Anda di halaman 1dari 15

KEDAULATAN PANGAN SEBAGAI BASIS UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Syahyuti, Sunarsih, 95

Sri Wahyuni, Wahyuning K. Sejati, dan Miftahul Azis

KEDAULATAN PANGAN SEBAGAI BASIS UNTUK


MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

Food Sovereignty as the Basis to Realize National Food Security


Syahyuti, Sunarsih, Sri Wahyuni, Wahyuning K. Sejati, dan Miftahul Azis

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,


Jln. A. Yani No. 70, Bogor
E-mail: syahyuti@gmail.com

Naskah diterima: 24 April 2015; direvisi: 12 Juni 2015; disetujui terbit: 3 Agustus 2015

ABSTRACT

The concept of food sovereignty officially becomes an objective and an approach in national food
development such as depicted in Law No. 18/2012 on Food along with food self-sufficiency and food security.
However, up to now formulation and understanding of food sovereignty is various and unclear. This article aims to
review the concept of food sovereignty at international and national levels. Food sovereignty is a strategy to
improve food security as the ultimate goal of food development because the concept is in fact consistent and
complementary. Food sovereignty is related with farmers' rights and access to the entire agricultural resources
including land, water, production factors, technology, and marketing as well as on consumption. This condition is
measurable at various levels at individual, household, community, regional, and national levels.

Keywords: food sovereignty, food security, farmers, agricultural resources, ecological agriculture

ABSTRAK

Konsep kedaulatan pangan secara resmi telah menjadi tujuan dan juga pendekatan dalam
pembangunan pangan nasional, sebagaimana tercantum dalam UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan,
bersama-sama dengan kemandirian pangan dan ketahanan pangan. Namun demikian, sampai saat ini
perumusan dan pemahaman tentang kedaulatan pangan masih beragam dan kurang jelas. Tulisan ini bertujuan
melakukan review konsep kedaulatan pangan yang berlangsung di dunia internasional dan dalam kebijakan-
kebijakan pemerintah di Indonesia. Hasil penelusuran menunjukkan bahwa kedaulatan pangan merupakan suatu
strategi dasar untuk melengkapi ketahanan pangan sebagai tujuan akhir pembangunan pangan, karena kedua
konsep ini sesungguhnya sejalan dan saling melengkapi. Hasil dari pendalaman terhadap berbagai konsep,
dirumuskan bahwa kedaulatan pangan berkenaan dengan hak dan akses petani kepada seluruh sumber daya
pertanian mencakup lahan, air, sarana produksi, teknologi, pemasaran, serta terhadap konsumsi. Kondisi ini
dapat diukur pada berbagai level baik level individu, rumah tangga, komunitas, wilayah, dan juga nasional.

Kata kunci: kedaulatan pangan, ketahanan pangan, petani, sumber daya pertanian, pertanian ekologis

PENDAHULUAN Masuknya aspek kedaulatan pangan


merupakan konsekuensi bahwa Indonesia telah
Indonesia telah memiliki Undang- meratifikasi Kovenan Internasional tentang hak
Undang Pangan yang baru untuk menggantikan ekonomi, sosial, dan budaya melalui UU Nomor
UU Nomor 7 Tahun 1996 yang telah berusia 16 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan
tahun, yaitu UU No. 18 Tahun 2012 tentang International Covenant on Economic, Social
Pangan. Dalam UU baru ini, persoalan pangan and Cultural Rights (biasanya disingkat
ditujukan untuk mencapai tiga hal sekaligus, ECOSOC Rights). Basis argumennya adalah
yaitu kedaulatan pangan, kemandirian pangan, bahwa selama ini, negara belum secara
dan katahanan pangan. Dengan demikian, UU sistematis mampu mengakui hak atas pangan
baru ini akan menjadi identitas baru atau warganya. Dengan kedaulatan pangan,
aransemen kelembagaan baru bagi pem- diharapkan tidak lagi dijumpai persoalan-
bangunan pertanian dan pangan Indonesia. persoalan dasar tentang pangan, seperti gizi
buruk, kelaparan, rawan pangan, dan
96 FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Vol. 33 No. 2, Desember 2015: 95–109

sebagainya. UU Pangan yang baru ini dunia dianalisis secara kualitatif, sehingga
berupaya memberikan kewajiban kepada format tulisan menjadi sebuah review ilmiah.
negara untuk menghormati, memenuhi, dan
melindungi hak atas pangan warga negaranya.
HISTORIK PERKEMBANGAN KONSEP
Selama ini pendekatan pembangunan
KEDAULATAN PANGAN TAHUN 1992
pangan Indonesia mengandalkan kepada
SAMPAI 2015
pendekatan “ketahanan pangan”. Ketahanan
pangan merupakan paradigma yang secara
resmi digunakan pemerintah dalam pemenuhan Tidak bisa dipungkiri, kedaulatan
pangan penduduk dan pertanian terkait pangan pangan adalah konsep yang lahir sebagai
pada umumnya. Namun, dengan UU yang baru respon dari kekecewaan pembangunan pangan
diadopsi juga paradigma ”kedaulatan pangan”. yang terjadi di banyak belahan dunia. Meskipun
Konsep dan pendekatan kedaulatan pangan pembangunan pertanian dan pangan telah
dapat melengkapi dan menyempurnakan mampu mencapai produksi dan produktivitas
pencapaian ketahanan pangan. yang tinggi, namun sebagian petani terutama di
Diadopsinya kedaulatan pangan negara berkembang hidup dalam kondisi yang
sebagai salah satu tujuan pembangunan jauh dari sejahtera, berlangsungnya kerusakan
pertanian nasional membutuhkan penyusunan sumber daya pertanian, dan juga perdagangan
rencana dan pendekatan pembangunan yang tidak adil. Banyak pihak tidak puas
pangan yang berbeda. Namun demikian, terhadap kondisi pangan lokal dan per-
setelah hampir mencapai tiga tahun sejak dagangan pangan dunia. Bukti menunjukkan
diundangkan perumusan dan pemahaman bahwa meskipun ketahanan pangan tercapai,
konsep tentang kedaulatan pangan belum namun belum mampu menjamin kondisi
memperoleh kesepakatan yang tegas. Berbagai pangan lokal dan juga tidak mampu
wacana yang berkembang masih membatasi mengangkat martabat petani.
diri kepada ketahanan pangan, bahkan Ketahanan pangan merupakan konsep
sebagian pihak menampakkan penolakan halus yang diterima luas di banyak negara dan telah
terhadap kedaulatan pangan, sebagian alasan- berjalan cukup lama. Konsep ”ketahanan
nya adalah karena berasal dari pihak NGO. pangan” (food security) mulai digodok semenjak
Tulisan ini bertolak dari kondisi tersebut, untuk akhir tahun 1970-an, sedangkan “kedaulatan
melakukan analisis review konseptual dari pangan” mulai diwacanakan semenjak tahun
berbagai pemikiran yang berkembang dari 1992 atau lebih dari 30 tahun setelahnya.
berbagai kalangan, untuk memberikan
masukan untuk rumusan yang lebih sesuai
bagaimana mestinya kedaulatan pangan Perkembangan Konsep Kedaulatan Pangan
dimaknai dan dijalankan di Indonesia. di Dunia Internasional
Wacana tentang kedaulatan pangan Paparan berikut memperlihatkan secara
masih baru di Indonesia dan hampir tidak ada kronologis bagaimana perubahan batasan,
referensi ilmiah yang bisa diacu, termasuk tekanan, dan fokus dalam kedaulatan pangan
hasil-hasil penelitian. Pada aras ilmiah, objek ini semenjak pertama kali diciptakan tahun 1992.
pun belum memperoleh perhatian, sehingga Perkembangan ini tidak hanya dalam konteks
belum ada seminar serius yang membicara- konsep secara an sich, namun juga berbagai
kannya. Namun, persoalan ini sangat penting pemikiran, kesepakatan-kesepakatan, dan aksi
disampaikan, karena telah hampir tiga tahun yang mendukung kristalisasi konsep kedaulatan
semenjak UU No. 18 Tahun 2012 dikeluarkan pangan yang juga mencakup keterlibatan
dan pemahaman terhadap konsep “kedaulatan organisasi pangan resmi dunia, yakni FAO.
pangan” masih lemah. Konsep kedaulatan pangan dilahirkan
Karena keterbatasan tersebut, tulisan pertama kali saat pertemuan petani yang
ini disusun dari berbagai sumber baik buku, dibentuk tahun 1992 pada Kongres The
makalah, maupun hasil-hasil penelitian di level National Union of Farmers and Livestock
internasional, yang dipadukan dengan berbagai Owners (UNAG). Kegiatan ini dikoordinasikan
dokumen kebijakan yang telah mengandung oleh petani yang tersebar mulai dari Afrika,
pembahasan tentang kedaulatan pangan. Amerika Utara, Tengah, dan Selatan, Asia,
Bahan-bahan yang diperoleh berupa ide dan Karibia, dan Eropa. Para pencetus dan
pemikiran serta praktik di berbagai wilayah di penggerak ini berada dalam organisasi Via
KEDAULATAN PANGAN SEBAGAI BASIS UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Syahyuti, Sunarsih, 97
Sri Wahyuni, Wahyuning K. Sejati, dan Miftahul Azis

Campesina yang mencakup Family Farmers’ sistem pangan sendiri sesuai kondisi ekologis,
Association (UK), Confederation Paysanne sosial, ekonomi, dan karakter budaya masing-
(France), Bharatiya Kisan Union (India), masing (IPC, 2006). Kedaulatan pangan
Landless Workers' Movement (Brazil), National mensyaratkan pengendalian sistem produksi,
Family Farm Coalition (USA) dan para petani distribusi, dan konsumsi pangan sehingga
tak bertanah Landless Peoples' Movement konsep ini tidak mungkin diterapkan di negara
(South Africa). yang tidak punya lahan pertanian seperti
Pada bulan April 1996 berlangsung Singapura.
pertemuan kedua yang dilaksanakan di Pada tanggal 13 Juni 2002, dalam
Tlaxcala (Mexico). Dari pertemuan ini berhasil pertemuan FAO “World Food Summit: Five
dirumuskan visi, yakni kedaulatan pangan Years Later” disimpulkan analisis politik ber-
adalah hak setiap bangsa untuk memper- kenaan dengan Forum for Food Sovereignty.
tahankan dan mengembangkan kemampuan- Forum ini dilangsungkan di Roma pada tanggal
nya sendiri untuk menghasilkan pangan dasar 8 sampai 13 Juni 2002, yang dihadiri 700 NGO,
dengan menghormati keragaman budaya dan CSOs, dan perwakilan gerakan sosial, men-
sistem produksinya sendiri. Masyarakat cakup petani, nelayan, peternak, masyarakat
memiliki hak untuk memproduksi makanannya adat, pegiat lingkungan (environmentalists),
sendiri di wilayahnya. Kedaulatan pangan me- organisasi perempuan, dan serikat buruh.
rupakan prasyarat untuk mencapai keamanan Forum ini mengupas berbagai dampak negatif
pangan sejati (genuine food security) (Via dari perdagangan dunia, sehingga bahkan
Campesina, 1996). Semenjak kegiatan ini, kepala negara dan perwakilan delegasi
berbagai publikasi, pernyataan, dan deklarasi pemerintah mengeluarkan tuntutan untuk
telah disampaikan dalam konteks kerangka mengeluarkan pertanian dari WTO. “Kami
kerja kedaulatan pangan. menyerukan diakhirinya kebijakan ekonomi
Pemikiran ini dikristalkan sebagai neoliberal yang dipaksakan oleh Bank Dunia,
sebuah gerakan, di mana pada tahun 2002 WTO, IMF, dan negara-negara Utara serta
berhasil dibentuk sebuah komite, yaitu perjanjian perdagangan bebas multilateral dan
International Planning Committee (IPC) untuk regional lainnya... Kami menuntut peng-
kedaulatan pangan. IPC merumuskan bahwa hapusan pertanian dari WTO” (FAO, 2006).
kedaulatan pangan memiliki empat area Dokumen The UN Declaration on the
prioritas atau pilar, yaitu (1) hak terhadap Rights of Indigenous Peoples (UNDRIP) tahun
pangan, (2) akses terhadap sumber-sumber 2004 ditekankan pada aspek kolektif hak
daya produktif, (3) pengarusutamaan produksi terhadap pangan. Selengkapnya disebutkan
yang ramah lingkungan (agroecological bahwa "..... Menekankan pada aspek kolektif
production), serta (4) perdagangan dan pasar hak atas pangan dikombinasikan dengan hak
lokal (IPC, 2006). Hak terhadap pangan untuk menjaga dan memperkuat lembaga-
dikaitkan dengan pengembangan pendekatan lembaga, budaya, dan tradisi, termasuk pula
hak asasi manusia pada individu, serta pangan kegiatan subsisten dan hak untuk mengakses
bergizi yang diterima secara kultural, lahan dan sumber daya yang ada. Isi normatif
sedangkan akses kepada sumber daya dari hak atas pangan pada hakekatnya meliputi
produktif berkaitan dengan akses kepada penerimaan secara budaya terhadap pangan
lahan, air, dan sumber genetik. yang tersedia."
Kedaulatan pangan dimaknai sebagai Dokumen Pedoman 10.10 dari FAO,
suatu model produksi pertanian agroekologis, yakni Voluntary Guidelines to Support the
model perdagangan pertanian yang protek- Progressive Realization of the Right to
sionis, dan mendorong pasar lokal meng- Adequate Food in the Context of National Food
gunakan instrumen dari IPC for Food Security, Security (Pedoman Sukarela untuk Mendukung
pendekatan terhadap sumber daya genetik Secara Progresif Realisasi Hak untuk Pangan
pertanian yang bersifat komunal, lebih yang Memadai dalam Konteks Ketahanan
cenderung antipaten, serta wacana lingkungan Pangan Nasional) tahun 2004, mengafirmasi
rasionalisme hijau (green rationalism). Di sini tanggung jawab negara terhadap aspek kultural
kedaulatan pangan diartikan sebagai hak setiap dari nutrisi dan pola makan masyarakatnya
orang, masyarakat, dan negara untuk meng- (FAO, 2005).
akses dan mengontrol aneka sumber daya Tahun 2006 organisasi petani dalam
produktif serta menentukan dan mengendalikan kelompok Via Campesina merumuskan batasan
98 FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Vol. 33 No. 2, Desember 2015: 95–109

kedaulatan pangan sebagai hak setiap suku bangunan dunia yang diinginkan. Partisipasi
bangsa untuk menjaga dan mengembangkan penuh dari masyarakat sipil, gerakan sosial
kemampuan mereka dalam memproduksi (social movements), dan masyarakat adat
pangan. Kedaulatan pangan adalah hak setiap merupakan sesuatu yang sangat penting bagi
bangsa untuk mempertahankan dan mengem- FAO.
bangkan kemampuan sendiri untuk meng- Pada tahun 2010 dipublikasikan
hasilkan pangan dasar dengan menghormati dokumen FAO, yaitu Policy on Indigenous and
keragaman budaya dan sistem produksinya. Tribal Peoples (2010). Garis kebijakan ini
Kami memiliki hak untuk memproduksi berakar dari deklarasi PBB terhadap hak-hak
makanan kita sendiri di wilayah kita sendiri (Via masyarakat asli (UN Declaration on the Rights
Campesina, 2006). Selain itu, juga dipertegas of Indigenous Peoples) (UN, 2010). Kedaulat-
bahwa kedaulatan pangan diposisikan sebagai an pangan terus berkembang dan banyak
prasyarat untuk mencapai ketahanan pangan mendapat dukungan. Pada tahun 2012, dari
(Via Campesina, 2006). dokumen The Voluntary Guidelines on the
Satu peristiwa penting berlangsung Responsible Governance of Tenure of Land,
tahun 2007, yakni serangkaian pertemuan yang Fisheries, and Forests in the Context of
menghasilkan “Declaration of Nyéléni”, yakni National Food Security yang dikeluarkan oleh
Forum for Food Sovereignty tahun 2007. Dari Committee on World Food Security (CFS),
pertemuan ini dirumuskan bahwa kedaulatan dicantumkan dengan agak panjang terbaca
pangan adalah hak masyarakat untuk makanan tentang hak bersama dan regulasi tentang
sehat dan sesuai dengan budayanya, yang pengusahaannya (collective rights and
dihasilkan melalui teknologi yang ramah customary forms of tenure) di mana disampai-
lingkungan dan berkelanjutan, dan hak mereka kan secara eksplisit tentang komunitas asli
untuk mengasilkan pangan dan pertanian (indigenous communities) dan kewajiban
dengan sistem mereka sendiri. Perbedaan negara (UN, 2010).
batasan dengan tahun 1996 adalah dari hak Pada konferensi regional FAO ke-22
negara (right of each nation) menjadi hak wilayah Amerika Latin dan Karibia di Buenos
masyarakat (right of people). Aires pada bulan Maret 2012, FAO berjanji
Selengkapnya dari deklarasi ini, akan membuka diskusi yang lebih luas dan
dirumuskan bahwa kedaulatan pangan dinamis berkenaan dengan partisipasi
adalah hak masyarakat, komunitas, dan masyarakat sipil dan kaum akademis, tentang
negara-negara untuk mendefinisikan pertanian, konsep kedaulatan pangan (paragraf ke-25).
tenaga kerja, memancing, pangan, dan tanah Disepakati juga bahwa konsep kedaulatan
sesuai kebijakan mereka sendiri secara pangan bukanlah lawan ataupun alternatif dari
ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya yang ketahanan pangan, dan sesungguhnya lebih
sesuai dengan keadaan mereka yang unik. Ini sebagai kebijakan pangan yang sifatnya lebih
mencakup hak atas pangan dan hak untuk mendasar.
memproduksinya, yang berarti bahwa semua Setahun berikutnya, yakni tahun 2013,
orang memiliki hak untuk pangan yang aman, organisasi IFAD (The International Fund for
bergizi, dan sesuai dengan budayanya, serta Agricultural Development) memberikan dana
hak terhadap sumber makanan, hak untuk dan menggerakkan kegiatan pemberdayaan
memproduksi, dan kemampuan untuk memper- untuk kelompok miskin. Untuk memungkinkan
tahankan diri mereka sendiri dan masyarakat kelompok miskin perdesaan mengatasi
mereka. Kedaulatan pangan mengutamakan kemiskinan mereka dengan terlibat dalam
pada hak masyarakat untuk pangan dan sistem aktivitas mata pencaharian pertanian
memproduksinya, sekaligus keprihatinan ter- perdesaan. Ini dicapai melalui pengakuan hak
hadap sistem perdagangan (Global Politics, atas pangan dan dukungan kebijakan yang
2012). mencoba untuk mewujudkan dukungan
Satu dokumen penting dikeluarkan keuangan untuk prakarsa pembangunan,
tahun 2010, di mana direktur FAO, José investasi yang berpusat pada rakyat, dan
Graziano da Silva, menekankan komitmen FAO pendekatan yang ditargetkan untuk
saat mengutip isi dokumen The Voluntary pengembangan dan membangun inisiatif dan
Guidelines on Responsible Governance, bahwa aset masyarakat perdesaan. Bantuan diberikan
FAO akan melibatkan berbagai stakeholder dan dalam acara Indigenous Peoples’ Forum di
pentingnya melibatkan aktor baru dalam pem- Roma pada bulan Februari 2013. Disebutkan
KEDAULATAN PANGAN SEBAGAI BASIS UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Syahyuti, Sunarsih, 99
Sri Wahyuni, Wahyuning K. Sejati, dan Miftahul Azis

bahwa masyarakat adat akan diundang untuk memperlihatkan dinamika perkembangan


menilai proyek-proyek yang akan dijalankan konsep yang terjadi.
IFAD dan untuk mengembangkan pendekatan Dokumen pertama ialah Undang-
bersama pada kedaulatan pangan dan hak atas Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
pangan (UN, 2010). Pada Pasal 1 disebut-kan bahwa kedaulatan
Pada tahun 2013 dilangsungkan The VI pangan adalah hak negara dan bangsa yang
International Conference of La Via secara mandiri menentukan kebijakan pangan
Campesina di Jakarta. Konferensi 20 tahun ini yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat
dilaksanakan di Jakarta tanggal 9–13 Juni dan yang memberikan hak bagi masyarakat
2013, yang dihadiri oleh Menteri Pertanian. untuk menentukan sistem pangan yang sesuai
Konferensi ini menghasilkan kesepakatan dengan sumber daya lokal. Terlihat bahwa ada
internasional untuk mempromosikan kedaulatan dua pihak terkait kedaulatan pangan, yakni (1)
pangan. Disepakati suatu konsensus di antara negara yang memiliki hak secara mandiri untuk
organisasi-organisasi petani dari berbagai menentukan kebijakan pangan yang menjamin
negara untuk mempromosikan kedaulatan hak atas pangan bagi rakyat dan (2)
pangan yang sesuai dengan prinsip ekologis masyarakat yang juga berhak menentukan
dan sosial, dan tidak dipandang hanya sekedar sistem pangan yang sesuai dengan sumber
satu model pembangunan saja. Mereka bersatu daya lokal.
dalam perjuangan mereka melawan agribisnis Jika ditelusuri baris per baris dari
yang menghancurkan masyarakat manusia dan seluruh pasal dalam UU Pangan, kata
alam (They are united in their struggle against “kedaulatan pangan” muncul sebanyak delapan
agri-business which is destroying human kali dalam Batang Tubuh dan tiga kali dalam
communities and nature). Bagian Penjelasan. Pada Batang Tubuh
FAO menjadikan tahun 2014 sebagai muncul pada Pasal 2, 3, 6, 23 (1), 117, 125,
Tahun Pertanian Keluarga (Family Farming). 126, dan 130 (1). Dari keseluruhan kalimat
Dalam dokumen “Community Family Farming: dalam UU ini, kata “kedaulatan pangan” selalu
An Ally for Food Sovereignty and the Fight muncul bersama-sama dengan “ketahanan
against Hunger” (Moreira, 2014) terbaca bahwa pangan” dan “kemandirian pangan”. Ketiganya
pertanian keluarga dan pendekatan kedaulatan selalu muncul bersamaan, atau tidak pernah
pangan merupakan strategi untuk memerangi sendirian. Kata “kedaulatan pangan” berada di
kelaparan dunia. The International Year of depan, lalu diikuti dua yang lainnya. Hal ini bisa
Family Farming (IYFF) diumumkan secara dimaknai bahwa kedaulatan pangan merupa-
resmi oleh PBB di New York tanggal 22 kan hal yang harus dicapai terlebih dahulu,
November 2013. Kondisi terakhir, yakni tahun sebagai jalan untuk mencapai tujuan akhirnya
2015, PBB merumuskan dekalarasi kedua yakni “ketahanan pangan”.
tentang hak-hak petani (The 2nd Session for Meskipun dalam Pasal 1 ketiga konsep
Declaration on the Peasants Rights). Deklarasi ini telah dijelaskan dan dibedakan satu sama
dilaksanakan di Genewa-Swiss pada tanggal lain, namun sesungguhnya tidak ada ditemui
6 Februari 2015. Hal ini merupakan rangkaian penjelasan yang memadai bagaimana misalnya
kegiatan dalam konteks the UN Human Rights cara mencapai kedaulatan pangan, dan apa
Council Resolution 26/26 of 2014 yang bedanya dengan upaya mencapai ketahanan
memberikan mandat kepada kelompok kerja pangan. Juga tidak ada kejelasan bagaimana
antarpemerintah (intergovernmental working mencapai kemandirian pangan. Namun
group) untuk menegosiasikan dan memfinalkan demikian, hal ini juga bisa dimaknai bahwa
draft UN Declaration on the Rights of Peasants “kedaulatan pangan” merupakan sebuah
and Other People Working in Rural Areas. Ini konsep yang masih terbuka untuk dirumuskan
merupakan sebuah upaya panjang yang sudah dan diisi oleh semua pihak. Dapat dilihat bahwa
berlangsung selama 14 tahun. apa dan bagaimana kedaulatan pangan belum
terlalu jelas, apalagi indikator bagaimana
Perkembangan Kedaulatan Pangan dalam mengukur kedaulatan pangan. Jika hanya
Kebijakan Pemerintah Indonesia bertolak dari UU ini, maka kita tidak akan dapat
merumuskan jalan bagaimana cara mencapai
Sampai saat ini setidaknya ada lima kedaulatan pangan.
referensi pokok yang dapat diacu tentang apa
itu makna kedaulatan pangan. Referensi Dokumen kedua ialah “Nawacita” yang
disusun berdasarkan tahun keluarnya untuk dilontarkan Presiden Joko Widodo dalam visi,
100 FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Vol. 33 No. 2, Desember 2015: 95–109

misi, dan program aksi yang berjudul “Jalan sebesar rata-rata 0,078 ton/ha, yakni dari 6,84
Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat, ton/ha menjadi 6,918 ton/ha, dan pemerintah
Mandiri dan Berkepribadian” pada periode Mei menjamin harga yang menguntungkan untuk
2014 saat kampanye pemilihan presiden. petani cabai
“Nawacita” bermakna sebagai sembilan agenda Empat, reforma agraria, di mana solusi
perubahan. Kedaulatan pangan tercantum untuk reforma agraria terdiri atas tiga program,
secara jelas pada agenda nomor 7 yaitu (a) peningkatan redistribusi tanah 1,1 juta
(mewujudkan kemandirian ekonomi dengan ha untuk 1 juta KK petani kecil dan buruh tani
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi tiap tahun, (b) distribusi 9 juta ha tanah untuk
domestik). Dalam cita nomor 7 ini ada lima petani dan buruh tani, dan (c) meningkatnya
program, yaitu (1) membangun kedaulatan akses petani gurem terhadap kepemilikan lahan
pangan, (2) membangun kedaulatan energi, (3) pertanian.
membangun kedaulatan keuangan, (4) mendiri-
kan bank petani/nelayan dan UMKM termasuk Lima, penanggulangan kemiskinan per-
gudang dengan fasilitas pengolahan pasca- tanian dan regenerasi petani, berupa empat
panen di setiap sentra produksi tani/nelayan, solusi, yaitu (a) seribu desa berdaulat benih
dan (5) mewujudkan penguatan teknologi hingga tahun 2019, (b) peningkatan
melalui kebijakan penciptaan sistem inovasi kemampuan organisasi petani dan pelibatan
nasional (KPU, 2014). aktif perempuan petani sebagai tulang
punggung kedaulatan pangan, (c) rehabilitasi
Khusus untuk membangun kedaulatan jaringan irigasi yang rusak pada 3 juta ha
pangan disebutkan akan digunakan lima pertanian, dan (d) dukungan regenerasi petani
pendekatan (KPU, 2014). Satu, membangun muda Indonesia.
kedaulatan pangan berbasis agribisnis
kerakyatan, yang terdiri atas empat bentuk, Terlihat dengan jelas bahwa poin-poin
yaitu penyusunan kebijakan pengendalian atas penting dalam dokumen Nawacita menguraikan
impor pangan, penanggulangan kemiskinan konsep dan strategi kedaulatan pangan
pertanian dan dukungan regenerasi petani, sebagaimana pemikiran yang berkembang di
implementasi reforma agraria, dan level internasional. Poin pokoknya adalah
pembangunan agribisnis kerakyatan melalui pemberian akses dan kontrol yang besar
pembangunan bank khusus untuk pertanian, kepada petani yang selama ini kurang
UMKM, dan koperasi. diperhatikan, yaitu pemberian akses dan kontrol
terhadap lahan pertanian melalui peningkatan
Dua, stop impor pangan khusus untuk hak penguasaan lahan melalui reforma agraria
beras, jagung, dan daging sapi. Untuk jagung dan peningkatan akses, dan kontrol kepada
disebutkan ada tiga program, yaitu (a) benih dengan membangun desa-desa mandiri
peningkatan produktivitas dari 4,8 ton/ha benih. Kedaulatan pangan dicapai melalui lima
menjadi 5,6 ton/ha, (b) pengembangan bank usaha, yaitu peningkatan produksi pangan
benih milik rakyat tani untuk daulat benih, dan pokok, stabilisasi harga bahan pangan,
(c) pengembangan pupuk organik untuk daulat peningkatan kesejahteraan pelaku usaha
pupuk. Sementara, untuk sapi adalah pangan, mitigasi gangguan terhadap ketahanan
membangun agroekologi dan peningkatan pangan, dan perbaikan kualitas konsumsi
kapasitas peternakan rakyat. pangan dan gizi masyarakat.
Tiga, stop impor pangan khusus untuk Selengkapnya disebutkan bahwa
komoditas kedelai, bawang merah, dan cabai peningkatan produksi pangan pokok dicapai
merah. Terbaca dengan jelas bahwa khusus melalui 15 kegiatan. Di antaranya yang
untuk kedelai ada tiga pilihan kebijakan, yaitu berkenaan dengan kedaulatan pangan adalah
(a) peningkatan produksi dari 1,46 ton/ha (1) pengembangan 1.000 Desa Mandiri Benih,
menjadi 2,3 ton/ha, (b) pemerintah menjamin (2) pemulihan kualitas kesuburan lahan yang
harga yang menguntungkan untuk petani, dan airnya tercemar, (3) pengembangan 1.000
(c) mendorong pengembangan bank benih Desa Pertanian Organik, (4) penciptaan sistem
kedelai di tiap kelompok tani; sedangkan untuk inovasi nasional, (5) perluasan lahan kering 1
bawang merah ada dua hal, yaitu pemerintah juta ha, (6) pendirian unit perbankan untuk
menjamin produksi benih lokal dan mendorong pertanian, (7) peningkatan kemampuan petani
peningkatan produksi dari 10,1 menjadi 11 dan organisasi petani, (8) pelibatan perempuan
ton/ha. Khusus untuk cabai merah juga ada dua petani/pekerja, (9) penciptaan daya tarik
hal, yaitu peningkatan produktivitas cabai pertanian bagi TK muda, serta (10) rehabilitasi
KEDAULATAN PANGAN SEBAGAI BASIS UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Syahyuti, Sunarsih, 101
Sri Wahyuni, Wahyuning K. Sejati, dan Miftahul Azis

3 juta ha jaringan irigasi rusak dan bendungan Dalam lima tahun ke depan, produksi padi akan
(KPU, 2014). diarahkan untuk meningkatkan surplus produksi
Stabilisasi harga bahan pangan dicapai beras, jagung difokuskan untuk keragaman
melalui penyediaan kapal pengangkut ternak pangan dan pakan lokal, dan kedelai
dan pemberantasan “mafia” impor, sedangkan difokuskan untuk mengamankan kebutuhan
peningkatan kesejahteraan pelaku usaha pengrajin dan kebutuhan konsumsi tahu dan
pangan melalui (a) peningkatan akses dan aset tempe. Selanjutnya, untuk gula, daging sapi,
petani melalui distribusi hak atas tanah petani dan garam fokus pada pemenuhan konsumsi
dan land reform dan program penguasaan rumah tangga masyarakat.
lahan terutama bagi petani gurem dan buruh Dokumen keempat ialah Strategi Induk
tani, dan (b) sertifikasi hak atas tanah nelayan Pembangunan Pertanian 2015–2045 berupa
dalam upaya peningkatan akses permodalan Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan (Kementan,
untuk pengembangan usaha 2014). Dalam bagian sasaran pembangunan
Lebih jauh pada arah kebijakan dan disebutkan target untuk “terwujudnya
strategi, pada poin nomor 5 peningkatan kemandirian pangan nasional paling lambat
kesejahteraan pelaku utama penghasil bahan pada 2020, kedaulatan pangan nasional paling
pangan dicapai melalui (a) perlindungan petani lambat pada 2025, dan kedaulatan pangan
melalui penyediaan dan penyempurnaan sistem komunitas paling lambat pada 2045” (no. 4).
penyaluran subsidi input, pengamanan harga Secara umum, makna kedaulatan
produk hasil pertanian di tingkat petani dan pangan dalam dokumen ini relatif sejalan
pengurangan beban risiko usaha tani; (b) dengan istilah ketahanan pangan, misalnya
pemberdayaan petani, nelayan, pembudi daya terlihat dari kalimat ini, ciri utama perwujudan
ikan, dan petambak garam melalui pendataan pertanian mandiri adalah adanya kemandirian
usaha petani, peningkatan keterampilan, dan dan kedaulatan pangan. Negara dan bangsa
akses terhadap sumber-sumber permodalan; yang mandiri pangan adalah negara dan
dan (c) peningkatan akses dan aset petani, bangsa yang mampu memproduksi pangan
nelayan, pembudi daya ikan, dan petambak yang beraneka ragam dari dalam negeri yang
garam terhadap lahan melalui distribusi hak dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan
atas tanah petani dengan land reform dan yang cukup melalui pemanfaatan potensi
program penguasaan lahan untuk pertanian sumber daya alam, insani, sosial, ekonomi, dan
terutama bagi petani gurem dan buruh tani kearifan lokal secara bermartabat. Petani yang
(KPU, 2014). mandiri juga dicirikan oleh kemampuan untuk
Apa yang berkembang di Indonesia ini bertumbuh kembang dengan berlandaskan
juga dicatat oleh Lassa dan Shrestha (2014), pada kemampuan swadaya petani sendiri
yang mengutip ucapan Presiden Jokowi bahwa (halaman 51). Demikian pula pada halaman 94
ketahanan pangan merupakan sesuatu yang yang tertulis bahwa “.... dikembangkan industri
berbeda dari kedaulatan pangan. Ketahanan bio-refinery primer utamanya yang meng-
pangan hanya ketersediaan bahan pangan hasilkan karbohidrat yang sangat diperlukan
(logistik) di gudang dan di pasar terlepas dari untuk mensubstitusi produk-produk impor dalam
asal apakah dari impor atau dari yang rangka mewujudkan kedaulatan pangan”.
diproduksi secara lokal. Kedaulatan pangan Secara lebih lengkap, pada halaman
berarti bahwa kita memproduksi dan 138 tercantum Tabel 12 Sosok Usaha Tani,
memasarkan bahan makanan kita sendiri, Petani, dan Status Kedaulatan Pangan 2010–
sementara surplus produksi diekspor. Di sini 2045. Di sini kedaulatan pangan merupakan
terlihat bahwa kedaulatan pangan bermakna gambaran akhir yang akan dicapai, yang
lebih dalam dibanding ketahanan pangan. dimulai dengan kondisi tercapainya ketahanan
Dokumen ketiga, Rencana Kerja pangan. Hal ini tampak pada baris ketiga, yakni
Pembangunan Jangka Menengah 2015–2019. “status ketahanan-kedaulatan pangan”. Isi pada
Dalam dokumen ini, khususnya Bab Perkuatan baris ini adalah gambaran yang akan dicapai
Kedaulatan Pangan (Bapenas, 2014), mulai dari 2015 sampai 2045 berupa target-
kedaulatan pangan memuat strategi komponen target per lima tahun. Sampai tahun 2010 yang
Nawacita dengan optimal. Pada bagian mau dicapai adalah “ketahanan pangan”, lalu
Kebijakan Nasional Kedaulatan Pangan berturut-turut setiap lima tahun ke depan
disebutkan bahwa sasaran pembangunan adalah tercapainya “kemandirian pangan
berupa peningkatan produksi komoditas utama. nasional”, diikuti “kemandirian pangan nasional
102 FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Vol. 33 No. 2, Desember 2015: 95–109

menuju kedaulatan pangan nasional”, dilanjut- an kesuburan lahan yang airnya tercemar,
kan lagi dengan “kedaulatan pangan nasional”, 1.000 Desa Mandiri Benih, pembangunan
lalu “kedaulatan pangan nasional menuju gudang dengan fasilitas pengolahan pasca-
ketahanan pangan komunitas”, lalu “kedaulatan panen di tiap sentra produksi, Bank Pertanian
pangan nasional menuju ketahanan pangan dan UMKM, peningkatan kemampuan petani,
komunitas”, berikutnya lagi “tahap awal pengendalian impor pangan, reforma agraria 9
ketahanan pangan komunitas” pada lima tahun juta ha, 1.000 Desa Pertanian Organik,
berikutnya, dan terakhir pada periode 2041– terbangunnya 100 Techno Park dan 34 Science
2045 adalah tercapainya “ketahanan pangan Park, serta pemanfaatan lahan bekas
komunitas”. Kondisi akhir ini merupakan apa pertambangan (Anonimous, 2014).
yang disebut dengan gambaran pertanian yang Khusus untuk tahun 2016, yakni pada
mandiri, maju, adil, dan makmur. Hal ini bagian Sasaran Kedaulatan Pangan 2016
diperkuat dengan deskripsi pada baris indikator (Nawacita), disampaikan hal yang sama persis
“ketahanan pangan” di mana status pada namun dengan target rata-rata sebesar
periode yang akan dicapai pada 2021–2025 seperlima dari target jangka menengah.
misalnya adalah mencapai “pengembangan Pencapaian kedaulatan pangan adalah berupa
pertanian menjadi basis kedaulatan pangan kegiatan Upsus yang mencakup Upsus
nasional menuju ketahanan pangan komunitas Peningkatan Produksi dan Produktivitas enam
untuk mendukung ketahanan dan kedaulatan komoditas (padi, jagung, kedelai, tebu, daging,
bangsa”. cabai, dan bawang), serta Penyediaan Bahan
Dokumen kelima ialah Rencana Kerja Baku Bioindustri dan Bioenergi dan Kegiatan
Kementerian Pertanian. Dalam dokumen Ke- Agro-Science Park (ASP) dan Agro-Techno
bijakan dan Program Pembangunan Pertanian Park (ATP). Pada bagian matriks program ada
2015–2019, yang disampaikan pada Model Sekolah Lapang (SL) Kedaulatan
Musrenbangtan 2014, Jakara 13 Mei 2014 Pangan Terintegrasi Desa Mandiri Benih
(Kementan, 2014), ada belasan entry ketahanan Seluruh dokumen yang diacu
pangan, namun tidak ada untuk kata merupakan dokumen yang disusun setelah
“kemandirian pangan” dan “kedaulatan keluarnya UU Pangan, yakni setelah tahun
pangan”. Disebutkan bahwa sasaran strategis 2012. Dengan kata lain, seluruh penyusunnya
pembangunan pertanian 2015–2019 adalah tentu telah membaca apa makna kedaulatan
meningkatnya ketahanan pangan dengan pangan dalam UU ini. Dengan demikian, dapat
penyediaan bahan pangan pokok (no. 1), dan dimaknai bahwa telah berkembang berbagai
meningkatnya kesejahteraan petani (no. 4), variasi pemahaman tentang apa itu kedaulatan
serta memberikan perlindungan dan pangan. Penyebabnya diduga karena kurang
pemberdayaan petani. tegasnya pembatasan di dalam UU Pangan.
Selanjutnya, untuk rencana kerja Setidaknya terlihat tiga pola yang
tahunan yakni Rencana Kerja Kementan 2014 terbentuk. Pertama, yang menganggap bahwa
(Kementan, 2013) ada belasan entry tentang kedaulatan pangan sejalan dengan ketahanan
ketahanan pangan, dua entry kemandirian pangan. Makna berdaulat adalah ketika
pangan, namun tidak memasukkan sama sekali kebijakan pangan kita tidak dikendalikan oleh
“kedaulatan pangan”. Hal ini dapat dimaknai negara lain dalam konteks politik dan pasar.
bahwa “kedaulatan pangan” belum mendapat Pemahaman ini muncul pada Rencana Kerja
perhatian dan juga belum memiliki pemaknaan Kementan, RJPMN, dan pada SIPP. Kedua,
yang jelas. ketahanan pangan merupakan landasan untuk
Namun, kondisi yang sangat berbeda mencapai kedaulatan pangan. Kedaulatan
ditemui pada dokumen Rencana Kerja pangan sejati adalah saat sudah tercapai di
Kementerian Pertanian 2016, khususnya level komunitas. Hal ini terlihat jelas dalam
matriks Kebijakan Kedaulatan Pangan 2015– dokumen SIPP. Ketiga, pemahaman
2019 (Nawacita). Berbagai program yang akan kedaulatan yang sejalan dengan di dunia
dijalankan pemerintah adalah perluasan 1 juta internasional, sebagaimana dijumpai dalam
ha lahan sawah baru, perluasan pertanian dokumen Nawacita. Meskipun RPJMN dan
lahan kering 1 juta ha di luar Jawa, perbaikan/ RKP Kementan merupakan turunan dari
pembangunan irigasi untuk 3 juta ha lahan kebijakan ini, namun kedaulatan pangan
sawah, pengendalian konversi lahan, pemulih- dipahami berbeda.
KEDAULATAN PANGAN SEBAGAI BASIS UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Syahyuti, Sunarsih, 103
Sri Wahyuni, Wahyuning K. Sejati, dan Miftahul Azis

USULAN KONSEP KEDAULATAN PANGAN pangan untuk masyarakat (focuses on food for
YANG SESUAI UNTUK INDONESIA people), (b) menghargai petani sebagai pro-
dusen (values food providers), (c) mewujudkan
sistem pangan lokal (localises food systems),
Berikut disampaikan rumusan konsep (d) kontrol ada pada komunitas (puts control
kedaulatan pangan yang disusun dari pemikiran locally), (e) membangun pengetahuan dan
yang berkembang tentang topik ini di dunia keterampilan (builds knowledge and skills), dan
internasional dipadukan dengan pemikiran yang (f) bertani ramah lingkungan (works with
berkembang di dalam negeri. nature).
Dari deklarasi Forum for Food
Kedaulatan Pangan Bertujuan Memperkuat Sovereignty, Nyéléni di Mali tahun 2007,
Akses dan Kontrol Petani terhadap Sumber dirumuskan sembilan prinsip kedaulatan
Daya Pertanian pangan. Beberapa di antaranya adalah (Patel,
2009) perhatian kepada perempuan, konser-
Ide dasar kedaulatan pangan adalah
vasi dan rehabilitasi lingkungan, serta perhatian
mengangkat kesejahteraan petani kecil yang
kepada petani kecil, dan kultur mereka. Ter-
selama ini masih terpinggirkan. Pendekatan
masuk mengakui dan menghormati keragaman
kedaulatan pangan lebih menghargai budaya
pengetahuan tradisional, nilai-nilai petani,
lokal, sehingga petani dapat menanam varietas
makanan, bahasa, dan juga budaya, serta
sendiri yang disukainya, dengan cara sendiri,
mempertahankan dan penguatan kemampuan
dan memasak dengan selera sendiri karena
petani untuk membuat keputusan tentang pe-
menjunjung tinggi prinsip diversifikasi pangan
menuhan kebutuhan mereka terhadap materi,
sesuai dengan budaya lokal yang ada.
warisan alam, dan spiritual. Pada hakekatnya,
Kedaulatan pangan mendukung sepenuhnya
tujuan hakiki kedaulatan pangan adalah
pola-pola pertanian yang berbasis keluarga, di
meningkatkan kualitas kehidupan petani.
mana mereka menanam sendiri dan memakan
sendiri dari lahannya (land to mouth). Sementara, dari La Via Campesina
(Beauregard dan Gottlieb, 2009), disebutkan
Ada empat area prioritas atau pilar
tujuh prinsip kedaulatan pangan, yaitu (a)
dalam kedaulatan pangan, yaitu hak terhadap
makanan adalah hak dasar tiap manusia, tidak
pangan, akses terhadap sumber-sumber daya
semata-mata menjadi barang dagangan belaka,
produktif, pengarusutamaan produksi yang
(b) menerapkan pendekatan reforma agraria,
ramah lingkungan (agro-ecological production),
(c) perlindungan pada sumber daya alam atau
serta perdagangan dan pasar lokal (IPC, 2006).
penggunaan sumber daya alam secara ber-
Bagaimanapun, kedaulatan pangan memang
tanggung jawab, (d) penataan pasar pangan,
terkait dengan perjuangan politik (Windfuhr dan
(e) akhiri kelaparan global, (f) kedamaian sosial
Jonsen, 2005; Lee, 2007). Kedaulatan pangan
(social peace), dan (g) kontrol pada demokrasi
akan terwujud jika petani sebagai penghasil
(democratic control).
pangan memiliki, menguasai, dan mengontrol
alat-alat produksi pangan seperti tanah, air,
benih, dan teknologi sendiri. Maka, reforma Kedaulatan Pangan sebagai Strategi untuk
agraria menjadi hal yang sangat penting. Dalam Melengkapi Ketahanan Pangan
hal distribusi, kedaulatan pangan tidak me- Saat ini food sovereignity diindonesia-
niadakan perdagangan, namun perdagangan kan menjadi “kedaulatan pangan”, namun lebih
diselenggarakan apabila kebutuhan pangan tepat jika diterjemahkan menjadi “kedaulatan
individu hingga negara telah terpenuhi. Lebih petani atas pangan”. Dengan pengertian ini,
jauh lagi, dalam kedaulatan pangan hak atas esensinya adalah pada petaninya, bukan pada
pangan dijamin sebagai hak konstitusional pangannya. Hal ini, sejalan dengan Glopolis
rakyat dan negara berkewajiban untuk (2013) di mana ketahanan pangan berkenaan
menjamin pemenuhan hak tersebut. dengan tujuan (setting the goal), sedangkan
Menurut Urban Agriculture Australia kedaulatan pangan adalah jalan mencapainya
(2014), kedaulatan pangan adalah hak (defining the way to realize it). Menurut Clapp
masyarakat untuk menentukan sistem pangan (2014), kedua konsep ini terpisah, ketahanan
mereka sendiri. Kedaulatan pangan menempat- pangan tentang kondisi akses kepada pangan,
kan petani sebagai pusat perhatiannya. Lebih sedangkan kedaulatan pangan terhadap
jauh disebutkan bahwa ada enam pilar ketidakcukupan akses kepada pangan dan hak
kedaulatan pangan, yaitu (a) perhatian kepada penguasaan lahan.
104 FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Vol. 33 No. 2, Desember 2015: 95–109

Namun demikian, objek kedaulatan pangan (Pasal 22) sehingga membutuh-kan


pangan sesungguhnya sejajar dengan cadangan pangan (Pasal 44 dan 45).
ketahanan pangan karena yang membedakan Konsep ketahanan pangan oleh
keduanya adalah elemen di dalamnya. Elemen- sebagian ekonom dianggap konsep teknis
elemen itu meliputi model produksi pertanian (Maxwell and Smith, 1992) dengan berbagai
agroekologis, pendekatan terhadap sumber kepentingan politis di baliknya. Liberalisasi per-
daya genetik pertanian yang bersifat komunal, dagangan pertanian internasional berlangsung
serta penekanan pada wacana lingkungan sejak Putaran Uruguay (1986–1994) dan pada
green rationalism. Setidaknya ada dua saat yang sama terbentuk Organisasi
kesamaan antara ketahanan pangan dan Perdagangan Dunia (WTO). Deputi Dirjen WTO
kedaulatan pangan. Pertama, keduanya ber- menekankan strategi ketahanan pangan
bicara soal yang sama, yakni pangan, namun nasional harus diletakkan dalam kerangka
keduanya saling melengkapi karena batu pijak perdagangan internasional sebagaimana diatur
kedua konsep ini tidaklah sama. Ketahanan WTO (WTO, 2002). Dampak perdagangan
pangan lebih menitikberatkan pada keter- internasional, di mana 70% negara berkem-
sediaan pangan bagi rakyat sebagai tujuan bang menjadi tergantung pada impor pangan
akhir dari pembangunan pangan, sedangkan (Santosa, 2009).
kedaulatan pangan lebih menitikberatkan
kemandirian pangan, perlindungan kepada Secara historik, dengan melihat
petani, dan ekosistem lokal. Kebijakan kembali berbagai pemikiran, event, dan
ketahanan pangan fokus kepada sisi kesepakatan-kesepakatan yang diacu di atas,
pangannya, sedangkan kebijakan kedaulatan tampak bahwa pada hakekatnya “kedaulatan
pangan memperhatikan metode dan strategi pangan” merupakan pendekatan untuk meleng-
untuk mencapainya dengan memperhatikan kapi ketidaksempurnaan “ketahanan pangan”
baik pangan maupun manusianya. yang lebih kental pada aspek teknis (Windfuhr
dan Jansen, 2005; Lee, 2008). Konsep
Kedua, kedua konsep sama-sama kedaulatan pangan lebih menitikberatkan
memiliki dimensi global. Saat ini konsep kemandirian pangan, perlindungan kepada
ketahanan pangan sedang dipakai baik di petani dan ekosistem lokal. Jika ketahanan
negara maju maupun berkembang, sementara pangan lebih fokus kepada sisi pangannya
konsep kedaulatan pangan berupaya mem- saja, maka kedaulatan memperhatikan
berikan koreksi kepadanya. Kedaulatan pangan keduanya, baik pangan maupun manusianya.
berupaya menjadikan konsep ini sebagai
strategi utama untuk menuju pengakuan hak- Sebagian pihak menilai bahwa konsep
hak petani baik di level pemerintahan maupun ketahanan pangan dan kedaulatan pangan
lembaga internasional. berlawanan, namun pihak lain melihat
sesungguhnya kedua konsep ini bisa seiring
Dalam UU Pangan, ketahanan pangan sejalan. Kedaulatan pangan tidak dilihat
didefinisikan sebagai “kondisi terpenuhinya sebagai konsep tandingan (rivalry concept), tapi
pangan bagi negara sampai dengan sebagai pelengkap dari konsep ketahanan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan. Jadi, sesungguhnya kedaulatan
pangan yang cukup, baik jumlah maupun pangan dapat diintegrasikan ke dalam konsep
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan ketahanan pangan. Jika ketahanan pangan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan adalah tujuan, kedaulatan pangan adalah
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, prasyarat untuk mencapai tujuan tersebut.
untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif Sebagaimana Menezes (2001), akses setiap
secara berkelanjutan” (Pasal 1). Penyediaan individu terhadap pangan yang berkualitas,
pangan dalam negeri yang pada hakekatnya yang merupakan intisari konsep ketahanan,
dalam rangka kedaulatan pangan dilakukan haruslah didorong dengan upaya-upaya yang
melalui pengembangan produksi pangan yang menjamin akses petani terhadap input
bertumpu pada sumber daya, kelembagaan, pertanian dan perlindungan terhadap sektor
dan budaya lokal (Pasal 12). Pada pasal 42 pertanian domestik yang memadai demi
dan 43 disebutkan bahwa peningkatan ketaha- terwujudnya kemandirian pangan.
nan pangan juga dapat diwujudkan dengan
penganekaragaman pangan yang berbasis Kedaulatan pangan dapat diposisikan
potensi sumber daya lokal. Ketahanan pangan sebagai kerangka politis dan humanis untuk
juga berkaitan dengan ancaman produksi menerapkan ketahanan pangan yang lebih
bernuansa teknis. Kedaulatan pangan tidak
KEDAULATAN PANGAN SEBAGAI BASIS UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Syahyuti, Sunarsih, 105
Sri Wahyuni, Wahyuning K. Sejati, dan Miftahul Azis

menggantikan, namun menjadi pelengkap atau sebagaimana kasus di Korea Selatan


pendukung untuk tercapainya ketahanan (Burmeister dan Choi, 2012) dibutuhkan
pangan yang sejati. Kedaulatan pangan perjuangan jaringan organisasi petani Korea
berupaya menjamin dan mewujudkan tercapai- Selatan terutama Liga Petani Korea (Korean
nya ketahanan pangan (ensures food security Peasant League) dan Korea Asosiasi Petani
by placing the environment and people who Perempuan (Korean Women Peasants
produce, process and consume the food at Association) yang telah berhasil menempatkan
the centre of food systems). isu kedaulatan pangan pada kerangka
kebijakan pangan nasional.
Rumusan Konsep Kedaulatan Pangan untuk Kedua, pada level rumah tangga.
Indonesia Dalam UU Pangan, khususnya pada lingkup
mikro petani dan rumah tangga, peran petani
Rumusan berikut merupakan hasil dari dalam memperkuat kedaulatan pangan
integrasi berbagai konsep yang berkembang. tertuang dalam Pasal 130 yang dapat dilakukan
Sebagaimana dalam UU Pangan, kedaulatan dalam tahapan produksi, distribusi, perdagang-
pangan perlu dirumuskan atas dua level yang an, dan konsumsi pangan, serta cadangan
berbeda. Hal ini sejalan pula dengan definisi pangan. Hal ini sejalan dengan Kerr (2013), di
yang paling sering diacu tentang kedaulatan mana kedaulatan pangan adalah peluang bagi
pangan, yaitu “kedaulatan pangan adalah hak petani untuk mengontrol pangan mereka
masyarakat, komunitas, dan negara-negara sendiri.
untuk menentukan kebijakan pertanian, tenaga
kerja, perikanan, makanan, dan tanah mereka Pada level rumah tangga, kedaulatan
sendiri, yang secara ekologis, sosial, ekonomi, pangan berkenaan dengan bagaimana petani
dan budaya yang sesuai dengan keadaan memiliki kedaulatan terhadap berbagai sumber
mereka yang unik”. Ini mencakup benar hak daya untuk menjalankan pertanian dan ke-
atas pangan dan untuk memproduksi makanan, hidupannya dengan sejahtera dan bermartabat.
yang berarti bahwa semua orang memiliki hak Secara ringkas, maka kedaulatan pangan dapat
untuk aman, bergizi, dan sesuai dengan budaya diukur dari bagaimana kedaulatan petani
makanan dan sumber makanan, memproduksi terhadap lahan, air, benih, pupuk dan obat-
dan kemampuan untuk mempertahankan diri obatan, sistem usaha pertanian (teknologi),
mereka sendiri dan masyarakat mereka" (Glipo hasil produksi, serta kedaulatan dalam
dan Pascual, 2005). mengkonsumsi.
Pertama, pada level negara. Ketujuh aspek kedaulatan pangan
Sebagaimana menurut Beuchelt dan Virchow dalam tabel di atas merupakan rangkuman dari
(2012), kedaulatan pangan berkaitan kepada keseluruhan pemikiran yang berkembang
hak komunitas, masyarakat, dan negara yang berkenaan dengan kedaulatan pangan, baik
secara bebas menetapkan kebijakan pangan pemikiran di dunia internasional (NGO dan
mereka, dengan penekanan kepada hak FAO), UU Pangan, dan juga Nawacita.
pangan yang cukup (right to adequate food) Indikator kedaulatan pangan menurut UNPFII
sebagai payung kebijakan nasional, bahkan (2010) merupakan sebuah kondisi yang dapat
internasional. Di level nasional, pendekatan ke- dinilai statusnya. Dengan mendasarkan kepada
daulatan pangan mesti sejalan dengan program ketujuh aspek di atas, maka kedaulatan pangan
agribisnis. Negara dengan garis kebijakan yang dapat diukur, dipetakan, juga dapat dirumuskan
jelas tentang kedaulatan pangan akan mampu jalan untuk mencapainya dengan lebih jelas.
menahan tekanan korporasi global (Nettle, Dapat ditambahkan, bahwa UU No. 19
2010). Lebih jauh, tentang pendekatan yang Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pem-
bisa dipakai, menurut Hospes (2014) dapat berdayaan Petani Mendukung Pencapaian
menggunakan pendekatan negara-sentris atau Kedaulatan Pangan. Pada bagian penjelasan
pada pendekatan yang pluralistik. disebutkan bahwa “petani sebagai pelaku
Laporan Giunta (2014) dengan kasus pembangunan pertanian perlu diberi perlin-
Ekuador mendapatkan bahwa kedaulatan dungan dan pemberdayaan untuk mendukung
pangan telah dipandang sebagai tujuan pemenuhan kebutuhan pangan yang
strategis dan menjadi kewajiban pemerintah, di merupakan hak dasar setiap orang guna
mana kedaulatan pangan telah menjadi tujuan mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian
kolektif, dan telah berbasiskan konstitusi yang pangan, dan ketahanan pangan secara
kuat. Agar negara dapat menerima konsep ini, berkelanjutan”.
106 FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Vol. 33 No. 2, Desember 2015: 95–109

Tabel 1. Deskripsi konsep dan pendekatan produsen ke konsumen (Vaarst dan García,
kedaulatan pangan serta sumber 2012)
hukumnya Inti kedaulatan pangan ada pada
petani, dengan memberi perhatian dan
Kedaulatan memperkuat hak masyarakat secara bebas
Deskripsinya Sumber
terhadap
memutuskan pertanian dan kebijakan pangan
1. Lahan usaha Petani berusaha di Nawacita, untuk memerangi kelaparan dan kemiskinan
atas lahan miliknya definisi
sendiri, sehingga hasil internasional (Glipo dan Pascual, 2005). Selain petani berhak
produksi mencukupi memilih jenis tanamannya sendiri, juga hak
untuk kesejahteraan kepada pangan yang sehat dan bergizi sesuai
keluarganya. dengan preferensi budaya mereka, secara
2. Sumber daya Petani dan komunitas Nawacita kualitas dan kuantitas yang cukup untuk
air untuk per- petani diberikan
mempertahankan hidup sehat dengan
tanian alokasi air irigasi yang
cukup untuk kebutuh- martabat. Lebih jauh, sesungguhnya
an usaha taninya kedaulatan pangan juga berkenaan dengan
secara teknis. perdagangan, sumber daya alam, menghargai
3. Benih dan bibit Petani dan komunitas Nawacita, pengetahuan lokal, juga memperhatikan gender
petani menanam definisi dan kelas (Wittman, 2012), serta dalam
benih/bibit yang internasional
mereka inginkan dan
berorganisasi (Bourgeois et al., 2003).
merupakan produksi Indonesia masih memiliki banyak
mereka sendiri dan
agenda tentang kedaulatan pangan, terutama
tidak bergantung
kepada pasar. masalah reforma agraria. Hanya kedaulatan
4. Pupuk dan Petani terjamin ke- Nawacita,
pangan yang berbasiskan pada reforma agraria
obat-obatan butuhan pupuk dan SIPP (genuine agrarian reform) sebagai bekal
obat-obatan sesuai menghadapi multikrisis ke depan. “Kedaulatan
dengan siklus usaha- pangan adalah satu-satunya cara untuk secara
nya.
efektif melindungi ekonomi pangan nasional
5. Sistem Petani diberikan kele- UU Pangan dari tekanan ekternal berupa dumping,
pertanian luasaan untuk me- pasal 1 dan
nentukan cara bertani 130, Peasant penimbunan, dan spekulasi” (Rosset, 2011).
yang sesuai dengan Charter, Menurut Edelman et al. (2014), kedaulatan
teknis dan sosiokultur definisi pangan merupakan terobosan dalam kebijakan
nya internasional pangan secara keseluruhan, karena akan lebih
6. Hasil produksi Petani memiliki kuasa Nawacita, berkeadilan dan berkelanjutan. Kedaulatan
atas hasil produksinya definisi pangan melambangkan segala macam gerakan
sendiri, dan baru akan internasional
tercapai optimal bila pembebasan dari penindasan karena
mereka bukan petani kedaulatan pangan berdasarkan kepada saling
penggarap dan juga ketergantungan dan penghargaan terhadap
tidak terikat hutang lingkungan hidup (Flora, 2011).
dengan pedagang.
7. Pangan Petani dapat mengon- UU Pangan Namun, agar upaya ini berhasil maka
konsumsi dan sumsi pangan sesuai pasal 3, petani diharapkan mampu mempengaruhi
pilihan dengan preferensi Nawacita, kebijakan pembangunan dalam suasana yang
mengonsumsi dan kebiasaan sosio- definisi demokratis. Petani kecil harus memiliki pe-
kultur mereka sendiri. internasional
ngaruh langsung pada merumuskan kebijakan
pertanian, dan setiap orang memiliki hak atas
informasi yang jujur dan akurat dan akses untuk
Kegiatan pembangunan dalam konteks membuka pengambilan keputusan yang demo-
kedaulatan pangan telah mulai berjalan di kratis (Vaarst dan García, 2012).
berbagai wilayah dunia. Di Republik Cechnya
misalnya, ada upaya membantu masyarakat
lokal dalam pemasaran dengan mem- PENUTUP
promosikan produk pertanian biologis, produk
lokal, dan penjualan langsung ke konsumen
(Glopolis, 2013). Hal sama juga berlangsung di Kedaulatan pangan dapat diposisikan
wilayah Eropa, yang sejak lama peduli kepada sebagai strategi pokok untuk mencapai tujuan
pertanian ekologis, di mana salah satu cirinya pembangunan pangan nasional, yakni ketahan-
adalah bagaimana mendekatkan jarak dari an pangan. Kedaulatan pangan tidak meng-
KEDAULATAN PANGAN SEBAGAI BASIS UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Syahyuti, Sunarsih, 107
Sri Wahyuni, Wahyuning K. Sejati, dan Miftahul Azis

gantikan, namun menjadi pelengkap atau pen- Environmental Policy Department,


dukung bahkan menjadi basis untuk tercapai- Occidental College. http://ieham.org/html/
nya ketahanan pangan yang sejati. Dengan docs/Incorporating%20food%20sovereignty
%20principles%20into%20State%20govern
mengimplementasikan spirit kedaulatan
ance.pdf (6 Maret 2015).
pangan, maka ketahanan pangan di Indonesia
akan lebih mampu dicapai secara kokoh dan Beuchelt, T.D. and D. Virchow. 2012. Food
berkeadilan. Sovereignty or the human right to adequate
food: which concept serves better as
Uraian dari berbagai referensi di atas international development policy for global
juga menunjukkan kesejajaran yang kuat antara hunger and poverty reduction? Agriculture
konsep kedaulatan pangan di level inter- and Human Values 29:259–273. doi:
nasional, dengan UU Pangan, dan dokumen 10.1007/ s10460–012–9355–0.
Nawacita. Dengan kata lain, kedaulatan pangan Bourgeois, R., F. Jesus, M. Roesch, N. Soeprapto,
yang diusung oleh pasangan Presiden dan A. Renggana, and A. Gouyon. 2003.
Wapres sangat sejalan dengan konsep “food Indonesia: Empowering Rural Producers
sovereignity” yang saat ini berkembang pada Organization. Rural Development and
kalangan peneliti dan pemberdaya petani, Natural Resources East Asia and Pacific
Region (EASRD). France: CIRAD.
bahkan FAO di level internasional.
Burmeister, L.L. and Yong–Ju Choi. 2012. Food
Konsep ketahanan pangan meskipun sovereignty movement activism in South
telah hampir 20 tahun ini kita gunakan tidak Korea: national policy impacts? Agriculture
tertutup kemungkinan untuk disempurnakan and Human Values 29:247–258. doi:
dengan menerima berbagai ide lain yang lebih 10.1007/s10460–011–9335–9.
baik. Penggantian atau penyempurnaan konsep Clapp, J. 2014. Food security and food sovereignty:
merupakan hal yang biasa dalam pembangun- getting past the binary. Dialogues in Human
an dan wacana ilmiah pembangunan Geography 4(2):206–211. doi: 10.1177/
perdesaan, sebagaimana misalnya muncul 20438206145 37159.
konsep pemberdayaan dan people centered Edelman, M., T. Weis, A. Baviskar, M. Saturnino,
development yang merupakan antitesis Borras Jr., E. Holt–Giménez, D. Kandiyoti,
terhadap konsep pembangunan yang dinilai and W. Wolford. 2014. Introduction: critical
terlalu searah. perspectives on food sovereignty. The
Journal of Peasant Studies 41(6):911–931.
Sebagaimana sudah mulai dikembang- doi: 10.1080/0306 6150.2014. 963568
kan di berbagai negara dan di lembaga inter-
nasional, kedaulatan pangan sesungguhnya [FAO] Food and Agriculture Organization of the
United Nations. 2005. Voluntary Guidelines
bisa diukur atas berbagai level, yakni pada level
to Support the Progressive Realization of
individual, komunitas, wilayah regional, dan the Right to Adequate Food in the Context
nasional. Untuk Indonesia, indikator pengukur- of National Food Security. Adopted by the
an kedaulatan pangan juga harus dirumuskan 127th Session of the FAO Council
dengan tegas, sehingga perencanaan pem- November 2004. Rome: Food And Agri-
bangunan pangan lebih terarah dan tingkat ke- culture Organization of the United Nations.
berhasilannya juga bisa diukur dengan mudah. [FAO] Food and Agriculture Organization of the
United Nations. 2006. The State of Food
and Agriculture 2006: Food Aid for Food
DAFTAR PUSTAKA Security? Rome: Food and Agriculture
Organization of the United Nations.
http://www.fao.org/docrep/009/a0800e/a080
[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan 0e00.htm (6 Maret 2015).
Nasional. 2014. Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Flora, C.B. 2010. The politics of food: the global
2015–2019. Peraturan Presiden Republik conflict between food security and food
Indonesia Nomor 2 Tahun 2015. Jakarta: sovereignty. Journal of Agricultural and
Kementerian Perencanaan Pembangunan Environment Ethics 24(5):545-547.
Nasional/Badan Perencanaan Pembangun- Giunta, I. 2014. Food sovereignty in Ecuador:
an Nasional. peasant struggles and the challenge of
Beauregard, S. and R. Gottlieb. 2009. Food Policy institutionalization. The Journal of Peasant
for People: Incorporating Food Sovereignty Studies 41(6):1201–1224. doi: 10.1080/03
Principles Into State Governance: Case 066150.2014. 938057
studies of Venezuela, Mali, Ecuador, and Global Politics. 2012. Food security vs. food
Bolivia. April 2009. Los Angeles: Urban and sovereignty. https://globalfoodpolitics.
108 FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Vol. 33 No. 2, Desember 2015: 95–109

wordpress.com/2012/11/30/food–security– Household Food Security: Concepts,


vs–food–sovereignty/ (6 Maret 2015). Indicators, Measurements: A Technical
Glipo, A. and F.G. Pascual Jr. 2005. Food Review. New York and Rome: UNICEF and
sovereignty framework: concept and IFAD.
historical context. Food Sovereignty Menezes, F. 2001. Food sovereignty: a vital
Framework, December 2005. Mali: Nyeleni. requirement for food security in the context
http://www.nyeleni.org/IMG/pdf/FoodSoverei of globalization. Development 44(4):29–33.
gnityFramework.pdf (6 Maret 2015). http://dx.doi.org/10.1057/palgrave.developm
Glopolis. 2013. Food sovereignty as a way to ent.1110288.
achieve food security: small steps in the Nettle, C. 2010. H. Wittman, A.A. Desmarais, and N.
Czech Republic towards sustainable agri- Wiebe (eds). Food Sovereignty: Re-
cultural production and consumption. http:// connecting Food, Nature and Community.
glopolis.org/en/articles/food-sovereignty- Fernwood Publishing, Hallifax and
way-achieve-food-security/ (6 Maret 2015). Winnipeg, Canada, 2010, 212 pp. Agri-
Hospes, O. 2014. Food sovereignty: the debate, the culture and Human Values (2013) 30:313–
deadlock, and a suggested detour. 314. doi: 10.1007/ s10460–013–9441–y.
Agriculture and Human Values 31:119–130. Patel, R. (ed). 2009. Food sovereignty. Journal of
doi: 10.1007/s10460–013–9449–3. Peasant Studies 36(3):663–706. doi:
[IPC] International Planning Committee. 2006. 10.1080/03066150903143079 (6 Maret
International Planning Committee for Food 2015)
Sovereignty. IPC Focal Points. http://www. Rosset, P. 2011. Food sovereignty and alternative
foodsovereignty.org/new/focalpoints.php (6 paradigms to confront land grabbing and
Maret 2015). the food and climate crises. Development
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2013. Rencana 54(1):21–30.
Kerja Kementerian Pertanian 2014. Jakarta: Santosa, D.A. 2009. Ketahanan vs kedaulatan
Kementerian Pertanian. pangan. Kompas, 13 Januari 2009.
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2014. Strategi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Induk Pembangunan Pertanian 2015–2045: Tahun 2012 tentang Pangan. Tambahan
Solusi Pembangunan Indonesia Masa Lembaran Negara Republik Indonesia
Depan Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan. Nomor 5360.
Jakarta: Kementerian Pertanian. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Kerja Kementerian Pertanian 2016. Pemberdayaan Petani. Tambahan
Disampaikan pada Pra-Musrenbangtannas Lembaran Negara Republik Indonesia
2015. Jakarta, 12 Mei 2015. Nomor 5433.
Kerr, R.B. 2013. Seed struggles and food Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11
sovereignty in Northern Malawi. The Journal Tahun 2005 tentang Pengesahan
of Peasant Studies 40(5):867–897. doi: International Covenant on Economic, Social
10.1080/03066150.2013. 848428. and Cultural Rights (Kovenan Internasional
[KPU] Komisi Pemilihan Umum. 2014. Jalan tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial
perubahan untuk Indonesia yang berdaulat, dan Budaya). Tambahan Lembaran Negara
mandiri dan berkepribadian: visi, misi dan Republik Indonesia Nomor 4557.
program aksi Jokowi dan Jusuf Kalla 2014. [UNPFII] United Nations Permanent Forum on
http://kpu.go.id/koleksigambar/VISI_MISI_ Indigenous Issues. 2010. Cultural indicators
Jokowi-JK.pdf (3 Maret 2015). for food sovereignty and sustainable
Lassa, J.A. and M. Shrestha. 2014. Food Sovereignty development field testing report.
Discourse in Southeast Asia: Helpful or http://www.worldwewant2015.org/node/295
Disruptive? Singapore: Rajaratnam School 251 (25 Februari 2015).
of International Studies, Nanyang Urban Agriculture Australia. 2014. Food sovereignty
Technological University. is the right of people to determine their own
Lee, R. 2007. Food Security and Food Sovereignty. food systems. http://www.urbanagriculture.
Centre for Rural Economy Discussion Paper org.au/information/urban-agriculture/food-
Series No. 11. March 2007. http://www.ncl. sovereignty/ (12 Maret 2015).
ac.uk/cre/publish/discussionpapers/pdfs/dp Vaarst, M. and E.G. García. 2012. The concept of
11%20Lee.pdf (6 Maret 2015). food sovereignty in relation to European
Maxwell, S. and M. Smith. 1992. Household food food systems: importance, practical
security: a conceptual review. Dalam: S. possibilities and challenges. http://ifsa2012.
Maxwell and TR Frankenberger (eds.). dk/wp-content/uploads/paper_Vaarst.pdf
(25 Februari 2015).
KEDAULATAN PANGAN SEBAGAI BASIS UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Syahyuti, Sunarsih, 109
Sri Wahyuni, Wahyuning K. Sejati, dan Miftahul Azis

Via Campesina. 1996. The right to produce and Windfuhr, M. and J. Jonsen. 2005. Food
access to land. Position of the Via Sovereignty: Towards Democracy in
Campesina on food sovereignty presented Localized Food Systems. London: ITDG
at the World Food Summit, Rome, Italy. 13– Publishing.
17 November 1996. Wittman, H. 2012. Food sovereignty a new rights
Via Campesina. 2006. The Doha Round is dead! framework for food and nature?
Time for food sovereignty. La Via Environment and Society: Advances in
Campesina statement. http://www. Research 2:87–105 doi: 10.3167/ares.
viacampesina.org/main_en/index.php?optio 2011. 020106.
n=com_content&task=view&id=196&Itemid
=26 (31 Juli 2006).

Anda mungkin juga menyukai