi dan pengetahuananalogis.
Klasifikasi ketiga, yang berkaitan dengan pengetahuan tentangketerampilan
generik adalah strategi kognitif.
Bila dilihat dari tingkat penguasaannya kemampuan awal bias diklasifikasikan
menjadi 3, yaitu:
1. Kemampuan awal siap pakai, mengacu pada kemampuan yang manapundari
ketujuh kemapuan awal yang diidentifikasi oleh Reigeluth, yang benar-
benar telah dikuasai oleh siswa (yaitu pengetahuan yang telah
menjadimiliknya), dan dapat digunakan kapan saja dan dalam situasi apapun.
2. Kemampuan awal siap ulang, mengacu kepada kemampuan-kemampuanawal yang
manapun dari ketujuh kemampuan awal yang diidentifikasiReigeluth yang sudah
pernah dipelajari siswa, namun belum dikuasaisepenuhnya atau belum siap
digunakan ketika diperlukan. Karena belum menjadi miliknya, maka siswa masih
sangat tergantung pada adanyasumber-sumber yang sesuai (biasanya buku teks)
untuk dapat menggunakankemampuan ini.
3. Kemampuan awal pengenalan, mengacu pada kemampuan-kemampuanawal yang
manapun dari ketujuh kemampuan awal yang diidentifikasiReigeluth yang baru
dikenal. Mungkin karena baru pertama kali dipelajarioleh siswa sehingga
perlu diulangi beberapa kali agar menjadi siap guna.Kemampuan ini masih belum
dikuasai dan masih sangat tergantung padatersedianya sumber-sumber, juga sering
kali memang belum dikuasai.

E. Langkah-langkah Identifikasi Kemampuan Awal Pebelajar


Ada tiga langkah yang perlu dilakukan dalam menganalisis kemampuanawal
siswa. Langkah-lagkah itu adalah :
1. Melakukan pengamatan (observation) kepada siswa secara perorangan.
Pengamatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan awalyang
digunakan untuk mengetahui konsep-konsep, prosedur-prosedur,
atauprinsip-prinsip yang telah dikuasai oleh siswa yang terkait dengan
konsep,prosedur, atau prinsip, yang akan diajarkan. Wawancara atau
angket dapatdigunakan untuk menggali informasi mengenai kemampuan awal
yang lain,seperti pengetahuan yang tidak terorganisasi, pengetahuan
pengalamananalogi, dan strategi kognitif.
2. Tabulasi karakteristik pribadi siswa. Hasil pengemasan yang dilakukan
pada langkah pertama ditabulasi untuk mendapatkan klasifikasi dan
rinciannya. Hasil tabulasi akan digunakan untuk daftar klasifikasi
karakteristik menonjol yang perlu diperhatikan dalam menetapkan strategi
pengelolaan.
3. Pembuatan daftar strategi karakteristik siswa. Daftar ini perlu dibuat
sebagai dasar menetukan strategi pengelolaan pembelajaran. Satu hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan daftar ini adalah daftar harus
disesuaikan dengan kemajuan-kemajuan belajar yang dicapai siswa secara pribadi.
Ada beberapa macam instrumen yang bisa digunakan untuk memperoleh data
tentang karakteristik siswa, meliputi : observasi, wawancara, angket,
daftar pertanyaan, dan melakukan tes.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan menganalisis kemampuan awal siswa dalam pengembangan
pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan
menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut.
Memperhatikan hal di atas, perencanaan pembelajaran sangat membutuhkan
identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa sebagai analisis kemampuan
awal siswa. Klasifikasi pertama, yang berkaitan dengan pengetahuan yang akan
diajarkan, meliputi pengetahuan yang lebih tinggi, pengetahuan setingkat,
pengetahuan lebih rendah, dan pengetahuan pengalaman. Klasifikasi kedua,
yang berkaitan dengan pengetahuan yang terjadi luar pengetahuan yang dibicarakan,
meliputi pengetahuan bermakna tak terorganisasi dan pengetahuan analogis.
Klasifikasi ketiga, yang berkaitan dengan pengetahuan tentang keterampilan
generik adalah strategi kognitif.

B. Kritik dan Saran


Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun. Kritik dan saran dari pembaca akan kami jadkan sebagai bahan
pertimbangan agar makalah berikutnya bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://moeviccloes.blogspot.com/2010/10/identifikasi-prilaku-dan-
karakteristik.html Published by Moevi (Di unduh pada: Senin, 25 Februari
2013. Pkl: 17.05 WIB).
http://moh-zaen-fuadi.blogspot.com/2011/11/identifikasi-prilaku-dan-karakter-
awal.html Published by Moh. Zaenal Fuadi (Di unduh pada: Selasa, 27
Februari 2013. Pkl: 16.55 WIB).
http://www.scribd.com/doc/50747553/Bab-3 Published by Emnoeh (Di unduh
pada: Rabu, 27 Februari 2013. Pkl: 16.55 WIB).
Al-Barry, M.D.J., dkk., Kamus Ilmah Kontemporer, Pustaka Setia, Bandung:
2000.
Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung,
2009
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Prenada Media Group, Jakarta,
2009
Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, 2008
http://sman1karanganom.sch.id/index.php/en/manajemen-sekolah/bk/analisi-
potensi
http://onnyrudianto.wordpress.com/2011/07/24/beberapa-karakter-peserta-didik/
Revisi
Pertanyaan:
1. Reski (kelompok 11)
Bagaimana cara menangani peserta didik yang belum mengerti suatu
meteri, sedangkan guru harus pindah ke materi berikutnya yang telah
dirancang sesuai konsep?
2. Wahyu Eka (kelompok 6)
Bagaimana cara untuk memahami karakteristik peserta didik yang
berbeda-beda?
3. Adyani (kelompok3)
Bagaimana cara menganalisis kemampuan awal pebelajar yang lebih
efisien?
Jawaban:
1. Apabola ada peserta didik yang belum bisa atau belum memahami
suatu meteri, maka sebaiknya guru jangan dulu melanjutkan ke materi
yang beikutnya. Sebaiknya guru mengajarkan terlebih dahulu kepada
anak didik yang belum mengerti tersebut. Kemudian rencana
pembelajaran yang tak sesuai dengan konsep awal bisa segera di
perbaiki menyesuaikan dengan kondisi yang ada di lingkungan.
Dari sudut pandang siswa didik, pasti memiliki gaya belajar yang
berbeda. Ada yang sangat aktif, ada juga yang hanya duduk diam
(pasif) mendengarkan. Untuk itu, pendidik harus memiliki kemampuan
untuk mengenali gaya belajar siswa yang umum dan kurang umum.
Sehingga, pendidik mampu mengembangkan gaya pengajaran yang
komprehensif dan efektif.
Ada beberapa pendekatan, untuk bisa menerapkan gaya pengajaran
ini. Salah satunya pendekatan indrawi. Indrawi, merupakan metode
belajar yang paling popular. Di sini, pendidik bisa dapat berinteraksi
langsung, secara visual, gesture tubuh, juga audio. Sehingga, antara
peserta didik dan pendidik, akan dapat terjalin koneksi yang erat.
Hasilnya, motorik peserta didik pun dapat meningkat. Pengayaan
literatur pendukung pembelajaran sangat diperlukan. Karena, peserta
didik dengan karakter ini, akan lebih kritis dalam menanggapi
pembelajaran yang ia terima. Jadi, fakta lisan saja, akan kurang
memuaskan bagi peserta didik dengan karakter seperti ini.

2. Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini


adalah tipe-tpe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita
lebih memahami kepribadian peserta didik, sehingga saat proses
kegiatan belajar dan mengajar berlangsung dengan maksimal.
a. Menurut Eysenck 1964 (Buchori 1982) menyatakan tipe
kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas,
bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif,
menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam
aktivitas sosial.
2) Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka
menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
3) Kepribadian Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung,
tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik
seperti keringat, pucat, dan gugup.
b. Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan
kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi
kepribadian sebagai berikut:
1) Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
2) Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-
sungguh, tidak kreatif.
3) Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka
menghindar (evasive), neurotik.
4) Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
5) Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah
berkobar, tertekan, menyendiri, sedih.
6) Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak
emosional.
7) Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
8) Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS
emosional, tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.
9) Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik
diri.
10) Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban,
malas, mudah lelah.
11) Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
12) Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.
c. Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007)
Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah atau fisik.
Mereka mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan
tubuh yang menentukan temperamen seseorang. Tepe kepribadian
itu antara lain:
1) Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan
dengan pemilikan temperamen cepat marah, mudah
tersinggung, dan tidak sabar.
2) Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan
pemilikan temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan
mudah putus asa.
3) Tipe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba
lamban, pasif, malas, dan kadang apatis/ masa bodoh.
4) Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat
periang, aktif, dinamis, dan cekatan.
d. Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan
bahwa tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat
jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:
1) Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang
bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan berpikir
abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.
2) Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh
gemuk pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular
dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka
makan.
3) Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh
sedang/atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang
membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah
menyesuaikan diri.
e. Menurut Jung (dalam Sudianto 2009)
Tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan
hubungan sosial seseorang, yaitu:

1) Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.


2) Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam
dirinya, dan dikuasai oleh nilai-nilai subjektif.
Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia
dengan tipe campuran (dysplastic) atau kombinasi antara ekstrovert
dan introvert yang disebut ambivert. Pada periode anak sekolah,
kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya seperti orang
dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses
pengembangan. Wijaya (1988) menyatakan “karakteristik anak
secara sederhana dapat dikelompokkan atas:
a) Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.
b) Anak yang biasa-biasa saja.
c) Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya
dalam melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah”.

3. Setiap orang pasti mempunyai potensi tertentu dalam dirinya.  Ada 3


ranah potensi sebagaimana gambar tersebut di bawah ini :
Potensi yang paling menonjol dari setiap orang berbeda-beda.  Ada
yang dominan di ranah kognitif saja tetapi lemah di ranah afektif dan
psikomotor.  Misalnya pintar (mudah dan cepat) mencerna materi
pembelajaran, seakan-akan ia memiliki ”photographic memory”, tetapi
mudah tersinggung jika ada yang meledeknya dan tulisannya sulit
dibaca.  Ada yang dominan pada ranah afektif, tetapi lemah pada ranah
kognitif dan psikomotor.

Analisis Potensi Kognitif

Potensi kognitif peserta didik dapat diukur dengan cara sebagai berikut

a. Angket, yaitu formulir isian yang diisi oleh peserta didik


b. Data raport, yaitu data perkembangan prestasi belajar peserta didik
pada semester-semester sebelumnya.
c. Observasi, yaitu pengamatan seberapa cepat seorang peserta didik
menyelesaikan tugasnya dengan hasil jawaban yang tepat dan
benar.
d. Achievement Test  (Tes Hasil Belajar), yaitu tes yang digunakan
untuk mengukur apa yang telah dipelajari di berbagai bidang studi.
Ada tes yang khusus meneliti penguasaan materi bidang studi
tertentu saja, ada pula tes yang meliputi materi beberapa bidang
studi dalam lingkup yang agak luas, yang menghasilkan skor-skor
terpisah (subtest) yang saling membandingkan.
e. Tes Kemampuan Intelektual, yaitu tes yang mengukur taraf
kemampuan berpikir, terutama berkaitan dengan potensi untuk
mencapai taraf prestasi tertentu dalam belajar di sekolah (Mental
Ability Test; Intelligence Test; Academic Ability Test; Scholastic
Aptitude Test).  Tes Kemampuan Intelektual ini biasa dikenal
dengan nama Tes Kecerdasan (IQ), yang dilakukan oleh Lembaga
Psikologi dibawah naungan Psikolog.
Analisis Potensi Afektif
Potensi afektif peserta didik dapat diukur dengan cara sebagai berikut:
a. Angket, yaitu sebuah daftar isian yang mengungkap jenis
organisasi yang pernah diikuti oleh peserta didik dan jabatan yang
pernah dan sedang diembannya.
b. Interview, yaitu kegiatan tanya jawab untuk mengetahui sejauh
mana kebenaran data yang dituliskan di dalam angket point a di
atas, terutama untuk mengelaborasi sejauhmana perannya sebagai
pengurus inti tersebut.
c. Observasi, yaitu hasil pengamatan sendiri atau orang lain terhadap
pola interaksi peserta didik.  Misalnya dalam kegiatan pemilihan
pengurus kelas, seorang peserta didik mengatur jalannya pemilihan.
d. Tes kepribadian, adalah sebuah instrumen tes yang baku yang
digunakan untuk mengetahui kepribadian seseorang dan
dilaksanakan oleh Lembaga Psikologi dibawah naungan Psikolog.
Analisis Potensi Psikomotor
Potensi psikomotor peserta didik dapat diukur dengan cara sebagai
berikut :
a. Angket, yaitu daftar isian yang memuat tentang kegiatan olah raga,
ketrampilan atau seni yang diikuti peserta didik, misalnya klub
sepak bola, basket, bulu tangkis, taekwondo, tari (tradisional atau
modern), lukis, seni peran / teater dan lain-lain.
b. Observasi, yaitu pengamatan atas perilaku peserta didik, baik di
kelas maupun di luar kelas. 
c. Tes Sikap Kerja, yaitu sebuah alat yang digunakan oleh Psikolog
untuk mengetahui kecepatan dan ketelitian kerja seseorang. 

Anda mungkin juga menyukai