Optimalisasi Penggunaan Simple Moving
Optimalisasi Penggunaan Simple Moving
Jika berinvestasi dengan strategi buy and hold mulai terasa membosankan, sepertinya
kita bisa mencoba alternatif lain. Bukan berarti strategi buy and hold jelek. Strategi
tersebut bagus dan kita tidak perlu repot-repot mengawasinya. Namun jika kita mau
sedikit repot, mungkin kita bisa mencoba strategi lain. Kali ini kita akan membicarakan
mengenai analisa teknikal.
Berbicara analisa teknikal kita tidak akan jauh-jauh dari apa yang namanya indikator.
Salah satu indikator yang cukup mampu untuk merefleksikan kehendak pasar adalah
Moving Average. Mengapa moving average? Yang pasti perhitungan moving average
cukup sederhana. Moving average merupakan rata-rata harga beberapa periode ke
belakang dari suatu efek. Jumlah periode bisa kita tentukan. Kita bisa memilih 5
periode, 20 periode, 50 periode, dan seterusnya. Bahan-bahan untuk mempelajari
dasar-dasar analisa teknikal bisa Anda dapatkan di internet dengan mudah.
Walaupun penggunaan indikator SMA dapat mengalahkan strategi Buy and Hold, hal
yang perlu diingat adalah jumlah transaksi yang harus kita lakukan ketika mengikuti
indikator ini. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin singkat periode MA,
jumlah transaksi yang kita lakukan akan semakin besar. Mari kita perhatikan gambar
berikut:
Terlihat bahwa semakin panjang periode SMA yang kita gunakan, semakin sedikit
transaksi yang kita lakukan. Ujung-ujungnya adalah berkurangnya fee transaksi.
Kesimpulannnya, SMA 37 memberikan hasil terbaik untuk jangka pendek. SMA 71
memberikan return terbesar untuk jangka menengah. SMA 255 memberikan hasil
terbaik untuk jangka panjang. Perlu diingat, hal ini hanya berlaku untuk IHSG karena
setiap instrumen investasi akan memberikan respon yang berbeda terhadap periode
SMA.
Lebih lanjut, kita dapat mengembangkannya dengan menggunakan berbagai macam
periode SMA secara bersamaan. Tentulah hasilnya akan semakin akurat dan yang pasti
akan mengurangi jumlah transaksi kita